OLEH :
MULIADI
C1E118002
KENDARI
2022
i
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………………..................i
HALAMAN
PERSETUJUAN………………………………………………….....................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHUUAN...............................................................…………….........................1
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………………..........1
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………….........................8
1.2 Tujuan Penelitian…………………………………………………………..........................9
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………………....................9
1.5 Sistematika Penulisan……………………………………………………….......................9
ii
3.4 Jenis Data Dan Sumber Data.............................................................................................52
3.5 Teknik Pengumpulan Data.................................................................................................52
3.6 Teknik Analisis Data..........................................................................................................53
3.7 Definisi Konseptual...........................................................................................................54
BAB V PENUTUP………….……………………………………………………………….98
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….98
5.2 Saran………………………………………………………………………………….…..98
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................99
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
masyarakat. Begitu pula bagi umat Islam, diakui atau tidak sangat membutuhkan sebuah
sistem negara yang Islami dalam konteks agar ajaran-ajaran Islam dapat diterapkan secara
menyeluruh (kaffah). Sebab, untuk mengamankan suatu kebijakan diperlukan suatu kekuatan
(institusi politik). Sekadar contoh, untuk menegakkan keadilan, memelihara perdamaian dan
ketertiban, mutlak diperlukan suatu kekuasaan, apakah itu organisasi politik atau negara.
Andaikata kebijakan-kebijakan itu mengacu pada tegaknya ajaran Islam maka perangkat-
perangkat peraturannya seharusnya yang Islami pula. Adalah suatu hal yang kurang tepat
apabila hendak menegakkan prinsip-prinsip Islam tetapi menggunakan sistem yang non
Islami.
iv
Realitas sejarah menunjukkan bahwa negara itu dibutuhkan untuk mengembangkan
dakwah Islam. Nabi Muhammad sendiri, ketika masih di Makkah tidak bisa berbuat banyak
di bidang politik, karena kekuatan politik didominasi oleh kaum aristokrat Quraisy yang
memusuhi Nabi. Baru setelah hijrah ke Madinah dan mempunyai dukungan politik dari
komunitasnya, dalam waktu beberapa tahun saja berhasil merubah kondisi masyarakat
Madinah dari kemusyrikan menuju atmosfir Islam. Kehidupan Nabi dan komunitasnya pada
periode Madinah inilah yang dijadikan argumen oleh beberapa pemikir politik Islam bahwa
ketika itu telah terwujud sebuah negara (pemerintahan), baik itu wilayah, masyarakat,
maupun penguasa. Penilaian ini tentunya tidak berlebihan karena ketika itu Nabi bertindak
tidak hanya sebagai pemimpin spiritual saja, tapi juga sebagai kepala negara, seperti
Sesuai dengan latar belakang sosial politik yang berbeda, gagasan mereka tentang
penerapan syari’at Islam ataupun sistem pemerintahan Islam berbeda pula. Hizbut Tahrir
misalnya, berupaya menawarkan agar sistem khilafah seperti yang pernah diterapkan pada
tunggal, yaitu pemerintahan yang menjalankan hukum sesuai dengan apa yang telah
diturunkan Allah SWT. Islam juga telah menetapkan sekaligus membatasi bentuk sistem
pemerintahan bagi Daulah Islam. Sistem khilafah adalah sistem pemerintahan khas, , yaitu
pemerintahan yang berlaku bagi seluruh umat Islam di dunia untuk menegakkan hukum-
hukum syari’at Islam dan mengemban dakwah Islam ke segenap penjuru dunia. Sistem
khilafah berbeda dengan sistem pemerintahan yang lain, seperti monarki (kerajaan), republik,
v
Untuk menerapkan sistem khilafah, menurut Hizbut Tahrir tidak boleh dilakukan
dengan cara kekerasan (angkat senjata), namun dengan cara damai dengan memberikan
pendidikan politik kepada umat Islam tentang perlunya sistem khilafah. Hizbut Tahrir
menetapkan tiga tahapan operasional guna menerapkan sistem khilafah. Pertama, tahapan
tatsqif, yaitu tahap pembinaan dan pengkaderan untuk melahirkan individu-individu yang
paham dengan sistem khilafah serta fikrah Islamiyah guna membentuk kerangka gerakan.
Kedua, tahapan tafa’ul ma’al ummah, yaitu tahap berinteraksi dengan masyarakat agar
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Ketiga, tahapan istilami hukm, yaitu tahap
pengambilalihan kekuasaan dan penerapan Islam secara utuh serta menyeluruh lalu
Sekiranya konsep yang ditawarkan Hizbut Tahrir sebagai antitesis terhadap pemikiran
politik Barat yang berkembang dan berpengaruh luas, tentunya sebuah wacana yang menarik.
Terlebih lagi Hizbut Tahrir mengidealkan praktik Rasulullah dan al-Khulafa’ al-Rasyidun
kembali dihidupkan dalam konteks kehidupan modern. Namun sejauh mana konsep yang
ditawarkan oleh Hizbut Tahrir ini lebih rasional dan dapat diterima lebih dari pemikir
sebelumnya atau pemikir kontemporer termasuk dengan konsep Barat modern, hal inilah
Di tengah-tengah umat Islam terjadi perdebatan yang cukup alot tentang Islam dan
membicarakan sama sekali tentang hal tersebut ? Atau ada pandangan yang lainnya mengenai
hal itu? Hingga saat ini kontroversi seputar pendapat apakah Islam mengajarkan konsep
persoalan apakah ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berada di Madinah
vi
posisi beliau sebagai kepala negara atau bukan. Hal ini masih menjadi bahan perdabatan di
antara umum Islam sendiri, baik di masyarakat para ulama dan ilmuwan muslim dan non-
muslim.
Menurut Munawir Sjadzali di kalangan umat Islam terdapat tiga aliran tentang
hubungan antara Islam dan ketatanegaraan. Aliran pertama berpendirian bahwa Islam
bukanlah sematamata agama dalam pengertian Barat yang menganggap Islam hanya
menyangkut hubungan manusia dan Tuhan, sebaliknya Islam memiliki aturan yang lengkap
mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk kehidupan bernegara. Pandangan dari aliran ini
berpendapat antara lain: Pertama, Islam adalah agama yang lengkap, Islam memiliki konsep
sistem ketatanegaraan atau politik. Dalam bernegara umat Islam tidak perlu mengambil
konsep dan pandangan Barat. Namun harus kembali kepada sistem ketatanegaraan Islam.
Kedua, Sistem politik islami atau ketatanegaraan yang harus diterapkan adalah sistem yang
telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan sitem yang telah
dilanjutkan oleh khalifah yang empat yakni al-Khulafa ar-Rasyidun. Tokoh-tokoh utama dari
aliran ini antara lain: Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, Muhammad Rasyid Ridha dan al-
Maududi. Aliran kedua berpandangan dengan pandangan Barat bahwa Islam tidak ada
hubungannya dengan urusan kenegaraan. Menurut aliran ini, Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam, hanyalah diutus untuk menjunjung tinggi budi pekerti luhur, dan Nabi tidak
pernah dimaksudkan untuk mendirikan dan mengepalai suatu negara. Tokoh aliran ini antara
Aliran ketiga menolak pendapat bahwa Islam adalah suatu agama yang serba lengkap
dan bahwa dalam Islam terdapat sistem ketatanegaraan. Tetapi aliran ini juga menolak
anggapan bahwa Islam adalah agama dalam pengertian Barat yang hanya mengatur hubungan
antara menusia dan Maha Penciptanya. Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak
terdapat system ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi keidupan
vii
bernegara. Tokoh yang menganut pandangan ini antara lain adalah Muhammad Husen
Haikal. Sedangkan menurut Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF mereka mengamati
paling sedikit ada tiga model gerakan Islam yang paling menonjol di ranah publik. Yang
pertama adalah gerakan pro syariat, yang kedua gerakan Islam moderat, dan yang terakhir
gerakan dakwah sufistik. Berdasarkan teori-teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa Syekh
Taqiyuddin anNabhani termasuk aliran yang pertama yang memandang bahwa Islam
memiliki sistem negara tersendiri yang bersumber dari wahyu dan juga yang pro pada syariat
Islam. Walaupun sebagai sebuah pemikiran politik yang pertama kali lahir, pemikiran politik
Islam tetap saja berhasil dikalahkan oleh pemikiran politik-pemikiran politik lainnya.
Pemikiran politik Islam yang menginginkan terbentuknya negara yang berlandaskan Islam
tetap saja belum mendapat tempat di hati sebagian besar rakyat Indonesia. Ini tentunya sangat
Bahkan hingga saat ini, Islam tetap saja berada pada posisi yang tidak terlalu menguntungkan
Dalam upaya menggapai cita-cita nya untuk menyatukan kepemimpinan Islam pada
satu wadah, maka seluruh ajaran dan nilai Barat tidak ditolerir oleh HTI, termasuk demokrasi.
Pada pengertian demokrasi sebagaimana dikatakan oleh David Held (2006) ia menghimpun
pengertian pandangan liberal dan tradisi Marxis untuk bisa mencapai makna demokrasi yang
memberi dukungan pada prinsip dasar kebebasan: “orang seharusnya bebas dan setara dalam
menentukan kondisi kehidupannya, yaitu mereka harus memperoleh hak yang sama, dan
karena itu juga kewajiban yang sama dalam suatu kerangka pikir” (Sorensen, 2003).
HTI berpandangan bahwa konsep demokrasi yang disosialisasikan pihak Barat pada
negara Islam, adalah sistem yang kafir, tidak mempunyai keterkaitan sama sekali, langsung
atau tidak. Menurut Ismail Yusanto sebagai jubir HTI, Islam memiliki pandangan-pandangan
yang khas, yang berbeda dengan demokrasi Barat. Pertama, tentang kedaulatan. Islam
viii
memandang kekuasaan ada di tangan Allah. Islam memandang hanya Allah saja, tidak ada
yang lain, tidak juga manusia atau rakyat, yang berhak sebagai syaari’ (pembuat hukum-
tasyri’). Kedua, bahwa kekuasaan di tangan ummat. Artinya tidak ada yang dapat tidak
seorang pun dapat menjadi penguasa dalam masyarakat Islam, sampai mereka diinginkan
umat, yang kemudian bisa dilihat dengan pengangkatan. Kekuasaan itu pun hanya untuk
menjalankan syari’at Islam, bukan untuk menjalankan kedaulatan rakyat atau lainnnya.
Ketiga, Hak Asasi Manusia. Jelas tidak ada paksaan untuk memasuki Islam. Namun, sekali
orang masuk Islam, maka ia tidak bisa meninggalkan Islam sesukanya. Ia akan dikenakan
hukum murtad dengan hukuman setimpal. Keempat, pengambilan keputusan. Dalam Islam,
musyawarah bukanlah segalanya dalam cara pengambilan keputusan. Ini karena terdapat
beberapa hal yang tidak bisa dikompromikan, seperti masalah keimanan dan syariat. Kelima,
muslim, yang bisa dipilih dan diangkat ummat. Dia merupakan wakil dari masyarakat muslim
dalam menjalankan syari’at Allah. Namun, dia ia juga memiliki hak untuk melegislasi hukum
syara’ dan menjadikan hukum syara’ bagi seluruh kaum muslimin. Pembagian kekuasaan
sebagaimana dalam sistem demokrasi, tidak relevan, bahkan bertentangan dengan Islam.
Keenam, majelis Ummah/Syura. Majelis ini adalah wakil ummah yang dipilih dari kalangan
ummat guna menyampaikan pendapat ummat. Namun majelis ini bukan seperti lembaga
Demokrasi dikatakan memang tidak sealur dengan hukum-hukum Islam, global dan
partikular. Perdebatan antara keduanya terlihat pada titik kehadirannya, akidah yang
melahirkannya, basis yang menjadi dasarnya, juga sejumlah pikiran yang dihasilkan.
Karenanya, masyarakat muslim tidak diperbolehkan sama sekali untuk menyentuh, apalagi
ix
Bagi HTI, demokrasi menjadi penghambat bagi terwujudnya khilafah. Ada sejumlah
point yang menjadi penghambat bagi HTI mewujudkan khilafah, dimana semua pointnya
adalah dari Barat. Pertama, merebaknya pemikiran non Islami dan aktivitas ghazw al-fikr
oleh musuh-musuh Islam. Ketika mengalami kelemahan bernalar, umat Islam dikuasai oleh
pemikiran non Islami yang berpangkal pada nalar yang salah. Hal ini berakhir pada pikiran
yang kosong, dan karenanya umat Islam harus dicerahkan dengan dakwah politik, dengan
kata lain umat Islam harus disadarkan untuk membentuk khilafah. Kedua, adanya kurikulum
dan metode operasional pendidikan yang diletakkan di Barat, baik di sekolah maupun
perguruan tinggi. Akhirnya, produk pendidikan dari lembaga tersebut mempersepsikan Islam
seperti yang diharapkan oleh Barat. Ketiga, kontinuitas kurikulum pendidikan Barat. Hal ini
menjadikan mayoritas lulusannya bergerak ke arah yang berlawanan dari Islam. Keempat,
digunakan sebagai solusi bagi masalah kehidupan manusia, dibanding al-Qur’an dan hadist.
di Timur Tengah, yaitu ‘Abd al-Wadim Zallum. Baginya dan juga HTI, sistem demokrasi
adalah sistem kufur/non Islam yang bertentangan dengan Islam. Argumennya antara lain
adalah; karena konsep demokrasi merupakan buatan fikiran manusia, bukan buatan Allah; hal
tersebut adalah bagian yang menyatu dari akidah pemahaman sekuler; pada ajaran nilai
Islam, dalam Islam itu sendiri, kepemimpinan/ kekuasaan berada di tangan syari’at bukan
pada rakyat; di dalam ajaran Islam pula, nilai yang mengacu pada mayoritas tidak
mempunyai hal yang signifikan, karena hanya teks-teks syari’at; juga nilai kebebasan
sebagaimana bebas untuk menjalankan agama dalam Islam, menurutnya tidak hadir, karena
orang murtad yang tidak bertaubat dalam fiqh harus dihukum mati (Kamil, 2013).
Sejumlah keburukan demokrasi bisa disederhanakan sebagai berikut: (1) pihak yang
menganut konsep demokrasi di negara Barat sudah tidak baik, dan ini karena konsep
x
kebebasan berprilaku, (2) Sikap menjajah Barat melalui konsep demokrasi, menghadirkan
sejumlah musibah dan penyusutan sejumlah bangsa yang terperangi dan mempunyai
keterbelakangan, (3) konsep demokrasi dalam artian hakiki, tidak dapat diimplementasikan,
(4) apa yang dikatakan oleh pihak yang mengikuti dan meyakini demokrasi adalah tidak
dapat dipercaya dan membuat sesat ketika menyatakan bahwa legislatif merupakan
representasi dari kemauan masyarakat luas, wujud secara politis keinginan general
dalam demokrasi dapat dilihat dari hal yang mempunyai koneksi atas kekuasaan, serta orang
yang berkuasa. Adalah sebuah keanehan, ketika semua keburukan demokrasi telah terjadi,
Barat ternyata mampu mewujudkan tempat untuk konsep atau nilai demokrasi yang tidak
Dalam buku Gerakan Sosial Islam Hizbut Tahrir, Sitti Jamilah (2020) menjelaskan
bahwa HTI berbeda dengan PKS, sebab PKS lebih bersifat terbuka bagi non muslim,
sedangkan HTI tidak menerima keanggotaan dari kalangan non muslim. Tiap anggota HTI
diwajibkan untuk menggunakan ideologi dan sistem yang ada dalam Islam. HTI tidak melihat
latar belakang suku dan madzhab dari anggotanya, melainkan hanya memandang anggotanya
adalah orang Islam dan menjalankan segala sesuatu yang mempunya dasar hukum Islam.
Untuk penyebaran ideologi HTI, diwajibkan bagi tiap kader yang telah memiliki kapasitas
dan jaminan (sumpah) kepada HTI. Tiap beberapa kader yang ditunjuk, akan diberi daftar
beberapa orang yang harus didatangi untuk di follow up berbicara tentang khilafah, konsep
Tangga (AD/ART) nya sebagai dasar dari ideologi mereka. Meski demikian, hal tersebut di
nilai oleh Kementerian Hukum dan HAM tidak sejalan dengan kegiatan dan aktifitasnya yang
xi
tertulis pada Kementerian Hukum dan HAM (Kemenhukam) sebagai Badan Hukum
pada konteks ketidakpenerimaan HT/ HTI terhadap nilai-nilai Barat, nasionalisme dan juga
bentuk pemerintahan di luar khilafah, maka terdapat sejumlah pandangan HTI yang bisa
Olehnya itu berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka
penulis tertarik untuk mengambil judul “Pemikiran HTI tentang demokrasi”
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas maka yang akan menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pemikiran HTI tentang
Demokrasi ?
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
A.Manfaat Teoritis
B. Manfaat Praktis
xii
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak lain
yang bermaksud meneliti dan mengetahui lebih jauh serta lebih detail lagi bagaimana
C. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan proposal penelitian ini diantaranya sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan, yang meliputi dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta
sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir, yaitu tinjauan Pustaka,
konsep HTI, konsep politik, konsep demokrasi, penelitian terdahulu, serta kerangka pikir.
Bab III Metode penelitian, yang terdiri dari tipe penelitian, lokasi waktu penelitian, subjek
dan informan penelitian, teknik penentuan informan, jenis data dan sumber data, teknik
BAB II
Dalam kehidupan masyarakat istilah “politik” mula pertamanya dikenal pada masa
Plato dalam bukunya yang berjudul “Politeia” yang pula dikenal dengan istilah “Republik”
(Deliar Noer, 1982: 11-12), dan selanjutnya berkembang melalui karya Aristoteles, yang
dikenal dengan “Politica”. Karya Plato maupun Aristoteles ini dipandang sebagai titik
pangkal pemikiran politik dalam sejarah perkembangannya, di mana hal itu dapat diketahui
xiii
bahwa “politik” merupakan istilah dipergunakan sebagai konsep pengaturan masyarakat,
sebab dalam kedua karya itu membahas soal-soal yang berkaitan dengan masalah bagaimana
pemerintahan itu dijalankan agar dapat terwujud sebuah kelompok masyarakat politik atau
suatu organisasi negara yang baik. Dengan demikian, dalam konsep tersebut terkandung
sarana pengaturan masyarakat serta cita-cita yang hendak dicapai. Meskipun para pemikir
dan ilmuwan politik tidak memiliki kesepakatan tentang pembatasan atau definisi “politik”,
namun unsur-unsur sebagaim ana disebut di atas dapat ditemukan secara parsial atau pun
implisit dalam definisi yang mereka kemukakan. Dari berbagai defenisi yang ada, ditemukan
2. Pandangan yang menghubungkan dengan masalah kekuasaan, otoritas dan atau dengan
konflik. Dengan adanya perbedaan ini erat hubungannya dengan pendekatan yang
politik, perkembangan hubungan politik dengan luar negeri, perkembangan ide-ide politik
yang besar.
(2) Pendekatan legalistik yang menekankan pembahasannya pada institusi dan perundang-
institusi politik seperti lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pendekatan perilaku atau
xiv
tingkah laku politik yang menitik-beratkan perhatiannya, perilaku atau tingkah laku para
aktor politik. Pendekatan ini menerima institusi politik sebagai aspek penting dalam politik,
tapi ia bukanlah hakekat politik yang kegiatannya terdapat pada lingkup institusi politik yang
dan wakil-wakil rakyat Lebih jauh dalam kaitan dengan pendekatan perilaku dan tingkah laku
politik dapat memberikan paling tidak dua macam gambaran pola perilaku manusia dalam
kehidupan politik yang saling bertolak belakang, yakni: “(1) Perilaku integratif, dan (2)
perilaku disintegratif. Perilaku yang pertama lebih menekankan pentingnya konsensus atau
(Tommi Legowo, 1985: 142). Dalam hubungan dengan pendekatan ini, Deliar Noer (1983:
94) mengemukakan bahwa secara garis besar, ilmuwan politik telah menggunakan dua
macam pendekatan yaitu pendekatan yang menekankan pada nilai dan pendekatan yang
Apa yang dinamakan pendekatan nilai tidak dapat disamakan dengan pendekatan
tradisional yang hanya mencakup ketiga aspek yang telah disebutkan di atas. Padahal
pendekatan tersebut mencakup pula penggunaan nilai-nilai etis dalam menetapkan baik
buruknya sebuah sistem pemerintahan, selain penggunaan fakta-fakta sejarah, institusi dan
ilmuwan politik. Walaupun tanpa ada penegasan, kedua pendekatan ini terpakai dalam
konsep politik yang dikemukakannya. Oleh karena itu konsepnya memiliki keutuhan, artinya:
“konsep Deliar Noer tentang politik tidaklah parsial, karena konsep tersebut tidak hanya
memiliki sifat keilmuan tapi juga memiliki sifat kefilsafatan. Konsep tersebut didukung oleh
Beberapa Definisi Tentang Politik Untuk memberikan definisi politik, ada beberapa
ahli mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: Menurut Deliar Noer (1983: 6) “politik
xv
adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud
untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk
susunan masyarakat”. Melihat definisi ini, maka hakekat politik menunjukkan perilaku atau
tingkah laku manusia, baik berupa kegiatan, aktivitas, ataupun sikap, yang tentunya bertujuan
menggunakan kekuasaan. Ini berarti kekuasaan bukanlah hakekat politik, meskipun harus
diakui tidak dapat dipisahkan dari politik, justru politik memerlukannya agar suatu
“pada umumnya dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam
suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari
sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu”. Roger H. Soltou, mengemukakan sebagai
berikut: “the term (politics) is reserved for those common affairs are under the direction of
an authority or agency managing or controlling these affairs on behalf of, and in the name of
Dengan adanya definisi dari Deliar Noer maupun Miriam Budiardjo, pada prinsipnya
mengandung persamaan, di mana kedua pakar ini melihat politik sebagai suatu kegiatan,
namun ada perbedaan dalam hal bentuk kegiatan yang dilaksanakan. Lebih lanjut Deliar Noer
mengemukakan bahwa konsep politik tidak saja dilihat dari sudut perilaku, tapi melihat aspek
sejarah yakni melihat dari perspektif sejarah bangsa Indonesia sejak masa sebelum
kemerdekaan sampai sesudah kemerdekaan, di mana mempunyai konsep yang lebih luas.
Kesimpulan yang dikemukakan Deliar Noer bahwa politik tidak terbatas pada suatu kegiatan
yang berkaitan dengan “decision making” (pengambilan keputusan) dan kebijaksanaan umum
(public politicies) seperti inti daripada konsep Miriam Budiardjo, akan tetapi mencakup
xvi
seperti adanya pergeseran kekuasaan politik dari penguasa atau rezim ke rezim lainnya. Jika
persoalan ini dikaitkan dengan definisi yang dikutip dari Soltou, perbedaannya lebih jelas
lagi, di mana politik terbatas pada penanganan masalah-masalah umum oleh negara dan
untuk masyarakat. Politik dihubungkan dengan lembaga yang biasa disebut negara, maka
Perbedaan lain yang terkandung dalam definisi di atas adalah adanya gagasan sistem
politik dalam batasan Miriam Budiardjo yang tidak didapat secara eksplisit pada definisi
lainnya. Seperti sistem politik yang dikemukakan oleh Robert A. Dahl (1974: 4) adalah “ any
persisten of human relationship that involves, to signivicant extent, control, influence, power
or authority”. Berdasarkan definisi ini bahwa pengertian sistem politik sebagai hubungan
politik tidak lagi terbatas pada negara, tapi juga mencakup bentuk-bentuk persekutuan
lainnya, seperti: perkumpulan sosial, organisasi keagamaan, dan lain-lain. Pengertian yang
lembaga tersebut ada Memahami Tentang Beberapa Konsep Politik(Suatu Telaah Dari Sistem
keputusan dan kebijaksanaan umum yang berlaku bagi seluruh kelompok atau warga. Namun
hal tersebut tidak dapat ditafsirkan sama dengan keputusan dan kebijaksanaan yang diambil
Oleh sebab itu dapat dipahami, jika Miriam Budiardjo menegaskan spesifikasi sistem
yang dimaksudkannya dengan ungkapan “negara”. Karenanya tersirat bahwa konsep tersebut
tidak terlepas dari aspek kelembagaan, bahwa ternyata lebih mempengaruhi uraiannya
umum yang menjadi esensi konsep politik yang dikatakannya. Walaupun demikian, terlepas
dari ketidaktetapan azas ini, maka dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa negara
xvii
berfungsi sebagai wadah kegiatan politik dan pula sebagai alat bagi masyarakat untuk
mencapai tujuannya. Sebagai organisasi negara dapat memaksakan kekuasaannya secara sah
terhadap kekuasaan lainnya yang ada dalam masyarakat dengan melalui penerapan hukum-
hukum. Karena itu semua kekuatan sosial dalam lingkungan negara harus menempatkan dan
Dalam definisi Deliar Noer, kata negara atau sistem politik tidak ditemukan, tapi
yang ada yaitu: bentuk susunan masyarakat, hal mana dapat diketahui sebagai ungkapan yang
berkenaan dengan penguasaan, sifat dan struktur masyarakat yang dikehendaki. Dalam
hubungan beliau menunjukkan adanya fakta sejarah sebagai perkembangan politik yang
terjadi sebelum kemerdekaan sampai sesudah kemerdekaan. Dari kenyataan sejarah itu
terlihat adanya usaha-usaha dalam masyarakat dari golongan warga untuk mengambil alih
kekuasaan pemerintahan dan segolongan lain berusaha mempertahankannya. Hal ini pada
berusaha mendapatkan kekuasaan dan mereka berhasil mengatur masyarakat sesuai dengan
Bermacam-macam definisi mengenai politik yang telah ada jelas memperlihatkan adanya
unsur persamaan dan perbedaan. Adanya perbedaan tentu disebabkan dilihat pandangannya
sendiri dan beberapa unsur dipakai sebagai tema sentral untuk menyoroti aspek-aspek politik
lainnya. Tentu dari macam-macam definisi mengenai politik itu mengandung konotasi
kebijakan, kekuasaan, negara, konflik, pembagian, dan keadilan. Sedang pendefinisian dilihat
dari aspek ciri hakikinya: metode pembahasanya, aspek kemungkinan yang ada dan secara
Sehubungan dengan hal di atas, Dr. Kartini Kartono (1989: 5) melihat definisi politik
dari dua aspek yaitu: dari struktur dan kelembagaan, politik dapat diartikan sebagai berikut:
xviii
(1) segala sesuatu yang ada relasinya dengan pemerintahan (peraturan, tindakan pemerintah,
undangundang, hukum, kebijakan (policy), beleid dan lain-lain; (2) pengaturan dan
penguasaan oleh negara; (3) cara memerintah suatu toritorium tertentu; (4) organisasi,
pengaturan, dan tindakan negara atau pemerintah untuk mengendalikan negara secara
konstitusional dan yuridis formal. Kemudian aspek kedua pengertian yang lebih dinamis dan
fungsional operasional mengenai politik adalah sebagai berikut: a) Semua keputusan dan
penetapan mengenai susunan masyarakat bagi masa mendatang (Bram Peper dan Willem
Walters); b) The common decision of men and women about their own tate (Deutsch); c)
Aktivitas dan proses dinamis dari tingkah laku manusia dengan menekankan aspek-aspek
politik dari masalah sosial; d) Aktivitas untuk menegakkan atau mengubah kondisi sosial
yang sudah ada dengan menggunakan kekuasaan; e) Semua usaha dan perjuangan individu
serta kelompok dengan menggunakan macam-macam alat, cara dan alternatif tingkah laku
untuk mencapai satu tujuan terbatas sesuai dengan ide individu atau ide kelompok dalam satu
Dalam pengertian terakhir ini, politik bukan lagi merupakan hal-hal yang berkaitan
dengan negara saja, sebab konflik-konflik, ketentuan, ketetapan, gejala, dan masalah-masalah
sosial tertentu bisa juga bersifat politis atau dapat dijadikan masa politik. Dalam hal ini
Deutsch (dalam Kartini Kartono, 1989: 6) mengatakan bahwa: “Politization is making things
political (politisasi adalah membuat segala sesuatu menjadi politik)”. Tidak dapat dihindari
di kehidupan masyarakat suatu masalah akan berubah menjadi masalah politik pada saat
pemerintah dilibatkan untuk memecahkannya atau melibatkan diri guna memecahkannya, dan
hal ini untuk memecahkan persoalan sosial disebut sebagai aktivitas politik dan pula
sebaliknya mengagalkan usaha pemerintah ikut campur dalam memecahkan satu masalah
xix
Dalam penyesuaian dan perubahan lingkungan supaya tetap hidup, maka setiap sistem
pengertian berbagai-bagai (bahasa Inggris). Ada pula yang mengatakan kegiatan yang
bersifat alamiah untuk sesuatu hal seperti dalam kata: “the function of the heart” (fungsi
jantung yaitu untuk memompa darah ke seluruh tubuh). Pula dalam kata the function of
government adalah mengandung arti pencapaian tujuan. Dalam arti luas fungsi menunjukkan
akibat atau konsekuensi dari suatu tindakan. Robert K. Merton (dalam Sukarna, 1977: 25)
menyebabkan suatu sistem tetap hidup, sedang dysfunction menunjukkan bahwa suatu sistem
itu hancur atau terputus”. Dengan adanya kegiatan-kegiatan politik sebagaimana telah
fungsi politik dalam dua kategori yaitu fungsi-fungsi masukan (input function) dan fungsi-
fungsi keluaran (output function). Fungsi-fungsi masukan (input function) adalah: “fungsi
yang sangat penting dalam menentukan cara kerjanya sistem dan yang diperlukan untuk
membuat dan melaksanakan kebijaksanaan dalam sistem politik (Moechtar Mas’oed, 1982:
29).
a. Sosialisasi Politik Sosialisasi antara lain berarti proses sosial yang memungkinkan
kelompoknya dan peranan dalam kelompok. Jadi dengan demikian sosialisasi politik
memiliki budaya politik kelompoknya dan bersikap serta bertindak sesuai dengan
budaya politik tersebut. Dan sosialisasi dilakukan oleh semua unsur dalam
dan sekolah, juga instansi resmi. Dengan demikian kebudayaan politik dapat
xx
berkembang dan terpelihara sampai pada generasi berikutnya. b. Rekruitmen Politik
menduduki jabatan politik dan administrasi. Menurut Gabriel A. Almont setiap sistem
suatu proses penentuan kepentingan yang dikehendaki dari sistem politik. Hal ini
orang lain yang memiliki kepentingan yang sama, kadang-kadang rakyat secara
Kepentingan Fungsi ini adalah proses perumusan alternatif dengan jelas dengan jalan
b. Agresi kepentingan dapat diselenggarakan oleh seluruh subsistem dari sistem politik
pelaksanaan aturan dan pengawasan azas pelaksanaan aturan-aturan. Ketiga fungsi ini
oleh Gabriel A. Almond sebagai fungsifungsi pemerintahan dan tidak dibahas lebih lanjut
xxi
pemerintahan dari konstitusi. Sehubungan dengan hal di atas, di sini Almond
diajukannya kekurangan unsur yang esensial sebab fungsi pemerintahan tidak dapat
menunjukkan seperangkat sifat khusus yang dimiliki oleh interaksi politik, yaitu: (1)
komprehensif, (2) kebebasan, dan (3) lingkungan. Sifat komprehensif berarti bahwa
sistem politik itu mencakup seluruh interaksi yang berkenaan dengan input atau output
legislatif yang dikenal dalam kepustakaan politik. Sedangkan fungsi administrasi, erat
delapan macam kekuasaan berdasar: (1) memeriksa keuangan, (2) mengadili kejahatan
terhadap negara, (3) mengadili penghianatan atau terhadap konstitusi (pemerintahan), (4)
mengadili perkara ancaman yang bersumber dari para pejabat negara, warga terhadap
terhadap warga lainnya, (5) mengadili perkara perdata yang besar yang terjadi antara
semua warga, (6) mengadili kejahatan pembunuhan, (7) mengadili perselisihan yang
terjadi antara seorang warga asing dengan sesamanya atau dengan warga sendiri, dan (8)
mengadili perkara perdata ringan (Deliar Noer, 1987: 121). Dengan uraian ini, maka
kekosongan yang terdapat dalam fungsifungsi politik dari Almond dapat tertutupi,
sehingga konsep politik sebagai sistem dapat memiliki sifat keutuhan. Perkembangan
pemikiran politik kemudian tidaklah jauh berkisar dari ketiga fungsi pemerintahan
xxii
tersebut karena itu konsep Aristoteles digunakan sebagai pelengkap. Masing-masing
fungsi di atas diselenggarakan oleh sebuah lembaga atau secara bersama. Lembaga-
lembaga itu mencerminkan struktur sebuah sistem politik dan bersama fungsi-fungsi
suatu sistem politik ada enam buah: kelompokkelompok kepentingan, partai-partai politik,
badan legislatif, badan eksekutif, birokrasi, dan badan-badan pengadilan. Struktur politik
yang dikemukakan oleh Almond tidak hanya relevan dengan sistem politik dalam negara-
negara modern tetapi juga negara-negara tradisional, bahkan dengan sistem politik dari suku-
suku primitif. Meskipun demikian konsep Almond ini tidak harus diterapkan secara kaku,
karena sebuah sistem politik dapat saja memiliki struktur dengan lembaga yang tidak disebut
olehnya atau sebaliknya. Hal ini dapat dipahami jika dikaitkan dengan tujuan yang dimaksud
Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. gagasan bahwa rakyat
merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka
partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antararakyatdi
satu pihak dan pemerintah di pihak lain. pada awal perkembangannya, akhir dekade 1 8-an di
negara-ne garaBatat seperti Inggris dan Prancis, kegiatan politik dipusatkan pada
kelompokkelompok politik dalam parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elitis dan
Semakin meluasnya hak pilih, kegiatan politik juga berkembang di luar parlemen dengan
menj elang masa pemilihan umum (kadang-kadang dinamakan caucus party) . oleh karena
xxiii
dirasa perlu memperoleh dukungan dari berbagai golongan masyarakat, kelompok-
kelompok politik di parlemen lambat laun juga berusaha mengembangkan organisasi massa.
Maka pada akhir abad ke-19 lahirlah partai politik, yangpada masa selanjutnya berkembang
menjadi penghubung (link) antararakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain.
Di Indonesia, kemunculan partai -partai politik tak terlepas dari terciptanya iklim
membentuk organisasi, termasuk partai politik. sebenarnya, cikal-bakal dari munculnya partai
politik sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia. partai politik yang lahir selama masa penj
ajahan tidak terlepas dari peranan gerakan-ger akan yang tidak hanya dimaksudkan untuk
mendapatkan kebebasan yang lebih luas dari penjajah, juga menuntut adanya kemerdekaan.
Hal ini bisa kita lihat dengan lahirnya partai-partai sebelum kemerdekaan. selain didorong
oleh adanya iklim demokrasi yang diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda, kemunculan
Indonesia atau Hindia Belanda ketika itu merupakan masyarakatyangplural (plural society),
yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen atau tatanan sosial yang hidup
berdampingan satu sama lain. Hanya saja, sambung Furnival, di antara mereka itu tidak
pernah bertemu di dalam suatu unit politik. Namun, realitas di Indonesia menunjukkan bahwa
masyarakat yang majemuk itu pada akhirnya bergabung dalam suaru unit politik besar yang
Cikal bakal dari terbentuknya partai politik di Indonesia adalah lahirnya Budi utomo
yang merupakan perkumpulan kaum terperajar. Perkumpulan ini merupakan bentuk dari
studie c/ub, perkumpulan sosial ekonomi, dan organisasi pendidikan. setelah Budi utomo
lahir, muncullah dua organisasi yang disebut-sebut sebagai partai politik pertama di
xxiv
Indonesia, yaitu Sarekat Islam dan Indiche partij. Munculnya kedua organisasi tersebut
merupakan ancaman bagi Budi utomo, karena banyak anggotanya yang pindah kedua
organisasi tersebut. semenjak itulah Budi utomo mulai mengarah kepada kegiatan politik.
Menyusul di belakang
Tiga organisasi tersebut muncul organisasi ISDV yang lahir pada tahun 1914 didirikan
oleh orang Belanda di Semarang. Pendirian ISDV adalah usaha untuk memasukkan paham
Komunis Indonesia. Semaun dan Darsono yang dulunya merupakan tokoh partai Sarekat
Islam menjabat sebagai ketua dan wakil ketua PKI. Perpecahan terjadi di tubuh Sarekat Islam
yang memecah partai tersebut menjadi dua golongan yaitu Sarekat Islam Putih dan Sarekat
Islam Merah. Sarekat Islam gerakanyalebih dititikberatkan dalam bidang memajukan gerakan
perekonomian ralcyat dan keislaman sesuai dengan nama Sarekat Islam. Berbeda dengan
Budi Utomo, Sarekat Islam gerakannya lebih bersifat revolusioner dan nasionalistis'
Partai politik terdiri dari dua kata, yaitu kata partai (partie) yang bermakna membagi, dan
kata politik (politics) yang berarti bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem negara
yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan
itu. Sehingga partai politik dapat berarti organisasi yang mempunyai basis ideologi yang
jelas, dimana setiap anggotanya mempunyai pandangan yang sama dan bertujuan untuk
merebut kekuasaan atau mempengaruhi kebijakan negara baik secara langsung maupun tidak
langsung serta ikut dalam sebuah mekanisme pemilihan umum untuk bersaing secara
Menurut Miriam Budiardjo, partai politik secara umum dapat diartikan sebagai suatu
cita-cita yang sama. Tujuan dari kelompok ini yaitu memperoleh kekuasaan politik dan
xxv
melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.
Terdapat tiga teori asal mula terbentuknya partai politik yang dikemukakan oleh
(1) teori kelembagaan, yang melihat adanya hubungan antara parlemen awal dengan
(2) teori situasi historik yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya suatu sistem
politik untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat secara luas,
dan
(3) teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial
ekonomi.
1. Teori Kelembagaan Menurut teori ini, partai politik pertama kari terbentuk pada lembaga
legislatif (dan eksekutif) karena adanya kebutuhan anggota legislatif (yang ditentukan dengan
masyarakat. Terbentuknya pattai politik seperti ini sering juga disebut sebagai partai politik
maka kemudian muncul partai politik lain yang dibentuk oleh kelompok masyarakat lain
karena mereka menganggap bahwa partai politik yang lama tidak mampu menampung dan
memperjuangkan kepentingan mereka. Partai yang tebentuk ini disebut sebagai partai Ekstra-
Parlemen. Kita bisa memahami kemunculan partaiT pertama kali dengan memahami
kronologis sejarah munculnya ide pembentukan partai politik yang bermula pada abad ke-18.
Latar belakang terbentuknya sebuah partai intra-parlemen pada masa ini dikarenakan
kebutuhan untuk mengakomodasi kepentingan tiap-tiap daerah. Pada tahun 1789 di Versaille
anggota legislatif dari daerah yang sama tersebut berkumpul untuk memperjuangkan
kepentingan daerah mereka masingmasing. Kegiatan ini pertama kali dilakukan oleh para
xxvi
wakil dari Breton. Mereka secara reguler melakukan pertemuan dengan menyewa sebuah
kafe. Di sana mereka berbagi pendapat terkait masalah-masalah daerah mereka dan
terbentuklah apa yang mereka sebut dengan "Breton CIub". Dalam perkembangannyaanggota
klub ini tidak hanya beranggotakan para wakil rakyat dari Breton saja. Mereka juga membuka
kesempatan kepada para wakil daerah lain untuk bertukar pendapat sehingga topik
pembahasan mereka sampai kepada isu-isu nasional. Dengan perkembangan inilah mereka
menjelma menjadi kelompok ideologis. Selain Breton CIub, perkembangan awal seperti ini
Pada tahun 1848, klub-klub pertemuan dibentuk bukan lagi berdasarkan atas paham
kedaerahan akan tetapi karena persamaan ideologis. Di dalam Majelis Konstiruante Prancis
sebagainya. Begitu jugadalamtubuh Parlemen Frankfurt terdapai partai cafe Milani, casino,
dan sebagainya. setelah partai politik yang diinisiatif oleh pemerintah tersebut terbentuk dan
menjalankan fungsinya, barulah mulai muncul partai politik lain yang dibentuk oleh
masyarakat dengan skala yang lebih kecil. Munculnya partai politik dari luar parlemen ini
disebut Ekstra-parlemen. pemimpin kelompok masyarakat membuat partai ini dengan tujuan
untuk memperjuangkan kepentingan mereka yang tidak dapat sepenuhnya ditampung arau
diperhatikan oleh partai yang dibentuk oleh pemerintah tersebut. sebagai contoh pada negara
bagi negaranya. sedangkan pada negara maju, kelompok masyarakat yang minoritas
terwakili dalam sistem kepartaian yang ada. contohnya serikat buruh di Inggris dan Australia
xxvii
Teori Situasi Historik Menurut Teori situasi Historik, partai politik terbentuk ketika suatu
sistem politik mengalami masa transisi karena adanya perubahanperubahan yang terjadi pada
masyarakat yang lebih modern yang berstruktur kompleks. Teori ini berangkat dari adanya
pendidikan, mobilitas okupasi (penduduk), perubahan pola pertanian dan industri, partisipasi
media, urbanisasi, ekonomi berorientasi pasar, peningkatan aspirasi dan harapanharapan baru,
timbulnya riga macam krisis, yaitu: (1) krisis legitimasi, (2) krisis integrasi, dan (3) krisis
partisipasi.
legitimasi kewenangan pemerintah. Partai politik yang didukung oleh masyarakat secara
penuh diharapkan dapat membentuk suatu hubungan yang terlegitimasi antara pemerintah
dan masyarakat. b. Krisis integrasi yaitu perubahan yang menimbulkan masalah dalam
identitas yang menyatukan masyarakat sebagai suatu bangsa. Partai politik yang terbuka bagi
seluruh lapisan masyarakat berfungsi sebagai sarana integrasi berbagai latar belakang
masyarakat. c. Krisis partisipasi yaitu perubahan yang mengakibatkan tuntutan yang semakin
besar untuk ikut serta dalam proses politik. Partai politik juga diharapkan mampu untuk
menyalurkan aspirasi masyarakat' Dalam upaya mengatasi tiga krisis yang terjadi tersebut
maka dibentuklah partai politik. Dengan terbentuknya partai politik yang berakar kuat di
yang kuat dari rakyat. Partai politik juga diharapkan dapat berperan sebagai integrator bangsa
dengan cara lebih bersifat terbuka bagi berbagai golongan. Selain itu, partai politik juga harus
xxviii
mampu untuk menyalurkan keinginan masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi
kepentingan dan organisasi profesi, dan segala aktivitas yang menimbulkan kebutuhan untuk
membentuk suatu organisasi politik yang mampu menyalurkan aspirasi mereka. Dapat
Kegiatan seseorang dalam partai politik adalah sebuah bentuk partisipasi politik.
Partisipasi politik mencakup semua kegiatan sukarela melalui mana seseorang turut serta
dalam pemilihan umum; menjadi anggota golongan politik seperti partai, kelompok penekan,
kelompok kepentingan; duduk dalam lembaga politik seperti dewan perwakilan rakyat atau
mengadakan komunikasi dengan wakil-wakil rakyat yang duduk dalam badan itu;
Miriam Budiardjo juga mengatakan bahwa dalam negara demokrasi, partai politik
Tugas dari partai politik salah satunya yaitu menyalurkan aneka ragam pendapat dan
dalam masyarakat berkurang. Pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan
hilang bila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang
senada dalam masyarakat modern yang begitu luas. Pendapat dan aspirasi yang telah
digabung tersebut kemudian diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses
xxix
tersebut merupakan perumusan kepentingan yang dilakukan oleh partai. Kemudian partai
dalam program partai untuk disampaikan kepada pemerintah agar dijadikan kebijaksanaan
pemerintah melalui partai politik. Partai politik juga berfungsi untuk memperbincangkan dan
arus informasi serta dialog dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Peranan partai politik
tersebut sebagai penghubung antara yang memerintah dan yang diperintah, antara pemerintah
dan warga masyarakat. Partai politik disebut sebagai broker (perantara) dalam suatu bursa
ide-ide dalam menjalankan fungsi ini. Bagi pemerintah partai politik juga terkadang
dikatakan sebagai alat pendengar, sedangkan bagi masyarakat sebagai pengeras suara
Partai politik memainkan perannya sebagai sarana sosialisasi politik yang diartikan
sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena
politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada. Proses sosialisasi
berjalan secara berangsur-angsur dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Sosialisasi politik
mencakup proses melalui mana masyarakat menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Fungsi partai politik dalam hal ini sebagai salah satu
ranah sosialisasi politik. Dalam usaha menguasai pemerintahan melalui kemenangan dalam
pemilihan umum, partai harus memperoleh dukungan seluas mungkin. Untuk itu partai
menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dan
xxx
menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan nasional. Di negara-negara baru
partai-partai politik juga berperan untuk memupuk indentitass nasional dan integrasi nasional.
Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk
turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai. Dengan demikian partai turut
memperluas partisipasi politik dengan cara melalui kontak pribadi, persuasi dan lain-lain.
Serta diusahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang di masa
merupakan soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha untuk
mengatasinya. Sering dilihat dalam praktek politik bahwa fungsifungsi tersebut tidak
kepentingan nasional, akan tetapi kepentingan partai yang sempit dengan akibat pengkotakan
politik; atau konflik tidak disesuaikan, akan tetapi masalah dipertajam. Gejala-gejala tersebut
di beberapa negara baru telah menimbulkan kekecewaan terhadap sistem kepartaian ini
dengan membawa bermacam-macam akibat. Fungsi partai politik berbeda sekali dnegan
partai dalam negara yang demokratis. Dalam negara demokrasi, partai mengatur keinginan
1. Pengertian demokrasi
Secara etimologis demokrasi berasal dari ibahasa Yunani yang berarti demos (rakyat) dan
cratos atau cratein (pemerintah atau kekuasaan). Jika digabung demos-cratein atau demos-
xxxi
cratos berarti suatu sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Sementara secara terminologis demokrasi berarti pemerintahan rakyat yang berarti
Menurut Mardenis, maksud dari rakyat adalah bahwa adanya pemerintah demokrasi
pasti membutuhkan dukungan (legitimasi) rakyat. Definisi lain menyebutkan bahwa dari
rakyat berarti pemerintah negara hakikatnya telah mendapat mandat dari rakyat untuk
demokrasi. Apabila telah mendapat mandat dari rakyat berarti sudah dinyatakan sah sebagai
pemimpin, baik presiden, gubernur, bupati dan lain sebagainya. Sedangkan maksud
pemerintahan oleh rakyat memiliki artian bahwa hakikat pemerintahan dalam negara itu
dijalankan oleh rakyat. Meskipun dalam praktiknya hanya pemerintah yang mejalankan
namun kedudukannya sudah mewakili rakyat. Selain itu pendapat lain menyebutkan bahwa
oleh rakyat berarti dalam praktik menjalakan pemerintahan diawasi oleh rakyat. Sementara
rasi atau pemerintahan untuk rakyat berarti setiap kebijakan yang diputuskan dari pemerintah
demokrasi harus sesuai dengan aspirasi atau keinginan serta kepentingan dari rakyat.
Sementara maksud dari untuk rakyat berarti kekuasaan yang telah dipercayakan masyarakat
kepada pemimpin harus dilaksanakan sesuai untuk kepentingan rakyat. Dalam hal ini,
kepentingan harus dijadikan sebagai pijakan utama dalam menjalankan pemerintahan yang
demokratis.
Sementara itu, konsep demokrasi sendiri merupakan sebuah gagasan yang paling populer
namun kedudukannya cukup sulit untuk diterjemahkan dalam pemahaman. Begitu pula
dengan aspek sejarah gagasannya yang dapat bercabang, definisinya serta maknanya. Oleh
karena itulah, masyarakat memahami bahwa hakikat dalam konsep demokrasi sangatlah luas
dan bebas.
xxxii
Dengan demikian, berdasarkan pengertian demokrasi secara umum dapat disimpulakn
tangan rakyat. Sebab rakyat imerupakan pemegang ikekuasaan tertinggi. Maka dari itu,
pemerintahan demokrasi atau dalam hal lain juga disebut sebagai pemerintahan yang
berkedaulatan rakyat
2. Sejarah demokrasi
Dalam penyelenggaraan demokrasi atau yang sering disebut sebagai kedaualatan rakyat
lahir dari tradisi Yunani Kuno sekitar abad ke-4 SM sampai abad ke-6 M.9 Namun pendapat
lain menyatakan bahwa demokrasi lahir antara abad ke-6 SM sampai abad ke-4 M.10 Pada
masa itu, pemerintahan yang telah dijalankan merupakan pemerintahan demokrasi secara
langsung atau direct democracy yang berarti proses pemenuhan hak rakyat dalam membuat
keputusan dilaksanakan langsung oleh seluruh rakyat. Hal ini dilakukan sebab Yunani kala
itu masih berupa negara kota yang penduduknya hanya sekitar 300.000 jiwa. Meskipun
terbilang seluruh rakyat, pengecualian terhadap aspirasi yang diajukan dari kalangan anak,
wanita serta budak.Pada abad pertengahan merupakan masa akhir dari demokrasi di Yunani
Kuno. Sebab di zaman ini masyarakat Yunani sudah berubah menjadi masyarakat yang
feodal dengan ditandai oleh sistem kehidupannya dalam beragama terpusat pada Paus dan
pejabat agama. Dengan demikian pusat pemerintahan atau kekuasaan beralih pada kalangan
bangsawan.
pertengahan dengan ditandai piagam besar (magna charta) di Inggris. Piagam tersebut di
dalamnya mengandung unsur perjanjian antara Raja Inggris dengan kaum bangsawan yang
isinya berkaitan dengan pembatasan kekuasaan raja serta kedudukan pentingnya hak asasi
manusia atas rakyat dan bawahannya. Selain itu masa ini juga ditandai dengan gerakan
xxxiii
pencerahan (renainssance) atau yang disebut sebagai gerakan yang menghidupkan minat
rakyat terhadap budaya Yunani Kuno. Sebab, zaman ini ditunjang pula oleh perkembangan
peradaban Islam yang kala itu ilmu pengetahuannya sedang dalam masa puncak kejayaan.
Dengan kata lain, sejarah telah membuktikan bahwa kedudukan Islam pada hakikatnya
3. Prinsip-prinsip demokrasi
sebagai berikut:
f. Dan lain-lain
b. Musyawarah
d. Kerja sama
f. Pertimbangan moral
xxxiv
g. Pendidikan yang menunjang.
5. Jenis-jenis demokrasi
1) Demokrasi langsung yaitu rakyat ikut serta dalam pengambilan keputusan atas kebijakan
pemerintah.
2) Demokrasi tidak langsung yaitu demokrasi yang dijalankan melalui rakyat yang dipilih
3) Demokrasi pemilihan dengan pengawasan langsung dari rakyat yaitu campuran dari
demokrasi langsung dan tidak langsung. Jadi pemerintah atau wakil rakyat menjalankan
tugasnya dengan diawasi langsung oleh rakyat. Sistem demokrasi ini dilaksanakan di Swiss.
1) Demokrasi formal atau liberal yaitu menempatkan kedudukan semua orang sama. Dengan
3) Demokrasi campuran yaitu campuran dari demokrasi formal dan material yang bertujuan
xxxv
Di tengah perkembangan demokrasi, pada mulanya kedudukan Islam dalam
melaksanakan prinsi-prinsip demokrasi telah diragukan, sebab secara historis demokrasi lahir
di Barat. Selain itu, dalam dunia Islam juga dinilai tidak memiliki pengalaman yang andal
a. Islam dan demokrasi merupakan sebuah sistem politik yang berbeda. Sebab Islam
merupakan agama yang sempurna (kaffah) yang kedudukannya tidak hanya mengatur
persoalan ibadah dan akidah saja, akan tetapi juga mengatur seluruh aspek yang berhubungan
dengan kehidupan manusia termasuk bernegara. Pandangan ini mendapat dukungan dari
Sayyid Qut}b dan T}abat}abai. Bagi penganut demokrasi, sistem ini dinilai sebagai satu-
satunya sitem terbaik dibanding Islam yang kedudukannya hanya sebagai alternatif saja.
Sementara bagi penganut Islam, sistemnya di anggap sebagai yang paling sempurna (kaffah).
Sebab sistem demokrasi bila diterapkan dalam Islam kurang tepat diaplikasikan dalam
b. Islam dan demokrasi berbeda bila demokrasi yang dilaksaksanakan seperti yang ada di
negara-negara Barat. Pada kelompok ini, menyetujui akan adanya prinsip-prinsip demokrasi
bila dipraktikkan dalam Islam. Namun, dalam kelompok ini juga mengakui akan adanya
perbedaan di antara keduanya. Dalam kelompok ini menyebutkan bahwa Islam dapat
dikategorikan sebagai sistem demokratis jika dalam demokrasi didefinisikan secara subtantif
seperti hakikat kedaulatan berada di tangan rakyat serta negara merupakan terjemah dari
kedaulatan rakyat. Dengan demikian, dalam pandangan kelompok ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa konsep demokrasi sejatinya sejalan dengan Islam setelah adanya proses
penafsiran terhadap konsep demokrasi itu sendiri. Pendukung kelompok ini adalah al-
xxxvi
c. Pada pandangan kelompok ini menyatakan bahwa Islam merupakan suatu sistem yang
mendukung serta membenarkan sistem politik demokrasi seperti halnya yang sudah
dipraktikkan dalam negara-negara maju. Sebab, menurutnya, dalam demokrasi selain ada
konsep musyawarah (shura) seperti dalam Islam akan tetapi juga terdapat konsep ijtihad dan
ijma’ (konsesus). Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh pakar ilmu politik R. William
Lidle serta Saiful Mujani. Dalam Indonesia tampaknya pandangan dari kelompok tiga ini
yang lebih dominan, sebab melihat langsung dari segi praktik dan pelaksanaan Indonesia
merupakan salah satu negara yang umat Muslimya lebih mayoritas yang telah menerapkan
sistem pemerintahan demokrasi. Pendukung kelompok ini adalah Abdurrahman Wahid, Amin
Penerimaan demokrasi dalam Islam sebagaimana yang dikemukakan oleh kelompok tiga
tidak berarti bahwa di negara muslim secara otomatis demokrasi bisa tumbuh dan
berkembang dengan mudah. Justru kebalikannya, negara muslim merupakan kategori negara
Oleh karena itu, berikut beberapa penjelasan mengenai argumen teoritis perihal faktor
dikembangkan Elie Khudourie yang menyatakan bahwa gagasan mengenai demokrasi imasih
cukup asing dalam tradisi ipemikiran. Penyebabnya ialah, kebanyakan dari kaum muslim
cenderung memahami demokrasi sebagai suatu hal yang masih bertentangan dengan Islam.
Maka dari itu, perlunya pengembangan upaya liberalisasi ipemahaman keagamaan dalam
irangka mencari ikonsesus serta sintesis antara pemahaman dari doktrin-doktrin Islam dengan
b. Adanya persoalan ikultur politik. Pada realitanya, demokrasi sudah pernah diuji coba di
negara-negara Islam sejak paruh abad dua puluh-an, tetapi faktanya gagal. Hal ini disebabkan
xxxvii
karena adanya warisan kultural pada masyarakat muslim. Teori ini dikembangkan oleh
Bernard Lewis. Maka dari itu, langkah yang cocok untuk diterapkan ialah mengenai
c. Adanya sifat alamiyah dari setiap masing-masing demokrasi itu sendiri. Dalam
termasuk waktu. Teori ini dikembangkan oleh John Esposito dan O. Voll.
Demokrasi sebagai sebuah prinsip bernegara memiliki versi eksplanatif yang bervariasi
menjadi tiga lembaga negara dengan fungsi yang berbeda namun berkesinambungan, yaitu
B. Abraham Lincoln, konsep daripada demokrasi tetap mengerucut sistem pemerintahan yang
C. Aristoteles, prinsip utama dalam demokrasi adalah kebebasan. Karena, kebebasan yang
dimiliki oleh setiap warga negara dapat mengisi kekuasaan di dalam negara
di mana hak dalam membuat suatu keputusan politik harus diselenggarakan oleh rakyat
Prinsip Demokrasi
Demokrasi sebagai sebuah sistem politik dan pemerintahan dari suatu negara, harus duduk di
· Pemerintahan konstitusional
xxxviii
· Pers yang bebas dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
negara yang memperoleh hak-hak politik dan kebebasan. Rezim non-demokratis mungkin
saja menjauhkan sebagian besar masyarakatnya dari partisipasi. Pada rezim demokratis,
seluruh penduduk dewasa memperoleh hak kebebasan secara penuh. Kompetisi (atau
liberalisasi) menyangkut tersedianya hak-hak dan kebebasan, paling tidak bagi beberapa
anggota sistem politik. Meningkatnya liberalisasi berarti meningkatnya peluang bagi oposisi
Dengan adanya tiga dimensi demokrasi yaitu kompetisi, partisipasi dan kebebasan di
suatu negara maka akan lebih membuka peluang bagi berseminya proses demokratisasi.
Terciptanya iklim demokratis yang optimal akan berdampak pada semakin menguatnya hak-
hak warga negara dalam mengekspresikan aspirasinya. Hak-hak warga yang harus
diperjuangkan dan diakomodasi dalam sistem politik yang demokratis adalah: (1) perjuangan
untuk mendapatkan otoritas bagi parlemen terpilih untuk mengambil keputusan/kebijakan, (2)
perjuangan untuk memperoleh perluasan atas hak memilih, (3) perjuangan untuk membuat
subyek penguasa berhubungan dengan kehendak para pemilih, (4) perjuangan untuk
mengadakan pemilu berdasarkan perhitungan yang jujur, (5) perjuangan bagi diterimanya
partai-partai politik yang terorganisir sebagai aktor sosial yang memiliki legitimasi dan
xxxix
sebagai peserta pemilu, (6) perjuangan bagi terciptanya emansipasi bagi sekelompok
masyarakat yang secara personal masih bergantung pada kelompok dominan agar mereka
juga memiliki hak memilih pemerintah mereka. Apabila suatu negara dapat menegakkan pilar
demokrasi secara stabil dan kuat, maka bukan suatu hal yang mustahil bagi negara itu untuk
merealisasikan kondisi yang menjadi parameter berlangsungnya sistem politik yang bercorak
poliarki. Adapun parameter yang harus dimiliki pemerintahan yang bersifat poliarki adalah:
(1) para pemimpinnya tidak menggunakan koersi kekerasan, yaitu polisi dan militer untuk
meraih atau mempertahankan kekuasaannya, (2) adanya organisasi masyarakat pluralis yang
modern dan dinamis, (3) potensi konflik dalam pluralisme struktural dipertahankan pada
tingkat yang masih dapat ditoleransi, (4) dalam masyarakat, khususnya yang aktif dalam
politik ada budaya politik dan sistem keyakinan yang mendukung ide demokrasi dan lembaga
Jadi praksis demokrasi yang paling substansial adalah negara wajib melindungi
rakyat, utamanya dalam merepresentasikan hak-hak kewargaan mereka, lebih utama lagi
dalam menyelenggarakan terciptanya hak-hak dasar hidup yang layak. Untuk itu maka negara
berkewajiban mengendalikan dan mengatur gejala kekuasaan yang asosial. Negara juga harus
tercapainya tujuan negara. Jadi secara umum bagi negara yang demokratis kebijakan negara
adalah kebijakan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan warga. Dukungan dari warga akan
diperoleh manakala anggota warga merasa kehendak dan kepentingannya mendapat saluran
yang wajar. Agar tidak terjadi penyimpangan demokrasi maka yang diperlukan adalah
sarana dan perlengkapan pemerintah. Untuk itu maka harus ada penguatan paradigma di
kalangan rakyat ke arah “high trust society” yaitu masyarakat yang memiliki kepercayaan dan
xl
rasa hormat akan kredibilitas pemerintah yang berkuasa. Dalam masyarakat yang rendah
membangkitkan partisipasi. Kondisi ini tentu saja akan menjadi batu sandungan bagi
penguatan iklim demokrasi di negara itu. Kontrol atas kekuasaan sebuah “state” dalam
menjalankan sistem pemerintahannya agar tidak berlaku totaliter dilakukan oleh rakyat.
