Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dan makna kepemimpinan dalam kependidikan ?
2. Bagaimana kepemimpinan wirausaha kepala sekolah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui arti dan makna kepemimpinan dalam kependidikan.
2. Untuk mengetahui kepemimpinan wirausaha kepala sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti dan Makna Kepemimpinan dalam Kependidikan


1. Konsep Kepemimpinan

2. Ciri-ciri Kepemimpinan Pendidikan

3. Gaya Kepemimpinan dalam Pendidikan


Fungsi pemimpin adalah memudahkan pencapaian tujuan secara
kooperatif di antara para pengikut dan pada saat yang sama menyediakan
kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka. Isu
penting kepemimpinan pendidikan adalah berkisar pada tipe dan gaya
kepemimpinan yang mana yang paling efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan lembaga. Karena menurut pendapat Max Weber dikenal adanya tipe-
tipe kepemimpinan yang didasari tradisi turun temurun, Karisma atau
Wibawa disebabkan karakteristik pribadi yang istimewa dan aturan main
yang rasional, atau campuran antara ketiga tersebut. Kunci penting dari gaya
kepemimpinan ini dalam institusi satuan pendidikan adalah memahami
kebutuhan kebutuhan dan keinginan keinginan khusus dari setiap personal
organisasi dalam situasi yang ada. Senada dengan pendapat tersebut ada 3
gaya kepemimpinan yang diperagakan oleh Bill word yakni :
a. Otokratis yaitu pemimpin membuat keputusan sendiri karena kekuasaan
keputusan dalam diri satu orang, ia memikul tanggung jawab dan
wewenang penuh titik gaya otokrasi berdasarkan pada pendirian bahwa
segala aktivitas dalam organisasi akan dapat berjalan lancar dan berhasil
mencapai tujuan yang telah ditetapkan Apabila semua semuanya itu
semata-mata diputuskan atau ditentukan oleh pemimpin.
b. Demokratis yaitu pemimpin itu berkonsultasi dengan kelompok
mengenai masalah yang menarik perhatian mereka Dimana mereka dapat
menyumbangkan sesuatu gaya demokratis berlandaskan pada pemikiran
bahwa aktivitas dalam organisasi akan dapat berjalan lancar dan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan apabila berbagai masalah yang
timbul diputuskan bersama antara pejabat yang memimpin maupun para
pejabat yang dipimpin.
c. Gaya kendali bebas yaitu pemimpin memberi kekuasaan pada bawahan
kelompok dapat mengembangkan sasarannya sendiri dan memecahkan
masalahnya sendiri, pengarahan tidak ada atau hanya sedikit. Gaya
kendali bebas berpangkal tolak dari pemikiran bahwa segala aktivitas
dalam organisasi agar berjalan dengan lancar dan berhasil mencapai
tujuan yang telah ditentukan apabila kepada bawahannya dalam
melaksanakan pekerjaan diberi keleluasaan untuk memutuskan segala
apa yang dikehendaki kemudian melaksanakan sesuatu keinginannya
pula titik gaya kendali bebas ini biasanya tidak berguna tetapi dapat
menjadi efektif dalam kelompok profesional yang termotivasi tinggi.
Adapun ciri-ciri dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut diantaranya :
a. Ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis ( 196-198):
1) Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
2) Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap
waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti
untuk tingkatan yang luas.
3) Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap
anggota.
Sedangkan menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (1997), ciri-ciri
gaya kepemimpinan autokratis :
1) Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.
2) Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.
3) Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya
terhadap kerja setiap anggota.
4) Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali
bila menunjukan keahliannya.
b. Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Sukanto, 1987, 196-198):
1) Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan
diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
