KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 11 INDRALAYA :
ANGGELA 06091182126007
LIDYA 06091282126037
NABILAH AFIFAH PUTRI 06091282126017
NIA KURNIATI 06091282126045
RICA YULIANTI 06091182126010
DOSEN PENGAMPU :
ELVIRA DESTIANSARI, M.Pd.
SAFIRA PERMATA DEWI, M.Pd.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
A. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan secara umum didefinisikan sebagai kemampuan dalam kesiapan
yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan, mengarahkan dan jika perlu memaksa orang lain atau kelompok agar
dapat menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya terbuat sesuatu yang dapat
membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
1. Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat atau watak
yang memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normatif (Etzoni)
2. Pemimpin adalah individu di alam kelompok yang memberikan tugas-tugas
pengarahan dan pengordinasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok
(Fiedler)
3. Kepemimpinan dalam organisasi-organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan
pembuatan keputusan-keputusan (Dubin)
4. Hakikat kepemimpinan organisasi adalah penambahan pengruh terhadap dan di atas
pelaksanaa mekanis pengarahan-pengarahan rutin dari suatu organisasi (Ketz dan
Kahn)
5. Kepemimpinan terjadi di dalam kelompok dua orang yang lebih, dan pada
umumnya melibatkan pemberian pengaruh terhadap tingkah laku anggota
kelompok dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan-tujuan kelompok (House
dam Baetz).
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di
dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya.
Hakikat dan arti kepemimpinan dapat didasarkan atas tiga komponen yaitu (1)
ciri atau sifat lembaga atau jabatan, (2) tabiat atau watak seseorang dan (3) kategori
tingkah laku aktual. Katz dan Kahn (dalam Purwanto, 2012:27).
B. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan
Menurut Soetopo,1988:4-7 (dalam Prasetyo, 2014:2-3) ada dua fungsi
kepemimpinan pendidikan berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai antara
lain:
1. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan tujuan yang hendak
dicapai antara lain:
a. Memikir, merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan supaya
anggota-anggota selalu dapat menyadari dalam bekerja sama mencapai tujuan itu
b. Memberi dorongan kepada para anggota kelompok serta menjelaskan situasi
dengan maksud untuk dapat ditemukan rencana-rencana kegiatan kepemimpinan
yang dapat memberi harapan baik
c. Membantu para anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan-keterangan
yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan-pertimbangan yang sehat
d. Menggunakan kesanggupan-kesanggupan dan minat khusus dari anggota kelompok
e. Memberi dorongan kepada setiap anggota untuk melahirkan peranan, pikiran, dan
memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang
dihadapi oleh kelompok
f. Memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan kemampuan masing-masing demi
kepentingan bersama.
4. Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini terlihat seperti tipe demokrasi namun sebenarnya berjalan secara
otoriter. Tipe ini dalam mengambil suatu keputusan dilakukan secara musyawarah
namun keputusan akhir tetap dipegang oleh pemimpin dengan mengendalikan situasi
yang ada. (Rohmat, 2006).
Tipe kepemimpinan pendidikan “pseudo-demokratis” mengacu pada situasi di
mana pemimpin lembaga pendidikan atau organisasi seolah-olah menerapkan prinsip-
prinsip demokrasi dan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, tetapi dalam
kenyataannya, kekuasaan sebagian besar tetap berpusat pada pemimpin itu sendiri.
Dalam hal ini, pemimpin menciptakan ilusi partisipasi dan keterlibatan, tetapi
keputusan kunci atau kebijakan masih ditentukan oleh pemimpin, tanpa keterlibatan
yang signifikan dari anggota staf, siswa atau anggota komunitas.
Tipe kepemimpinan ini seringkali digunakan sebagai cara untuk menjaga
kendali yang kuat atas kebijakan dan proses pengambilan keputusan sambil
memberikan kesan kepada orang lain bahwa mereka memiliki peran dalam proses
tersebut. Ini dapat menciptakan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan di antara anggota
organisasi yang merasa bahwa partisipasi mereka tidak dihargai atau bahwa kebijakan
hanya diperlukan untuk memenuhi formalitas.
Penting untuk memahami perbedaan antara kepemimpinan demokratis yang
sejati, di mana partisipasi dan pengambilan keputusan bersama benar-benar dihargai
dan dijalankan, dengan kepemimpinan pseudo-demokratis yang hanya menciptakan
ilusi partisipasi tanpa memberikan pengaruh yang signifikan pada proses pengambilan
keputusan.
2. Lembaga atau jenis pekerjaan tempat pemimpin itu melaksanakan tugas jabatannya.
Setiap pekerjaan dan setiap lembaga mestinya memiliki tujuan yang berbeda,maka
dari itu seorang pemimpin harus mampu melaksanankan tugas untuk mencapai
tujuan sesuai dengan lembaga dan jenis pekerjaannya.
Setiap orang menurut pandangan memiliki sikap, watak dan prilaku yang berbeda,
maka pemipin harus mampu menahan dan mengarahkan sikapnya sehingga sikap
yang keluar adalah sikap untuk mencapai tujuan.
Sikap yang mempengaruhi tidak hanya pemimpin namun sikap pengikut atau
anggota juga mempengaruhi kepemimpinan,sebab sikap yang penting untuk
kelompok adalah sikap yang mau bekerja sama.
Proses kepemimpinan lain yang terpenting ialah evaluasi atau penilaian. Proses
ini dapat mengukur sejauh mana proses dapat dan sampai mana dilaksanakan.
Penilaian ini berfungsi sebagai pedoman dalam bertidak sehingga dapat mencapai
tujuan denga melihat hasil penilaian dan memperbaiki jika ada suatu kesalahan.
• Technical skill
• Conceptual skill