Anda di halaman 1dari 14

KEPEMIMPINAN

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Kewirausahaan dan Halal Preneurship
Pada Program Studi Hukum Keluarga Semester 5 Kelas C

Disusun Oleh Kelompok 6:


1. Avi Afian Syah (1908201085)
2. Galuh Nur Andini (1908201088)
3. Pajar Maolana (1908201106)
4. Ahmad Rofiq Firdaus (1808201122)

Dosen Pengampu:
Ai Fitri Islami, M.E

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2021 M/1443 H
KEPEMIMPINAN
Avi Afian Syah, Galuh Nur Andini, Pajar Maolana, Ahmad Rofiq Fordaus
Jurusan Hukum Keluarga Semester 5 Kelas C
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email: avi.afiansyah@gmail.com, galuh.nandini23@gmail.com,
pajarmaolana714@gmail.com, rofiqahmad610@gmail.com

Abstrak
Kepemimpinan (leadership) berkenaan dengan seseorang memengaruhi perilaku
orang lain untuk suatu tujuan. Selain dapat diperoleh dari pengaruh kekuasaan,
kepemimpinan juga dapat diperoleh dengan bakat, perilaku, serta situasi yang
mendesaknya untuk menjadi seorang pemimpin. Tulisan ini bertujuan untuk
membahas lebih dalam tentang komsep kepemimpinan dengan menggunakan
metode kualitatif dan jenis penelitian kepustakaan. Artikel ini menyimpulkan
bahwa, pertama, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok ke arah pencapaian visi atau serangkaian tujuan. Seorang pemimpin
dengan kekuasan yang dimilikinya dapat mempengaruhi perilaku orang lain
dengan metode yang memungkinkan, sehingga mereka loyal dan para bawahan
juga berkenaan untuk mematuhi segala perintahnya dengan ridha dan segenap
perasaan jiwa. Kedua, terdapat beberapa teori kepemimpinan, yaitu: 1) teori
pengaruh kekuasaan, yang sumbernya ada tiga macam yaitu bersumber dari
kedudukan, kepribadian, dan politik, 2) teori bakat, 3) teori perilaku, dan 4) teori
great man. Ketiga, tipe-tipe kepemimpinan seseorang terdapat beberapa model,
yaitu: 1) tipe otoriter, 2) tipe Laissez Faire, 3) tipe Demokratis, 4) tipe Pseudo-
demokratis, 5) tipe Kharismatik. Keempat, terdapat konsep kepemimpinan
kewirausahaan yang di mana konsep ini adalah kepemimpinan yang menerapkan
jiwa kewirausahaan dalam menjalankan peran kepemimpinannya. Pada
prinsipnya kepemimpinan kewirausahaan ini haruslah Cognitive Ambidexterity
(melibatkan kedua logika prediksi dan logika kreasi), SEER (Social,
Environmental, and Economic Responsibility and Sustainability) atau Tanggung
jawab dan berkesinambungan, dan SSA (Self and Social Awareness) atau
membuat keputusan yang efektif dalam keadaan tidak pasti dan tidak dapat
diketahui.

Kata Kunci: Kepemimpinan

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti kerap kali menemukan sosok
pemimpin. Pemimpin dengan sense of change yang tinggi, pemimpin yang sadar

1
akan posisinya dalam lingkungan yang berubah dengan cepat, pemimpin yang
aktif dan energik, pemimpin-pemimpin seperti itu sangat dibutuhkan dalam
tingkat profesi apapun. Tidak ada sebuah lembaga, perusahan bahkan tingkat
kewirausahaan yang tidak memiliki pemimpin, pasti seluruh bidang apapun
memiliki sosok pemimpin. Jika di dalam dunia perkuliahan, mahasiswa dapat
mengasah jiwa kepemimpinan-nya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan
organisasi, di mana softskill mahasiswa akan terlatih dengan banyak berinteraksi
dengan orang lain dan bekerja sama dengan tim. Dalam aspek ini menitikberatkan
pada kemampuan pengambilan keputusan di masa pelik dan bagaimana
menangani orang banyak di situasi tertentu.
Menurut Limbela Anggi Distayolas, dkk, seseorang dengan jiwa
kepemimpinan memiliki sikap atau kemampuan untuk mengantisipasi setiap
perubahan dengan menggunakan visi masa depan yang jelas yang berupaya
mendorong terbentuknya kolaborasi dalam melakukan perubahan secara
fleksibel.1 Pada prinsipnya, kepemimpinan (Leadership) berkenaan dengan
seseorang mempengaruhi perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Tapi bukan
berarti bahwa setiap orang yang mempengaruhi orang lain untuk suatu tujuan
disebut pemimpin.2
Peran kepemimpinan seringkali menjadi ukuran dalam mencari sebab-
sebab jatuh bangunnya suatu organisasi. Dimensi kepemimpinan memiliki aspek-
aspek yang sangat luas, serta merupakan proses yang melibatkan berbagai
komponen di dalamnya yang saling mempengaruhi. Dalam perkembangannya,
kepemimpinan muncul bersama-sama dengan adanya peradaban manusia yaitu
sejak zaman nabi dan nenek moyang manusia yang berkumpul bersama, kemudian
bekerja bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya yang
menantang kebuasan binatang dan alam di sekitarnya. Sejak itulah terjadi kerja
antar-manusia dan ada unsur kepemimpinan. Pada saat itu pribadi yang ditunjuk
sebagai pemimpin ialah orang-orang yang paling kuat, paling cerdas dan paling
berani. Seorang pemimpin adalah orang yang mengarahkan, mempengaruhi, dan
memimpin orang lain (bawahan dan pengikut) untuk mencapai tujuan. Pemimpin
dapat dikatakan baik apabila memiliki sikap kepercayaan diri, menciptakan visi
dan memotivasi orang lain untuk mencapai visi mereka. Dari hal tersebut, dapat
ditarik benang merah bahwa kepimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang
lain supaya bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk
mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu.3
1
Limbela Anggi Distayolas, Fairuz Nabila Ufairoh, dan Sheila Febriani Putri, “Jiwa
Kepemimpinan Wirausahawan Muda: Studi Kasus pada Online Shop Desserttastic.id,” Prosiding
National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE) 1: 3 (2021): 152-157.
2
Fridayana Yudiaatmaja, “Kepemimpinan: Konsep, Teori dan Karakternya,” Media
Komunikasi FIS 12: 2 (Agustus 2013): 29-38.
3
Umi Arifah, dkk, “Kepemimpinan dalam Bisnis Islam,” LABATILA: Jurnal Ilmu
Ekonomi Islam 3: 2 (Juni 2020): 1-15.

2
Dalam dunia manajemen model-model kepemimpinan telah berkembang
luas. Dalam dekade terakhir abad ke-20 dan selanjutnya dua dekade pertama pada
abad ke-21, muncul teori-teori baru yang mengangkat pokok-pokok penting
tentang model dan gaya kepemimpinan. Salah satu teori yang menarik perhatian
publik di dunia akademik adalah Model Kepemimpinan Kewirausahaan
(Enterpreneurial Leadership).
Kepemimpinan Kewirausahaan merupakan sebuah temuan reflektif yang
sesungguhnya tampak dari nilai-nilai kepemimpinan yang telah lama berproses,
tetapi dirumuskan secara baru; jadi bukan sesuatu yang sama sekali baru untuk
dijadikan pegangan, tetapi malah sesuatu yang telah lama mengalami proses.4
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis bermaksud mengkaji lebih
dalam mengenai konsep kepemimpinan, di mana dalam pembahasan kali ini
dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu pertama, bagaimana pengertian
kepemimpinan? Kedua, bagaimana teori-teori kepemimpinan? Ketiga, bagaimana
tipe-tipe kepemimpinan? Keempat, bagaimana konsep kepemimpinan
kewirausahaan?

METODOLOGI
Metodologi penulisan yang digunakan dalam pembuatan artikel ini adalah
penulisan kepustakaan (penelitian perpustakaan) dengan mencari teori-teori yang
mendukung yang diperoleh dengan Metode Studi Kepustakaan (Library
Research) dan Studi Web Browser (Web Research) dengan meninjau beberapa
referensi sebagai sumbernya. Sumber data dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung. Data ini diperoleh dari
berbagai literatur seperti buku, jurnal, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan
pembahasan konsep kepemimpinan.
Kemudian, metodologi yang digunakan dalam penyusunan artikel ini yaitu
metode kualitatif. Peneliti menjadi pengumpul data utama dalam melakukan
pengumpulan data dengan teknik pengumpulan data utama seperti yang dijelaskan
pada paragraf sebelumnya. Di mana, pemikiran terpenting dalam pembahasannya
ialah memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi para pembaca mengenai
konsep kepemimpinan.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan terjemahan dari kata Leadership yang
berasal dari kata Leader. Pemimpin ialah orang yang memimpin, sedangkan
pimpinan ialah jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah

4
Safuan, “Studi Literatur Kepemimpinan Wirausaha dalam Menghadapi Tantangan
Global,” Jurnal Manajemen Industri dan Logistik 1: 2 (November 2017): 171-181.

3
kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang atinya bimbing atau
tuntun. Dari kata tuntun maka lahirlah kata kerja memimpin yang artinya
membimbing atau menuntun.5
Menurut Rost dikutip dari Safuan, definisi kepemimpinan adalah
hubungan pengaruh antara pemimpin dan pengikut yang berniat perubahan
yang nyata yang mencerminkan tujuan bersama mereka. Sedangkan menurut
Robbins dan Judge, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
suatu kelompok ke arah pencapaian visi atau serangkaian tujuan. Organisasi
membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat untuk
efektivitas optimal. Saat ini organisasi perlu pemimpin untuk menantang
status quo, menciptakan visi masa depan, dan mengilhami anggota organisasi
agar mau mencapai visi.6
Menurut Kadarusman dikutip dari Fridayana Yudiaatmaja,
kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga, yaitu: (1) Self Leadership; (2) Team
Leadership; dan (3) Organizational Leadership. Yang dimaksud dengan Self
Leadership adalah memimpin diri sendiri agar jangan sampai gagal menjalani
hidup. Team Leadership diartikan sebagai memimpin orang lain.
Pemimpinnya dikenal dengan istilah team leader (pemimpin kelompok) yang
memahami apa yang menjadi tanggung jawab kepemimpinannya, menyelami
kondisi bawahannya, kesediaannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan
dan konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki
komitmen untuk membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas
dirinya hingga menghasilkan prestasi tertinggi. Sedangkan, organizational
leadership dilihat dalam konteks suatu organisasi yang dipimpin oleh
organizational leader (pemimpin organisasi) yang mampu memahami nafas
bisnis perusahaan yang dipimpinnya, membangun visi dan misi
pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk melebur dengan tuntutan dan
konsekuensi tanggung jawab sosial, serta komitmen yang tinggi untuk
menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa berkah bagi
komunitas baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.7
Seorang pemimpin memiliki karekter dan sifat tertentu, pemimpin
menduduki jabatan yang tinggi sebuah struktur organisasi atau perusahaan.
Seorang pemimpin dengan kekuasan yang dimilikinya dapat mempengaruhi
perilaku orang lain dengan metode yang memungkinkan, sehingga mereka

5
Umi Arifah, dkk, “Kepemimpinan dalam Bisnis Islam,” LABATILA: Jurnal Ilmu
Ekonomi Islam 3: 2 (Juni 2020): 1-15.
6
Safuan, “Studi Literatur Kepemimpinan Wirausaha dalam Menghadapi Tantangan
Global,” Jurnal Manajemen Industri dan Logistik 1: 2 (November 2017): 171-181.
7
Fridayana Yudiaatmaja, “Kepemimpinan: Konsep, Teori dan Karakternya,” Media
Komunikasi FIS 12: 2 (Agustus 2013): 29-38.

4
loyal dan para bawahan juga berkenaan untuk mematuhi segala perintahnya
dengan ridha dan segenap perasaan jiwa.
Beberapa unsur yang mendasari dari sifat-sifat dasar yang ada dalam
merumuskan definisi kepemimpinan, yaitu:8
1. Unsur-unsur yang mendasari, terdiri dari: a) Kemampuan mempengaruhi
orang lain (kelompok/bawahan); b) Kemampuan mengarahkan atau
memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok; dan c) Kemampuan
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Sifat dasar kepemimpinan, terdiri dari: a) Kecakapan memahami
individual, artinya mengetahui bahwa setiap manusia mempunyai daya
motivasi yang berbeda pada berbagai saat dan keadaan yang berlainan; b)
Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi inspirasi; dan c)
Kemampuan untuk melakukan tindakan dalam suatu cara yang dapat
mengembangkan suasana yang mampu memenuhi sekaligus
menimbulkan dan mengendalikan motivasi-motivasi.

B. Teori-Teori Kepemimpinan
1. Teori Pengaruh Kekuasaan
Teori ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada
kekuasaan dalam satu kelompok atau organisasi. Dengan kata lain,
orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam
suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau
memimpin kelompok atau organisasi itu.
Sumber kekuasaan terdiri dari tiga macam, yaitu sebagai berikut:9
a. Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi ke
dalam beberapa jenis sebagai berikut:
1) Kekuasaan Formal atau legal
Jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau
perdana mentri dan sebagainya yang mendapat kekuasaan
karena ditunjuk dan/atau diperkuat dengan peraturan atau
perundangan yang resmi.
2) Kendali atas Sumber dan Ganjaran
Majikan yang menggaji karyawan, majikan yang mengupah
buruh, kepala suku atau kepala kantor yang dapat memberi
ganjaran kepada bawahannya, dan sebagainya, memimpin
berdasarkan sumber kekuasaan seperti ini.
8
Umi Arifah, dkk, “Kepemimpinan dalam Bisnis Islam,” LABATILA: Jurnal Ilmu
Ekonomi Islam 3: 2 (Juni 2020): 1-15.
9
Umi Arifah, dkk, “Kepemimpinan dalam Bisnis Islam,” LABATILA: Jurnal Ilmu
Ekonomi Islam 3: 2 (Juni 2020): 1-15.

5
3) Kendali atas Hukum
Ganjaran biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali
atas ganjaran biasa juga kendali atas hukuman. Walaupun
demikian, ada kepemimpinan yang yang sumbernya hanya
kendali atas hukuman saja, ini merupakan kepemimpinan yang
didasarkan pada rasa takut. Contoh para preman yang memungut
pajak kepada pedagang, pedagang akan tunduk kepada preman
karena takut akan mendapat perlakuan kasar.
4) Kendali atas Informasi
Informasi adalah ganjaran positif bagi orang yang
memerlukannya, sehingga siapa pun yang menguasai informasi
dapat menjadi pemimpin. Misal adalah orang yang paling tahu
arah jalan maka otomatis dia akan menjadi pimpinan
rombongan.
5) Kendali Ekologi/lingkungan
Sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasa situasi.
Contoh adalah kendali atas penempatan jabatan. Seorang atasan,
manager, atau kepala bagian personality mempunyai kekuasaan
atas bawahannya, karena ia boleh menentukan posisi
anggotanya.
b. Kekuasaan yang Bersumber pada Kepribadian
Kekuasaan yang bersumber pada kepribadian berawal dari
sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut:
1) Keahlian atau Ketrampilan
Dalam agama Islam, orang yang menjadi imam adalah orang
yang paling fasih membaca ayat al-Qur’an. Demikian pula
dalam pesawat atau kapal, orang yang paling ahli dalam
mengemudilah yang akan menjadi pemimpin.
2) Persahabatan atau Kesetiaan
Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok
dapat merupakan sumber kekuasaan, sehingga seseorang
dianggap sebagai pemimpin.
3) Karisma
Ciri kepribadian yang menyebabkan timulnya kewibawaan
pribadi dari pemimpin juga merupakan salah satu sumber
kekuasaan dalam proses kepemimpinan. Mengenai hal ini
dibicarakan tersendiri dalam teori bakat.
c. Kekuasaan yang Bersumber pada Politik
Kekuasaan yang bersumber pada politik terdiri atas beberapa
jenis, sebagai berikut:

6
1) Kendali atas proses pembuatan keputusan: dalam organisasi
ketua menetukan apakah suatu keputusan akan dibuat dan
dilaksanakan atau tidak.
2) Koalisi: kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik
ditentukan juga atas hak atau kewenangan untuk membuat kerja
sama dengan kelompok lain.
3) Partisipasi: pemimpin mengatur partisipasi anggotanya, siapa
yang boleh berpartisipasi, dalam bentuk apa tiap anggota
berpartisipasi, dan sebagainya.
4) Institusionalisasi: pemimpin agama menikahkan pasangan suami
istri, menentukan terbentuknya keluarga baru. Notaris atau
hakim menetukan berdirinya suatu yayasan atau perusahaan
baru.
2. Teori Bakat
Teori bakat (genetik) disebut juga teori sifat, karena menganggap
bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk. Teori ini menjelaskan
bahwa eksistensi seorang pemimpin dapat dilihat dan dinilai berdasarkan
sifat-sifat sejak lahir sebagai sesuatu yang diwariskan.10
Teori ini mengatakan bahwa kepemimpinan diidentifikasikan
berdasarkan atas sifat atau ciri yang dimiliki oleh para pemimpin.
Pendekatan ini mengemukakan bahwa ada karakteristik tertentu seperti
fisik, sosialisasi, dan intelegensi (kecenderungan) yang esensial bagi
kepemimpinan yang efektif, yang merupakan kualitas bawaan
seseorang.11
Berdasarkan teori kepemimpinan ini, asumsi dasar yang
dimunculkan adalah kepemimpinan memerlukan serangkaian sifat, ciri,
atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan setiap situasi.
Keberhasilan seorang pemimpin diletakkan pada kepribadian pemimpin
itu sendiri.12
3. Teori Perilaku
Teori ini berusaha menjelaskan apa yang dilakukan oleh seorang
pemimpin yang efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas,
berkomunikasi dan memotivasi bawahan. Menurut teori ini, seseorang
bisa belajar dan mengembangkan diri menjadi seorang pemimpin yang
efektif, tidak tergantung pada sifat-sifat yang sudah melekat padanya.

10
Sulthon Syahril, “Teori-Teori Kepemimpinan,” RI’AYAH 4: 2 (Desember 2019): 208-
215.
11
Connie Chairunnisa, Manajemen Pendidikan dalam Multi Perspektif, (Depok: PT.
Rajagrafindo Persada, 2016), 116.
12
Sulthon Syahril, “Teori-Teori Kepemimpinan,” RI’AYAH 4: 2 (Desember 2019): 208-
215.

7
Jadi seorang pemimpin bukan dilahirkan untuk menjadi pemimpin,
namun untuk menjadi seorang pemimpin dapat dipelajari dari apa yang
dilakukan oleh pemimpin yang efektif ataupun dari pengalaman.13
Teori ini mengutarakan bahwa pemimpin harus dipandang
sebagai hubungan di antara orang-orang, bukan sifat-sifat atau ciri-ciri
seorang individu. Oleh karena itu, keberhasilan seorang pemimpin sangat
ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam hubungannya dan
berinteraksi dengan segenap anggotanya.14
4. Teori Great Man
Menurut teori ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai
pemimpin yang memiliki berbagai ciri-ciri individu yang sangat berbeda
dengan kebanyakan manusia lainnya. Ciri-ciri individu tersebut
mencakup karisma, intelegensi, kebijaksanaan, dan dapat menggunakan
kekuasaan yang dimilikinya untuk membuat berbagai keputusan yang
memberi dampak besar bagi sejarah manusia. Karisma sendiri
menunjukkan kepribadian seseorang yang dicirikan oleh pesona pribadi,
daya tarik, yang disertai dengan kemampuan komunikasi interpersonal
dan persuasi yang luar biasa. Pemimpin besar akan lahir saat dibutuhkan
oleh situasi sehingga para pemimpin ini tidak bisa dibuat.

C. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan dapat disebut dengan model (gaya) kepemimpinan
seseorang. Tipe kepemimpinan yang secara luas dikenal adalah sebagai
berikut:15
1. Tipe Otoriter
Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam
kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap
anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan
memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya
dibatasi oleh undang-undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu,
kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan
tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan
setia kepada pemimpin secara mutlak.
Kelebihan dari tipe kepemimpinan otoriter yaitu: 1) Keputusan
dapat diambil secara cepat; 2) Mudah dilakukan pengawasan. Sedangkan
kelemahannya yaitu : 1) Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat
13
Connie Chairunnisa, Manajemen Pendidikan dalam Multi Perspektif..., 117.
14
Sulthon Syahril, “Teori-Teori Kepemimpinan,” RI’AYAH 4: 2 (Desember 2019): 208-
215.
15
Umi Arifah, dkk, “Kepemimpinan dalam Bisnis Islam,” LABATILA: Jurnal Ilmu
Ekonomi Islam 3: 2 (Juni 2020): 1-15.

8
atau musyawarah; 2) Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya
diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin
terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan; 3) Inisiatif dan
daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan
untuk mengeluarkan pendapatnya; 4) Pengawasan bagi pemimpin yang
otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah
diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya; 5) Mereka
melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang-orang
yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang-orang
tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang-orang
yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas
dan bahkan diberi penghargaan; 6) Kekuasaan berlebih ini dapat
menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk
mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung; dan
7) Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau
menimbulkan sifat apatis.
2. Tipe Laissez Faire
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak
memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat
sekehendaknya. Pemimpin akan menggunakan sedikit kekuasaannya
untuk melakukan tugas mereka. Dengan demikian sebagian besar
keputusan diambil oleh anak buahnya. Pemimpin semacam ini sangat
tergantung pada bawahannya dalam membuat tujuan itu. Mereka
menganggap peran mereka sebagai “pembantu” usaha anak buahnya
dengan cara memberikan informasi dan menciptakan lingkungan yang
baik.
Kelebihan dari tipe Laissez Faire yaitu: 1) Keputusan berdasarkan
keputusan anggota; 2) Tidak ada dominasi dari pemimpin. Sedangkan
kekurangan dari teori ini yaitu: 1) Pemimpin sama sekali tidak
memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya; 2)
Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada
bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Dengan
demikian mudah terjadi kekacauan dan bentrokan; 3) Tingkat
keberhasilan anggota dan kelompok semata-mata disebabkan karena
kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena
pengaruh dari pemimpin. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur,
segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari
pimpinan.
3. Tipe Demokratis

9
Hubungan pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan
dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara-saudaranya.
Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal kepada
kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan
kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.
Kelebihan dari teori demokratis yaitu: 1) Dalam melaksanakan
tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan
saran dari kelompoknya; 2) Ia mempunyai kepercayaan pula pada
anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik
dan bertanggung jawab; dan 3) Ia selalu berusaha membangun semangat
anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya
kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di
samping itu, ia juga memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya
agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan
sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya. Sedangkan kekurangan dari
teori ini yaitu: 1) Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu
yang lebih banyak; dan 2) Sulitnya pencapaian.
kesepakatan.
4. Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatik.
Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja
bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya
jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di
Lembaga Pendidikannya, maka hal tersebut akan dibicarakan dan
dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan
diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak
agar menerima ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama.
Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada
kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar-samar,
dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan
tindakan pimpinan yang demokratis.
5. Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang
khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu
memperoleh pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak
selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu
dikagumi. Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut, sikap,
dan perilaku serta gaya dari si pemimpin.16

16
Umi Arifah, dkk, “Kepemimpinan dalam Bisnis Islam,” LABATILA: Jurnal Ilmu
Ekonomi Islam 3: 2 (Juni 2020): 1-15.

10
D. Konsep Kepemimpinan Kewirausahaan
Kepemimpinan kewirausahaan merupakan kepemimpinan yang
menerapkan jiwa kewirausahaan dalam menjalankan peran kepemimpinannya.
Selain itu, kepemimpinan kewirausahaan juga merupakan kepemimpinan yang
memiliki kemampuan untuk mengantisipasi setiap perubahaann dengan
menggunakan visi masa depan yang jelas dan berupaya mendorong
terbentuknya kolaborasi dalam melakukan perubahan secara fleksibel.
Terdapat 14 kunci sukses kepemimpinan kewirausahaan (business
leadership) yaitu: 1) Pengambil resiko, 2) Pekerja keras, 3) Integritas, 4)
Rendah Hati, 5) Optimis, 6) Memiliki tujuan, 7) Fokus pelanggan, 8) Kreatif
dan inovatif, 9) Hidup yang seimbang, 10) Orang fokus, 11) Mencari
kesempatan, 12) Adaptif, 13) Memimpin dengan memberi contoh, 14) Bekerja
adalah bagian dari proses spiritual.
Seorang pemimpin dilihat sebagai sosok sentral yang dimana mampu
mengedukasi rekan-rekannya untuk dapat mendengarkan suatu keluhan,
menjadi teman untuk berbagi dan sharing, memberikan ide dan pendapat,
memecahkan masalah dan memberikan solusi, serta mampu untuk
memberikan keputusan yang adil dan bijak dengan cepat dari suatu
permasalahan atau kegiatan yang ada.17
Dalam pengembangan SDM berjiwa kepemimpinan wirausaha dapat
di lihat dari 3 prinsip kepemimpinan wirausaha, yaitu:18
1. Cognitive Ambidexterity
Kepemimpinan wirausaha melibatkan kedua logika prediksi dan logika
kreasi dalam pendekatan pengambilan keputusan mereka. mereka
menggunakan pendekatan prediksi tradisional di mana mereka
menggunakan analisis dan perencanaan tindakan untuk menanggapi
tingkat ketidakpastian yang rendah. Di sisi lain, ketika dihadapkan pada
situasi yang tidak dapat diketahui, pemimpin wirausaha menggunakan
pendekatan kreasi untuk mengambil tindakan dan menghasilkan data
sehingga mereka dapat mulai bertindak menuju peluang baru. Salah satu
cara berpikir dapat digunakan untuk menginformasikan dan memajukan
yang lain.
2. SEER (Social, Environmental, and Economic Responsibility and
Sustainability)

17
Limbela Anggi Distayolas, Fairuz Nabila Ufairoh, dan Sheila Febriani Putri, “Jiwa
Kepemimpinan Wirausahawan Muda: Studi Kasus pada Online Shop Desserttastic.id,” Prosiding
National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE) 1: 3 (2021): 152-157.
18
Safuan, “Studi Literatur Kepemimpinan Wirausaha dalam Menghadapi Tantangan
Global,” Jurnal Manajemen Industri dan Logistik 1: 2 (November 2017): 171-181.

11
Tanggung jawab dan berkesinambungan. Kepemimpinan wirausaha
harus tahu bagaimana untuk mengarahkan penciptaan nilai sosial,
lingkungan, dan ekonomi dan ketegangan yang melekat dan potensi
sinergi di dalamnya. Selain itu mereka harus belajar untuk terlibat
penciptaan nilai sosial, lingkungan, dan ekonomi secara simultan
daripada secara berurutan. Diluar SEER, kepemimpinan wirausaha juga
memanfaatkan pemahaman mereka tentang diri mereka sendiri dalam
konteks sosial untuk memandu tindakan yang efektif.
3. SSA (Self and Social Awareness)
Melalui pemahaman otentik dan mendalam dari kesadaran akan tujuan
dan identitas mereka sendiri dan bagaimana mereka dipengaruhi oleh
konteks sekitar mereka, para pemimpin wirausaha membuat keputusan
yang lebih efektif dalam keadaan tidak pasti dan tidak dapat diketahui.
Dari hasil pengembangan kepemimpinan wirausaha di atas dan
menyikapi adanya tuntutan dan tantangan yang berkembang dalam era
globalisasi ini, maka diharapkan tercipta generasi pemimpin yang berkualitas
“entrepreneurial leadership” antara lain:
1. Kepemimpinan (leadership) yang dinamis dan efektif. Kepemimpinan ini
bisa diartikan sebagai suatu upaya menanamkan pengaruh bukan paksaan
untuk memotivasi dan menggerakkan (pihak lain seperti): karyawan,
bawahan, dan masyarakat sehingga mereka bekerja sesuai dengan
kehendak pimpinan yaitu pencapaian tujuan (strategis) organisasi. Dalam
menjalankan fungsi pimpinan ini (untuk menggerakkan para anggota
organisasi) diperlukan ketrampilan atau pengetahuan tentang komunikasi
serta faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk bekerja (motivasi).
2. Mempunyai profesionalisasi kepemimpinan yaitu mau dan mampu
membawa teamwork untuk selalu kreatif, inovatif, dan mencari berbagai
alternatif peluang dengan keberanian mengambil risiko.
3. Memiliki keahlian (expertise) dan kompetensi dalam satu atau beberapa
bidang dan menjadi seorang pemikir yang intuitif (pencari peluang)
bukan pemikir sistemik (pengatur kerja).
4. Mempunyai jiwa dan semangat kewirausahaan yang tinggi untuk mampu
melihat, mengindentifikasi, mendayagunakan, dan menciptakan peluang
mempunyai nilai lebih.
5. Mempunyai kemampuan manajerial untuk dapat merubah dan
menggerakkan organisasi, (bukan bertahan pada status quo dengan
sistem dan kondisi yang ada), sesuai dengan pilihan strategi perencanaan
organisasi.
6. Secara terus menerus melakukan perubahan dalam usaha menciptakan
keunggulan mutlak walaupun kondisinya sudah di depan.

12
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan, diantaranya
pertama, bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok ke arah pencapaian visi atau serangkaian tujuan. Seorang pemimpin
dengan kekuasan yang dimilikinya dapat mempengaruhi perilaku orang lain
dengan metode yang memungkinkan, sehingga mereka loyal dan para bawahan
juga berkenaan untuk mematuhi segala perintahnya dengan ridha dan segenap
perasaan jiwa.
Kedua, terdapat beberapa teori kepemimpinan, yaitu: 1) teori pengaruh
kekuasaan, yang sumbernya ada tiga macam yaitu bersumber dari kedudukan,
kepribadian, dan politik, 2) teori bakat, 3) teori perilaku, dan 4) teori great man.
Ketiga, tipe-tipe kepemimpinan seseorang terdapat beberapa model, yaitu:
1) tipe otoriter, 2) tipe Laissez Faire, 3) tipe Demokratis, 4) tipe Pseudo-
demokratis, 5) tipe Kharismatik.
Keempat, terdapat konsep kepemimpinan kewirausahaan yang di mana
konsep ini adalah kepemimpinan yang menerapkan jiwa kewirausahaan dalam
menjalankan peran kepemimpinannya. Pada prinsipnya kepemimpinan
kewirausahaan ini haruslah Cognitive Ambidexterity (melibatkan kedua logika
prediksi dan logika kreasi), SEER (Social, Environmental, and Economic
Responsibility and Sustainability) atau Tanggung jawab dan berkesinambungan,
dan SSA (Self and Social Awareness) atau membuat keputusan yang efektif dalam
keadaan tidak pasti dan tidak dapat diketahui.

DAFTAR PUSTAKA
Arifah, Sulthon. “Teori-Teori Kepemimpinan.” RI’AYAH 4: 2 (Desember 2019):
208-215.
Arifah, Umi. Dkk. “Kepemimpinan dalam Bisnis Islam.” LABATILA: Jurnal Ilmu
Ekonomi Islam 3: 2 (Juni 2020): 1-15.
Chairunnisa, Connie. Manajemen Pendidikan dalam Multi Perspektif. Depok: PT.
Rajagrafindo Persada, 2016.
Distayolas, Limbela Anggi. Fairuz Nabila Ufairoh, dan Sheila Febriani Putri,
“Jiwa Kepemimpinan Wirausahawan Muda: Studi Kasus pada Online
Shop Desserttastic.id.” Prosiding National Seminar on Accounting,
Finance, and Economics (NSAFE) 1: 3 (2021): 152-157.
Safuan. “Studi Literatur Kepemimpinan Wirausaha dalam Menghadapi Tantangan
Global.” Jurnal Manajemen Industri dan Logistik 1: 2 (November 2017):
171-181.
Yudiaatmaja, Fridayana. “Kepemimpinan: Konsep, Teori dan Karakternya.”
Media Komunikasi FIS 12: 2 (Agustus 2013): 29-38.

13

Anda mungkin juga menyukai