2) Kegiatan - kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan
kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis
pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat
dipilih.
3) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan
pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
c. Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas :
1) Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan
partisipasi minimal dari pemimpin.
2) Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang
membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat
ditanya.
3) Sama sekali tidak ada. Partisipasi dari pemimpin dalam penentuan
tugas.
4) Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota
atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu
kejadian
4. Kepmimpinan yang Efektif dalam Penentuan Kebijakan
Keefektifan kepemimpinan pendidikan merupakan suatu konsep yang
luas, dalam pendidikan hampir semua orang pada suatu saat akan tiba
saatnya untuk dipercaya memegang tampak posisi kepemimpinan, demikian
pula halnya dengan guru merupakan pemimpin pembelajaran bagi murid-
muridnya. Apabila seorang pemimpin memperoleh pengalaman yang
kurang menyenangkan, hal itu hampir semuanya disebabkan ketidak
efektifan kepemimpinannya. pada umumnya pemimpin menyadari bahwa
mengembangkan, memelihara keputusan, dan moril staf yang tinggi adalah
penting titik penilaian dari penampilannya sebagai seorang pemimpin akan
melibatkan berbagai macam pilihan yang mempunyai kriteria-kriteria
beragam hubungannya dalam banyak peristiwa.
Hal ini menggambarkan kepemimpinan yang tidak efektif, bila tujuan
tidak tercapai Pemimpin harus bertanggung jawab, Oleh karena itu
diperlukan pemimpin yang bertanggung jawab. Memasyarakatkan
keefektifan seorang pemimpin pendidikan, agar pemimpin itu memerlukan
orang lain dengan baik bukan hanya mengakomodir orang-orang dekatnya
saja, tetapi memberikan motivasi agar mereka menunjukkan informasi yang
tinggi dalam melaksanakan tugas profesionalnya, hal ini adalah sangat
penting. Alasan pribadi atau kepentingan pribadi tidak diperlukan dalam
memimpin organisasi pendidikan, tetapi Obsesi untuk memenuhi kebutuhan
organisasi adalah penting.
Dengan demikian peranan efektif pemimpin lebih dari sekedar
memahami dan memperkirakan perilaku, akan tetapi pemimpin perlu
mengembangkan kemampuan dalam mengarahkan, mengubah, dan
mengendalikan perilaku. Dari perspektif karakteristik kepemimpinan, dapat
ditunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif memiliki ciri yang tidak
dimiliki atau hanya sebagian dimiliki oleh orang lain, termasuk kekuatan
dan stamina tubuh, intelegensia integritas kebijaksanaan, dan lain-lain. Agak
sulit mengembangkan ciri-ciri fisik para pemimpin, demikian juga dibidang
intelegensinya, walaupun masing-masing akan berusaha untuk
meningkatkan kemampuannya di bidang tersebut.
Kepemimpinan pendidikan yang efektif memberikan dasar dan
menempatkan tujuan pada posisi penting untuk merubah norma-norma
dalam program pembelajaran, meningkatkan produktivitas dan
mengembangkan pendekatan-pendekatan kreatif untuk mencapai hasil yang
maksimal dari program institusi pendidikan titik ruang pemberdayaan
pemimpin pendidikan adalah terhindar dari intervensi birokrasi, karena para
birokrat dengan alasan menegakkan aturan selalu mengintervensi kebijakan
sekolah, intervensi tersebut sesungguhnya lebih banyak merugikan
dibandingkan menguntungkan.
Pemimpin pendidikan yang efektif memimpin anggota kelompoknya
sehingga mereka merasa kebutuhannya terpenuhi, dan pemimpin sendiri
merasa bahwa kebutuhan nya juga terpuaskan titik peranan pemimpin yang
efektif memerlukan lebih dari sekedar memahami dan memperkirakan
perilaku yang mengembangkan kemampuan dalam mengarahkan,
mengubah, dan mengendalikan tingkah laku titik pengendalian ini
diupayakan mampu mengelola konflik sekecil apapun dan menyiapkan
masa depan dengan menetapkan strategi dan rencana dengan menetapkan
strategi dan rencana dengan mengelola dukungan sumber daya semaksimal
kemampuannya untuk mencapai tujuan pendidikan dan mengembangkan
kualitas organisasi pendidikan di mana kegiatan pembelajaran itu
dilaksanakan.
5. Ketepatan Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan
Administrasi pendidikan merupakan bagian dari administrasi negara,
konsep keputusan dalam administrasi pendidikan tentu juga merupakan
bagian dari administrasi negara. Dalam bahasa Belanda keputusan disebut
dengan “beschikking” dalam bahasa Jerman dinamakan “verwaltungsuki”
Van Vollenhoven, menyebutkan bahwa keputusan adalah tindakan hukum
yang bersifat sepihakdalam bidang pemeritahan dan dilakukan oleh suatu
badan hukum berdasarkan wewenangnya yang luar biasa.
Sistematika pengambilan keputusan perlu didasarkan:
1) Kemampuan organisasi dalam arti tersedianya sumber-sumber materia
yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil;
2) Personel yang tersedia serta kualitasnya untuk melaksanakan keputusan
tersebut;
3) Filsafat yang dianut oleh organisasi; dan
4) Situasi lingkungan intern dan ekstern yang menurut perhitungan akan
mempengaruhi roda administrasi dan manajemen dalam organisasi.
Penting bagi pemimpin dalam mengambil keputusan mengacu pada
tujuan rganisasi yang dipimpinnya, untuk mencapai tujuan itu pemimpin
tersebut menggunakan secara optimal sumber daya organisasi. Tujuan
merupakan penjabaran implementasi dari pertanyaan misi, tujuan adalah
sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu
tertentu. Pemimpin dalam mengambil keputusan lebih dulu menghimpun
informasi yang lengkap tentang fungsi sistem kerja organisasi dijadikan
sebagai pertimbangan, dengan demikian putusan itu intinya dapat
dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terkait dengan baik dan benar didukung
oleh alokasi dana yang tersedia.
Suatu keputusan dalam penyelenggaraan pendidikan dikatakan sebagai
keputusan yang baik, apabila keputusan tersebut tidak memuat alasan dan
tidak perlu pula untuk diadakan kemungkinan untuk naik banding dlam
bentuk apapun juga. Misalnya suatu pemohonan diluluskan seluruhnya dan
kewajiban yang timbul karena keputusan tersebut diterima dengan baik oleh
yang bersangkutan, seperti halnya keputusan perihal pengangkatan guru
khususnya sebagai pegawai negeri sipil. Sedangkan yang termasuk
keputusan yang tidak baik ialah keputuan serta merta yang memberi beban
(perintah), keputusan negatif, kalau permohonan yang diluluskna hanya
untuk sebagaian saja, dan kalau keputusan yang baik dcabut dengan serta
merta. Dalam hal yang demikian inii terdapat alasan untuk memuat
alasannya dan karenanya pada tempatnya juga, bahwa yang bersangkutan
diberi hak untuk naik banding terhadapnya.
Suatu keputusan baik dan tidak baik tersebut dibaca menuurut hukum
administrasi negara, artinya keputusan itu sesuai aturan dan prosedur yang
membolehkannya. Suatu keputusan diambil untuk dilaksanakan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan, dan administrasi
pendidikan tidak pernah bergerak dalam suasana kekosongan, tetapi perlu
ada kekuatan yang mempengaruhi suatu keputusan yag diambil. Karena itu
pemimpin pendidikan harus cerat dalam mengambil keputusan, agar
keputusan itu baik.
a. Kampuan Melakukan Pendelegasian
Usaha meningkatkan mutu pendidikan memerlukan kemampuan dan
keandalan pemimpin pendidikan, sehingga terpenuhi kepemimpinan yang
kuat pemimpin memerlukan kemampuan untuk mempengaruhi perilaku
orang lain. Kemampuan seorang pemimpin bisa mempengaruhi efektif
dan efesiennya.
b. Sikap Demokratik yang Dikembangkan Pemimpin
Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima
atau menolak suatu objek berdasaan penilaian terhadap objek itu, sikap
berhubungan dengan pengetahuan dan perasaan seseorang terhadap
objek, sikap juga dapat dipandang sebagai kecenderungan seseorang
berperilaku atau presisposisi. Jadi sikap merupakan kesiapan untuk
berkreasi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan
bereaksi mengantisipasi keluhan guru, konselor, dan personel pendidikan
lainnya dalam melaksanakan tugas profesionalnya harus memiliki derajat
positif terhadap kualitas pendidikan.
c. Kepemimpinan Visioner
Dalam perspektif proses internal penyelenggaran pendidikan, para
pemimpin sebagai manajer mengidentifikasi berbagai proses penting
yang harus dikuasainya dengan baik agar mampu memenuhi tujuan
sekolah dan juga mampu memenuhi harapan masyarakat. Kepemimpinan
merupakan hal yang emosional dalam institusi pendidikan. Peters dan
Austin (1986) mengemukakan bahwa setiap institusi memerlukan
pemimpin yang yang memiliki visi dan misi atau yang disebut visioner,
dekat pada pelanggan atau masyarakat yang membutuhkan jasa
organisasi pendidikan, memiliki gagasan inovatif yang kuat, familiar dan
mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Pemimpin yang visioner menjadi bersemangat dalam melaksankan
tanggung jawab kepemimpinannya, karena suatu gagasan dan berusaha
untuk melaksanakan tanpa memperhitungkan seeua perangkap dan
dampak sampinan pemimpin antisipatif kehilangan banyak gagasan
karena ia tidak mempunyai ruang untuk berspekulasi. Manajemen
antisipatif adalah metode administraif untuk berpegang pada apa yang
yang ada dengan membuat bertambahnya perubahan.
Manajemen tanpa kepemimpinan visioner adalah kekurangan vitalitas
untuk bertahan hidup, kepala sekolah yang tidak visioner tentu juga
kekurangan vitalitas atau semangat kerja rendah. Manajemen intuitif
yang meremehkan persiapan metode untuk masa depan akan segera
jatuh. Semakin kurang pemimpin visioner mempertimbangkan
kepentingan masa depan akan lebih merupakan bunuh diri untuk
mengikutinya. Karenanya kepemimpinan yang visioner adalah pemimpin
yang mempunyai banyak gagasan yang realistis implementatis dan
mereka yang menggunakan SDM yang potensial guna memajukan
organisiasi, meskipun SDM tersebut bukan orang-orang dekat pemimpin
tersebut.
6. Kepedulian Pemimpin Pendidikan terhadap Pembaruan
Kepedulian merupakan gambaran tentang sikap, motivasi, persepsi, dan
perasaan yang dialami seseorang sehubungan dengan suatu pembaruan.
Sikap kesiapan bereaksi dan motivasi adalah dorongan yang kuat untuk
melakukan aktivitas dengan rasa tanggung jawab, dengan reaksi cepat dan
perhitungan yang cermat. Artinya, kepedulian itu memberi gambaran bahwa
seorang pemimpin cepat bereaksi, tanggap dan merespon terhadap hal-hal
yang dianggap memberi kontribusi terhadap kualitas institusi yang
dipimpinnyasebagai bagian dari pembaruan. Bereaksi, tanggap, dan
merespon merupakan aktivitas kejiwaan yaitu tanggapan. Tanggapan
biasanya didefinisikan sebagai bayangan yang tertinggal dalam ingatan
setelah kita melakukan pengamatan.1
Ada tiga macam tanggapan, yaitu: a) Tanggapan masa lampau, yang
sering disebut sebagai tanggapan ingatan; b) Tanggapan masa sekarang
sebagai tanggapan imajinatif; dan c) Tanggapan masa mendatang sebagai
tanggapan antisipatif. Tanggapan dapat diartikan sebagai reaksi stimulus
dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi kepada pengamatan
masa lalu, pengamatan masa sekarang dan harapan masa yang akan datang.
Jadi, tanggapan ini dapat dipahami sebagai sikap yang cepat bereaksi atau
merespon sehingga dapat juga disebut peduli atau memiliki kepedulian
untuk ikut membantu mengatasi kesulitan orang lain sesuai batas
kemampuan yang dimiliki. Misalnya, Kepala Sekolah memperhatikan dan
ikut mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas pengajaran, seperti
kesulitan dalam strategi pengajaran, kesulitan mendapat fasilitas
pembelajaran, dan lain sebagainya untuk meningkatkan kualitas layanan
belajar.
Pemimpin yang peduli dalam pengelolaan pendidikan memahami benar
bahwa manajemen pendidikan tidak terlepas dari pembaruan, yaitu tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan merupakan bagian dari dinamika

1
Suryabrata Sumadi, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2001), h. 36.
pendidikan. Akibat dari pembaruan dan perkembangan ilmu pengetahuan itu
menumbuhkan konsekuensi tersendiri bagi pemimpin sebagai pemegang
kendali pendidikan. Suatu gagasan yang harus menunjukkan kepedulian
pemimpin adalah membuat catatan penggunaan waktu dan secara berkala
meninjaunya agar diketahui penggunaan waktu yang efektif dan
penggunaan sumber daya yang efisien. Agar pemimpin dapat menjadi lebih
efektif, pemimpin mana pun dapat mengambil manfaat dengan memusatkan
perhatiannya pada daftar penting yang dapat memandu kepala sekolah
memahami kinerja institusi.
Suatu pembaharuan biasanya dimulai dengan lahirnya gagasan
pembaharuan oleh sekelompok masyarakat tertentu. Karena itulah,
pemimpin memiliki kepedulian yang kontinu agar tidak tertinggal oleh
pembaruan. Manajemen pendidikan dihadapkan pada pekerjaan pekerjaan
yang belum rampung secara internal, sudah muncul tuntutan-tuntutan baru
yang harus menuruti pembaruan itu. Kepedulian pemimpin pendidikan pada
kepala sekolah adalah kesiapan bereaksi dan motivasi yang kuat melakukan
aktivitas dengan penuh tanggung jawab agar tidak tertinggal oleh
pembaruan dalam dinamika pendidikan yang kompetitif. Jika kepedulian
dan kemampuan pemimpin rendah dalam mengatasi berbagai masalah
pembelajaran, sukarlah baginya kompetitif menuju kualitas yang
diharapkan, meski kualitas sampai saat ini belum dapat diukur, karena
kualitas itu sendiri relatif.
7. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan
Pendidikan sebagai usaha membantu anak didik mencapai kedewasaan,
diselenggarakan dalam suatu kesatuan organisasi sehingga usaha yang satu
dengan lainnya saling berhubungan dan saling mengisi. Pengelolaan
pendidikan dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif secara
berkelanjutan merupakan komitmen dalam pemenuhan janji sebagai
pemimpin pendidikan. Peranan kepala sekolah adalah sangat penting dalam
menentukan operasional kinerja harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan
tahunan yang dapat memecahkan berbagai problematika pendidikan di
sekolah tersebut. Pemecahan berbagai problematika ini sebagai komitmen
dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan supervisi
pengajaran, konsultasi, dan perbaikan perbaikan penting guna meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Kepala sekolah berusaha menghubungkan tujuan sekolah dengan sekolah
dan memaksimalkan kreativitas. Setiap kepala sekolah membawa pengaruh
besar terhadap pengajaran untuk kebaikan atau keburukan. Kepala sekolah
memerlukan instrumen yang mampu menjelaskan berbagai aspek
lingkungan sekolah dan kinerja nya dalam memantau perjalanan ke arah
masa depan yang menjanjikan. Kepala sekolah harus mengenal kebutuhan
para guru dan profesional pendidikan lainnya dalam melaksanakan tugas
profesionalnya, kemudian setelah mengenal dengan baik maka kepala
sekolah menyediakan kebutuhan tersebut untuk menyesuaikan perilaku yang
berorientasi pada tujuan.
Kebutuhan para guru itu antara lain ruangan kerja yang diinginkan
kesempatan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan, menghilangkan
hambatan profesional, dan sebagainya. Karena itulah kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan Harus benar-benar Arik mengambil kebijakan dalam
tugas-tugas administratif, sebagai upaya memperkecil resiko atau kerugian
dalam pelaksanaan manajemen pendidikan di bawah tanggung jawabnya
sebagai pemimpin. Namun dilihat dari posisi kepala sekolah di hadapan
birokrasi pemerintahan seperti birokrasi Dinas Pendidikan di provinsi dan
kabupaten/kota tidak banyak memberi dorongan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Para birokrat pemerintah tersebut memperlakukan
kepala sekolah hanya sebagai pelaksana teknis dari unit kerja mereka, bukan
dipandang sebagai pemimpin institusi profesional kependidikan yang
memiliki otonomi atas dasar profesional tersebut.
Tugas administratif adalah mengatur kegiatan secara khusus dan saling
tergantung sebagai ciri khas setiap organisasi. 2 Para manager termasuk
kepala sekolah sebagai manager harus belajar menanggulangi kekuatan yang
non linier, yaitu ketika masukan kecil dapat mencetuskan hasil yang besar
dan sebaliknya. Artinya, dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
2
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional,
(Bandung: Angkasa, 1983), h. 17.
kepala sekolah tidak bisa meremehkan hal-hal yang kecil, karena bisa saja
hal itulah yang menghambat kesuksesannnya. Kepala sekolah memiliki
kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan
kebijakan pengelolaan sekolah dibandingkan dengan system manajemen
pendidikan yang dikontrol oleh pusat.
Seberapa besar kekuasaan kepala sekolah tergantung seberapa jauh MBS
dapat diimplementasikan. Pemberian kekuasaan secara utuh sebagaimana
dalam teori MBS tidak mungkin dilaksanakan dalam seketika. Ada proses
dan transisi dari manajemen dengan system dikontrol oleh pusat menjadi
menggunakan model MBS. Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah
harus menjadi “learning person”seseorang yang senantiasa berusaha
menambah pengetahuan dan keterampilannya.

B. Kepemimpinan Wirausaha Kepala Sekolah


1. Arti dan Makna Wirausaha

2. Proses Kewirausahaan Kepemimpinan Sekolah

a. Pemimpin yang kreatif dan inovatif


Semiawan mengartikan kreativitas adalah kemampuan untuk
menciptakan suatu produk baru. Alma mengatakan, kreativitas
diartikan sebagai kemampuan dalam menciptakan kombinasi baru
dari hal yang sudah ada, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru.
Pada prinsipnya, sekolah didirikan untuk kebutuhan
masyarakat umum bukan hanya kepentingan kepala sekolah dan
guru sendiri. Sekolah didirikan untuk memperoleh keuntungan agar
kontuinitas dari mutu pendidikan melalui program sekolat tersebut
dapat terjamin.
Sudah tidak kontekstual lagi bagi pemimpin di zaman yang
serba cepat ini mengandalkan posisinya dengan sekedar memberikan
perintah kepada anakbuahnya. Pemimpin perlu lebih bijak dalam
menyikapi hubungan antara dirinya dengan anakbuahnya, dan akibat
yang ditimbulkan terhadap organisasi tempatnya bertugas.
Cakrawala pandang yang diperlukan tidak hanya terbatas pada
pengerjaan tugas saat ini atau jangka yang menengah. Pemimpin
yang visionaris akan melihat lebih jauh ke depan. Pada kondisi saat
ini, salah satu keunggulan yang perlu dibangun bagi seorang
pemimpin adalah menjadi pemimpin yang kreatif.
Kepala sekolah yang inovatif memiliki ciri sebagai berikut.3
 Menyusun program baru melaksanakan dan
mengevaluasi.
 Melaksanakan manajemen berbasis sekolah.
 Mengembangkan inovasi pembelajaran.
 Mengembangkan lingkungan sekolah yang kondusif.
 Mengembangkan profesional guru dan tenaga
kependidikan.
 Menggalang parsipasi masyarakat.
b. Pemimpin yang mampu mengeksploitasi peluang
Bagi wirausaha tentu saja peluang bisnis ada disemua aspek
kehidupan dan juga menguntungkan dari bisnis tersebut. Tetapi bafi
kepemimpinan wirausaha sekolah atau dalam bisnis sekolah pada
prinsipnya peluang mempunyai ciri yang sama yaitu menangkap
peluang yang memungkinkan untuk memajukan usaha sekolah.
Peluang bagi kepala sekolah adalah kemampuan merespon
perubahan dari seluruh aspek yang berkaitan dengan manajemen
sekolah dan pembelajaran yang memungkinkan mutu pendidikan
pada sekolah yang dipimpinnya lebih baik dari sebelumnya.
c. Internal Locus Control
Seorang yang berijiwa wirausaha merupakan orang yang
percaya pada internal locus control artinya, nasibnya, kehidupannya,
keberhasilannya tergantung pada upaya dan semangatnya untuk
berhasil. Ia yang mengontrol kehidupan dan keberhasilan bukan
dikontrol orang lain.
d. Pengambil resiko

3
Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal: 48.
Ciri dan watak orang yang berjiwa wirausaha menurut alma
adalah orang yang menyukai tantangan atau resiko seperti
persaingan, harga turun naik, barang tidak laku, dan membuat
pertimbangan dari segala macam segi.4

e. Pekerja keras
Agar seorang kepemimpinan wirausaha kepala sekolah dapat
meraih sukses, dalam mengembangkan usaha bari dalam
menjalankan program pendidikan tentu ia memerlukan sikap pekerja
keras, dedikasi dan kesabaran wirausahanya yang tinggi.
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang
lain kearah pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal
ini berarti menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu
atau mengikuti arah tertentu. Wirausahawan yang berhasil
merupakan pemimpin memimpin para karyawannya dengan baik.
Seorang pemimpin dikatakan berhasil jika percaya pada
pertumbuhan yang berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan
keberhasilan yang berkesinambungan dari perusahaan. Para
wirausaha memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, mereka
mengembangkan gaya kepemimpinan mereka sendiri sesuai dengan
karakter pribadi mereka dalam memajukan perusahaannya.
f. Percaya diri
Kepemimpinan wirausaha kepala sekolah harus mempunyai
rasa percaya diri yang tinggi terhadap kemampuannya untk
menyukseskan sekolah yang dipimpinnya, tetapi bukan nekat tanpa
landasan yang memadai. Ia percaya bahwa ia mampu memahami dan
mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya saat ini dan
yang akan datang. Seorang pemimpin harus bisa percaya diri agar
yang dipimpinnya itu bisa berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.

4
Alma, B. 2002.Kewirausahaan (edisi revisi). Bandung: Alfabeta.
Kepemimpinan wirausaha kepala sekolah adalah pemimpin
yang telah memperhitungkan kemungkinan yang terjadi terhadap
usahanya, jadi ia tidak takut mengalami kegagalan.
g. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi
dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan
bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya.
Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing
individu. Sekarang ini, sifat kepemimpinan sudah banyak dipelajari
dan dilatih. Ini tergantung pada masing-masing individu dalam
menyesuaikan diri dengan organisasi atau orang yang ia pimpin.

