Anda di halaman 1dari 19

INOVASI KELEMBAGAAN

DI SUSUN
Oleh
Nama : Dina Lutfiah Nasution (0306172086)
Maiyatul Jannah Assingkily (0306172103)
Raudhatul Jannah (0306172119)
Setiawati (0306172079)
Dosen Pengampu : Amiruddin, M. Pd.
Mata Kuliah : Inovasi Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN 2020
IDENTITAS PENULIS

1. Nama : Dina Lutfiah Nasution


NIM : 0306172086
TTL : Medan, 30 November 1999
Alamat : Jalan Enggang XIII No. 287 Perumnas Mandala Medan
2. Nama : Maiyatul Jannah Assingkily
NIM : 0306172103
TTL : Kutacane, 11 Agustus 1999
Alamat : Jalan Pancing III No. 76
3. Nama : Raudhatul Jannah
NIM : 0306172119
TTL : Singkil. 10 Agustus 1999
Alamat : Jalan Pimpinan Gg. Saudara No. 4B
4. Nama : Setiawati
NIM : 0306172079
TTL : Sei Silau Tua, 14 April 1998
Alamat : Jalan Perhubungan, Lau Dendang

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah swt. atas berkat dan hidayahnya kami
selaku penyusun makalah dapat menyelesaikan tugas kami dalam makalah yang
berjudul “Inovasi Kelembagaan”.
Mendapat tugas seperti ini merupakan kesempatan kepada kami untuk melatih kami
dalam pelajaran yang mungkin masih sangat minim sekali untuk kami mengerti dan
memahami maksud, isi, bahkan tujuan dari materi ini. Mungkin dalam penulisan
makalah ini banyak sekali kekurangan yang didapatkan oleh pembaca makalah ini.
Mungkin kami sendiri belum menguasai sepenuhnya tentang pokok bahasan ini, kami
pun menyadari akan hal itu. Untuk itu mohon kerja samanya untuk sambil memahami
dan memberikan saran maupun kritikan kepada kami selaku pemakalah.
Demikian, penyusun hanturkan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang
dengan sabar membimbing kami dan teruntuk teman-teman semua dan kami juga
menghanturkan maaf kepada setiap pembaca makalah ini apabila ada kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
penulis. Amiin..
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Medan, April 2020

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Halaman
IDENTITAS PENULIS..........................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................1
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Madrasah Model ............................................................................................2
B. Universitas Islam Negeri ...............................................................................4
C. SMP/MTs Terbuka ........................................................................................7
BAB III KESIMPULAN
A. Simpulan.......................................................................................................10
B. Saran ............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
LAMPIRAN .........................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Madrasah sebagai salah satu pilar dari pendidikan Islam yang mana lembaga
pendidikan yang sudah dikenal sejak tahun 1065-1067 di Baghdad yang didirikan
oleh Nizam al-Mulk seorang perdana menteri pada kekhalifahan Bani Saljuk.
Dimana madrasah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu
secara formal. Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga sebagai
tempat berkumpul, bermain, dan berbagi keceriaan antara siswa yang satu dengan
siswa yang lainnya (Huda, 2016:311).
Secara umum lembaga pendidikan Islam unggulan diformat dengan model dan
gaya modern dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai pendidikan nasional atau
konvesional sebelumnya. Bahkan, lembaga pendidikan Islam unggulan mencoba
menawarkan bentuk baru yang mengkolaborasi antara tujuan pendidikan umum
dengan tujuan pendidikan (agama) Islam yang sepadan. Eksistensi madrasah dan
sekolah Islam ataupun perguruan tinggi Islam diharapkan mampu menjawab
tantangan dan tuntutan modernisasi.
Adapun makalah ini akan membahas tentang madrasah model, Universitas Islam
Negeri, dan SMP/MTs terbuka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana madrasah model itu?
2. Bagaimana Universitas Islam Negeri itu?
3. Bagaimana SMP/MTs terbuka itu?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui apa itu madrasah model, Universitas
Islam Negeri, dan SMP/MTs terbuka. Kemudian manfaat penelitian adalah untuk
melihat setiap perubahan inovasi pendidikan di setiap madrasah baik model atau
unggul, SMP/MTs, dan perguruan tinggi Islam dalam peningkatan mutu pendidikan
Islam. Dimana adanya madrasah model, SMP/MTs yang unggul dan UIN, sejatinya
sebagai contoh madrasah-madrasah lainnya (Aji Sofanudin, 2016:11).

1
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Madrasah Model
Madrasah atau sekolah Islam model biasanya diartikan sebagai sekolah unggulan.
Kata lain dari “unggulan” seringkali disebuat dengan istilah “model” atau
“percontohan”. Selain itu juga ada yang memakai istilah “terpadu”, “laboratorium”
atau “elite”. Beberapa lembaga pendidikan Islam ada yang lebih senang memakai
istilah “model” ketimbang “unggulan”. Madrasah atau sekolah Islam model
(unggulan) merupakan representasi dari kebangkitan umat Islam untuk kalangan
menengah (Azra, 1999:69).
Dari segi pelabelan namanya, nampak sudah jelas dapat ditebak bahwa sekolah
atau madrasah model (unggulan) semacam itu tampil dengan penuh visi dan inspirasi
yang mengundang penasaran banyak orang. Dari segi nama, tampaknya lebih gagah
dan menjanjikan kualitas masa depan para murid pengangkatannya. Kehadiran
sekolah unggul bukan untuk diskriminasi, tetapi untuk menyiapkan SDM yang
berkualitas dan memiliki wawasan keunggulan (Mujtahid, 2018:276).
1. Latar Belakang Munculnya Sekolah/Madrasah Model
Program Madrasah Aliyah model dimulai pada 1993 melalui proyek Junior
Secondary Education Project (JSEP). Kemudian, pada tahun 1998 diteruskan
dengan program Basic Education Project (BEP) untuk MI dan MTs. Pada tahun
2000 dikembangkan proyek Development of Madrasah Aliyah Project (DMAP)
untuk MA. Program ini diadakan dengan dasar pemikiran bahwa pada saat itu
citra madrasah sebagai lembaga pendidikan formal, madrasah masih dianggap
sebagai lembaga pendidikan kelas dua setelah sekolah umum (Rusdiana,
2014:249).
Dalam kenyataannya, banyak madrasah memiliki kelemahan dalam praktik
penyelenggaraan pendidikan madrasah, yaitu dalam hal manajemen, bidang
profesionalitas guru, masalah kualitas lulusan, sarana, dan prasarana. Dengan
keadaan tersebut, Departemen Agama sebagai pembina madrasah melakukan
beberapa program yang diharapkan dapat mengangkat citra madrasah, agar sejajar
dengan sekolah yang berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan

2
Nasional. Depag menunjuk beberapa madrasah sebagai madrasah model, yaitu
setiap daerah hanya ada satu madrasah yang mengikuti program madrasah model.
Misi yang diemban oleh madrasah model yang telah ditunjuk oleh Depag di
masing-masing daerah adalah tidak hanya unggul sendirian, tetapi juga membantu
madrasah sekitarnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan, berperan sebagai
lokomotif yang menarik madrasah-madrasah swasta sehingga menjadi madrasah
yang berkualitas (Rusdiana, 2014:249).
2. Desain Pengembangan Madrasah Model
Ada beberapa poin penting yang harus dimiliki oleh pengelola madrasah
menuju terwujudnya madrasah unggul, yaitu sebagai berikut (Rusdiana, 2014:
251-252), yaitu:
a. Kepala Madrasah; dituntut untuk mampu menerjemahkan peranannya sebagai
professional leader dalam tindakan dan perilaku yang mendorong dirinya, guru
dan staf yang ada menuju visi keunggulan.
b. Guru; mengembangkan bahan-bahan pembelajaran, pendekatan, alat-alat yang
diperlukan untuk mendukung potensi siswa untuk berkembang.
c. Kurikulum; pedoman bagi guru dalam menyelenggarakan pembelajaran.
d. Pembelajaran; pendekatan pembelajaran lebih mendorong siswa merasa
tertantang dalam mengembangkan keingintahuan individu siswa untuk
mendalami sesuatu.
e. Penilaian; bukan hanya untuk melihat daya serap yang dipelajari,
mengembangkan kemampuan siswa mengenai hal-hal yang ingin dicapai
sejalan dengan potensi dan kebutuhan masing-masing.
Secara umum, Ahid menjelaskan persyaratan sebagai sekolah model, yaitu
memiliki manajemen madrasah yang baik, SDM yang berkualitas, kelengkapan
sarana dan prasarana pendidikan, bantuan pendidikan yang memadai, keunggulan
kualitas lulusan.
3. Inovasi Pengembangan Pendidikan Islam Berbasis Keunggulan
Pengembangan pendidikan Islam dapat terealisasi melalui adanya kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu Departemen Agama. Madrasah
harus memiliki keunggulan yang layak dibanggakan oleh sekolah dan masyarakat.

3
Dalam hal ini, dikenal dua jenis keunggulan, yaitu sebagai berikut (Rusdiana,
2014: 252-253):
a. Keunggulan Komparatif; menekankan pada keunggulan yang berkaitan dengan
sumber daya yang disediakan. Misalnya, suatu madrasah dibandingkan dengan
madrasah lainnya memiliki fasilitas belajar yang diperoleh bantuan dari
pemerintah, sedangkan sekolah di sekitarnya belum menerima bantuan fasilitas
belajar.
b. Keunggulan Kompetitif; menekankan pada keunggulan kaitannya dengan
sumber daya yang disediakan, sedangkan keuntungan kompetitif bersandar
pada penguasaan IPTEK serta informasi.
4. Madrasah Model pada MI (Madrasah Ibtidaiyah)
Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang mana merupakan lembaga pendidikan yang
sederajat dengan sekolah dasar (SD) (Sofanudin, 2016:306-307). Persamaan
anatara MI dan SD adalah level dan standar pendidikanya. Standar pendidikan dan
lembaga pendidikan sebagaimana diatur dalam PP Nomor 19 Tahun 2005.
Perbedaan antara lembaga pendidikan MI dengan SD ada dua hal sebagai berikut:
a. Sisi pengelolaannya, administrasi MI kewenangan pengaturan dan
penanggungjawaban berada di bawah naungan kementerian agama, sedangkan
SD di bawah naungan kementerian pendidikan dan kebudayaan;
b. Pengembangan muatan pendidikan agama islam (PAI), dibagi menjadi empat
mata pelajaran, yaitu Alquran Hadits, sejarah kebudayaan islam, aqidah akhlak,
dan fiqh, serta terdapat pengembangan bahasa arab. Sedangkan pada SD tidak
ada pengembangan muatan PAI dan bahasa arab.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa program madrasah model adalah sebuah
program yang ditujukan untuk menjadikan satu madrasah sebagai madrasah yang
baik dalam semua unsurnya, untuk digunakan sebagai percontohan bagi
madrasah-madrasah sekitarnya.
B. Universitas Islam Negeri
Inovasi terkini dalam dunia pendidikan Islam khususnya di Indonesia adalah
perubahan lembaga setingkat institut yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Dalam hal ini perubahan IAIN menjadi
UIN memiliki dasar pemikiran yang cukup kuat dan peran yang amat strategis bagi

4
pengembangan Islam di Indonesia dan pemberdayaan umat kualitas yang tinggi
sehingga mampu bersaing di pasar global (Nata, 2003: 75).
Sesuai dengan namanya, Universitas Islam Negeri mengandung makna bahwa
ilmu-ilmu yang dikembangkan tidak hanya ilmu-ilmu agama, tetapi telah
dikembangkan ke berbagai disiplin ilmu ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu-ilmu ke
alaman, ilmu-ilmu sosial, dan ilmu humaniora. Dilihat dari sudut pandang Islam,
bahwa konsep perguruan tinggi Islam yang ideal adalah berbentuk universitas.
(Daulay, 2007: 145).
1. Rasionalitas
Terdapat lima alasan yang melatarbelakangi perlunya inovasi kelembagaan
yaitu konversi IAIN menjadi UIN, sebagaimana dijelaskan Nata (2003:64)
sebagai berikut:
a. Adanya perubahan jenis pendidikan pada madrasah Aliyah (MA) merupakan
sekolah agama, maka sekarang MA sudah menjadi sekolah umum yang
bernuansa agama.
b. Adanya dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Masalah ini
dapat diatasi dengan program integrasi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
umum dengan cara mengkonversi IAIN menjadi UIN.
c. Perubahan IAIN menjadi UIN akan memberikan peluang yang lebih luas
kepada para lulusannya untuk dapat memasuki lapangan kerja yang lebih luas.
d. Perubahan IAIN menjadi UIN diperlukan dalam rangka memberikan peluang
kepada lulusan IAIN untuk melakukan mobilitas vertikal yakni kesempatan
dan peran untuk memasuki medan gerak yang lebih luas.
e. Perubahan IAIN menjadi UIN juga sejalan dengan tuntutan umat Islam yang
selain menghendaki adanya pelayanan penyelenggaraan pendidikan yang
profesional dan berkualitas tinggi juga lebih menawarkan banyaknya pilihan.
2. Pengembangan Fakultas dan Program Studi
Sesuai peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0686 tahun 1991
dinyatakan bahwa sebuah universitas minimal memiliki 5 fakultas dan mengelola
10 program studi strata satu (S1) yang mewakili 3 kelompok bidang ilmu yang
berbeda, dimana 6 program studi eksakta dan 4 lagi program studi sosial dan
humaniora.

5
Untuk itu maka dalam pendirian UIN haruslah merujuk kepada regulasi di atas
dalam pengembangan fakultas dan program studinya. Dalam hal ini
pengembangan fakultas dan program studi di lingkungan UIN setidaknya
mengacu kepada tiga (Ananda dan Amiruddin, 2017:82-83), yaitu:
a. Dimensi universitas Islam,
b. Dimensi kebutuhan masyarakat masa depan,
c. Dimensi regulasi.
3. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum di lingkungan UIN mengacu kepada empat faktor
yaitu (Ananda dan Amiruddin, 2017: 84-85):
a. Perubahan pandangan filosofis; berkaitan dengan pergerseran pandangan hidup
masyarakat yang fenomenal tentang nilai-nilai kehidupan.
b. Perubahan kemasyarakatan, berkaitan erat dengan pergeseran struktur sosial,
pola hidup, pekerjaan, tata perilaku dan lain sebagainya.
c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dampak perkembangan ini
diadopsi untuk perbaikan kurikulum pendidikan dan di sisi lain di antisipasi
dengan persiapan tenaga terdidik yang sifatnya mengarah kearah yang positif.
d. Perubahan kebijakan dalam bidang pendidikan; pemerintah sering membuat
kebijakan dengan menetapkan filosofi baru pendidikan yang berlaku secara
nasional dikarenkan banyaknya teori-teori pendidikan yang ditawarkan.
4. Pengembangan bidang penelitian
Penelitian merupakan satu dharma dari tridharma perguruan tinggi, oleh Karen
yaitu penelitian tidak dapat dilepaskan dari dua dharma lainnya yaitu pendidikan
dan pengajaran dan pengabdian masyarakat(Ananda dan Amiruddin, 2017:88).
Dalam proses peningkatan penelitian perlu kesungguhan dan keberanian berbagai
pihak, terutama pelaksana, pengelola penelitian, dan pengelola untuk melakukan
perubahan mendasar terhadap paradigma yang digunakan.
5. Pengembangan Bidang Pengabdian Masyarakat
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) memiliki banyak fungsi bagi civitas
akademika UIN, yaitu sebagai berikut (Ananda dan Amiruddin, 2017:89):
a. PKM merupakan corong untuk memperkenalkan UIN kepada masyarakat,

6
b. PKM merupakan media bagi UIN dalam transfer pengetahuan kepada
masyarakat untuk menyelesaikan persoalan-persoalan,
c. PKM berfungsi sebagai laboratorium bagi mahasiswa untuk melatih diri,
d. PKM menjadi wabah pembinaan karakter mahasiswa agar terbiasa beradaptasi
dengan masyarakat, dan lain sebagainya.
C. SMP/MTs Terbuka
1. Historikal SMP Terbuka
SMP Terbuka adalah Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama yang
kegiatan belajarnya sebagian besar dilaksanakan diluar gedung sekolah dengan
cara penyampaian pelajaran melalui berbagai media dan interaksi yang terbatas
antara guru dan murid (Arfitriani, 2017: 345). SMP Terbuka sebagai subsistem
pendidikan adalah salah satu bentuk pendidikan terbuka yang merupakan aplikasi
teknologi pendidikan. Sistem ini dirancang untuk dapat mengatasi masalah belajar
khususnya mereka yang memiliki kendala tidak dapat memperoleh kesempatan
belajar secara lazim, sementara mereka mempunyai potensi untuk belajar
(Suryana, 2012: 71).
Pada masa pelita II, pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam
pembangunan pendidikan. sebagai tindak lanjut dari kebijakan tersebut pada tahun
1974 keluarlah Instruksi Presiden yang salah satu diantaranya adalah
pembangunan gedung-gedung SD Inpres secara besar-besaran yang dampaknya
menimbulkan permasalahan baru untuk ditingkat SMP. Melalui rapat kerja
nasional tahun 1977 di Cipayung Bogor diputuskan beberapa alternatif, yaitu:
mengoptimalkan SMP yang ada; penambahan jumlah SMP dengan membangun
SMP baru; membuka kursus-kursus keterampilan; dan membuka sub sistem
pendidikan tingkat SMP yang disebut dengan SMP Terbuka.
SMP Terbuka mulai dirintis pada tahun ajaran 1979-1980 di lima lokasi, yaitu:
Kalianda (Lampung Selatan); Plumbon (Jawa Barat); Adiwerna (Jawa Tengah);
Kalisat (Jawa Timur); dan Terara (Nusa Tenggara Barat). Kelima lokasi SMP
Terbuka tersebut diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed
Joesoef pada tanggal 24 Juli 1979 di SMP Terbuka Adiwerna Jawa Tengah. Akan
tetapi, sampai pada tahun 1989-1990 jumlah lokasi SMP Terbuka belum juga
bertambah.

7
Pada awal Pelita V pada tahun 1989 sampai 1990, SMP terbuka mulai dilirik
kembali. Jumlah SMP terbuka mulai dipikirkan untuk dikembangkan lebih banyak
lagi pada tahun 1990-1991. Lokasi SMP terbuka bertambah tiga lokasi, yaitu:
SMP terbuka Pujut di Lombok Tengah, SMP Terbuka Surabaya dan Malang di
Jawa Timur. Pada akhir Pelita V berjumlah 34 lokasi, selanjutnya pada bulan Mei
1994 Presiden RI waktu itu mencanangkan wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun. Sejak itulah sistem SMP terbuka dianggap sebagai salah satu pola
yang dapat menopang keberhasilan wajib belajar tersebut sehingga SMP terbuka
dikembangkan secara besar-besaran. Hal ini ditambah lagi adanya kebijakan
pemerintah bahwa wajib belajar harus dituntaskan dalam 10 tahun, yang semula
direncanakan tuntas dalam 15 tahun (Ananda dan Amiruddin, 2017: 91).
2. Tujuan dan Sasaran SMP Terbuka
Tujuan dan sasaran SMP terbuka SMP terbuka adalah sebagai salah satu upaya
atau subsistem pada jenjang SMP untuk membantu lulusan SD/MI yang karena
faktor sosial, ekonomis, geografis, waktu dan lain-lain yang tidak dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP reguler sebagai subsistem pendidikan
pada jenjang SMP. Tujuan institusional SMP terbuka (Ananda dan Amiruddin,
2017: 92), yaitu:
a. Memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta
peningkatan sekolah dasar,
b. Mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat dan atau mengikuti
pendidikan menengah.
Selanjutnya, adapun sasaran dari SMP terbuka, yaitu:
a. Siswa yang tidak dapat ditampung di SMP regular,
b. Siswa SMP yang putus sekolah,
c. Anak-anak di daerah terpencil dan terisolasi yang tidak ada SMP di sekitarnya,
d. Anak-anak dari keluarga tidak mampu yang memaksa mereka tidak sekolah
karena membantu orang tua untuk mencari nafkah.
3. Karakteristik SMP Terbuka
Karakteristik SMP terbuka (Miarso, 2004:209), meliputi:
a. Siswanya lebih banyak belajar mandiri,
b. Gurunya berbagi peran dengan orang atau narasumber lain,

