Anda di halaman 1dari 11

Kepemimpinan dalam perusahaan

Disusun oleh :
Kelompok 1

 Annisa lintang gumanti


 M. Fahmi idrus
 Selfiani triutami

Program studi kesehatan masyarakat


Fakultas ilmu kesehatan
Univesritas faletehan
Tahun ajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat
dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.Adapun judul dari makalah ini adalah ”Kepemimpinan”. Makalah ini di
susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah bahaya paikososial dan stres kerja

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan yang telah memberikan tugas terhadap
penyusun. Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
turut membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan
satu persatu.

Penyusunan makalah ini jauh dari sempurna.Dan ini merupakan langkah yang baik
dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
penyusun, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa penyusun
mengharapkan semoga makalah inidapat berguna bagi penyusun pada khususnya dan
pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Serang, 21 februari 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Perusahaan merupakan sebuah organisasi yang di pimpin oleh pemimpin yang


di dalam manajemen di sebut dengan manajer. Seorang pemimpin di dalam
perusahaan harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan
suatu kemampuan untuk menggerakan orang lain dalam mencapai tujuan yang ingin
di capai. Sifat-sifat kepemimpinan yang baik belum tentu di miliki oleh semua
pemimpin, seorang pemimpin hendaknya menyesuaikan gaya kepemimpinan yang di
anutnya dengan keadaan karyawan.
Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan.
Konon sangat sullt mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Orang
pada zaman sekarang cenderung mementingkan diri sendiri dan tidak atau kurang
perduli pada kepentingan orang lain, kepentingan lingkungannya.

Krisis kepemimpinan ini disebabkan karena makin langkanya keperdulian


pada kepentingan orang banyak, kepentingan lingkungannya. Sekurang-kurangnya
terlihat ada dua masalah mendasar yang menandai kekurangan ini. Pertama adanya
krisis komitmen. Kedua, adanya krisis kredibilitas. Sangat sulit mencari pemimpin
atau kader pemimpin yang mampu menegakkan kredibilitas tanggung jawab.
Agar permasalahan-permasalahan di atas dapat teratasi maka penting bagi
seorang pemimpin untuk mengetahui bagaimana konsep dasar dari kepemimpinan
sehingga pemimpin bisa menerapkan pola-pola kepemimpinan yang sesuai di dalam
perusahaannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Banyak ahli yang berusaha mendefinisikan kepemimpinan. Ada yang
mengartikan kepemimpinan di pandang dari segi perilaku dan kemampuan dan ada
pula yang mendefinisikan kepemimpinan sama dengan definisi pemimpin. Seperti
pendapat J Riberu bahwa kepemimpinan adalah orang atau kelompok orang yang
memimpin.[1] Kepemimpinan merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh
setiap pemimpin organisasi. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh
kepiawaiannya mempengaruhi dan mengarahkan para anggotanya.
Kepemimpinan mneurut Stephen P Robbins adalah kemampuan untuk
mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran.[2] Menurut Hempphill dan
coons, bahwa kepemimpinan adalah perilaku individu … yang mengarahkan aktivitas
kelompok untuk mencapai sasaran tertentu. Menurut D Katz dan kahn, kepemimpinan
adalah pengaruh tambahan yang melebihi dan berada di atas kebutuhan mekanis
dalam mengarahkan organisasi secara rutin. House et. Al, kepemimpinan adalah
kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain,
mampu memberikan kontribusinya demi efektifitas dan keberhasilan organisasi[3].
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain.[4] Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to
abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to
accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan
menggerakkan orang - orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan,
kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas.
B. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya
dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu. Ada beberapa gaya kepemimpinan yakni:
1. Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang
diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab
dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut,sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan. Ciri-cirinya antara lain:
a. Dalam menegakan disiplin menunjukan kekakuan
b. Bernada keras dalam memberikan perintah atau intruksi
c. Menggunakan pendekatan punitive dalam hal terjadinya penyimpangan oleh
bawahan[5].

2. Militeristik
Seorang pemimpin yang bertipe militeristik adalah seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat berikut :
a. Dalam menggerakan bawahannya lebih cenderung menggunakan system
perintah.[6]
b. Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan
jabatannya;
c. Senang pada normalitas yang berlebih-lebihan;
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
e. Sukar menerima kritikan dari bawahannya;
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

3. Paternalistik
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang
yang memiliki ciri sebagai berikut :
a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa dan perlu di
kembangkan.[7]
b. Bersikap terlalu melindungi (overly protective);
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan;
d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
inisiatif;
e. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
daya kreasi dan fantasinya;
f. Sering bersikap maha tahu.
4. Kharismatik
Kharisma adalah kualitas special dari pemimpin yang tujuannya, kekuasaannya, dan
ketegasannya berbeda dari pemimpin lain. [8]Hingga sekarang ini para ahli belum
berhasil menemukan sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki
kharisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik
yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya
yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan
mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.

5. Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang
secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan
bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
Ciri-cirinya antara lain:
a. Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya;
b. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam usaha
mencapai tujuan;
c. Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya
untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki
d. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya;
e. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Penulis menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan ini sama dengan gaya kepemimpinan
partisipatif namun berbeda dalam penggunaan istilah. Gaya kepemimpin pertisipatif yakni
kepemimpinan dengan gaya yang selalu mengajak secara terbuka para anggotanya untuk
berpartisipasi atau ambil bagian, baik secara luas ataupun dalam batas-batas tertentu,
dalam pengambilan keputuasan, perumusan kebijakan, dan metode operasionalnya[9].

C. Teori Kepemimpinan
Di bawah ini merupakan teori mengenai kepemimpinan, antara lain:
1. Teori Genetie
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not
made". bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena
ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang
ditempatkan pada suatu waktu ia akn menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu.
Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
2. Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made", make
penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : "Leaders are made and not
born". Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat
menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
3. Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial.
Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi
pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur
dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih
lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori
sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori
kepemimpinan.Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih
diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.

D. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan menurut Kartini Kartono adalah memandu, menuntun,
membimbing, membangun, member atau membangunkan motivasi kerja,
mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik,
memberikan supervise yang efisien.[10] Di bawah ini akan di paparkan beberapa
fungsi kepemimpinan.
1. Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai
pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang
dipimpinnya.
Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa
kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannyamenjadi instruksi/perintah.
Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena
itu sejalan dengan pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan
menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan
yang telah ditetapkan.
2. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini berlansung dan bersifat komunikasi dua arah , meliputi pelaksanaannya
sang-at tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan
keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang
mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu
dapat dilakukan secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat
dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu
dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa impan balik (feed Back) yang dapat
dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah
ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan pimpinan,
akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga
kepemimpinan berlansung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar
menjadi pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya, mengingat
pemimpin lebih banyak menjalankan peranan sebagai pihak yang didengarkan. Untuk itu
pemimpin harus meyakinkan dirinya bahwa dari siapa pun juga selalu mungkin diperoleh
gagasan, aspirasi, saran yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinanya.
3. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud
pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan sesama orang yang
dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannya.
Fungsi partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin mengembangkan
komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan
dalam memecahkan masalah-masalah, yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan
untuk mengambil keputusan-keputusan.sehubungan dengan itu musyawarah menjadi
penting, baik yang dilakukan melalui rapat-rapat mapun saling mengunjungi pada setiap
kesempatan yang ada.musyawarah sebagai kesempatan berpartisipasi, harus dilanjutkan
berupa partisipasi dalam berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi.
4. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang
membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari
pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi
dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang
dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus
bersedia dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila
diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara
kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan
perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang
diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali.
Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada para pembantunya, agar
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
5. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian merupakan fungsi kontrol. Fungsi ini cenderung
bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi
secara dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa
kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya
secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya
tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian
dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan
dengan mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya.
E. Kepemimpinan di dalam Perusahaan
Perusahaan dapat di katakana juga sebagai suatu organisasi yang di dalamnya
terdapat struktur kerja. Gaya Kepemimpinan yang di tampilkan di dalam organisasi
secara umum juga di tampilkan di dalam organisasi di dalam perusahaan. Teori-teori
kepemimpinan yang ada juga dapat di aplikasikan di dalam organisasi perusahaan.
Namun yang menjadi focus utama adalah bagaimana Kepemimpinan seorang
Pemimpin di dalam perusahaan mampu menggerakan para karyawan untuk gigih
dalam mencapai tujuan perusahaan. Kepemimpinan yang di tunjukan oleh pemimpin
di dalam perusahaan juga harus berorientasi pada kepuasan kerja karyawan.
Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya
kepuasan dapat ditingkatkan, bila atasan bersifat ramah dan memahami, menawarkan
pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan
suatu minat pribadi pada mereka.
Partisipasi dalam pengambilan keputusan kepemimpinan khususnya pada
kepemimpinan demokratis akan mempunyai dampak pada peningkatan hubungan
manajer dengan bawahan, menaikkan moral dan kepuasan kerja serta menurunkan
ketergantungan terhadap pemimpin. Dengan demikian dapat dikatakan kepemimpinan
sangat erat hubungannya dengan kepuasan kerja karyawan. Kepemimpinan yang
memperoleh respon positif dari karyawan cenderung akan meningkatkan kepuasan
kerja karyawan, demikian bila terjadi sebaliknya.
Selain itu di era yang penuh dengan konflik seperti saat sekarang ini sudah
sewajarnya bahwa pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan yang di sesuaikan
dengan keadaan karyawan agar dapat terhindar dari konflik-konflik antara pimpinan
dan karyawan. Sebagai contoh banyak karyawan yang tidak memiliki kepuasan kerja
dan pada akhirnya keluar dari perusahaan karena tidak sesuai dengan gaya
kepemimpinan yang di tampillkan oleh pemimpin.
Walaupun demikian bukan berarti seorang pemimpin di dalam perusahaan
selalu bersikap lembut terhadap bawahannya dalam artian selalu mengalah. Segala
macam Gaya kepemimpinan yang di terapkan oleh pemimpin jangan sampai
menghilangkan kewibawaan dan kediriannya sebagai seorang pemimpin. Pemimpin
yang selalu bertindak lemah di hadapan karyawannya maka akan selalu di pandah
lemah oleh karyawannya.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan yang berkenaan dengan
kepemimpinan adalah dengan berpedoman pada hubungan industrial pancasila.
Hubungan industrial pancasila merupakan hubungan yang terbentuk antara karyawan,
pemerintah, pengusaha dan hubungannya dengan kegiatan operasional perusahaan
dalam menghasilkan barang atau jasa yang didasarkan oleh sila-sila pancasila dan
UUD 1945 sesuai dengan kepribadian dan kebudayaan timur khususnya bangsa
Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, hubungan industrial pancasila mempunyai dua asas
yang sangat penting yaitu:
1. Asas kekeluargaan dan gotong royong.
2. Asas musyawarah untuk mencapai mufakat.
Dengan pemaparan di atas maka dapat di ketahui bahwa alangkah baiknya jika
seorang pemimpin di dalam perusahaan mau mendengarkan segala aspirasi dan
masukan dari karyawannya untuk mencapai tujuan terbaik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepempimpinan merupakan suatu kemampuan pemimpin untuk
mengarahkan orang dalam mencapai suatu tujuan. Ada beberapa gaya
kepemimpinan antara lain Otoriter / Authoritarian, Militeristik, Paternalistik,
Kharismatik, dan Demokratis. Kepemimpinan memiliki teori-teori tersendiri antara
lain Teori Genetie, Teori Sosial, dan Teori Ekologis. Selain itu kepemimpinan
yang ditunjukan oleh pemimpin juga memiliki fungsi-fungsi antara lain, Fungsi
Instruktif, Fungsi Konsultatif, Fungsi Partisipasi, Fungsi Delegasi, dan Fungsi
Pengendalian.
Kepemimpinan sangat dibutuhkan di dalam memimpin suatu perusahaan.
Kepemimpinan yang ditunjukan oleh pemimpin akan mempengaruhi hubungan
antara pemimpin dan karyawan. Sebaiknya gaya kepemimpinan disesuaikan
dengan situasi yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai