Anda di halaman 1dari 15

ISLAM DAN DEMOKRASI

MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Fikih Siyasah
Dosen Pengampu: Dr. Samsudin, M.Ag.

Kelas HK C/5
Disusun Oleh Kelompok 8:

1. Raehma Mutiara Indah (1908201086)


2. Sihabudin Asqolani (1908201120)
3. Yulia Fitriati Madinah (1908201104)
4. Andi Maulana (1908201123)
5. Jamaludin Bachtiar (1908201115)

JURUSAN HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Sang penguasa alam semesta yang
dengan rahmat dan rahimnya sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah ini dengan
judul “Islam dan Demokrasi” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda alam Nabi besar Muhammad
Saw, beserta keluarga dan sahabat beliau, yang dengan perjuangan atas nama Islam
hingga dapat kita nikmati sampai saat ini indahnya Islam dan manisnya Iman.
Adapun tujuan makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah Fikih Siyasah pada program studi Hukum Keluarga (HK) semester
5 kelas C. Makalah ini merupakan proses pembelajaran untuk mengetahui dan memahami
hal-hal yang berkaitan dengan Islam dan Demokrasi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurngan dlm pembuatan dan penyusunan
makalah ini, maka dari itu kritik dan saran kami harapkan dari para pembaca agar makalah
ini menjadi lebih baik lagi. Terima kasih kami ucapkan sebesar-besarnya kepada pihak
yang terlibat dan memberikan dukungan dalam proses pembuatan makalah ini.

Cirebon, 28 Oktober 2021

Kelompok 8

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 3

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 5

A. Pengertian Demokrasi secara Umum maupun dalam Perspektif Islam ................ 5


B. Hubungan antara Islam dan Demokrasi ................................................................ 6
C. Pengaruh dan Sikap Islam terhadap Demokrasi ................................................. 10

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 12
B. Saran.................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dinamika Islam dalam perpolitikan Indonesia modern dapat dijelaskan ke dalam


beberapa model tampilan. Pertama, persentuhan Islam dan politik sejak sebelum Indonesia
merdeka menandakan adanya suatu pemahaman yang utuh tentang kelengkapan doktrin Islam
dalam mengatur kehidupan manusia. Kedua, Islam dan politik merupakan sebuah kesatuan
yang saling terikat, dimana Islam membutuhkan politik (negara) untuk menyebarkan kebaikan
dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan negara membutuhkan nilai-nilai dalam
mengawal pelaksanaan pemerintahannya, terutama pada aspek moralitasnya. Ketiga, atas dasar
itu, politik menjadi salah satu bidang amal bagi umat Islam selain bidang-bidang kehidupan
yang lain. Maka dari itu politik bagi umat Islam harus diperoleh dan dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip dasar Islam.

Demokrasi merupakan sebuah istilah yang sangat popular. Tidak ada istilah lain dalam
wacana politik yang banyak dibicarakan orang, aktivis, politisi ataupun akademisi, melebihi
istilah demokrasi. Istilah ini juga didambakan semua orang terutama yang mempunyai
kesadaran politik, untuk mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka percaya bahwa
demokrasi akan lebih banyak membawa kemaslahatan manusia ketimbang implikasi
negatifnya, yakni mahal dan kompleksnya dalam proses pembuatan kebijakan publik.

Demokrasi memang menjadi sebuah kata yang paling diminati oleh siapa pun di
dunia. Di tengah proses demokratisasi global,banyak kalangan ahli demokrasi diantaranya
Larry Diamond,Juan J.Linze,Seymour Martin Lipset,menyimpulkan bahwa dunia Islam tidak
memiliki prospek untuk menjadi demokratis serta tidak memiliki pengalaman demokrasi yang
cukup andal.
Disisi lain umat Islam sering kebingungan dengan istilah demokrasi. Di saat yang
sama,demokrasi bagi sebagian umat Islam sampai dengan hari ini masih belum bisa diterima
secara utuh. Sebagian kalangan memang bisa menerima tanpa reserve, sementara yang lain
justru bersikap ekstrem. Menolak bahkan mengharamkannya sama sekali.

3
Berdasarkan latar belakang di atas yang berjudul “Islam dan Demokrasi” penulis
bermaksud membahas tentang pengertian demokrasi secara umum maupun dalam perspektif
Islam, dan hubungan antara Islam dan Demokrasi., dan pengaruh dan sikap Islam terhadap
Demokrasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Demokrasi secara Umum maupun dalam Perspektif Islam?
2. Bagaimana Hubungan antara Islam dan Demokrasi?
3. Bagaimana Pengaruh dan Sikap Islam terhadap Demokrasi?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui makna demokrasi secara umum maupun dalam perspektif Islam.
2. Untuk mengetahui hubungan antara Islam dan Demokrasi.
3. Untuk mengetahui Pengaruh dan Sikap Islam terhadap Demokrasi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi Secara Umum Maupun Dalam Perspektif Islam


1. Demokrasi secara Umum

Demokrasi berasal dari 2 kata dari bahasa Yunani yaitu Demos yang artinya
rakyat dan Cratos yang artinya kekuasaan atau kedaulatan. Menurut Abraham Lincoln
Demokrasi itu adalah sebuah sistem pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat,dan untuk
rakyat. Jadi demokrasi itu adalah suatu sistem pemerintahan yang bertumpu pada
rakyat,dilakukan secara langsung oleh rakyat atau melalui para wakil mereka melalui
mekanisme pemilihan yang berlangsung secara bebas.

Dalam sejarahnya,demokrasi sering bersanding dengan kebebasan (freedom).


Namun demikian,demokrasi dan kebebasan tidaklah identik. Demokrasi merupakan
sebuah kumpulan ide dan prinsip tentang kebebasan,bahkan juga mengandung
sejumlah praktik dan prosedur menggapai kebebasan yang terbentuk melalui perjalanan
sejarah yang panjang dan berliku. Secara singkat,demokrasi merupakan bentuk
institusionalisasi dari kebebasan.

Sejalan dengan perkembangannya, demokrasi mengalami pemaknaan yang


berkembang di kalangan para ahli. Menurut Joseph A. Schmitter,demokrasi adalah
suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana setiap
individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas
perjuangan rakyat. Dapat disimpulkan bahwa hakikat demokrasi adalah sebuah proses
bernegara yang bertumpu pada peran utama rakyat sebagai pemegang tertinggi
kedaulatan.1

2. Demokrasi secara Islam

Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang bertujuan untuk menerapkan


prinsip-prinsip agama Islam ke dalam kebijakan publik. Sebenarnya, istilah demokrasi-
islam merupakan istilah yang mengalami Kontradiksi-terminis. Sebab demokrasi islam

1
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak. Pancasila,Demokrasi,HAM,dan Masyarakat madani, (Jakarta:
Prenada Media Group, Tt), 66.

5
terdiri dari 2 istilah yang mewakili 2 konsep yang asing antara satu sama lain. Islam
dan Demokrasi memiliki pengertian dimana pandangan antara keduanya berbeda.

Teori politik Islam menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin
harus dipilih oleh rakyat, tunduk pada syariah, dan berkomitmen untuk mempraktekkan
"syura", sebuah bentuk konsultasi khusus yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW yang dapat ditemukan dalam berbagai hadits dengan komunitas mereka. Negara-
negara yang memenuhi tiga ciri dasar tersebut antara lain Afghanistan, Iran,
dan Malaysia. Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab adalah contoh negara
yang tidak menganut prinsip demokrasi Islam meski negara-negara Islam, karena
negara-negara ini tidak mengadakan pemilihan. Pelaksanaan demokrasi Islam berbeda
di negara-negara mayoritas muslim, karena interpretasi syariah berbeda-beda dari satu
negara ke negara lain, dan penggunaan syariah lebih komprehensif di negara-negara di
mana syariah menjadi dasar bagi undang-undang negara.

B. Hubungan Antara Islam Dan Demokrasi

Memperbincangkan hubungan Islam dengan demokrasi pada dasarnya sangat


aksiomatis. Sebab Islam merupakan agama dan risalah yang mengandung asas-asas yang
mengatur ibadah, akhlak dan muamalat manusia. Sedangkan demokrasi hanyalah sebuah
sistem pemerintahan dan mekanisme kerja antar anggota masyarakat serta simbol yang diyakini
banyak membawa nilai-nilai positif. Polemik hubungan demokrasi dengan Islam berakar pada
sebuah ketegangan teologis antara rasa kehausan memahami doktrin yang telah mapan oleh
sejarah dinasti-dinasti muslim dengan tuntutan untuk memberikan pemahaman baru pada
doktrin tersebut sebagai respon atas timbulnya fenomena sosial yang terus berkembang.2
Secara garis besar wacana Islam dan demokrasi terdapat tiga pemikiran yaitu:

1) Islam dan demokrasi adalah dua sistem yang berbeda

Kelompok ini sering disebut sebagai kelompok islamis atau islam ideologis, yang
memandang islam sebagai sistem alternatif demokrasi, sehingga demokrasi sebagaimana
konsep barat tidak tepat dijadikan acuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Logika
yang dipakai mereka adalah pemerintahan demokrasi berasal dari barat dan barat bukanlah

2
Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), 50.

6
islam sehingga barat adalah kafir. Segala sesuatu yang kafir tentunya berdosa sehingga
mengikuti demokrasi bagi muslim sejati adalah berdosa. Pendek kata, menurut kelompok ini
demokrasi merupakan sistem kafir karena telah meletakkan kedaulatan negara di tangan rakyat
bukan Tuhan. Kelompok ini diwakili oleh Taqiyuddin an-Nabhani dengan partainya Hizbut
Tahrir yang sangat menentang ide-ide demokrasi dan berpendapat bahwa sebagian besar dari
aktifitas demokrasi tertolak secara syar’i. Mereka memandang bahwa prinsip pemilu secara
jelas melanggar asas wakalah, yaitu materi yang diwakilkan didasarkan atas asas demokrasi,
yang menurut pandangan Hizbut Tahrir adalah batil.

2) Islam berbeda dengan demokrasi

Kelompok ini menyetujui adanya prinsip demokrasi dalam islam tetapi tetap mengakui
adanya perbedaan antara islam dan de mokrasi apabila demokrasi didefinisikan secara
prosedural seperti yang dipahami dan dipraktikkan di negara-negara barat. Sebaliknya jika
demokrasi dimaknai secara substantif, yaitu kedaulatan di tangan rakyat islam merupakan
sistem politik yang demokratis. Demokrasi adalah konsep yang sejalan dengan islam setelah
diadakan penyesu aian penafsiran terhadap konsep demokrasi itu sendiri. Di antara tokoh
muslim yang mendukung pandangan ini adalah Abul A’la al-Maududi yang menyatakan bahwa
demokrasi sekuler barat, pemerin tahan dibentuk dan diubah dengan pelaksanaan pemilihan
umum. Demokrasi dalam islam juga memiliki wawasan yang mirip, tetapi perbedaannya
terletak pada kenyataan bahwa jika di dalam sistem barat suatu negara demokratis menikmati
hak kedaulatan mutlak. Dalam demokrasi islam kekhalifahan ditetapkan untuk dibatasi oleh
batas-batas yang digariskan hukum ilahi.

3) Islam membenarkan dan mendukung demokrasi

Kelompok ini sering disebut dengan kelompok moderat atau liberal. Menurut kelompok
ini islam merupakan sistem nilai yang membenarkan demokrasi seperti yang sekarang
dipraktikkan di negara-negara maju. Penerimaan ini disebabkan apa yang dianggp prinsip-
prinsip demokrasi sesungguhnya juga terkandung dalam ajaran islam seperti keadilan,
persamaan, musyawaran dan lain sebagainya.

Jika demokrasi sebagai sebuah gagasan yang mendasarkan prinsip kebebasan,


kesetaraan, dan kedaulatan manusia untuk menentukan hal-hal yang berkaitan dengan urusan

7
publik, maka secara mendasar sejalan dengan islam. Hal ini paling tidak akan tampak dalam
dua hal.3

Pertama, pada ajaran islam tentang nilai-nilai kehidupan yang harus dijadikan acuan,
yaitu:4

a. Al-musawah atau persamaan derajat kemanusiaan di hadapan Allah swt. Dalam


konsepsi islam, semua manusia sama dalam martabat dan kedudukannya, tidak ada
perbedaan di hadapan Allah kecuali dalam hal ketakwaanya. Allah berfirman dalam
Surat al-Hujurat (49) ayat 13: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
b. Al-hurriyah, kemerdekaan atau kebebasan berdasarkan pertanggungjawaban moral dan
hukum, baik di dunia maupun di akhirat. Prinsip ini didasari oleh konsep yang
menghormati nilai-nilai kemanusiaan yang memandang bahwa manusia adalah
makhluk terhormat yang diberikan kemudahan oleh Allah untuk mempunyai kebebesan
memilih. Dalam islam, prinsip ini adalah ayat perjanjian ketika manusia membenarkan
ke-rububiyah-an Allah. Allah berfirman dalam Surat al-A’raf (7) ayat 172: “dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami
menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan).”
c. Al-ukhuwwah, persaudaraan sesama manusia sebagai satu species yang diciptakan dari
bahan baku yang sama. Allah berfirman dalam Surat al-Baqarah (2) ayat 213: ”manusia
itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para
Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang
benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka

3
Naili Rohmah Iftitah, “ISLAM DAN DEMOKRASI,” Islamuna 1: 1 (Juni 2014): 38-39.
4
Abdul Ghofur, Demokratisasi dan Prospek Hukum Islam di Indonesia: Studi atas Pemikiran Gus Dur
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 41.

8
perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-
keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi
petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka
perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
d. Al-Adalah, keadilan yang berintikan kepada pemenuhan hak-hak manusia sebagai
individu maupun sebagai warga masyarakat. Allah berfirman dalam Surat al-Ma’idah
(5) ayat 8: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
e. Al-syura, musyawarah, dimana setiap warga masyarakat berhak atas partisipasi dalam
urusan publik yang menyangkut kepentingan bersama. Dalam hal ini mengutamakan
prinsip musyawarah sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Syura (42) ayat 38:
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka.”
Menurut Muhammad Alim, negara demokrasi: Syura (musyawarah sebagai
demokrasi Islam), ditandai dengan kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat,
kebebasan dari ketakutan, kebebasan berkomunikasi dan memperoleh informasi,
kebebasan memilih tempat tinggal, persamaan, kesetaraan laki-laki dan perempuan, hak
atas suaka politik, hak dan kewajiban membela negara, dan hak atas perlindungan
kebebasan pribadi.
f. Al-Mas‟uliyyah/responsibility, prinsip pertanggungjawaban yang dipikul oleh setiap
pemegang kekuasaan. Perlu dipahami bahwa kekuasaan merupakan amanah yang harus
diwaspadai dan bukan nikmat yang harus disyukuri. Khusus bagi penguasa, pengertian
amanah berarti fungsi ganda yakni amanat Allah dan amanat rakyat.

Kedua, ajaran islam tentang hak-hak yang harus diusahakan pemenuhannya oleh
diri sendiri maupun masyarakat/negara yang meliputi:

9
1. Hifdz al-nafsi, hak hidup
2. Hifdz al-din, hak beragama
3. Hifdz al-`aqli, hak untuk berpikir
4. Hifdz al-mal, hak milik individu atau property right
5. Hifdz al-`irdh, hak mempertahankan nama baik-baik
6. Hifdz al-nasl, hak untuk memiliki dan melindungi keturunan.5

C. Pengaruh dalam Demokrasi Islam dan sikap Islam terhadap demokrasi


1. Faktor lambatnya pertumbuhan Demokrasi Islam

Terdapat beberapa argumen teoritis yang menjelaskan lambannya pertumbuhan


dan perkembangan demokrasi di dunia Islam. Diantaranya:

Pertama, Pemahaman doktrinal menghambat praktik demokrasi. Hal ini


disebabkan oleh kebanyakan kaum muslim yang cenderung memahami demokrasi
sebagai sesuatu yang bertentangan dengan Islam.

Kedua, Persoalan kultur. Penerapan demokrasi pernah mengalami kegagalan


karena warisan kultural masyarakat muslim sudah terbiasa dengan autokrasi dan
ketaatan absolut kepada pemimpin.

Ketiga, Sifat alami demokrasi itu sendiri. Untuk membangun demokrasi


diperlukan kesungguhan,kesabaran,dan waktu.

2. Sikap Islam terhadap demokrasi

Umat Islam seringkali kebingungan dengan istilah demokrasi. Di saat yang


sama, demokrasi bagi sebagian umat Islam sampai dengan hari ini masih belum bisa
diterima secara bulat. Sebagian kalangan memang bisa menerima
tanpa reserve, sementara yang lain justru bersikap ekstrem. Menolak bahkan
mengharamkannya sama sekali. Tak sedikit sebenarnya yang tidak bersikap
sebagaimana keduanya. Artinya,banyak yang tidak mau bersikap apapun. Kondisi ini
dipicu dengan banyak dari kalangan umat islam sendiri yang kurang memahami
bagaimana islam memandang demokrasi. Demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan
dengan islam,tetapi banyak prinsip dan konsep demokrasi yang sejalan dengan Islam.

5
Naili Rohmah Iftitah, ISLAM DAN DEMOKRASI…, 39-44.

10
Tetapi demokrasi juga dianggap sebagai bentuk pemerintahan yang paling logis.
Walaupun barangkali bukan satu-satunya yang terbaik. Demokrasi membuat
pembangunan sebagai aspek potensi manusiawi melalui persamaan akses pada
pendidikan dan peran serta aktif dalam semua aspek kehidupan sosial.6
Dalam konteks demokrasi Indonesia, kesungguhan dan kesabaran dari kalangan
elite nasional untuk membangun demokrasi di negeri ini dengan cara berpolitik
santun,bersih dari unsur-unsur politik manipulatif serta berorientasi kesejahteraan
rakyat. Bagi kalangan elite islam,kesungguhan dan kesbaran mereka diharapkan
tercermin dalam sokongan mereka untuk menyerukan nilai-nilai islam
seperti amanah dan shiddiq, menjadi sokongan praktik berdemokrasi di
Indonesia,sembari bersabar dengan hal-hal negatif yang mungkin timbul dari sistem
politik demokrasi.7

6
Aep Saepulloh & Tarsono, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Islam, (Bandung: Batic
Press, 2011), 115.
7
A Ubaedillah & Abdul Razak, Pancasila,Demokrasi,HAM,dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Pranada
Media Group, 2013), 88.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Demokrasi berasal dari 2 kata dari bahasa Yunani yaitu Demos yang artinya rakyat dan
Cratos yang artinya kekuasaan atau kedaulatan. Menurut Abraham Lincoln Demokrasi itu
adalah sebuah sistem pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat,dan untuk rakyat. Jadi demokrasi
itu adalah suatu sistem pemerintahan yang bertumpu pada rakyat,dilakukan secara langsung
oleh rakyat atau melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan yang berlangsung
secara bebas. Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang bertujuan untuk menerapkan
prinsip-prinsip agama Islam ke dalam kebijakan publik. Sebenarnya, istilah demokrasi-islam
merupakan istilah yang mengalami Kontradiksi-terminis. Sebab demokrasi islam terdiri dari 2
istilah yang mewakili 2 konsep yang asing antara satu sama lain. Islam dan Demokrasi
memiliki pengertian dimana pandangan antara keduanya berbeda. Memperbincangkan
hubungan Islam dengan demokrasi pada dasarnya sangat aksiomatis. Sebab Islam merupakan
agama dan risalah yang mengandung asas-asas yang mengatur ibadah, akhlak dan muamalat
manusia. Sedangkan demokrasi hanyalah sebuah sistem pemerintahan dan mekanisme kerja
antar anggota masyarakat serta simbol yang diyakini banyak membawa nilai-nilai positif.
Polemik hubungan demokrasi dengan Islam berakar pada sebuah ketegangan teologis antara
rasa kehausan memahami doktrin yang telah mapan oleh sejarah dinasti-dinasti muslim dengan
tuntutan untuk memberikan pemahaman baru pada doktrin tersebut sebagai respon atas
timbulnya fenomena sosial yang terus berkembang. Terdapat beberapa argumen teoritis yang
menjelaskan lambannya pertumbuhan dan perkembangan demokrasi di dunia Islam.
Diantaranya: Pemahaman doktrinal menghambat praktik demokrasi, persoalan kultur dan
, Sifat alami demokrasi itu sendiri. Dalam konteks demokrasi Indonesia, kesungguhan dan
kesabaran dari kalangan elite nasional untuk membangun demokrasi di negeri ini dengan cara
berpolitik santun,bersih dari unsur-unsur politik manipulatif serta berorientasi kesejahteraan
rakyat. Bagi kalangan elite islam,kesungguhan dan kesbaran mereka diharapkan tercermin
dalam sokongan mereka untuk menyerukan nilai-nilai islam
seperti amanah dan shiddiq, menjadi sokongan praktik berdemokrasi di Indonesia,sembari
bersabar dengan hal-hal negatif yang mungkin timbul dari sistem politik demokrasi.

12
B. SARAN

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca. Terimakasih.

13
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Al-Fandi, Haryanto. Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.
Ghofur, Abdul. Demokratisasi dan Prospek Hukum Islam di Indonesia: Studi atas Pemikiran Gus Dur.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Saepulloh, Aep & Tarsono. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Islam. Bandung: Batic
Press, 2011.
Ubaedillah, A & Razak, Abdul. Pancasila,Demokrasi,HAM,dan Masyarakat Madani. Jakarta: Pranada
Media Group, 2013.
Ubaedillah, A dan Rozak, Abdul. Pancasila,Demokrasi,HAM,dan Masyarakat madani. Jakarta:
Prenada Media Group, Tt.

Jurnal

Iftitah, Naili Rohmah. “ISLAM DAN DEMOKRASI,” Islamuna 1: 1 (Juni 2014): 38-39.

14

Anda mungkin juga menyukai