3. Pendidikan Kewirausahaan
a. Apakah Kewirausahaan dapat di Didik?
Sejumlah guru besar sekolah bisnis berpendapat bahwa
kwewirausahaan tidak dapat di didik.5 Kewirausahaan dibawa semenjak
lahir dan berhubungan dengan takdir dan nasib. Mereka yang
berpendapat seperti ini mendasarkan pada kenyataan bahwa:
1) Banyak wirausaha yang sukses tidak pernah belajar kewirausahaan di
sekolah bisnis; dan
2) Sebagian bbesar dari mereka yang menyelesaikan pendidikan di
sekolah bisnis dan ekonomi tidak menjadi wirausaha akan tetapi
menjadi manajer perusahaan atau karyawan.
Berkembangnya seni dan sains kewirausahaan, karakteristik
wirausaha dan proses kewirausahaan dapat diketahui. Oleh karena itu
kewirausahaan dapat di didik. Akan tetapi sekolah bisnis tidak menjamin
5
W. D. Bygrave, The Portable MBA in Entrepreneurship, (New York: John Eilly and Son,
1994), h. 2.
akan mampu memproduksi wirausahawan. Bill Gate atau Lize Claiborne
yang lain seperti seorang professor fisika juga tidak menjamin
menciptakan Albert Einstein. Jika sekolah bisnis diberi mahasiswa yang
mempunyai sikap mendirikan bisnis akan berhasil membuat wirausaha
yang lebih baik. Jadi dapat dimaknai bahwa wirausaha termasuk
kepemimpinan wirausaha kepala sekolah dapat dilahirkan melalui proses
pendidikan.
b. Tujuan Pendidikan kewirausahaan
Tujuan dari pendidikan kewirausahaan adalah untuk memahami:
1) Karakteristik kewirausahaan dalam memimpin sekolah dan menguasai
teknik bagaimana mengubah mentalitas, sikap dan perilaku diri orang
agar memiliki karakteristik tersebut
2) Pengetahuan kreativitas dan inovasi dan bagaimana agar menjadi
kratif dan inovatif
3) Peran sekolah terutama bagi kemampuan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat dan kehidupan terdidik
4) Proses kewirausahaan, perencanaan dan pengembangan produk serta
proses pendirian unit-unit baru dalam mengembangkan sekolah
5) Teknik memahami, mengidentifikasi dan menganalisis peluang
peningkatan mutu pendidikan
6) Sumber-sumber pembaruan teknologi pendidikan dan manajemen
sekolah
7) Teknik menyusun proposal
8) Teknik manajemen pembelajaran; pengembangan produk, pemasaran
produk, memperoleh sumber-sumber usaha dan keuangan dan
akuntansi
9) Prinsip-prinsip bisnis yang diterapkan untuk usaha sekoalah.
Jenis materi keterampilan yang diajarkan dalam pendidikan dan
pelatihan kewirausahaan antara lain:6
1) Pengantar kewirausahaan.
2) Teknik mendirikan usaha baru.
6
Wirawan, Pendidikan Jiwa Kewirausahaan: Strategi Pendidikan Nasional dalam
Globalisasi dan Otonomi Daerah, (Jakarta: Uhamka Press, 2001), h. 59.
3) Studi komparatif bisnis.
Ada beberapa karakteristik dari wirausahawan yang berhasil memiliki
sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D yakni:7
1) Dream, yaitu seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana
keinginannya terhadap masa depan pribadi maupun bisnisnya dan
mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya.
2) Decisiveness, yaitu tidak bekerja lambat, membuat keputusan,
melaksanakan kegiatannya secara cepat.
3) Doers, yaitu menindaklanjuti keputusan, atau tidak mau menuda-
nunda kesempatan yang dapat dimanfaatkan.
4) Determination, yaitu melaksanakan kegiatannya dengan penuh
perhatian.
5) Dedication, yaitu bekerja tidak mengenal lelah.
6) Devotion, yaitu kegemaran atau kegilaan dalam mencintai bisnisnya
7) Details, yaitu sangat memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci.
8) Destiny, yaitu bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang
hendak dicapai
9) Dollars, yaitu mengutamakan ukuran kesuksesan bisnisnya.
10) Distribute, yaitu bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya
terhadap orang-orang kepercayaannya.
Untuk menghadapi persaingan yang semakin kuat dan semakin
menyempitnya lapangan pekerjaan, maka sektor yang paling mungkin
dapat meningkatkan kesejahteraan hidup adalah menanamkan sikap atau
jiwa kewirausahaan.

7
Ibid., h. 5.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaludin. 2012. Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. Jakarta:


Erlangga

Alma, B. 2002.Kewirausahaan (edisi revisi). Bandung: Alfabeta.


Bygrave, W.D. 1994. The Portable MBA in Entrepreneurship. New York:
John Eilly and Son.
Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sumadi, Suryabrata. 2001. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo
Pustaka.
Sutisna, Oteng. 1983. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional. Bandung: Angkasa.
Syagala, Syaiful. 2009. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: CV
Alvabeta.
Wirawan. 2001. Pendidikan Jiwa Kewirausahaan: Strategi Pendidikan Nasional
dalam Globalisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta: Uhamka Press.

Anda mungkin juga menyukai