Dengan kontrol ini maka ketertiban bersama, kesejahteraan umum dan hak-hak individu
rakyat akan tetap terjaga. Karena itu wewenang negara demokrasi adalah terbatas, yaitu
sejauh mandat yang diberikan rakyat melalui pemilu dan sejauh praksis pencapaian
kesejahteraan bersama menjadi tujuannya (Muji Sutrisno, 2000). Dengan demikian jelaslah
bahwa di satu pihak sistem negara demokratis membutuhkan penataan kelembagaan sebagai
Di lain pihak bila mekanisme kelembagaan sudah dibuat dan terus berproses, tidak
otomatis bisa dikatakan demokrasi telah berjalan optimal. Demokrasi baru dapat dikatakan
berhasil apabila tujuan society mendirikan state telah dicapai. Tujuan yang harus diupayakan
terwujudnya adalah adanya kesejahteraan masyarakat, yang secara hukum berarti terjaminnya
Model-model dan Jenis Demokrasi Model dan jenis demokrasi sangat banyak, di
antaranya:
a. Demokrasi Liberal: yaitu pemerintahan yang dibatasi oleh undangundang dan pemilihan
umum bebas diselenggarakan dalam waktu rutin. Banyak negara-negara di Afrika mencoba
menerapkan model ini, tetapi hanya sedikit yang bisa bertahan. Sedangkan dalam pandangan
hidup, demokrasi Liberal ditujukan memberikan kebebasan bagi individu untuk melakukan
kegiatan sosial, agama, dan bernegara tanpa dituntun dan dicampuri oleh urusan negara,
selama ekspresi hidupnya tidak bertentangan dengan pandangan hidup masyarakat lain dan
xli
pokok-pokok ideologi bangsa yang didiami. Dampak terebesarnya dalam sistem ini adalah
sektor ekonomi, yaitu negara menghormati segala bentuk aktifitas ekonomi dan kepemilikan
b. Demokrasi Terpimpin: para pemimpin percaya bahwa tindakan mereka dipercayai rakyat,
keputusan berpusat pada pemimpin negara, tidak melalui kesepakatan referendum anggota
konstitusi. Sedangkan menurut Soekarno demokrasi Terpimpin dikutip dari pembukaan UUD
1945 “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan”.
c. Demokrasi Sosial: yaitu menaruh kepedulian pada keadaan sosial dan egalitarianisme bagi
d. Demokrasi Partisipasi: yaitu menekankan hubungan timbal balik antara penguasa dan yang
dikuasai. Komitmennya adalah bahwa manusia dapat hidup bersama dalam semangat
kesetaraan, dan solidaritas, sehingga memerlukan hubungan timbal balik yang sangat erat
kelompok budaya dan menekankan kerja sama yang erat di antara elite yang mewakili bagian
f. Demokrasi Deliberatif: menurut istilah “deliberasi” berasal dari kata Latin deliberatio,
kemudain diserap dalam bahasa Inggris menjadi deliberation. Istilah ini berarti “konstitusi”
xlii
atau “menimbangnimbang”. Sedangkan penyatuan kata “demokrasi dan deliberatif” memiliki
arti formasi opini dan aspirasi politis yang diolah dengan proseduralisme atau kedaulatan
rakyat menjadi inti dari berdemokrasi. Jadi demokrasi deliberatif di mana legitimitas hukum
tercapai karena hukum lahir dari diskursus-diskursus dalam masyarakat sipil, sehingga
Demokrasi dalam penerapannya dibagi dalam dua hal, yaitu demokrasi secara
langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum, bigitu pula pemilihan pejabat legislatif (DPR,
DPD, DPRD).
sistem perwakilan. Corak pemerintahan demokrasi yang dilakukan melalui badan perwakilan
rakyat, dan dipilih langsung oleh rakyat dan bertanggung jawab terhadap rakyat.
-Demokrasi Negatif
Demokrasi hanyalah salah satu sistem bernegara, hal yang ditawarkan bukan
merupakan bentuk final sebuah sistem bernegara. Oleh karena itu sangat memungkinkan
oleh kelompok dan kalangan tertentu. Mereka menggunakan demokrasi sebagai tujuan
materi, melainkan juga bersifat non materi. Seperti membangun pengaruh dalam masyarakat
xliii
untuk mencari jabatan tertentu. Legalitas kepemimpinan mereka dibentuk melalui badan-
badan peradilan, legislatif, dan eksekutif yang sebelumnya telah dipersiapkan dan diisi oleh
b. Demokrasi yang Didominasi Massa; adalah sistem dengan aktor massa yang
menggerakkan reformasi dari bawah untuk menyerang kekuatan-kekuatan para elite ploitik.
Proses penyampaian aspirasi terkadang terlalu berlebihan dan cenderung anarkis karena
tidak bisa bebas berkehendak, karena urusan individu dan pribadi rakyat tidak terlalu penting.
Sebaliknya setiap rakyat harus menjunjung tinggi cita-cita yang digariskan dalam sistem
politik negara. Contoh sederhananya adalah porblem Jerman dengan ideologi Nazi pada
masanya.
oleh penguasa otoriter, fungsi parlemen hanya syarat berdemokrasi, kerjanya hanya berbasa-
basi bermusayawarah untuk mufakat, padahal bentuk final suatu keputusan tetap berada pada
tangan penguasa yang otoriter. Rakyat berada pada jalur terlemah, rakyat tidak diberikan
sistem politik model demikian biasanya didukung oleh kekuatan bersenjata dari pihak militer.
Praktik demokrasi yang otoriter banyak diterapkan di negara-negara Afrika, pada masyarakat
xliv
internasional mengatakan negaranya menjunjung demokratisasi, namun dipraktikkan dengan
cara otoritarianisme.
Indonesia merupakan negara yang sudah resmi merdeka. Adapun sistem pemerintahan
yang di anut Indonesia sejak merdeka ialah demokrasi. Sejak kala itu, demokrasi menjadi
pilihan bersama yang dianggap tepat guna menjalankan kekuasaan. Selain itu, kedaulatan
rakyat dipilih sebagai asas paling tinggi dalam menentukan apapun termasuk dalam
menentukan falsafah hidup bangsa, simbol negara serta kontitusi Sebagaimana praktinya,
demokrasi yang diterapkan di Indonesia tidak lain ialah demokrasi Pancasila. Demokrasi
Pancasila ini bukan kategori demokrasi liberal, bukan demokasi agama ataupun demokrasi
Islam. Adapun cirinya ialah demokrasi yang khas dan memiliki akar sejarah serta sumber
konseptual sendiri yang didasarkan pada nilai-nilai pancasila. Secara konseptual, demokrasi
Pancasila ini merupakan demokrasi konstitual yang berdasarkan pada Pancasila serta
Pancasila merupakan ideologi negara Indonesia. Maka dengan ini, Pancasila memiliki
kedudukan sebagai ideologi tengah yang mempertegas bahwa Indonesia bukanlah negara
agama, namun bukan pula negara yang sekuler. Dengan demikian, siapapun yang terpilih
menjadi pemimpin di negara ini, maka harus menerapkan ideologi yang telah disepakati
bersama yakni Pancasila.Selain itu, nila-nilai yang terkandung dalam demokrasi terdapat
dalam rumusan Pancasila yaitu pada sila ke-empat. Di mana isinya menekankan adanya
permusyawaratan dan perwakilan yang bertujuan untuk menguatkan negara persatuan, sebab,
tujuan didirikannya negara tidak lain bukan karena untuk golongan atau perorangan saja.
Seperti halnya dalam pernyataansidang Bung Karnotanggal 1 Juni 1945 sebagai berikut:”
Dasar itu adalah mufakat, dasar permusyawaratan. Negara Indonesia bukan satu negara untuk
satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan walaupun golongan rakyat. Tetapi kita
xlv
mendirikan negara ‚semua untuk semua‛, ‚satu untuk semua‛, ‚semua untuk satu‛. Saya
yakin, syarat mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan.”
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prinsip pokok dalam demokrasi
Pancasila yaitu bahwa seluruh kekuasaan dikelola oleh otoritas hikmat kebijaksanaan dan
dilakukan dengan cara musyawarah perwakilan. Dengan demikian, prinsip dalam demokrasi
ini telah melampaui demokrasi liberal yang dikendalikan oleh otoritas apapun. Oleh karena
itu, penekanan musyawarah mufakat merupakan salah satu ciri khas dari demokrasi
Pancasila, dan merupakan menjadi bagian pembeda dengan demokrasi lainnya termasuk
demokrasi liberal. Sebab prinsipnya yang terlalu membebaskan pilihan serta penganut voting
didasarkan atas kesepakatan bersama serta lebih menekankan pada prinsip gotong royong dan
kekeluargaan.
Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin an
Nabhany di al-Quds, Paletina tahun 1952. Kegiatan utama partai ini adalah politik yang
berasakan Islam, Agenda utama partai ini membangun kembali sistem Khilafah Islamiyah
dan menegakan hukum Islam dalam realitas kehidupan. Hizbut Tahrir bercita-cita
membangun tatanan masyarakat dan sistem politik yang berlandaskan aqidah Islam karena
Islam harus menjadi tata aturan kemasyarakatan dan menjadi dasar konstitusi dan undang-
undang.
Selain bermaksud membangun kembali umat Islam dari kemerosotan, Hizbut Tahrir
juga bermaksud membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundangundangan, dan hukum-
hukum yang tidak berasal dari Islam, serta membebaskan kaum Muslim dari dominasi dan
pengaruh-pengaruh Barat, Hizbut Tahrir juga bermaksud membangun kembali sistem Dawlah
Khilafah Islamiyah di seluruh dunia, melalui dawlah inilah Hizbut Tahrir berkeyakinan
xlvi
bahwa hukum Islam dapat ditegakan. Gerakan yang dilakukan partai ini meliputi pendidikan,
(Syira’ul Fikri), dan aktifitas politik (Kifah as-Siyasi). Dalam upaya membina umat Hizbut
Tahrir menyebarkan pemikiran Islam, baik dalam kerangka sosial maupun politik sambil
persepsi-persepsi yang keliru, serta membebaskan dari ide-ide dan pandangan Barat yang
dianggap kufur.
pemikiran, sistem hukum, dan negara kufur menuju paham, pemikiran, sistem hukum, dan
negara Islam dengan menerapkan syariah Islam secara kaffah dan mengemban dakwah ke
seluruh penjuru dunia. Tujuan ini tidak lain berarti membawa umat Islam kembali pada
kehidupan Islam di dalam Darul Islam, yakni Islam dan masyarakat Islam, sehingga seluruh
persoalan kehidupan umat diatur dengan syariah Islam dalam sebuah Daulah Khilafah. Ini
Gerakan Hizbut Tahrir dari mulai terbentuknya hingga masuk ke Indonesia adalah
dalam sebuah struktur kenegaraan. Metode tersebut dianggap cukup efektif dalam merubah
paradigma berfikir masyarakat secara temporal dan berharap setelah itu mereka mempunyai
massa politik yang besar untuk mendukung aktivitas politik mereka dan kemudian kekuasaan
Pada awal masuknya di Indonesia, HTI mulai melakukan aktivitas dakwahnya dan
Tahrir. Selama rezim Orde Baru berlangsung pada tahun 1980-an hingga akhir 1990-an, HTI
xlvii
masih menjalankan metode dakwahnya dalam tahap pertama yaitu tahap pengkaderan dan
pembinaan secara rahasia. Banyaknya jumlah anggota dan siapa saja yang ada dalam struktur
kepengurusan organisasi juga tidak pernah dipublikasikan. Bahkan sebagian aktivis HTI
menggunakan nama samaran untuk menutupi identitasnya hingga sekarang. Hal itu
disebabkan karena pada masa Orde Baru menganut haluan kebijakan politik “sapu bersih”
terhadap kelompok radikal dan memaksa HTI untuk beraktivitas secara sembunyi-sembunyi
Setelah lengsernya Orde Baru, para praktisi politik bereforia untuk berpartisipasi dalam
membentuk partai-partai politik baru dengan beragam idealisme serta ideologi baik yang
berdasarkan kelompok kepentingan, ras, maupun agama tertentu. Dengan tumbangnya Orde
Baru dan dibukanya keran perpolitikan Indonesia, maka dengan demikian Hizbut Tahrir pun
Aktivitas kegiatan HTI secara keseluruhan adalah kegiatan yang bersifat politik, baik
sebelum maupun sesudah mengambil alih kegiatan di luar hukum pemerintahan ataupun yang
menyangkut pemerintaha. Politik menurut HTI adalah mengatur dan memelihara urusan
rakyat sesuai dengan hukum-hukum dan pemecah Islam. Kegiatannya bukan dalam aspek
pendidikan seperti madrasah. Seruannya tidak hanya bersifat nasihat-nasihat dan petunjuk-
petunjuk, akan tetapi kegiatannya bersifat politik, dengan cara mengemukakan fikrah-fikrah
Islam serta hukum-hukumnya untuk dilaksanakan dan diwujudkan dalam kenyataan hidup
dan pemerintahan.
Kegiatan HTI mengemban dakwah Islam untuk mengubah situasi masyarakat yang
mereka anggap rusak menjadi masyarakat Islam, mendidik dan membina masyarakat dengan
xlviii
kebudayaan Islam, meleburnya dengan Islam, membebaskannya dari aqidah-aqidah yang
rusak dan pemikiran-pemikiran yang salah dan keliru serta membebaskannya dari pengaruh
ide-ide dan pandanganpandangan kufur. Aktivitas politiknya juga terlihat dalam aspek
aturan-aturan yang kufur disertai dengan penjelasan hukum Islam dalam masalah tersebut.
untuk memerdekakan umat dari belenggu kekuasaannya, membebaskan umat dari tekanan
dan pengaruhnya, serta mencabut akar-akar yang berupa pemikiran, kebudayaan, politik,
masyarakat untuk menerapkan hukum-hukum Allah yang berupa syariat Islam. HTI
menganggap syariat Islam sebagai solusi terbaik dalam mengatasi segala problem hidup
dengan gerakan politik. Hal ini disebabkan karena politik merupakan bidang yang mengatur
kehidupan bermasyarakat.
Hizbut Tahrir sukses melakukan gebrakan besar pada tahun 2002 dengan menggelar
konferensi internasional Khilafah Islamiyah di Senayan Jakarta. Acara tersebut dihadiri oleh
tokoh-tokoh Hizbut Tahrir internasional dan Nasional, organisasi Islam dan organisasi lain,
juga dihadiri lebih dari 5000 orang. Dengan terselenggarakannya konferensi internasional
tersebut, maka HTI kini resmi untuk melakukan aktivitasnya di Indonesia secara terbuka.
Kesuksesan acara tersebut dilanjutkan dengan kegiatan aksi demo dalam menentang
xlix
Gerakan Hizbut Tahrir di Indonesia semakin mengemuka ketika berhasil menggelar
long march yang diikuti 12.000 kader dan simpatisan, pada sidang tahunan MPR 2002,
menuntut penerapan syariat Islam. Kemudian pada tanggal 29 Februari 2004, HTI kembali
menggelar long march dari Monas ke Bundaran Hotel Indonesia dengan melibatkan 20.000
Perkembangan pesat HTI di Indonesia bisa dilihat dari kuantitas anggotanya dan
identitas kegiatannya di ruang publik seperti dalam bentuk pawai, seminar berskala
internasional dan nasional, dialog dan diskusi publik serta proliferasi media di berbagai
daerah di tanah air. Tidak hanya sampai disitu, banyak sekali aktivitas HTI yang gencar
Beberapa diantaranya yaitu acara diskusi yang membedah buku “Wajah Liberal Islam di
September 2002. Ismail Yusanto sebagai Juru Bicara HTI banyak mengemukakan gagasan-
gagasan Taqiyuddin an-Nabhani tentang khilafah Islam dan penerapan syariat Islam di
Indonesia untuk melindungi kepentingan masyarakat dalam percaturan global. Dalam diskusi
serta globalisasi.
Kemudian HTI pernah tergabung bersama komponen umat Islam dalam Forum Umat
Islam (FUI) pada 29 April 2005 untuk mengadakan diskusi publik dan demo besar bertema
Menolak Liberalisasi Air dalam Undang-Undang Sumber Daya Air di Jakarta. Dalam aksi
tersebut, HTI sepakat untuk menolak undang-undang tersebut dan menuntut agar undang-
undang tersebut diganti dengan peraturan yang sesuai dengan syariat Islam yang mampu
mempertahankan hak dasar rakyat atas air dan memungkinkan pengelolaan air secara adil.
l
HTI juga pernah mengadakan konferensi khilafah yang mampu menghadirkan sekitar
100 ribu peserta dimana pada konferensi tersebut dilakukan sebagai medium untuk
meneguhkan komitmen umat Islam terhadap perjuangan penegakan syariah dan khilafah.
Konferensi tersebut dilaksanakan pada 12 agustus 2007 di Gelora Bung Karno, Jakarta.
Hingga sekarang HTI selalu lantang menyuarakan penentangannya terhadap ide-ide yang
mereka anggap merupakan persepsi-persepsi yang salah dan keliru. HTI beraksi dengan
ketentuan hukum Islam dalam masalah tersebut. Mereka berhasil merangkum semua kajian
Dalam kegiatan rekruitmen politik, HTI menerima keanggotaan setiap orang Islam,
baik laki-laki maupun wanita. HTI menjadi wadah bagi aspirasi politik kaum muslimin dan
menyeru mereka untuk mengemban dakwah Islam serta mengambil dan menetapkan seluruh
aturan-aturan Islam tanpa memandang kebangsaan, warna kulit, maupun mahzab mereka.
Muhammadiyah, misalnya, yang merupakan genre keislaman “baru” yang muncul sebagai
akibat dinamika lokal khas Indonesia. Sekalipun akhir-akhir ini terdapat gejala
organisasi tersebut di sejumlah negara, identitas keduanya secara substansial berbeda dari
HTI. Terlebih jika dikaitkan dengan dimensi core content kedua organisasi ini yang lebih
menyatukan identitas-identitas Islam nasional dan lokal yang berserak di seluruh dunia di
li
Doktrin Khilafah islamiyah diakui oleh para aktivis HTI sebagai antitesis ideologis
yang siap menandingi, bahkan mengganti, posisi konsep negara-bangsa (NKRI) yang sudah
dianggap final di Indonesia. Tidak ayal, sinyalemen “menantang” dari kelompok HTI ini
sempat membuat elit sejumlah organisasi sosial-keagamaan, terutama NU, menjadi gerah
dengan menuduhnya sebagai organisasi makar yang hidup dengan mendompleng demokrasi.
Pada penelitian ini penulis mencantumkan 3 (tiga) hasil relevansi penelitian yang
mempunyai relevansi atau keterkaitan dalam penelitian yang akan dilakukan diantaranya
sebagai berikut :
Penelitian ini menunukkan bahwa HTI sebagai bagian dari gerakan fundamentalisme
pemerintahpemerintah Islam, adalah yang ingkar, serta tidak memiliki kaitan dengan Islam.
Demokrasi dikatakan oleh HTI sangat bertentangan dengan hukum Islam. Demokrasi bagi
mereka adalah penyebab negara khilafah tidak dapat didirikan, dan masyarakat muslim tidak
pemerintahan demokrasi. Khilafah merupakan konsep sentral pemikiran HTI dan merupakan
khilafah yang ideal yang merupakan satu-satunya kepemimpinan politik umat islam pada
lii
tingkat dunia tentu tetap terbuka karena pada dasarnya umat islam sebagai suatu komunitas
PUBLIK SIBER
Penelitian ini menunjukkan bahwa realitas keagamaan dalam media publik siber, yang
kebangsaan. Satu sisi melalui media komunitas media dakwah Islam kaffah ide khilafah ini
menampilkan paham sebagai ajaran Islam yang diyakini kebenarannya serta harus
disampaikan melalui aktifisme dakwah kepada seluruh umat Islam, sehingga hukum-hukum
Allah SWT (syariat Islam) dapat diterapkan secara kaffah. Sementara pemahaman ini
bertentangan dengan paham komunitas keagamaan lain, salah satunya di ekspresikan melalui
media komunitas organisasi NU, yang memberikan pemahaman bahwa khilafah adalah fakta
liii
2.3. Kerangka Pikir
Mengembalikan Sistem
Pemerintahan Ideal Menurut HTI
Sistem Khilafah
liv
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk menelaah sekripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif: adalah metode
yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam, peneliti terjun langsung
dan berinteraksi dengan obyek di lapangan serta menggambarkan kondisi atau hasil temuan
masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Jadi tujuan dari
metodologi kualitatif bukan suatu generalisasi, tetapi pemahaman secara teliti terhadap suatu
Bagi Penelitian dilakukan bertempat di kota : kendari. Provinsi : Sulawesi tenggara. Alasan
penelitian ini mengambil lokasi terse but karena tempat ini sesuai dengan tempat tinggal para
Jumlah yang akan di wawancarai adalah sebanyak 3 (tiga) orang perwakilan dari
mantan aktivis atau pengurus HTI dan akan dilakukan wawancara karena melihat dari tatanan
Hanya saja saat Penulis akan melakukan proses wawancara kepada informan terkait
judul penelitian ini para informan menolak untuk diwawancarai. Oleh karena itu penulis
melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing lalu diarahkan untuk melakukan penelitian
lv
3. 4 Jenis Data dan Sumber Data
berhubungan dengan status suatu fenomena yang ada yaitu keaadaan sesuai sebagaimana
adanya pada saat penelitian ini berlangsung.Tujuan penelitian deskriptif ini sendiri adalah
bertujuan untuk membut penjelasan secara terarah dan lebih akurat tentang informasi yang
telah didapat. Adapun sumber data yang digunakan oleh penelitian ini adalah:
-Data Sekunder
mengumpulkankan berbagai data dari peneliti sebelumnya seperti misalnya dalam bentuk
buku, jurnal serta contoh skripsi yang berhubungan dengan masalah penelitian.
berikut:
A. Dokumentasi
Teknik ini merupakan suatu cara pengumpulan dokumen yang berhubungan dengan
barang-barang tertulis seperti misalnya buku, majalah, serta catatan lainnya yang berhubungn
dengan permasalahan penelitian tersebut. Data yang dihasilkan oleh peneliti ini merupakan
B. Studi Pustaka
contoh skripsi yang memberikan fasilitas agar peneliti mempermudah mendapatkan informasi
lvi
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam tahap Teknik analisis data yang menentukan sebab pada tahap ini yaitu
seorang peneliti lebih mampu menelaah semua data yang didapat baik dari data primer
maupun dari data sekunder.Teknik analis data kualitatif juga dilakukan jika suatu data
empiris yang diperoleh merupakan hasil data kualitatif yang berupa kumpulan berwujud kata-
kata serta juga rangkaian angka dan tidak dapat lagi disusun dalam kategori atau struktur
klasifikasinya.
Analisis data juga bisa dikumpulkan dalam berbagai macam misalnya Dalam
Hal ini merupakan agar informasi yang telah diketahui kejelasannya dan hubungannya
dari kumpulan data lainnya. Hal ini diharapkan guna lebih bisa meningkatkan kualitas data
yang hendak diolah dan dianalisis, karena jika data yang dihasilkan berkualitas maka
b. Pengelompokan data
informan di dalam suatu pola tertentu agar lebih mempermudah pembahasan yang
berhubungan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini setelah semua data-data yang
didapat dan kemudian diperiksa maka data tersebut dikelompokkan berdasarkan kategori
kebutuhan akan data-data penelitian yang dimaksud, yang bertujuan untuk lebih
mempermudah dalam melakukan pembacaan. Hal ini dilakukan agar dalam penyusunan tidak
sulit lagi dalam memahami informasi yang sangat bermacam-macam dari dokumen, media
lvii
c. Pemeriksaan Data
melaukan pemeriksaan data yang merupakan sebuah langkah dan kegiatan yang dilakuan
dalam sebuah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data dan informasi dari lapangan
dan harus dicek ulang agar validitasnya dapat diakui oleh pembaca.Hal seperti ini sangatlah
penting karena mengingat dalam menjawab pertanyaan dalam penelitian atau menguji
hipotesis.
a. Demokrasi
Demokrasi dapat dipahami secara etimologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani,
yakni Demos dan Kratos. Di mana Demos bermakna rakyat dan Kratos bermakna kekuasaan.
Sehingga demokrasi adalah sistem pemerintahan yang berasas dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Kata kunci yang memang dapat diambil adalah 'sistem pemerintahan dengan
basis rakyat', di mana menjadi ciri khas daripada sistem demokrasi dari sistem-sistem
lainnya.
"ideologinya sebagai ideologi Islam", yang tujuannya membentuk "Khilafah Islam" atau
lviii
BAB IV
PEMBAHASAN
“(Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jamaah) yang menyeru kepada
kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang
lix
ma’ruf dan melarang dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali
Imran: 104)
Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan yang
amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum
kufur, serta membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara
kafir.
muka bumi, sehingga hukum yang diturunkan Allah Swt dapat diberlakukan kembali.
Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam
ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini berarti mengajak kaum muslimin kembali hidup secara
Islami dalam Darul Islam dan masyarakat Islam. Di mana seluruh kegiatan kehidupannya
Pandangan hidup yang akan menjadi pedoman adalah halal dan haram, di bawah
naungan Daulah Islamiyah, yaitu Daulah Khilafah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah
yang diangkat dan dibai’at oleh kaum muslimin untuk didengar dan ditaati agar menjalankan
pemerintahan berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, serta mengemban risalah Islam
Di samping itu Hizbut Tahrir bertujuan membangkitkan kembali umat Islam dengan
kebangkitan yang benar, melalui pola pikir yang cemerlang. Hizbut Tahrir berusaha untuk
mengembalikan posisi umat ke masa kejayaan dan keemasannya seperti dulu, di mana umat
akan mengambil alih kendali negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia ini. Dan negara
Khilafah akan kembali menjadi negara nomor satu di dunia—sebagaimana yang terjadi pada
lx
Hizbut Tahrir bertujuan pula untuk menyampaikan hidayah (petunjuk syari’at) bagi
umat manusia, memimpin umat Islam untuk menentang kekufuran beserta segala ide dan
Kegiatan Hizbut Tahrir adalah mengemban dakwah Islam untuk mengubah kondisi
masyarakat yang rusak menjadi masyarakat Islam. Hal ini dilakukan dengan mengubah ide-
ide rusak yang ada menjadi ide-ide Islam, sehingga ide-ide ini menjadi opini umum di tengah
masyarakat serta menjadi persepsi bagi mereka. Selanjutnya persepsi ini akan mendorong
Juga dengan mengubah perasaan yang dimiliki anggota masyarakat menjadi perasaan
Islam—yakni ridla terhadap apa yang diridlai Allah, marah dan benci terhadap apa yang
dimurkai dan dibenci oleh Allah—serta mengubah hubungan/interaksi yang ada dalam
masyarakat menjadi hubungan/interaksi yang Islami, yang berjalan sesuai dengan hukum-
Seluruh kegiatan yang dilakukan Hizbut Tahrir bersifat politik. Maksudnya adalah
serta pemecahannya secara syar’i. Karena yang dimaksud politik adalah mengurus dan
pemecahannya.
Kegiatan-kegiatan yang bersifat politik ini tampak jelas dalam aktifitasnya dalam
mendidik dan membina umat dengan tsaqafah Islam, meleburnya dengan Islam,
lxi
persepsi-persepsi yang keliru, sekaligus membebaskannya dari pengaruh ide-ide dan
pandangan-pandangan kufur.
Kegiatan politik ini tampak juga dalam aspek pertarungan pemikiran (ash shiro’ul
fikri) dan dalam perjuangan politiknya (al kifahus siyasi). Pertarungan pemikiran terlihat
dalam penentangannya terhadap ide-ide dan aturan-aturan kufur. Hal itu tampak pula dalam
penentangannya terhadap ide-ide yang salah, aqidah-aqidah yang rusak, atau persepsi-
imperialis untuk memerdekakan umat dari belenggu dominasinya, membebaskan umat dari
Perjuangan politik ini juga tampak jelas dalam kegiatannya menentang para penguasa,
kontrol, dan koreksi terhadap mereka serta berusaha menggantinya tatkala mereka
(fisik/senjata) (laa madiyah) sesuai dengan jejak dakwah yang dicontohkan Rasulullah saw.
Jadi kegiatan Hizbut Tahrir secara keseluruhan adalah kegiatan yang bersifat politik, baik
(sekolah). Begitu pula seruannya tidak hanya bersifat nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk.
Kegiatan Hizbut Tahrir bersifat politik, (yaitu) dengan cara mengemukakan ide-ide (konsep-
lxii
konsep) Islam beserta hukum-hukumnya untuk dilaksanakan, diemban, dan diwujudkan
Hizbut Tahrir mengemban dakwah Islam agar Islam dapat diterapkan dalam
kehidupan dan agar Aqidah Islamiyah menjadi dasar negara, dasar konstitusi dan undang-
undang. Karena Aqidah Islamiyah adalah aqidah aqliyah (aqidah yang menjadi dasar
pemikiran) dan aqidah siyasiyah (aqidah yang menjadi dasar politik) yang melahirkan aturan
Hizbut Tahrir telah melakukan pengkajian, penelitian dan studi terhadap kondisi
kondisi yang ada pada masa Rasulullah saw, masa Khulafa ar-Rasyidin, dan masa generasi
Tabi’in. Selain itu juga merujuk kembali sirah Rasulullah saw, dan tata cara mengemban
dakwah yang beliau lakukan sejak permulaan dakwahnya, hingga beliau berhasil mendirikan
Daulah Islamiyah di Madinah. Dipelajari juga perjalanan hidup beliau di Madinah. Tentu
saja, dengan tetap merujuk kepada Kitabullah, Sunnah Rasul-Nya, serta apa yang ditunjukkan
oleh dua sumber tadi, yaitu Ijma Shahabat dan Qiyas. Selain juga tetap berpedoman pada
kalangan Mujtahidin.
Setelah melakukan kajian secara menyeluruh itu, maka Hizbut Tahrir telah memilih
dan menetapkan ide-ide, pendapat-pendapat dan hukum-hukum yang berkaitan dengan fikrah
dan thariqah. Semua ide, pendapat dan hukum yang dipilih dan ditetapkan Hizbut Tahrir
hanya berasal dari Islam. Tidak ada satupun yang bukan dari Islam. Bahkan tidak dipengaruhi
lxiii
Hizbut Tahrir telah memilih dan menetapkan ide-ide, pendapat-pendapat dan hukum-
untuk melangsungkan kembali kehidupan Islam serta mengemban dakwah Islam ke seluruh
penjuru dunia—dengan mendirikan Daulah Khilafah, dan mengangkat seorang Khalifah. Ide-
ide, pendapat-pendapat dan hukum-hukum tersebut telah dihimpun dalam berbagai buku,
booklet maupun selebaran., yang diterbitkan dan disebarluaskan kepada umat. Buku-buku itu,
antara lain:
8. Al-Khilafah (Sistem)
Dan banyak lagi buku-buku, booklet, maupun selebaran yang dikeluarkan oleh Hizbut
Hizbut Tahrir menerima keanggotaan setiap orang Islam, baik laki-laki maupun
wanita, tanpa memperhatikan lagi apakah mereka keturunan Arab atau bukan, berkulit putih
ataupun hitam. Hizbut Tahrir adalah sebuah partai untuk seluruh kaum muslimin dan
menyeru mereka untuk mengemban dakwah Islam serta mengambil dan menetapkan seluruh
lxiv
aturan-aturan Islam, tanpa memandang lagi kebangsaan, warna kulit, maupun madzhab
Aqidah Islamiyah, matang dalam Tsaqafah Hizbut Tahrir, serta mengambil dan menetapkan
ide-ide dan pendapat-pendapat Hizbut Tahrir. Dia sendirilah yang mengharuskan dirinya
menjadi anggota Hizbut Tahrir, setelah sebelumnya ia melibatkan dirinya dengan (pembinaan
dan aktivitas dakwah) Hizbut Tahrir; ketika dakwah telah berinteraksi dengannya dan ketika
dia telah mengambil dan menetapkan ide-ide serta persepsi-persepsi Hizbut Tahrir.
Jadi, ikatan yang dapat mengikat anggota Hizbut Tahrir adalah Aqidah Islamiyah dan
Tsaqafah Hizbut Tahrir yang terlahir dari aqidah ini. Halaqah-halaqah (pembinaan) wanita
dalam Hizbut Tahrir terpisah dengan halaqah laki-laki. Yang memimpin halaqah-halaqah
sesungguhnya adalah sistem kufur. Ia tidak punya hubungan sama sekali dengan Islam, baik
Islam dalam garis besar maupun rinciannya, dalam sumber kemunculannya, aqidah yang
melahirkannya atau asas yang mendasarinya, serta berbagai ide dan peraturan yang
dibawanya. Karena itu, kaum muslimin diharamkan secara mutlak mengambil, menerapkan
dan menyebarluaskan demokrasi. Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang dibuat
manusia, dengan tujuan untuk membebaskan diri dari kezhaliman dan penindasan para
penguasa terhadap manusia atas nama agama. Demokrasi adalah suatu sistem yang
bersumber dari manusia. Tidak ada hubungannya dengan wahyu atau agama.
Demokrasi merupakan lafal dan istilah Barat yang digunakan untuk menunjukkan
pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Rakyat dianggap penguasa mutlak dan pemilik
lxv
kedaulatan, yang berhak mengatur urusannya sendiri, serta melaksanakan dan menjalankan
kehendaknya sendiri. Rakyat tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan siapapun, selain
kekuasaan rakyat. Rakyat berhak membuat peraturan dan undang-undang sendiri —karena
mereka adalah pemilik kedaulatan— melalui para wakil rakyat yang mereka pilih. Rakyat
berhak pula menerapkan peraturan dan undang-undang yang telah mereka buat, melalui para
penguasa dan hakim yang mereka pilih dan keduanya mengambil alih kekuasaan dari rakyat,
karena rakyat adalah sumber kekuasaan. Setiap individu rakyat —sebagaimana individu
dan undang-undang. Menurut konsep dasar demokrasi —yaitu peme-rintahan yang diatur
sendiri oleh rakyat— seluruh rakyat harus berkumpul di suatu tempat umum, lalu membuat
peraturan dan undangundang yang akan mereka terapkan, mengatur berbagai urusan, serta
Namun karena tidak akan mungkin mengumpulkan seluruh rakyat di satu tempat agar
seluruhnya menjadi sebuah lembaga legislatif, maka rakyat kemudian memilih para wakilnya
untuk 8 menjadi lembaga legislatif. Lembaga inilah yang disebut dengan Dewan Perwakilan,
yang dalam sistem demokrasi dikatakan mewakili kehendak umum rakyat dan merupakan
penjelmaan politis dari kehendak umum rakyat. Dewan ini kemudian memilih pemerintah
dan kepala negara —yang akan menjadi penguasa dan wakil rakyat dalam pelaksanaan
kehendak umum rakyat. Kepala negara tersebut mengambil kekuasaan dari rakyat yang telah
memilihnya, untuk memerintah rakyat dengan peraturan dan undang-undang yang dibuat oleh
rakyat. Dengan demikian, rakyatlah yang memiliki kekuasaan secara mutlak, yang berhak
tersebut.
Kemudian, agar rakyat dapat menjadi penguasa bagi dirinya sendiri serta dapat
lxvi
dalam pembuatan undang-undang dan peraturan maupun dalam pemilihan penguasa— tanpa
disertai tekanan atau paksaan, maka kebebasan individu menjadi prinsip yang harus
diwujudkan oleh demokrasi bagi setiap individu rakyat. Dengan demikian rakyat akan dapat
tekanan atau paksaan. Kebebasan individu ini nampak dalam empat macam kebebasan
berikut ini :
1. Kebebasan Beragama.
2. Kebebasan Berpendapat.
3. Kebebasan Kepemilikan.
ideologi Kapitalisme. Aqidah ini merupakan jalan tengah yang tidak tegas, yang lahir dari
pergolakan antara para raja dan kaisar di Eropa dan Rusia dengan para filosof dan pemikir.
Saat itu para raja dan kaisar telah memanfaatkan agama sebagai alat mengeksploitasi dan
menzhalimi rakyat, serta alat untuk menghisap darah mereka. Ini disebabkan adanya suatu
anggapan bahwa raja dan kaisar adalah wakil Tuhan di muka bumi. Para raja dan kaisar itu
lalu memanfaatkan para rohaniwan sebagai tunggangan untuk menzhalimi rakyat, sehingga
Jelaslah bahwa aqidah tersebut telah menjauhkan agama dan gereja dari kehidupan
bernegara, yang selanjutnya menjauhkan agama dari pembuatan peraturan dan undang-
undang, pengangkatan penguasa dan pemberian kekuasaan kepada penguasa. Oleh karena itu,
rakyat harus memilih peraturan hidupnya sendiri, membuat peraturan dan undang-undang,
dan mengangkat penguasa yang akan memerintah rakyat dengan peraturan dan undang-
lxvii
rakyat. Dari sinilah sistem demokrasi lahir. Jadi, ide pemisahan agama dari kehidupan adalah
aqidah yang telah melahirkan demokrasi, sekaligus merupakan landasan pemikiran yang
Kedua ide tersebut dicetuskan oleh para filosof dan pemikir di Eropa ketika mereka
melawan para kaisar dan raja, untuk menghapuskan ide Hak Ketuhanan (Divine Rights) yang
menguasai Eropa waktu itu. Atas dasar ide itu, para raja menganggap bahwa mereka
memiliki Hak Ketuhanan atas rakyat dan hanya merekalah yang berhak membuat peraturan
dan menyelenggarakan pemerintahan serta peradilan. Raja adalah negara. Sementara itu
rakyat dianggap sebagai pihak yang harus diatur, dan dianggap tidak memiliki hak dalam
pembuatan peraturan, kekuasaan, peradilan, atau hak dalam apapun juga. Rakyat
berkedudukaan sebagai budak yang tidak memiliki pendapat dan kehendak, melainkan hanya
berkewajiban untuk taat saja kepada penguasa dan melaksanakan perintah. Lalu
disebarkanlah dua ide landasan demokrasi tersebut untuk menghancurkan ide Hak Ketuhanan
secara menyeluruh, dan untuk memberikan hak pembuatan peraturan dan pemilihan penguasa
kepada rakyat. Dua ide tersebut didasarkan pada anggapan bahwa rakyat adalah ibarat tuan
pemilik budak, bukan budak yang dikuasai tuannya. Jadi rakyat ibarat tuan bagi dirinya
sendiri, tidak ada satu pihak pun yang dapat menguasainya. Rakyat harus memiliki
kehendaknya dan melaksanakannya sendiri. Jika tidak demikian, berarti rakyat adalah budak,
sebab perbudakan artinya ialah kehendak rakyat dijalankan oleh orang lain. Maka apabila
rakyat tidak menjalankan kehendaknya sendiri, berarti rakyat tetap menjadi budak. Maka
untuk membebaskan rakyat dari perbudakan ini, harus dianggap bahwa rakyat saja yang
menghapus dan membatalkan peraturan yang tidak dikehendakinya. Sebab, rakyat adalah
lxviii
pemilik kedaulatan yang mutlak. Rakyat harus dianggap pula berhak melaksanakan peraturan
yang ditetapkannya, serta memilih penguasa (badan eksekutif) dan hakim (badan yudikatif)
yang dikehendakinya untuk menerapkan peraturan yang dikehendaki rakyat. Sebab, rakyat
adalah sumber seluruh kekuasaan, sementara penguasa mengambil kekuasaannya dari rakyat.
anggota lembaga legislatif dipilih berdasarkan suara mayoritas pemilih dari kalangan rakyat.
Penetapan peraturan dan undang-undang, pemberian mosi percaya atau tidak percaya kepada
pemerintah dalam dewan perwakilan, ditetapkan pula berdasarkan suara mayoritas. Demikian
pula penetapan semua keputusan dalam dewan perwakilan, kabinet, bahkan dalam seluruh
dewan, lembaga, dan organisasi lainnya, ditetapkan berdasarkan suara mayoritas. Pemilihan
penguasa oleh rakyat baik langsung maupun melalui para wakilnya, ditetapkan pula
berdasarkan suara mayoritas pemilih dari rakyat. Oleh karena itu, suara bulat (mayoritas)
adalah ciri yang menonjol dalam sistem demokrasi. Pendapat mayoritas menurut demokrasi
merupakan tolok ukur hakiki yang akan dapat mengungkapkan pendapat rakyat yang
sebenarnya.
1. Demokrasi adalah buatan akal manusia, bukan berasal dari Allah SWT. Demokrasi
tidak bersandar kepada wahyu dari langit dan tidak memiliki hubungan dengan agama mana
2. Demokrasi lahir dari aqidah pemisahan agama dari kehidupan, yang selanjutnya
lxix
b. Rakyat sebagai sumber kekuasaan.
Ini karena terdapat beberapa hal yang tidak bisa dikompromikan, seperti masalah keimanan
dan syariat. Kelima, kekuasaan pemimpin (khalifah). Khalifah merupakan sosok yang
memimpin masyarakat muslim, yang bisa dipilih dan diangkat ummat. Dia merupakan wakil
dari masyarakat muslim dalam menjalankan syari’at Allah. Namun, dia ia juga memiliki hak
untuk melegislasi hukum syara’ dan menjadikan hukum syara’ bagi seluruh kaum muslimin.
bertentangan dengan Islam. Keenam, majelis Ummah/Syura. Majelis ini adalah wakil ummah
yang dipilih dari kalangan ummat guna menyampaikan pendapat ummat. Namun majelis ini
Demokrasi dikatakan memang tidak sealur dengan hukum-hukum Islam, global dan
partikular. Perdebatan antara keduanya terlihat pada titik kehadirannya, akidah yang
melahirkannya, basis yang menjadi dasarnya, juga sejumlah pikiran yang dihasilkan.
lxx
Karenanya, masyarakat muslim tidak diperbolehkan sama sekali untuk menyentuh, apalagi
Bagi HTI, demokrasi menjadi penghambat bagi terwujudnya khilafah. Ada sejumlah
point yang menjadi penghambat bagi HTI mewujudkan khilafah, dimana semua pointnya
adalah dari Barat. Pertama, merebaknya pemikiran non Islami dan aktivitas ghazw al-fikr
oleh musuh-musuh Islam. Ketika mengalami kelemahan bernalar, umat Islam dikuasai oleh
pemikiran non Islami yang berpangkal pada nalar yang salah. Hal ini berakhir pada pikiran
yang kosong, dan karenanya umat Islam harus dicerahkan dengan dakwah politik, dengan
kata lain umat Islam harus disadarkan untuk membentuk khilafah. Kedua, adanya kurikulum
dan metode operasional pendidikan yang diletakkan di Barat, baik di sekolah maupun
perguruan tinggi. Akhirnya, produk pendidikan dari lembaga tersebut mempersepsikan Islam
seperti yang diharapkan oleh Barat. Ketiga, kontinuitas kurikulum pendidikan Barat. Hal ini
menjadikan mayoritas lulusannya bergerak ke arah yang berlawanan dari Islam. Keempat,
digunakan sebagai solusi bagi masalah kehidupan manusia, dibanding al-Qur’an dan hadist.
di Timur Tengah, yaitu ‘Abd al-Wadim Zallum. Baginya dan juga HTI, sistem demokrasi
adalah sistem kufur/non Islam yang bertentangan dengan Islam. Argumennya antara lain
adalah; karena konsep demokrasi merupakan buatan fikiran manusia, bukan buatan Allah; hal
tersebut adalah bagian yang menyatu dari akidah pemahaman sekuler; pada ajaran nilai
Islam, dalam Islam itu sendiri, kepemimpinan/ kekuasaan berada di tangan syari’at bukan
pada rakyat; di dalam ajaran Islam pula, nilai yang mengacu pada mayoritas tidak
mempunyai hal yang signifikan, karena hanya teks-teks syari’at; juga nilai kebebasan
sebagaimana bebas untuk menjalankan agama dalam Islam, menurutnya tidak hadir, karena
orang murtad yang tidak bertaubat dalam fiqh harus dihukum mati.
lxxi
Sejumlah keburukan demokrasi bisa disederhanakan sebagai berikut:
(1) pihak yang menganut konsep demokrasi di negara Barat sudah tidak baik, dan ini
(2) Sikap menjajah Barat melalui konsep demokrasi, menghadirkan sejumlah musibah
(4) apa yang dikatakan oleh pihak yang mengikuti dan meyakini demokrasi adalah
tidak dapat dipercaya dan membuat sesat ketika menyatakan bahwa legislatif merupakan
representasi dari kemauan masyarakat luas, wujud secara politis keinginan general
(5) kecacatan dalam demokrasi dapat dilihat dari hal yang mempunyai koneksi atas
kekuasaan, serta orang yang berkuasa. Adalah sebuah keanehan, ketika semua keburukan
demokrasi telah terjadi, Barat ternyata mampu mewujudkan tempat untuk konsep atau nilai
Atas dasar semua itu, kaum muslim haram mengambil dan menyebarluaskan demokrasi
serta mendirikan partai-partai politik yang berasaskan demokrasi. Kaum muslim haram pula
menjadikan demokrasi sebagai pandangan hidup dan menerapkannya sebagai asas bagi
konstitusi dan undang-undang, atau sebagai sumber bagi konstitusi dan undang-undang, atau
demokrasi adalah najis dan merupakan hukum thaghut. Demokrasi adalah system kufur yang
mengandung berbagai ide, peraturan dan undang-undang kufur. Demokrasi tidak ada
lxxii
HTI MENOLAK DEMOKRASI
Sikap dan pandangan HTI terhadap demokrasi dipengaruhi oleh tokoh utama dan
pendirinya, terutama Taqiyuddin Nabhani dan Abdul Qadim Zallum. Dari pandangan kedua
orang tersebut, HT secara organisatoris berpendapat bahwa kaidah yang ada dalam demokrasi
tidak dikenal dalam islam, sehingga penggunaan istilah tersebut dapat menimbulkan
antara islam dan demokrasi ialah pada prinsip kedaulatan rakyat. Dalam demokrasi, apa-apa
yang diinginkan rakyat ialah sumber hukum, sementara dalam islam, sumber hukum
hanyalah dari Allah. Oleh karena itulah HT memandang demokrasi sebagai sistem yang kufur
Secara politik, HT berpendapat demokrasi adalah kedok bagi negara-negara kafir barat
untuk melakukan penjajahan kepada negeri-negeri muslim, dengan demikian siapa pun yang
mendukung demokrasi berarti turut mendukung upaya kolonialisasi negara barat. Terlibat
dalam demokrasi juga berarti menunda-nunda tujuan menciptakan sistem politik dan
pemerintah yang berlandaskan islam. Konsekuensi dari sikap tersebut ialah HT menolak
mana pun. Agenda politik utama HT ialah merombak keseluruhan sistem demokrasi yang
berlaku, dan menggantinya dengan sistem yang sesuai dengan ketentuan islam dengan Al
Selain pengaruh pemikiran Taqiyuddin Nabhani dan Abdul Qadim Zallum, HT juga
sepertinya dipengaruhi oleh pandangan pemikir islam lain, terutama Sayid Quthb dan Al
Maududi. Pengaruh Quthb, yang merupakan salah satu tokoh IM, nampak pada pandangan
HT mengenai istilah demokrasi dan sumber kedaulatan. Bagi Quthb, seorang muslim harus
meletakan islam diatas semua ideologi buatan manusia, karena semua buatan manusia
lxxiii
bersifat temporal dan dapat berubah sewaktu-waktu, sementara ajaran islam, yang
didalamnya telah mengatur segala urusan, berlaku sepanjang masa. Pandangan mengenai
kedaulatan rakyat sebagai sumber hukum berarti mengesampingkan kekuasaan Tuhan. Oleh
karena itu, Al Maududi menyebut kedaulatan rakyat dalam demokrasi adalah sesuatu yang
Secara prinsipil, HTI tidak bisa menerima kedaulatan rakyat dalam demokrasi, yang
Tidak bisa disangkal, meski secara teoritis politik luar negeri Indonesia dilakukan
dengan prinsip bebas dan aktif serta turut serta menciptakan perdamaian dunia, tapi selama
beberapa dekade terakhir politik luar negeri Indonesia senantiasa tunduk kepada kepentingan
Amerika Serikat. Semua itu dilakukan dengan mengorbankan kepentingan rakyat, khususnya
umat Islam. Padahal, yang dipakai oleh pemerintah untuk melayani kepentingan AS adalah
sumberdaya milik rakyat. Daulah Khilafah akan mengakhiri politik luar negeri yang penuh
nuansa kelemahan dan ketertundukan ini, diganti dengan pola baru dengan dasar Islam.
Berdasarkan syariah Islam, Khilafah akan membangun hubungan dengan negara-negara lain
baik di bidang ekonomi, politik, budaya atau pendidikan. Dalam seluruh urusan luar negeri,
Khilafah akan memastikan bahwa dakwah Islam bisa disampaikan kepada seluruh umat
Adapun hubungan Daulah Khilafah dengan negara-negara lain akan dibangun dengan
lxxiv
a. Hubungan dengan penguasa negeri-negeri Muslim
Negeri Muslim adalah wilayah Islam yang dikuasai oleh penjajah pasca kehancuran
menganggap hubungan dengan negeri-negeri Muslim tersebut sebagai bagian dari politik luar
negeri. Khilafah akan melakukan berbagai upaya keras untuk menyatukan kembali negeri-
Pertama, negara yang menduduki wilayah Islam, atau negara yang terlibat secara
aktif memerangi umat Islam seperti Amerika Serikat, Inggris, Israel, dan India. Hubungan
dengan negara-negara ini ditetapkan berdasarkan kebijakan Harbi Fi’lan (perang riil). Tidak
boleh ada hubungan diplomatik maupun ekonomi antara Khilafah dengan negara-negara
musuh ini. Warga negara mereka tidak diizinkan memasuki wilayah Daulah Khilafah. Meski
tengah terjadi gencatan senjata yang bersifat temporer, negara-negara itu tetap diperlakukan
sebagai harbi fi’lan. Hubungan diplomatik dan ekonomi dengan negara-negara tersebut tetap
tidak dilakukan.
Kedua, negara-negara Kafir yang tidak menduduki wilayah Islam, atau tidak sedang
memerangi umat Islam, akan tetapi mereka mempunyai niat menduduki wilayah Islam.
Khilafah tidak menjalin hubungan diplomatik dan ekonomi dengan negara-negara Kafir
seperti ini. Tapi warga negaranegara tersebut diizinkan memasuki wilayah Daulah Khilafah
seperti ini, Khilafah diizinkan membuat perjanjian. Sambil terus mengamati skenario politik
dakwah Islam. Di samping itu, perjanjian diplomatik dan ekonomi dengan negara-negara
lxxv
Kafir jenis ini harus dilakukan sesuai dengan syariah Islam. Daulah Khilafah yang menguasai
sumberdaya minyak, gas dan aneka mineral yang melimpah serta memiliki kekuatan militer
yang tangguh, kedudukan yang strategis di dunia, visi politik yang cemerlang, pemahaman
tentang situasi politik internasional yang mendalam serta umat yang dinamis, akan mampu
menghindari isolasi politik internasional dan terus berupaya meraih kedudukan sebagai
-Khilafah akan menyebarkan Islam ke Seluruh Dunia dengan Dakwah dan Jihad
paling tinggi dengan jalan ikut serta dalam peperangan atau membantu pelaksanaan
peperangan secara langsung, baik dengan harta maupun ucapan. Jihad merupakan metode
Saat ini, di tengah ketiadaan Daulah Khilafah dan jihad, Islam telah menyusut menjadi
sekadar sekumpulan teori yang indah. Tapi teori indah ini tidak ditemukan implementasinya
secara nyata di tengah kehidupan masyarakat. Bagi kalangan non-Muslim, dakwah Islam
akan memberi mereka sebuah kesempatan untuk merasakan kehidupan di dalam sebuah
masyarakat Islam, sehingga mereka bisa memahami bahwa Islam adalah satu-satunya agama
yang benar dan yang akan memberikan kebaikan atau rahmat juga kepada mereka. Maka,
Islam wajib diterapkan oleh sebuah negara, kemudian disebarkan ke seluruh penjuru dunia
dengan jihad. Inilah metode dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para Khulafa’
ur-Rasyidin sesududahnya.
-Tanggung Jawab Umat Islam untuk Membebaskan Umat Manusia dari penindasan
Allah SWT mengutus Rasulullah Muhammad saw ke dunia untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam semesta. Maknanya, syariah Islam yang dibawa Rasulullah saw merupakan
rahmat bagi seluruh umat manusia di dunia. Jadi, syariah Islam tidak hanya diperuntukkan
bagi umat Islam saja, tapi juga non-Muslim. Adalah tanggung jawab Khilafah Akan
lxxvi
Menyebarkan Islam ke Seluruh Dunia dengan Dakwah dan Jihad Tanggung Jawab Umat
Islam untuk Membebaskan Umat Manusia dari Penindasan Politik “Minimum Deterrence”
Bertentangan dengan Islam: Khilafah Akan Mengupayakan Kekuatan Militer Secara Penuh
umat Islam untuk membebaskan seluruh umat manusia dari penindasan akibat sistem,
Banyak contohnya. Bila kaum sudra, sebuah kasta paling rendah dalam masyarakat
Hindu, dianggap lebih buruk daripada hewan, maka tentu saja sistem seperti ini tidak bisa
ditoleransi lagi karena merendahkan martabat manusia sebagai makhluk Allah SWT. Contoh
mengeksploitasi harta dan darah warga negara AS untuk berperang dengan berbagai alasan,
Begitulah, ketika umat manusia diatur dengan sistem, perundang-undangan dan tradisi
yang tidak berasal dari Allah SWT, maka penindasan demi penindasan terus terjadi. Allah
SWT. berfirman: Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Qs. al-Maaidah [5]: 44) Khilafah tidak
hanya akan membebaskan umat Islam tetapi juga seluruh umat manusia dari segala bentuk
penindasan. Berbagai rintangan fisik yang menghalangi orang-orang yang tertindas itu dari
karena itu berkembanglah wacana tentang politik “minimum deterrence”, yaitu kebijakan
pengurangan kekuatan militer sampai pada tingkatan yang sekadar cukup untuk pertahanan.
Politik “minimum deterrence” merupakan salah satu produk ideologi Kapitalisme yang tidak
lxxvii
bisa dipisahkan dari ide negara bangsa. Ide tersebut memandang, bahwa tiap bangsa
tidak berusaha memperluas wilayahnya dengan mencaplok wilayah negara lain atas nama
untuk menjamin terwujudnya kerjasama dan keadilan antar bangsa-bangsa di dunia. Tetapi,
negara lain dalam pentas politik internasional. Maka, secara praktis mereka bisa terus
konsep “minimum deterrence” hanya diperuntukkan bagi negaranegara lain, bukan Amerika
Serikat. Mereka menipu dunia dengan menamakan kantor urusan militer dengan sebutan
kekuatan militer secara maksimal untuk terus menyerang, menindas, dan menjajah negara
lain. Apa yang kini terjadi di Irak dan Afghanistan adalah bukti nyata. Karena itu, Khilafah
tidak akan mengadopsi politik “minimum deterrence” karena bertentangan dengan firman
Allah SWT: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu)
kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada
jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
Ayat ini memerintahkan kepada umat Islam untuk mewujudkan kekuatan militer yang
tangguh dan menggunakannya secara penuh dalam berbagai kesempatan, yang tidak hanya
lxxviii
membuat umat Islam mampu menghadapi negara-negara adidaya, tetapi juga mampu menjadi
Kepentingan Asing
Serikat dan negara-negara kolonialis lainnya. Konsekuensinya, kekuatan intelejen, militer dan
kepolisian Indonesia, juga negara Muslim lain yang memilik perjanjian serupa, justru
dimanfaatkan oleh Amerika Serikat untuk melemahkan dan menindas kekuatan umat yang
Karenanya, Islam melarang pakta atau kerjasama militer dan segala macam perjanjian dan
kerjasama apa pun yang memberi peluang kepada orang-orang Kafir untuk menguasai umat
Islam dan mengancam keamanan Daulah Khilafah. Allah SWT telah menyatakan dalam Al
Quran: “Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
Dalam sistem yang berlaku di Indonesia sekarang ini, terjadi campur tangan yang
sangat luas dan sangat mendalam dari negara-negara kolonialis, terutama Amerika Serikat
dan Inggris terhadap urusan dalam negeri Indonesia. Hal ini terjadi karena para duta besar
dari negara-negara kolonialis berikut staf-staf mereka bisa bebas bertemu langsung dengan
siapapun dari pejabat tinggi negara. Mereka bebas bertemu dengan Ketua KPU, Panglima
Angkatan Bersenjata, Ketua MPR atau DPR, para ketua partai, bahkan juga bebas bertemu
dengan para pimpinan organisasi dan kelompok Islam. Kebebasan seperti ini tentu dengan
lxxix
mudah disalah gunakan untuk memperlancar misi rahasia mereka di negeri ini. Dalam Daulah
Peran umat dalam kaitannya dengan kebijakan luar negeri sesungguhnya terbatas pada
melaksanakan tugas-tugasnya.
Maka, para diplomat asing berikut staf mereka tidak diizinkan menemui para politisi dan
para pimpinan partai politik. Hanya pejabat dari departemen luar negeri Khilafah saja yang
diizinkan melakukan kontakkontak dengan para diplomat asing dan para stafnya itu. Dengan
cara inilah Khilafah bisa membendung upaya negara-negara kafir untuk mengintervensi
urusan dalam negeri dan menutup peluang untuk mendapatkan agen bagi kepentingan mereka
yang berasal dari dalam lingkaran kekuasaan serta menciptakan suasana kacau di dalam
negeri.
Saat ini sudah menjadi kebiasaan penguasa di negerinegari Muslim, termasuk Indonesia,
kerap meminta bantuan negara-negara imperialis seperti AS dan negera Barat lain untuk
menyelesaikan persoalan di negara itu, sebagaimana dalam kasus Timor Timur, Aceh, Papua,
umat Islam dan terus berusaha untuk menguasai negeri-negeri Muslim. Selain itu, hampir
seluruh persoalan yang mendera negeri-negeri Islam saat ini sesungguhnya adalah persoalan
yang sengaja diciptakan oleh negera-negara kolonialis. Para penguasa itu meminta bantuan
negara-negara kolonialis sesungguhnya juga demi untuk terus memelihara dukungan negara
itu untuk kekuasaannya, karena mereka paham tanpa dukungan negara-negara itu kekuasaan
lxxx
Karena itu, Khilafah tidak akan pernah meminta bantuan kepada negara-negara
kolonialis yang memusuhi dan memerangi umat Islam untuk menyelesaikan persoalan umat
Islam. Allah SWT. berfirman: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang
diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut. Padahal mereka telah
diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan)
penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (Qs. an-Nisaa’ [4]: 60) Rasulullah saw. juga bersabda:
“Janganlah kalian mencari penerangan dengan api kaum Musyrik.” (Hr. an-Nasa’i)
-Saat Ini Umat Membutuhkan Politik Luar Negeri yang Berlandaskan Islam
bangsa-bangsa di dunia. Adapun, kebijakan luar negeri Daulah Khilafah tidak berorientasi
pada kepentingan materi, tetapi kepentingan dakwah, yakni misi untuk mengeluarkan seluruh
umat manusia dari gelapnya kekufuran menuju terangnya cahaya Islam. Allah SWT.
Berfirman: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi)
Allah SWT. berfirman dalam al-Quran: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu
(Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Qs. al-Anbiya [21]:
107) Islam diturunkan oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta. Kerahmatan itu
diwujudkan dengan menciptakan kebaikan untuk semua melalui kemampuan syariah Islam
lxxxi
agama, mazhab, bangsa, ras, maupun jenis kelamin. Karena itu, di dalam Daulah Khilafah
seluruh warga negara akan mendapatkan perlindungan atas jiwa, harta dan kehormatan tanpa
diskriminasi.
Di bawah naungan sistem Islam, umat Islam dan non Muslim bisa hidup bersama secara
harmonis selama berabadabad. Masing-masing warga negara, baik Muslim maupun non-
Islam atau tindak kedzaliman yang dilakukan penguasa atas diri mereka. Ketika Khalifah
Umar bin Khaththab ra menyampaikan kepada orang-orang Kristen bahwa pasukan Muslim
tidak mampu melindungi mereka dari serangan pasukan Romawi, dan karenanya jizyah akan
dikembalikan, maka orang-orang Kristen Syam meminta agar jizyah tidak perlu
dikemballikan, dan mereka akan berdoa untuk kemenangan umat Islam atas pasukan Romawi
Pada abad kelima belas, orang-orang Yahudi Spanyol yang saat itu terusir akibat politik
inkuisisi pasukan Kristen di sana, dipersilakan untuk mendirikan tempat tinggal, beribadah di
Sinagog dan mendapatkan ajaran Yahudi di wilayah Daulah Khilafah. Dalam bidang
Khalifah di rumah sakit negara. Dalam bidang industri, banyak perusahaan kaca dan
kerajinan logam yang didominasi oleh orang-orang Yahudi. Sedangkan dalam bidang
perdagangan, para pedagang Yahudi, karena pengetahuan mereka yang luas tentang bahasa-
bahasa asing, telah membuat Khilafah sebagai kompetitor yang sangat diperhitungkan oleh
para pedagang dari Venesia. Demikianlah, Khilafah telah menjadi contoh yang sangat baik
tentang bagaimana menciptakan kehidupan dalam masyarakat heterogen yang aman, damai,
lxxxii
Keberadaan polisi sangat penting untuk menjaga keamanan dan ketertiban di dalam
negeri. Tetapi, dalam sistem yang berlaku saat ini, polisi dan “budaya penjara” telah berubah
menjadi sebuah beban tersendiri bagi masyarakat. Bukan karena keberadaan anggota
kepolisian itu sendiri, tapi sistem kepolisian yang diwariskan oleh penjajah itulah yang
memberikan rasa aman tapi justru menjadi ancaman yang menimbulkan kegelisahan pada
masyarakat. Ada ungkapan, “kalau Anda melapor kehilangan kambing kepada polisi, maka
bersiaplah Anda akan kehilangan sapi”. Maksudnya, berurusan dengan polisi bukan
menyelesaikan masalah tapi malah akan menambah masalah. Pada masa Orde Baru, polisi
malah bertindak mematai-matai rakyat. Siapa saja yang berpikiran dan bertindak yang
bertentangan dengan kehendak penguasa ketika itu pasti akan segera ditangkap.
Mengingat tugasnya yang demikian penting untuk menjaga keamanan rakyat dan
melindungi kehormatan, harta dan jiwa seluruh warga negara, bukan untuk memata-matai
dan menimbulkan rasa takut, maka Khilafah akan menempatkan kepolisian dengan tepat.
Khilafah tidak hanya akan memberikan perlengkapan dan pelatihan secara memadai, tapi
juga akan memberi gaji yang layak sehingga anggota kepolisian akan merasa tenang dalam
bertugas serta tidak perlu melakukan tindakan tercela untuk sekadar menambah penghasilan.
Dengan suasana hidup Islami, polisi akan bekerja bukan karena sekadar mendapat gaji, tapi
Khilafah adalah sebuah sistem negara kesatuan, yang akan menyatukan kembali negeri-
negeri Muslim yang membentang dari wilayah Maroko, yang berada di sebelah Barat, hingga
Merauke di Indonesia yang berada di Timur. Insya Allah, Daulah Khilafah akan menjadi
sebuah negara yang paling besar dan paling kaya sumberdaya di dunia.
lxxxiii
Tentang kewajiban untuk mewujudkan kesatuan negerinegeri Muslim, tampak dari
perintah Rasulullah saw. untuk hanya berbai’at kepada seorang Khalifah dalam satu waktu:
“Dahulu, Bani Israil selalu dipimpin dan dipelihara urusannya oleh para Nabi. Setiap kali
seorang nabi meninggal, digantikan oleh Nabi yang lain. Sesungguhnya tidak akan ada Nabi
setelahku, (tetapi) nanti akan ada banyak khalifah. Para sahabat bertanya: ‘Apa yang engkau
perintahkan kepada kami?’ Beliau menjawab: Penuhilah baiat yang pertama, lalu yang
pertama. Berikanlah kepada mereka hak mereka, karena Allah nanti akan meminta
pertanggungjawaban mereka atas apa saja yang telah diserahkan kepada mereka untuk
mengurusnya”. (Hr. Muslim dari Abu Hurairah). Begitu seorang Khalifah dibai’at untuk
memimpin sebuah negeri atau gabungan sejumlah negeri yang kuat, Khilafah akan segera
merencanakan program unifikasi atau penyatuan kembali negeri-negeri Muslim menjadi satu
negara. Umat yang bersatu di bawah satu negara akan mempunyai sumberdaya alam, jumlah
penduduk, luas wilayah, serta jumlah tentara yang jauh lebih besar daripada negara lain
Rasulullah saw. menggambarkan Khalifah sebagai perisai bagi umat Islam melalui
itu menunjukkan berbagai manfaat dari adanya Khalifah. Bukan hanya itu, hadits tersebut
bagi umat Islam. Maka, Daulah Khilafah akan berusaha untuk membebaskan negeri-negeri
Muslim yang terjajah seperti Palestina, Kashmir, Irak, dan Afghanistan. Daulah Khilafah juga
akan menggagalkan berbagai upaya, baik yang dilakukan agen-agen asing di dalam negeri
lxxxiv
Selama berabad-abad, Khilafah telah berhasil melindungi wilayah umat Islam yang
terbentang demikian luas itu. Di bawah Khalifah Umar bin Khaththab ra, Daulah Khilafah
bagi seluruh penduduknya, baik Muslim maupun non-Muslim. Pasukan Salib yang selama
beberapa waktu sempat menduduki wilayah tersebut, akhirnya bisa diusir oleh pasukan
Khilafah di bawah komando panglima hebat Shalahuddin al-Ayyubi. Pasukan Tartar juga
berhasil ditaklukkan oleh Pembebasan Negerinegeri Muslim. Khilafah melalui tangan para
Penguasa-penguasa yang dikenal dzalim pun dipaksa untuk mengabdikan dirinya demi
kepentingan Islam karena Khilafah telah mengikat mereka untuk menerapkan syariah Islam.
Ketika Raja Dahir (raja Hindu) menganiaya umat Islam yang tinggal di anak benua India,
maka Hajaj bin Yusuf mengirim Muhammad bin Qasim bersama pasukannya untuk
merespon penganiayaan tersebut. Perjuangan pasukan Muhammad bin Qasim itulah yang
mengawali proses futuhat (pembebasan) ke seluruh anak benua India. Bahkan, ketika sedang
berada dalam masa-masa kemundurannya, Khalifah masih mampu tampil tegas, lebih tegas
daripada apa yang ditampilkan para anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) saat ini.
Pada tahun 1901, Theodore Hertzl memimpin delegasi kaum Zionis untuk menawarkan
bantuan kepada Khalifah, pada saat Khilafah mengalami kesulitan keuangan, dan sebagai
pemukiman di Palestina. Tapi Khalifah Abdul Hamid II tegas menolak menemui delegasi
tersebut seraya menyatakan Aku tidak dapat menyerahkan, walau hanya sejengkal, tanah
Palestina. Karena, tanah itu bukan milikku, tetapi milik umat Islam. Umatku telah berjuang
demi tanah ini, dan menyiraminya dengan darah mereka. Maka biarlah Yahudi menyimpan
harta mereka. Akan tetapi, jika suatu saat nanti Khilafah dihancurkan, mereka boleh
mengambil Palestina tanpa membayar harganya.” Memang itulah yang kemudian terjadi.
lxxxv
Negara Zionis berhasil didirikan setelah Khilafah hancur pada tanggal 28 Rajab 1342 H, 88
kembali khildfah terus dilakukan. Adapun cara menegakkan khilafah tidak lain adalah dengan
mendirikan institusi politik, yaitu partai politik. Oleh karena itu, menurut mantan ketua
umum HTI, Hafidz Abdurrahman, partai politik yang mengibarkan panji-panji Islam
merupakan keniscayaan yang tidak bisa dielakkan. Tanpa partai politik, maka aktivitas,
dakwah, dan cita-cita mendirikan negara Islam tidak akan pernah terwujud.
Hizb al-Tahrir menilai urgensi partai politik yang ada di negara-negara muslim hanya
mengacu pada amal sosial (khairiyyah), seperti mendirikan rumah sakit, sekolah-sekolah, dan
Mayoritas gerakangerakan seperti ini terbatas pada gerakan sosial saja, jarang yang mengarah
ke ranah politik. Dikhawatirkan gerakan-gerakan ini hanya sekadar kanalisasi dari semangat
kebangkitan Islam yang menggelora di kalangan umat Islam. Selain itu, mereka cenderung
melakukan perbaikan yang sifatnya parsial. Bahkan organisasi ishliihiyyah ini cenderung
kompromistis terhadap sistem negara. Artinya, mereka akan masuk ke dalam sistem dan turut
mewarnai sistem yang ada. Padahal pemikiran seperti itu tidaklah tepat. Mereka yang masuk
ke dalam sistem dengan melakukan perbaikan parsial tidak pernah mengerti terhadap fakta
dan perbedaan antara perbaikan yang sifatnya parsial dan perbaikan yang sifatnya total.
Kritik HTI terhadap gerakan-gerakan yang melakukan perbaikan yang sifatnya parsial di
atas, secara tidak langsung salah satunya, ditujukan pada model dakwah Hasan al-Banna. Al-
Banna menekankan tujuh marahil al-'amal dalam membangkitkan umat Islam, yaitu :
1) memperbaiki diri,
lxxxvi
2) memperbaiki keluarga,
3) memperbaiki masyarakat,
7) memimpin dunia dan mengemban tanggung jawab dalam membimbing manusia menuju
jalan Allah.
yang dianggapnya tidak membawa manfaat, menjadi penghalang kebangkitan umat, dan
bahkan sangat berbahaya. Bahaya terbesar ada pada ketenteraman perasaan umat setelah
mereka melakukan aktivitas sosial. Akibatnya, mereka hanya disibukkan oleh kegiatan-
kegiatan yang sifatnya parsial. Hal ini berbeda jika mereka berorganisasi dengan benar dan
Kegagalan gerakan-gerakan tersebut, selain karena faktor pemikiran yang keliru, yakni
tidak adanya fikrah dan tharlqah yang benar, juga karena faktor manusia. Artinya, individu
yang direkrut unruk menjadi anggota didasarkan pada kedudukan individu tersebut di
masyarakat seperti tokoh masyarakat, dokter, pengacara, atau orang kaya, bukan karena
tepat-tidaknya mereka dalam gerakan, sehingga hal seperti itu akan memunculkan friksi di
(induksi), di negara-negara Islam belum muncul gerakan yang benar yang dapat membawa
pada kebangkitan. Gerakan-gerakan yang ada sejauh ini sering kali gagal. karena didasarkan
pada asas yang salah. Padahal umat tidak akan bangkit kecuali dengan berdirinya gerakan
(takattul) yang sahib. Gerakangerakan yang benar dan sahib seharusnya didasarkan pada asas
lxxxvii
partai (hizbi), bersifat ideologis yang berisi pemikiran yang cemerlang, thariqah yang
Atas dasar penilaian di atas, HT menawarkan gerakan atau partai politik yang sahib
Pertama, munculnya seorang ideolog yang mampu merumuskan ideologi (mabda) gerakan.
Pada saat itu muncul sel pertama yang akan berkembang dan mengikat individu-individu lain.
Kelompok ini akan menjadi halaqah awal sekaligus sebagai pemimpin gerakan.
Kedua, halaqah awal ini pada mulanya sedikit dan terasing dari masyarakat.
Ketiga, halaqah awal mempunyai pemikiran yang mendalam dan mengakar. Mereka mampu
melihat realitas yang barns diubah dan sekaligus merumuskan cara yang akan dilakukan.
Keempat, para pengikut awalnya, harus mempunyai kaidah berpikir tetap yang terkait dengan
suatu aktivitas yang diarahkan pada suatu tujuan tertentu. Pemikiran ini yang akan mengubah
Kelima, konsekuensi dari poin keempat, maka pengikut awal harus mampu dengan cepat
Keenam, fokus untuk mengubah masyarakat harus melalui kajian yang mendalam terhadap
individu, masyarakat, dan keadaan serta mewaspadai anasir destruktif yang bisa merusak
Ketujuh, akidah yang benar dan thaqdfah partai yang matang harus menjadi pengikat partai,
bukan peraturan yang sifatnya administratif. Selain itu, mengimani ideologi adalah harga
mati yang harus dimasukkan ke dalam hati para pengikut gerakan. Hal ini penting sebagai
lxxxviii
Kesembilan adalah tahap pembentukan fondasi partai. Pada tahap ini, pembinaan yang
dilakukan tidak sekadar transfer ilmu semata (ta'lim), tapi sudah harus diamalkan dalam
kehidupan. Oleh karena itu, pembinaan ini harus menekankan pentingnya praktik di tengah
masyarakat.
Kesepuluh, partai harus berdiri berdasar .fikrah dan thariqah. Partai akan mengontrol,
Kesebelas, masyarakat merupakan madrasah besar Oembaga besar pengaderan) bagi partai.
Artinya, partai bertugas untuk membangkitkan akidah yang benar dan memberikan
pemahaman yang sahih, sesuai dengan aktivitas yang bersifat kemadrasah-an, yakni
terdapatnya guru yang berwujud ideologi partai, serta thaqafah partai sebagai materi
pelajaran. Ideologi dan thaqafah ini mewujud dalam bentuk orang-orang partai. Merekalah
guru masyarakat.
Dalam pandangan HTI, jama'ah atau partai-partai lain yang berbasis Islam saat ini
telah gagal membangkitkan kesadaran umat dan memperjuangkan syari'at. Mereka telah
termakan oleh politik inklusi Barat sehingga mereka menjadi lemah. Bahkan kader-kader
Hizb al-Tahrir menegaskan bahwa mewujudkan partai politik yang berfungsi untuk
Kewajiban ini adalah fardhu kifdyah. Dari pernyataan tersebut di atas dapat dipahami bahwa
partai tersebut haruslah partai Islam yang tegak di atas akidah Islam, mengadopsi hukum-
hukum syari'at, dan berjuang menegakkan khildfah. Sebaliknya, partai komunis maupun
kapitalis, kesukuan, dan nasionalis merupakan partai yang harus dilarang atau haram.
Demikian pula partai yang mengajak pada demokrasi, sekularisme, dan freemasonry. Dengan
lxxxix
demikian, partai-partai politik di Indonesia tidaklah legalfabsah karena menyeru pada
nasionalisme dan atau demokrasi. Partai politik juga tidak boleh bersifat rahasia (clandestine)
atau bergerak di bawah tanah, karena tugas partai adalah mengajak pada kebaikan dan
mencegah kemungkaran.
Kewajiban mendirikan partai politik juga berdasarkan pada suatu kaidah fiqhiyah
(Suatu kewajiban yang tidak bisa ditunaikan denga adanya sesuatu hal, ma.ka sesuatu itu
menjadi wajib juga)." Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab HT, seperti dalam kitab
Mafdhim Hizb al-Tahrir, namun di dalamnya tidak dikaitkan dengan masalah organisasi
politik. Baru dalam kitab yang berjudul Hizb alTahrlr tercantum kaitannya dengan
Elaborasi kaidah di atas disinggung oleh al-Nabhan) dalam bukunya yang berjudul al-
khalifah maupun muhasabah al-hukkam, adalah wajib. Melakukan dua kewajiban ini tidak
akan bisa terlaksana jika hanya dilakukan oleh seorang individu karena lemahnya kekuatan
seorang individu. Jadi dalam aktivitas tersebut diperlukan individu-individu atau kelompok
yang terorganisir dari kaum muslim. Jika tidak mendirikan organisasi politik, mereka akan
berdosa karena tidak mendirikan sesuatu (organisasi politik) yang akan menjadi sarana bagi
terlaksananya suatu kewajiban. Demikian pula, jika telah mendirikan suatu organisasi politik,
akan tetapi tidak mampu mewujudkan khalifah, juga tidak sanggup melakukan muhasabat al-
Jaringan gerakan HTI ini bersistem sel rabasia dengan pengorganisasian dan
pengontrolan yang baik. Tiap sel dikomandani oleh seorang pemimpin dengan tiga atau tujuh
anggota. Pemimpin sel ini juga mempunyai seorang atasan (pemimpin). Data anggota hanya
diketahui oleh sedikit kolega mereka yang ada di dalam sel, dan hanya pemimpin sel yang
xc
mengetahui atasannya. Tingkat kerahasiaan telah membuat intelijen negara kesulitan
Yordania. Di bawah amlr terdapat tiga lembaga, yakni badan administrasi, badan mazhdlim,
badan penanggungjawab pemilihan amlr. Badan-badan ini adalab bagian yang paling rahasia
dalam organisasi. Badan administrasi dan am!r akan memilih anggota utama dari HT untuk
membentuk kiedat (qiyddah), yaitu komite kepemimpinan. Menurut aturan administratif HT,
politik yang akan mengumpulkan informasi atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia
serta model respons yang perlu dilakukan sebagai bimbingan terhadap umat Islam. Untuk
sementara markas besar gerakan ini diyakini berada di Yordania, sedangkan markas di
seluruh dunia, serta mengarahkan aksiaksi mereka dengan menyediakan dana, materi-materi
Level selanjutnya adalab para mu'tamad (pemimpin regional) yang bersama dengan
"provinsi" di mana mu'tamad berada. Mu'tamad membawabi tiga kelompok supervisi, sel
yang bertanggung jawab terbadap partai dalam bidang keuangan dan donasi, sel yang
bertanggung jawab pada masalah pengumpulan informasi dan publikasi, dan mu'tamadjuga
memimpin rapat pertemuan komite regional, yang waktunya sudah ditentukan oleb amir
xci
Zeyno Baran tidak menjelaskan siapa yang memilih Mu'tamad. Dalam wawancara dan
pengamatan penulis, mu'tamad dipilib oleh amir dari salab seorang komite regional dengan
masa tugas dua tabun. Sementara itu, komite regional dipilib oleh anggota-anggota daerab.
Pemilihannya disebut intikh yang diadakan setiap dua tahun pada bulan Muharram.
mu'tamad). Mas'fll mempunyai badan yang mengurusi keuangan dan donasi, serta badan
yang bertanggung jawab terbadap pengumpulan informasi dan publikasi. Pada level ini,
selebaran-selebaran HT diproduksi dengan isu-isu yang sesuai dengan masalab lokal yang
terjadi. Selebaran ini juga mempunyai fungsi untuk melakukan rekruitmen. Di Eropa, isu
asimilasi dan alienasi sering dimunculkan, di Timur Tengah, isu penyalahgunaan migas, dan
Tugas mas'ul tidak hanya terkait dengan pengorganisasian anggota, tetapi juga
penguasaan keilmuan, baik fiqh, tafsir, maupun hadits, karena mas'ill adalah tempat rujukan
para anggota.Mas'fll juga memiliki deputi-deputi yang berhubungan dengan naqib (pemimpin
HT di perkotaan dan pedesaan). Di bawah mas'ul yang merupakan pangkalan dasar HT, yang
tersusun dari komite lokal dan lingkaran studi, disebut halaqah. Masing-masing komite lokal
diketuai oleh naqib yang ditunjuk oleh komite provinsi imengatur komite dan berkomunikasi
Naqib juga mempunyai deputi yang disebut noyib (naqib atau wakil), yang bekerja
dengan komite lokal yang terdiri dari empat mushrif (pembimbing yang melakukan
indoktrinasi anggota di dalam halaqah). Komite lokal mengawasi proses indoktrinasi halaqah.
Mushrif membina lima atau tujuh halaqah yang terpisah satu sama lain. Masing-masing
halaqah terdiri tiga atau tujuh anggota tergantung kebutuhan kerahasiaannya. Halaqah
biasanya diadakan seminggu sekali setelah bekerja atau setelah studi yang bertempat di
xcii
rumah anggota halaqah, di masjid, atau di tempat lain yang kerahasiaannya terjaga. Mereka
Untuk menjaga tingkat kerahasiaan secara maksimal, tidak ada komunikasi antarsel-
sel. Di dalam aturan HT, hanya ada beberapa cara untuk berinteraksi dengan sel yang lebih
tinggi, dan sesama sel tidak ada yang selevel. Masing-masing anggota saling berkomunikasi
dengan yang lain dengan menggunakan nama samaran atau suatu nama ketika masuk menjadi
anggota. Jika salah seorang tidak merasa senang dengan mushrif, dia dapat menulis surat dan
meminta kepada mushrif untuk mengirimkan surat kepada tingkat yang lebih tinggi. Tingkat
yang lebih tinggi ini akan memberi solusi.Komite lokal sering turun ke lapangan guna
oleh al-Nabhani. Jika salah seorang anggota dicurigai oleh anggota yang lain, mushrif atau
supervisor lain bisa mengadakan halaqah tersendiri bagi individu yang dicurigai tadi. Taktik
ini biasanya ditujukan kepada pegawai pemerintah atau militer yang ikut halaqah."
Mushrif harus membuat laporan kepada komite lokal seminggu sekali atas
perkembangan halaqah secara keseluruhan, atau perkembangan individu, atau calon. Komite
lokal yang sudah dianggap mempunyai pengetahuan tentang doktrin, misi, dan filosofi partai
adalah pihak yang bertanggung jawab untuk menerima atau menolak calon anggota.
Sistem pemerintahan islam. Ketundukan hanya boleh kepada Allah Swt. Bukan kepada
manusia.
Allah SWT mewajibkan umat Islam mengatur hidupnya dengan syariah Islam. Allah SWT
berfirman: “Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
xciii
Khilafah adalah sebuah kekuasaan yang menerapkan syariah Islam secara kaffah
(menyeluruh). Merupakan sebuah kebutuhan bagi umat Islam untuk mengangkat seorang
Khalifah yang akan memimpin Daulah Khilafah dan menerapkan syariah Islam secara kaffah.
Maka, tegaknya Daulah Khilafah adalah sebuah kewajiban, dan setiap kelalaian dalam upaya
umat Islam untuk memberikan bai’at kepada seorang Khalifah. Nabi menggambarkan bahwa
kematian seorang Muslim yang tidak memberikan bai’at (kepada seorang Khalifah)
merupakan kematian yang sangat buruk, dengan menyebutnya sebagai mati jahiliyah: “Dan
barangsiapa mati, sementara tidak ada bai’at di pundaknya, maka matinya (dalam keadaan)
Dengan syariah Islam, Khilafah memelihara seluruh urusan umat manusia. Jika syariah
tidak diterapkan dalam naungan Daulah Khilafah, maka kedaulatan Islam dalam seluruh
aspek kehidupan manusia tidak akan pernah terwujud secara nyata. Maka kerahmatan Islam
yang dijanjikan juga tidak bisa dirasakan secara nyata pula. Jadi, Khalifah bisa dikatakan
sebagai wakil umat dalam pemerintahan untuk penerapan syariah Islam. Khalifah adalah
kepala negara Daulah Khilafah. Islam memberikan hak kepada umat untuk memilih Khalifah
yang dikehendakinya untuk mengurus kehidupan mereka. Melalui bai’at, calon khalifah yang
menang dalam pemilihan, sah menjadi Khalifah. Maka, tidak boleh ada paksaan dalam
pemilihan Khalifah. Pemilihan harus berlangsung atas dasar prinsip ridha wa ikhtiyar
(kerelaan dan kebebasan memilih), sebagaimana umat Islam di masa lalu telah memberikan
bai’at kepada keempat Khulafa’ur Rasyidin secara sukarela. Bai’at kepada Khalifah diberikan
umat dengan syarat Khalifah yang terpilih akan menerapkan syariah Islam secara kaffah
xciv
Khilafah adalah sistem politik Islam. Khilafah tidak sama dengan sistem diktator, tapi
juga bukan sistem demokrasi. Salah satu prinsip penting dari Khilafah, yang sekaligus
membedakan dari sistem lainnya baik diktator maupun demokrasi, adalah bahwa kedaulatan,
yakni hak untuk menetapkan hukum, yang menentukan benar dan salah, yang menentukan
halal dan haram, ada di tangan syariah, bukan di tangan manusia. Karena itu, baik Khalifah
maupun umat, sama-sama terikat kepada syariah Islam. Khalifah wajib menerapkan syariah
Islam dengan benar, sesuai dengan ketetapan Allah dalam al-Quran dan As-Sunnah. Tidak
boleh sesuka hatinya. Allah SWT berfirman “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut
apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Qs. al-Maidah
[5]: 44), “Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka
mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (Qs. al-Maidah [5]: 45, “Barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-
Sementara, dalam sistem demokrasi kedaulatan ada di tangan manusia, bukan di tangan
Allah SWT, Dzat yang Maha Menciptakan manusia dan alam semesta. Atas nama kebebasan,
bertindak sebagai tuhan, yang merasa berwenang menetapkan hukum sesuai dengan
keinginan mereka. Kredo demokrasi mengatakan “suara rakyat adalah suara tuhan (vox
populei vox dei)”. Suara mayoritas menjadi penentu kebenaran, betapapun buruknya sebuah
keputusan atau pemikiran. Ketika sudah didukung suara mayoritas, maka keputusan atau
pemikiran itu seakan telah menjadi benar. Dengan demikian, jelaslah bahwa pada hakikatnya
sistem demokrasi ini bertentangan sama sekali dengan Islam. Karena itu, umat Islam tidak
boleh menerima, menerapkan, dan mendakwahkan sistem demokrasi ini dan sistem apapun
lainnya yang dibangun di atas prinsip demokrasi. Allah SWT telah berfirman:
“Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam.” (Qs. Ali ’Imran [3]: 19)
xcv
-Peran Wakil Rakyat dalam Daulah Khilafah
Syariah Islam telah mengizinkan umat Islam untuk memilih wakil mereka dalam
mengatakan: “Ajukan kepadaku dua belas pemimpin, agar mereka menjadi pemimpin bagi
kaumnya.”
Dalam Daulah Khilafah, wakil rakyat yang menjadi anggota Majelis Umat dipilih oleh umat,
bukan ditunjuk atau ditetapkan oleh Khalifah. Akan tetapi, sebagaimana Khalifah, mereka
tidak berhak menetapkan hukum, karena kedaulatan tidak berada di tangan mereka, tetapi di
tangan syariah. Majelis Umat berwenang mengontrol kebijakan Khalifah dengan ketat dalam
mengatur urusan rakyat. Di sisi lain, Khalifah berhak mendatangi Majelis Umat untuk
bemusyawarah atau meminta pendapat berkaitan dengan pengaturan urusan umat. Tapi,
musyawarah ini bukanlah untuk mentapkan hukum, menentukan yang halal menjadi haram,
atau sebaliknya yang haram menjadi halal. Karena itu, dalam Daulah Khilafah tidak boleh
karena ini merupakan perkara yang diharamkan Islam. Demikian pula, tidak boleh ada
menjadikan akidah Islam sebagai asas sistem pendidikan, atau menyatukan seluruh negeri
Mengenai keanggotan Majelis Umat, warga negara non-Muslim bisa menjadi anggota
Majelis Umat untuk melakukan pengaduan (syakwa) jika ada penyimpangan dalam
penerapan syariah Islam atau kedzaliman terhadap diri mereka. Akan tetapi, anggota Majelis
Umat yang nonMuslim itu tidak berhak menyampaikan pendapat mereka tentang syariah
xcvi
yang ditetapkan oleh Khalifah, karena mereka tidak meyakini akidah Islam dan sudut
kehidupan manusia, tetapi juga memberikan aturan yang rinci. Sebagai contoh, dalam aspek
ekonomi ada sejumlah ketentuan syariah yang mengatur tanah pertanian, riba, mata uang,
kepemilikan umum dan berbagai pendapatan negara. Berkaitan dengan kebijakan luar negeri,
ada sejumlah ketentuan syariah mengenai jihad, perjanjian internasional, dan hubungan
diplomatik. Demikian pula dalam aspek pemerintahan, syariah Islam mengatur masalah
pemilihan, bai’at, pengangkatan para wali (kepala daerah) dan syarat mengenai pemakzulan
pribadinya. Khalifah juga tidak membutuhkan dukungan mayoritas anggota Majelis Umat
untuk menerapkannya.
Adapun menyangkut ketentuan yang mengandung ikhtilaf, syariah telah memberikan hak
dalil syara’ yang paling kuat, dan kemudian menetapkannya sebagai undangundang negara.
Abu Bakar ra, pada masa awal kekhilafahannya, telah menolak pendapat mayoritas sahabat
tentang hukuman bagi orang yang menolak membayar zakat. Beliau memilih mengirimkan
pasukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Umar bin Khaththab ra tetap menerapkan
hasil ijtihadnya tentang persoalan tanah Irak, walaupun Bilal ra dan para sahabat lainnya
tidak setuju. Meski demikian, Khalifah tidak akan mengadopsi salah satu pendapat yang
berkaitan dengan masalah pribadi atau cabang-cabang akidah. Dalam hal ini, umat
xcvii
dibolehkan mengikuti pendapat atau hasil ijtihad yang berbeda. Jadi, perbedaan pendapat
Dalam perkara-perkara yang dipahami publik dan bersifat praktis, Khalifah terikat dengan
pendapat mayoritas. Misalnya tentang lokasi yang paling strategis untuk mendirikan
universitas di sebuah daerah. Dalam hal ini Khalifah wajib mengikuti pendapat mayoritas.
Dalam musyawarah menjelang Perang Uhud, misalnya, Rasulullah dan para sahabat senior
berpendapat sebaiknya pasukan Quraisy dihadapi di dalam kota Madinah. Akan tetapi,
mayoritas sahabat yang muda berpendapat sebaiknya menyambut pasukan Quraisy di luar
kota Madinah. Maka pendapat mayoritas itulah yang kemudian dilaksanakan, sekalipun ini
bermusyawarah dengan para ahli, bukan dengan masyarakat awam. Setelah bermusyawarah,
Khalifah akan mengadopsi pendapat yang dianggap memiliki hujjah (argumentasi) paling
kuat.
Dalam hal ini, pendapat mayoritas ahli tidak menjadi pertimbangan utama, karena
pendapat yang memiliki argumentasi paling kuat tidak selalu dipegang oleh kelompok
dengan para ahli, Khalifah akan memberikan keputusan final apakah akan membangun
pembangkit listrik dengan energi nuklir, energi matahari, atau melakukan konversi dari
energi bahan bakar minyak ke batu bara. Model pengambilan keputusan seperti ini pernah
dilakukan oleh Rasulullah menjelang perang Badar, di mana Rasulullah saw akhirnya
memindahkan camp pasukan Islam setelah melakukan musyawarah dengan Hubab bin
Mundzir ra, seorang shahabat yang dianggap paling mengetahui daerah itu.
xcviii
Fakta menunjukkan bahwa sistem pemerintahan di Indonesia saat ini adalah sistem
sekuler yang diwariskan oleh penjajah Belanda , kemudian dilanjutkan dan dipertahankan
oleh AS. Maka wajar bila kekuatan kolonialis masih bisa terus mengontrol urusan rakyat
Indonesia melalui sistem tersebut. Sistem pemerintahan yang diterapkan Indonesia saat ini
memiliki sejumlah kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh kekuatan kolonialis untuk
mengamankan kepentingan mereka di Indonesia. Dengan hak legislasi ada di tangan wakil
rakyat, maka negara-negara kolonialis itu, melalui infiltrasi kepada wakil-wakil rakyat yang
dilakukan dengan berbagai cara, dengan mudah bisa mempengaruhi produk hukum dan
Hasilnya, lahir lah hukum dan perundang-undangan yang pro kepentingan penjajah.
Lihatlah UU Migas, UU Penanaman Modal, UU SDA dan yang lainnya. Di dalam Daulah
Khilafah, seluruh hukum dan perundang-undangan yang akan diterapkan harus berlandaskan
dalil-dalil syara’. Karena itu, Khalifah tidak memiliki pilihan lain kecuali mengambil syariah
dan peraturan yang berasal dari al-Quran dan asSunnah. Dengan metode ini, kedaulatan
benar-benar berada di tangan syariah, bukan di tangan wakil rakyat. Dengan cara ini,
kekuatan penjajah tidak mempunyai peluang untuk memanfaatkan proses legislasi demi
-Sistem Pemerintahan Indonesia Saat Ini Membuat Penguasa Tidak Mudah Diminta
Sesuai Pasal 5, pasal 7B, dan pasal 20 UUD 1945 yang telah mengalami amandemen IV
(Tahun 2003), Presiden tidak dapat diberhentikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) sebelum Mahkamah Konstitusi memutus pelanggaran konstitusi apa yang dilakukan
oleh Presiden. Sementara, Presiden bersama DPR sepenuhnya bebas membuat undang-
undang apa pun, diantaranya undangundang yang dapat mencegah rakyat memiliki akses
xcix
guna melakukan kontrol atau koreksi terhadap pemerintah. Contoh mutakhir adalah
ketentuan yang dapat membuat sejumlah informasi penting yang menyangkut rakyat banyak
tidak dibuka untuk publik; atau Rancangan Undang-Undang Jaring Pengaman Sektor
Keuangan (JPSK), yang menyatakan bahwa para pejabat di sektor keuangan ini tidak dapat
dijerat hukum terkait kebijakannya dalam memberikan Bantuan Likuiditas guna menghadapi
krisis finansial global. Demikianlah, ketentuan dan mekanisme dibuat sedemikian rupa
sehingga pada akhirnya rakyat tidak bisa melakukan kontrol dan koreksi terhadap
pemerintah.
Dalam Daulah Khilafah, kepala negara atau Khalifah bukanlah seorang raja atau seorang
diktator. Khalifah tidak dapat mengganti atau mengubah syariah Islam sesuka hatinya. Dalam
Daulah Khilafah, upaya meminta pertanggungjawaban penguasa bukan sekadar hak, tapi
merupakan kewajiban dari setiap warga, karena amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan
salah satu kewajiban dalam Islam. Rasulullah saw. bersabda: “Demi dzat yang jiwaku berada
di tangan-Nya, hendaklah kalian melakukan amar ma’ruf nahi munkar, atau Allah akan
menurunkan hukuman atas kalian, kemudian kalian berdoa kepada-Nya, maka Dia tidak
Jadi, dalam Daulah Khilafah setiap orang, kelompok, partai, anggota Majelis Umat atau qadhi
Mahkamah Madzalim bisa mengontrol dan mengoreksi Khalifah. Islam memerintahkan untuk
memberhentikan seorang Khalifah jika terbukti memerintah bukan dengan syariah Islam, atau
jika bersikap dzalim kepada rakyatnya. Pemakzulan ini merupakan sebuah kewajiban untuk
pengaduan kepada Mahkamah Madzalim. Jika kedzaliman itu terbukti dilakukan oleh
c
-Khilafah Akan Menghapus Korupsi Politik
Korupsi politik senantiasa muncul dalam masyarakat sekuler, lebih-lebih di negara yang
salah mengira. Mereka menganggap korupsi politik itu semata-mata terjadi karena kesalahan
individu, bukan kesalahan sistemik. Padahal fakta menunjukkan bahwa sistemlah yang
menghasilkan individu-individu yang bermasalah. Dan sistem itu pula yang kemudian
bentuk korupsi politik yang paling menonjol adalah dengan memperjual-belikan pasal-pasal
dalam undang-undang atau keputusan politik lain seperti penetapan sebuah jabatan atau
tertentu, baik di dalam maupun di luar negeri untuk memasukkan pasalpasal dalam
perundangan yang menguntungkan mereka. Atau mengatur besaran anggaran dan person
tertentu dalam jabatan publik yang sesuai dengan kepentingan mereka. Untuk melakukan itu
semua, anggota legislatif akan mendapatkan bayaran sejumlah uang. Tertangkapnya sejumlah
anggota DPR dalam kasus suap menunjukkan bahwa praktek seperti itu memang berlangsung
secara nyata. Karena itu, uang ratusan juta bahkan milyaran rupiah yang dibelanjakan agar
bisa menjadi anggota parlemen dianggap sebagai sebuah investasi yang pantas. Dengan cara
inilah orang-orang yang bermental korup justru yang paling banyak terjaring masuk ke
parlemen. Tak mengherankan, jika lembaga perwakilan rakyat itu lebih menjadi wadah untuk
kepentingan rakyat. Sementara partai yang semestinya menjadi sarana perjuangan politik
demi kepentingan rakyat, justru menjadi alat untuk melakukan berbagai tindakan korupsi
politik tadi. Walhasil, jadilah korupsi dilakukan secara bersama-sama. Inilah fenomena
“korupsi berjamaah”.
ci
Dalam Daulah Khilafah, karena hak membuat hukum dan perundang-undangan ada pada
syariah dan proses legislasinya dilakukan dengan ijtihad, maka tidak ada seorang pun,
termasuk anggota Majelis Umat, yang bisa melakukan korupsi politik dengan jalan menjual
belikan pasal-pasal dalam perundang-undangan itu. Dalam Daulah Khilafah, para wakil juga
rakyat tidak bisa memeras Khalifah dengan ancaman mosi tidak percaya atas prasangka
semata. Khalifah hanya bisa diberhentikan bila ia menyimpang dari syariah Islam. Dengan
cara inilah, Khilafah akan menghapuskan korupsi politik yang merajalela di dalam sistem
demokrasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
penelitian ini adalah HTI menolak sistem Demokrasi dengan alasan bahwa demokrasi
Menurut HTI pengakuan terhadap kedaulatan rakyat sebagai sumber hukum berarti
ialah pada prinsip kedaulatan rakyat. Dalam demokrasi, apa-apa yang diinginkan rakyat ialah
sumber hukum, sementara dalam islam, sumber hukum hanyalah dari Allah. Oleh karena
itulah HTI dengan tegas memandang demokrasi sebagai sistem yang kufur karena tidak
5.2 Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dijelaskan maka, saran yang dapat diberikan dari
dapat menghasilkan solusi terhadap problem sosial politik masyarakat saat ini.
2. Saran penulis kepada peneliti selanjutnya adalah untuk lebih memperdalam dan
DAFTAR PUSTAKA
Azizah nur (2009) Konsep Demokrasi Menurut Hizbut Tahrir Indonesia (Analisis Tafsir Al-
Budiardjo, Miriam (2008). Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
https://id.wikipedia.org/wiki/Khilafahciii
Tahrir hizbut (2005) struktur negara khilafah (pemerintahan dan administrasi). Jakarta : : Dar
al-Ummah
Al-amin, ainur rofiq (2012) Membongkar Proyek Khilafah Ala Hizbut Tahrir di Indonesia.
ciii
Azmy, Sabhana ana (2020) Fundamentalisme Islam: Telaah Terhadap Pemikiran Politik
civ