8
c. Sumber belajarnya bervariasi,
d. Mempertimbangkan kondisi dan karakteristik siswa,
e. Kegiatan pembelajaran tidak terjadwal pada tempat dan waktu,
f. Memanfaatkan lingkungn tempat tinggal anak didik sebagai sumber belajar.
4. Komponen SMP Terbuka
Komponen SMP terbuka sama dengan SMP regular, perbedaannya hanya
terletak pada strategi pembelajarannya. Menurut Ibrahim dikutip dari (Ananda dan
Amiruddin, 2017:93), komponen SMP terbuka meliputi:
a. Siswa; tamatan SD/MI atau siswa putus sekolah dari SMP/MTs, dan batasan
usia maksimal 18 tahun,
b. Kurikulum; menggunakan kurikulum SMP yang berlaku yang dikembangkan
menjadi garis besar isi program media sebagai acuan,
c. Proses pembelajaran; dibedakan menjadi dua, yaitu: belajar mandiri atau
berkelompok di tempat kegiatan belajar (TKB), dan tutorial tatap muka
ditempat yang telah dispakati,
d. Bahan dan fasilitas belajar; bahan belajar utama SMP Terbuka adalah modul
cetak. Sedangkan fasilitas belajarnya menggunakan fasilitas belajar yang ada
pada SMP induk itu sendiri seperti ruang belajar, perpustakaan, dan lain-
lainnya,
e. Tenaga kependidikan; meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru
bina, guru pamong, guru pamong khusus, guru BP, dan tenaga administrasi,
f. Penilaian hasil belajar; dikenal berbagai macam penilaian seperti tes akhir
modul, tes akhir unit, akhir catur wulan, dan ujian akhir.

9
BAB III
KESIMPULAN

A. Simpulan
Dalam proses inovasi kelembagaan banyak sekali yang harus dilaksanakan di
dalamnya. Tidak sedikit juga tujuan yang harus dicapai dalam proses inovasi. Inovasi
kelembagaan itu terdiri dari madrasah model yang dimana misi yang diemban oleh
madrasah model ini ialah untuk membantu madrasah sekitarnya dalam meningkatkan
kualitas pendidikan, berperan sebagai lokomotif yang menarik madrasah-madrasah
sekitarnya sehingga menjadi madrasah yang berkualitas. Begitu juga dengan
Universitas Islam Negeri dan SMP/MTs terbuka juga merupakan bagian inovasi
terkini dalam dunia pendidikan Islam khusunya di Indonesia yang dimana
mengalami perubahan lembaga guna untuk membantu proses inovasi pendidikan
dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

B. Saran
Dengan mengetahui bagaimana madrasah model, Universitas Islam Negeri dan
SMP Terbuka, diharapkan kita semua mampu menerapkan segala kelebihan yang
dimiliki sekolah atau universitas tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusydi dan Amiruddin. 2017. Inovasi Pendidikan: Melejitkan Potensi


Teknologi dan Inovasi Pendidikan. Medan: CV Widya Puspita.
Arfitriani. 2017. Inovasi Pendidikan Islam: Integrasi Agama dan Sains. Pontianak:
IAIN Pontianak.
Azra, Ala Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Bandung: CV. Putaka Setia.
Daulay, Haidar Putra. 2018. Sejarah Pertumbuhan & Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Kencana.
Huda, Khairul. 2016. Problematika Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Islam. Jurnal Dinamika Penelitian. Vol. 16, No. 1.
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada
Media.
Mujtahid. 2018. Pengembangan Madrasah dan Sekolah Islam Unggulan. Jurnal el-
Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang. Vol. 1. No. 1. Malang: Fakultas
Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Nata, Abuddin. (2003). Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Rusdiana. 2014. Konsep Inovasi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sofanudin, Aji. 2016. Manajemen Inovasi Pendidikan Berorientasi Mutu Pada MI
Wahid Hasyim Yogyakarta. Jurnal Cendikia. Vol. 14. No. 2. Semarang: Balai
Litbang Agama Semarang.
Suryana, Effendy. 2012. Analisis Terhadap Tingginya Angka Putus Sekolah Siswa SMP
Terbuka. Jurnal Imiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi.
Vol. 1. No. 1. Bandung: STKIP Siliwangi.

11
LAMPIRAN

12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai