Disusun oleh:
Program Studi:
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT KYAI HAJI ABDUL CHALIM
Jalan Raya Tirtowening No 17, Bendunganjati, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Institusi Pendidikan yang ingin terdepan dalam pengelolaan mutu Pendidikan dan
organisasi Pendidikan yang ingin menjadi yang terbaik di dalam penyelenggaran dan
pencapaian tujuannya akan selalu terkait dengan kepemimpinan dan pengambilan keputusan.
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja suka
rela untuk mencapai tujuan dan pengambil keputusan dalam suatu organisasi merupakan
tugas yang sangat penting bagi pimpinan organisasi seperti Lembaga Pendidikan. Pimpinan
disini dapat Rektor, Dekan, atau Kepala Unit Kerja. Keterkaitan dari pengambilan keputusan
juga berhungan erat dengan kebijakan, karena kebijakan dan pengambilan keputusan adalah
dua unsur yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kebijakan adalah sesuatu yang bersifat
praktis. Tindakan pengambilan keputusan yang tidak didasarkan pada teoritis dapat
mengurangi nilai keilmiahan sebuah keputusan, sedangkan kebijakan yang tidak disertai
dengan pengambilan keputusan sulit akan menentukan wujudnya.
Secara etimologi, istilah kebijakan berasal dari kata ‘bijak’ yang berarti “selalu
menggunakan akal budidaya, pandai, mahir” (Departemen Pendidikan Nasional, 2002 hal
49). Selanjutnya dengan memberi imbuhan ‘ke dan an”,maka kata kebijakan berarti
“rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaaan, profesi atau kepemimpinan. Bedasarkan dari pengertian diatas, maka
pengertian kebijakan dalam pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan
langkah-langkah strategis pendidikan, yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam
rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk
suatu kurun waktu tertentu (Tilaar, H.A.R, 2008; hal 140).
Begitu pula halnya kebijakan dalam Pendidikan Islam, harus pula relevan dengan visi,
misi, Pendidikan Islam. Menurut (Tilaar H.A.R, 2008 hal 149 ), visi Pendidikan Islam untuk
wilayah Indonesia adalah mewujudkan manusia Indonesia yang takwa dan produktif sebagai
anggota masyarakat Indonesia yang ber Bhineka. Sementara misi Pendidikan Islam adalah
mewujudkan nilai-nilai keislaman di dalam pembentukan manusia Indonesia, yaitu manusia
yang sholeh dan produktif.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu masalah yang komplek dan sulit, karena
sifat dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi perkembangan
ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentang kepemimpinan
menjadi lebih sistematis dan objektif. Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang
mendalam yang terjadi diantara orang-orang yang menginginkan perubahan yang signifikan,
dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan
pengikutnya (bawahannya). Jadi apa yang dimaksud dengan kepemimpinan itu adalah
kemampuan dan kesiapan seseorang yang dapat memepengaruhi, mendorong mengajak,
menuntun, menggerakan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu
dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
Keterkaitan antara pemimpin dan keputusan akan dilandasi oleh bebrapa hal, yaitu kebijakan
dan juga bagaimana proses dari pengambilan keputusan itu sendiri.
Keputusan adalah pengakhiran daripada proses pemikiran tentang apa yang dianggap
sebagai masalah sebagai sesuatu yang merupakan penyimpangan yang dikehendaki, yang
direncanakan atau dituju dengan menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif
pemecahannya (Atmosudirjo, 1990, hal 45).
Menurut Syamsi, 2000 hal 16-17 dasar pengambilan keputusan tergantung kepada
individu yang membuat keputusan. Beberapa dasar yang dipakai dalam pengambilan
keputusan yaitu:
1. Berdasarkan intuisi
2. Berdasarkan rasional
3. Berdasarkan fakta
4. Berdasarkan pengalaman
5. Berdasarkan wewenang
Konsep Kepemimpinan
Definisi Kepemimpinan
Ada banyak jenis pemimpin ada pemimpinan formal, yaitu yang terjadi karena
pemimpin bersandar pada wewenang formal, adapula pemimpin non formal, yaitu terjadi
karena pemimpin tanpa wewenang formal berhasil mempengaruhi perilaku orang lain.
Kepemimpinan memiliki beberapa implikasi antara lain:
1. Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau
bawahan. Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemampuan untuk menerima
arahan dari pimpinan. Walaupun demikian, tanpa ada karyawan tidak akan ada
pemimpin.
2. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya mampu
mengunggah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
3. Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri, sikap bertanggungjawab
yang tulus, pengetahuan, keberanian, bertindak dengan keyakinan, kepercayaan terhadap
diri sendiri dan orang lain dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain dalam
membangun organiasasi.
Jenis-jenis kepemimpinan
1. Kepemimpinan Transformasional
Istilah kepemimpinan transformative berasal dari dua kata, yaitu kepemimpinan
(leadership) dan (transformative) atau transformative atau transformational. Istilah
transformative berinduk kepada kata to transform yang bermakna mentransformasikan
atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. (Dindin Kurniadi, Manajemen
Pendidikan, Yogjakarta Ar-Ruz Media, 2012, hal 316). Kepemimpinan transformasional
pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya
untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin
transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan
mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya. Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan
pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa
organisasi mencapai tujuannya.
1. Iimpplikasi, yaitu memiliki sebuah visi yang menjadi cermin dan tujuan Lembaga
Pendidikan
2. Motivasi, kemampuan mendapatkan komitmen
3. Fasilitasi, kemampuan secara efektif terjadi dalam organisasi Pendidikan secara
kelembagaan. Kelompok ataupun individual
4. Inovasi, keberanian dan tanggung jawab melakukan suatu perubahan bilamana
diperlukan dan menjadi suaty tuntutan dengan perubahan yang terjadi
5. Mobilitas, pengerahan memperkuat setiap komponen Pendidikan dalam mencapai visi
dan tujuan
6. Siap siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan
menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif
7. Tekad, yaitu tekad bulat untuk terus sampai akhir, tekad bulat untuk menyelesaikan
sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini tentu diperlukan pula dan didukung oleh
pengembangan disiplin spiritualitas, emosi dan fisik, serta komitmen.
2. Kemampuan transaksional
Menurut burns pada kepemimpinan transaksional, hubungan antara pemimpin dengan
bawahan didasarkan pada serangkaian aktivitas tawar menawar antara keduanya.
Karakteristik kepemimpinan trasaksional adalah contigent reward dan management by
exception. Contigen reward dapat berupa penghargaan dari pimpinan karena tugas telah
dilaksanakan, berupa bonus atau bertambahnya penghasilan, ataupun fasilitas.
Management by exception menekankan fungsi management sebagai kontrol. Pemimpin
hanya melihat dan evaluasi apakah terjadi kesalahan untuk diadakan koveksi,
membentuk intervensi apabila standar tidak dipenuhi oleh bawahan.
Kepemimpinan transformasional berbeda dengan transaksional dalam hal:
1. Meskipun pemimpin trasformasional yang efektif juga mengenali kebutuhan bawahan,
mereka berbeda dari pemimpin transaksional aktif. Pemimpin transformasional yang
efektif berusaha menaikan kebutuhan bawahan.
2. Pemimpin transformasional berusaha mengembangkan bawahan agar mereka juga
menjadi pemimpin.
Sebagai landasan dalam mengkaji konsep kepemimpinan, maka di dalam Islam konsep
kepemimpinan juga di jelaskan di dalam kitab suci al-qur’an dan hadist. Di dalam Al Quran
terdapat di dalam Qs Al-Sajdah 32:24, ayat diatas menjelaskan tentang kepemimpinan,
bahwa kepemimpinan dalam Islam bisa disebut imam. Arti imam adalah seorang pemimpin
dalam Islam yang harus ditaati oleh umat islam sebagaimana imam dalam sholat, rumah
tangga maupun dalam pemerintahan umat Islam, istilah kepemimpinan dalam Islam ada
beberapa bentuk, yaitu khalifah, imamah, imarah, wilayah, sultan, mulk, dan ri’asah. Setiap
istilah itu memiliki arti kepemimpinan secara umum, namun istilah yang sering digunakan
dalam konteks kepemimpinan pemerintah dan kenegaraan yaitu kehalifahan, imamah, dan
imarah.
Kata khalifah yang sering di artikan sebagai pengganti, karna orang yang menggantikan
datang sesudah orang yang digantikan dan ia menempati tempat dan kedudukan orang
tersebut. Khalifah juga berarti seseorang yang diberi wewenang untuk bertindak dan berbuat
sesuatu dengan ketentuan ketentuan orang memberi wewenang. Menurut M Dawam Radarjo,
istilah khalifah dalam Al-Qur’an mempunyai tiga makna.
Pertama, Adam merupakan simbol manusia sehingga kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa manusia berfungsi sebagai khalifah dalam kehidupan. Kedua, khalifah berarti generasi
penerus atau generasi pengganti. Ketiga, khalifah adalah kepala negara atau pemerintahan.
Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu
pemimpin haruslah orang yang paling tahu tentang hukum ilahi. Dalam istilah, seorang
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memenuhi sekurang-kurang nya 4 sifat, yaitu;
siddiq, tabligh, Amanah, dan fathanah. Konsep kepemimpinan dalam Islam sebenarnya
memiliki dasar-dasar yang kuat dan kokoh. Ia dibangun tidak saja oleh nilai transdental,
namun telah dipraktekan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW, para
sahabat dan khalifah, ar-rasyidin. Tokoh pemimpin (imam) menjadi harapan dalam
penciptaan masyarakat adil dan makmur sebagai salah satu tujuan terbentuknya negara,
kepemimpinan yang berhasil tidak saja ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat kemampuan
nya. Tetapi yang paling penting adalah seberapa besar pengaruh baik yang dapat diberikan
kepada orang lain. Dalam pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggung
jawab yang harus dipertanggung jawabkan kepada anggota yang dipimpin dan juga akan
dipertanggung jawabkan di depan Allah SWT. Oleh karenanya, kepemimpinan mestinya
dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi dimaksud sebagi pengorbanan dan amanah
yang harus diemban dengan sebaik-baiknya.
BAB III
KESIMPULAN
Dasar utama kebijakan dan pengambilan keputusan dalam Pendidikan Islam adalah
visi dan misi Pendidikan Islam itu sendiri. Oleh sebab itu, apapun bentuk kebijakan dan
keputusan yang diambil senantiasa mengacu kepada visi dan misi tersebut tanpa
mengabaikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Secara teknis, pengambilan keputusan
dalam Pendidikan Islam mesti didasarkan kepada musyawarah untuk mencapai mufakat
sehingga hasil dari keputusan secara bersama itu dapat pula dipertanggungjawabkan secara
bersama. Dan dalam hal ini di dalam Lembaga Pendidikan Islam salah satu bentuk
kepemimpinan adalah Kepala sekolah, Kepala Sekolah merupakan komponen Pendidikan
yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu Lembaga Pendidikan, karenanya
kualitas dan kompetensi kepala sekolah secara umum mengacu kepada 4 hal pokok yaitu sifat
dan keterampilan kepemimpinan, kemampuan pemecahan masalah, keterampilan sosial, dan
pengetahuan dan kompetensi professional. Tentunya tidak juga meninggalkan sifat dasar
sesuai tuntunan Al Quan dan Hadist dengan memiliki sifat Siddiq, Tabligh, Amanah dan
Fathonah.
Keseluruhan dari sifat dan syarat yang harus dimiliki seorang pemimpin di Lembaga
Pendidikan bermaksud dan bertujuan untuk memenuhi fungsinya sebagai pendidik
(educator), sebagai manager, sebagai Administrator, Supervisor, Leader dan Innovator.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada Lembaga Pendidikan tersebut dengan
efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA