Kelas C
Dosen Pengampu:
Kusdiyana, M.S.I
1
KATA PENGANTAR
Adapun tujuan makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah Ilmu Falak pada program studi Hukum Keluarga (HK) semester 5
kelas C. Penulis berharap mampu menghadirkan sebuah wacana dalam memberikan
pengetahuan dan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Ilmu Falak khususnya
terkait materi ” Rashdul Kiblat Global Dan Local”.
Penyusun
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................
A. Rashdul Kiblat.....................................................................................................................
B. Konsep perhitungan dan pengukuran rashdul kiblat global.........................................
C. Konsep perhitungan dan pengukuran rashdul kiblat ....................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................................
Kesimpulan...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Rashdul Kiblat
Kata rashd ( ( رصذmempunyai arti pengawasan, pengintaian, dan jalan. Sedangkan
al-Qiblat artinya adalah kiblat atau arah ke Kabah. Sehingga Rashd al-Qiblat secara umum
dapat diartikan sebagai jalan atau arah kiblat. Definisi Rashd al-Qiblat sendiri di dalam
Ensiklopedi Hisab Rukyat adalah ketentuan waktu di mana bayangan benda yang terkena
sinar matahari menunjuk ke arah Kiblat. Kata rashd ( ( رصذmempunyai arti pengawasan,
pengintaian, dan jalan. Sedangkan al-Qiblat artinya adalah kiblat atau arah ke Kabah.
Sehingga Rashd al-Qiblat secara umum dapat diartikan sebagai jalan atau arah kiblat.
Definisi Rashd al-Qiblat sendiri di dalam Ensiklopedi Hisab Rukyat adalah ketentuan waktu
di mana bayangan benda yang terkena sinar matahari menunjuk ke arah Kiblat.
Pada dasarnya pengukuran arah kiblat dengan metode ini termasuk metode
pengukuran arah kiblat dengan menggunakan bayang-bayang matahari. Bayangan benda
yang terkena sinar matahari akan membentuk bayangan yang menunjuk ke arah kiblat. Oleh
karena itu, metode ini sering disebut sebagai metode pengukuran arah kiblat dengan
menggunakan bayang-bayang kiblat. Dalam kajian ilmu Falak, metode ini disebut juga
degan metode pengukuran arah kiblat dengan memanfaatkan peristiwa Rashd al-Qiblat.
Hanya saja, dalam metode ini tidak diperlukan terlebih dahulu untuk mengetahui arah Utara
sejati.
Rashdul Kiblat dipercaya sebagai metode yang paling akurat dan murah, sehingga
banyak digunakan oleh masyarakat. Hanya saja ada hal yang perlu diperhatikan yaitu ketika
Rashdul Kiblat Global, matahari hampir tidak pernah mer pass 4 tepat di titik zenith5 Ka‟
bah. Yang terjadi saat Rashdul Kiblat, matahari hanya dekat dengan titik zenith Ka‟ bah,
terkadang lebih ke utara atau ke selatan dari titik zenith Ka‟ bah. Sehingga melakukkan
pengukuran menggunakan metode ini bisa sebelum hari Rashdul kiblat itu.
Di Indonesia sendiri, Rashd al-Qiblat pernah disinggung oleh KH. Turaichan dalam
kalender Menara Kudus. Dalam kalender ini ditetapkan bahwa setiap tanggal 28 Mei dan
tanggal 15/16 Juli dinamakan “Yaumu arRashd al-Qiblat” karena pada tanggal-tanggal
tersebut dan jam yang ditentukan matahari berada di atas Ka‟bah. Jika dilihat pada
ketentuan dua waktu untuk Rashd al-Qiblat oleh KH. Turaichan di atas, maka yang
dimaksud pastilah Rashd al-Qiblat global. Hal ini dikarenakan selain terdapat Rashd al-
Qiblat global, terdapat juga Rashd al-Qiblat lokal yang waktunya hampir tiap hari bisa
dilakukan untuk pengukuran arah kiblat.
Pengukuran arah kiblat dengan berpedoman pada posisi matahari atau bayang-bayang
kiblat (Rashd al-Qiblat) ini mempunyai dua cara, yaitu: Pertama, pengukuran arah kiblat
dengan berpedoman pada posisi matahari yang sedang persis berada pada azimuth Ka‟bah
atau berposisi pada arah yang berlawanan dengan azimuth Ka‟bah (Rashd al-Qiblat lokal.).
Kedua, pengukuran arah kiblat dengan berpedoman pada posisi matahari yang persis atau
hampir persis berada pada titik zenith Ka‟bah (Rashd al-Qiblat Global).1
Ila Nurmila, Metode Azimuth Kiblat dan Rashd Al-Qiblat dalam Penentuan Arah Kiblat:
1
5
Rashdul Kiblat terjadi saat-saat waktu Dzuhur, di mana matahari tengah melawati
garis meridian, sehingga memiliki altitude maksimum atau berkulminasi atas dengan
perhitungan yang mempertimbangkan tiga parameter: koordinat bujur tempat, koordinat
waktu referensi, serta equation of time.
Banyak pendapat para ahli falak mengenai metode Rashdul Kiblat tersebut, beberapa
di antaranya ialah:
1) Dr.Susiknan Adzhari
Dalam tulisannya Saatnya Mengecek Kembali Arah Kiblat menjelaskan bahwa
ketika posisi Matahari berada diatas Ka’bah berlangsung 5-10 menit. Pengamat yang
tidak bisa tepat melakukan pengukurannya tepat waktu, bisa menyusulkan pada 5-10
menit sesudahnya. Dalam rentang waktu tersebut, pengukuran arah kiblat masih bisa
dilakukan.6 Dalam tulisannya tersebut Suksiknan Azhari menjelaskan tentang
diperbolehkannya melakukan pengukuran dengan metode Rashdul Kiblat pada
tanggal 28 Mei pada pukul 16:18 WIB dan pada tanggal 16 juli pada pukul 16:18
dengan rentang waktu 5-10 menit dari waktu tersebut.
Dalam bukunya Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan sains modern
menjelaskan cara untuk menentukan arah kiblat dengan metode Rashdul Kiblat yaitu:
Letakkan satu tegakan (tongkat dan sejenisnya) di tempat yang terkena cahaya
matahari
Amati jatuhnya bayangan tersebut yang terbentuk oleh cahaya matahari
Tentukan arah jatuhnya bayangan itu sebagai arah kiblat.2
2) Slamet Hambali
Dalam Karyanya Ilmu Falak 1 Penentuan Awal Waktu Sahlat dan Arah Kiblat
Seluruh Dunia mencantumkan beberapa hal yang perlu di persiapkan sebelum
melakukan pengukuran dengan metode Rashdul Kiblat, diantaranya :
Mencocokan alat-alat Pencatat waktu (semisal jam tangan) dengan sumber yang
akurat. Ini dapat dilakukan melalui media, semisal TVRI atau RRI, jam atom
ataupun GPS, atau hubungi no.tlp 103
Cari tempat terkena sinar matahari, kemudian tancapkan tongkat tegak lurus,
dengan cara memakai lot.
Amati bayangan sampai jam yang telah dihitung. Kemudian beri tanda, dan
dihubungkan antara bayangan dan tongkat, maka bayangan tersebut
menunjukan arah kiblat.
Matahari diatas ka’bah itu terjadi pada sore hari.3
Selain pendapat ahli falak ada juga pendapat dari ahli di bidang lain seperti Fisika,
Geodesi, Astronomi yang memiliki keahlian dalam ilmu falak serta melakukan penelitian -
penelitian mengenai ilmu falak . selain itu ada juga yang membuat buku - buku tentang
kajian dalam ilmu falak.
Salah satu ahli tersebut adalah Prof. Dr.Thomas Djamaludin12, beliau menejelaskan
dalam tulisanya Menyempurnakan Arah Kiblat Dari Bayang Matahari bahwa jadwal
pengukuran arah kiblat berdasarkan Rashdul kiblat terbagi menjadi dua bagian yaitu, daerah
yang siangnya bersamaan dengan Mekkah (Indonesia Barat,Asia Tengah,Eropa, Afrika) dan
2
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, Cet. Ke - 2, 2007, hlm. 56
3
Slamet Hambali ,Ilmu Falak 1 Penentuan Awal Waktu Sahlat dan Arah Kiblat Seluruh Dunia,cet 1
Semarang : PROGRAM PASCA SARJANA IAIN WALISONGO SEMARANG 2011, hlm 243
6
daerah yang siangnya berlawanan dengan Mekkah (Indonesia Timur,Pasifik, dan Benua
Amerika).
2. Konsep perhitungan dan pengukuran rashdul kiblat global/tahunan
Rashd al-qiblah global yakni matahari berada di atas kota Mekah. Sehingga bayangan
yang terbentuk pada saat itu mengarah ke kota Mekah; kota di mana tempat berdirinya
Masjidil Haram yang di dalamnya terdapat bangunan Ka’bah. Kondisi ini dimanfaatkan
untuk mengukur atau mengecek arah kiblat masjid bagi daerah-daerah yang sama-sama
mengalami siang hari bersamaan dengan kota Mekah dengan menyesuaikan waktu Mekah
dengan waktu daerah atau kota tersebut. Rashd al-qiblah global itu terjadi dua kali setiap
tahunnya, yakni saat matahari naik ke utara dan pada saat turun menuju selatan. Peristiwa itu
terjadi pada tanggal 28 Mei pada jam 12:18 waktu Mekah (pukul 16: 18) dan tanggal 16 Juli
pada jam 12:27 waktu Mekah (pukul 16: 27 WIB) bagi daerah-daerah di Indonesia bagian
barat. Pelaksanaan Rashd al-Qiblah global pada tahun-tahun Kabisat,172 ditambahkan satu
hari. Sehingga dapat dinyatakan bahwa Rashd al-Qiblah global itu menjadi tanggal 29 Mei
dan 17 Juli.
Peristiwa rashdul kiblat global terjadi karena perjalanan matahari tiap tahunnya yang
berbeda. Posisi matahari yang berubah-ubah terhadap ekuator atau yang disebut juga dengan
deklinasi matahari membuat matahari selama satu tahun, ia akan dua kali berada di zenith
Kabah. Deklinasi adalah ukuran jarak sudut baik dari Utara maupun dari Selatan ekuator
langit, deklinasi merupakan salah satu koordinat dari sistem koordinat equatorial, sedangkan
koordinat yang kedua adalah asensio rekta. Deklinasi diberi lambang dengan huruf Yunani δ,
deklinasi diukur mulai dari 0° sampai +90° antara ekuator langit sampai kutub Utara langit,
dan dari 0° sampai –90° antara ekuator langit sampai kutub Selatan langit. Lingkaran
deklinasi sendiri merupakan lingkaran kecil yang sejajar dengan lingkaran ekuator langit.
Deklinasi matahari berubah sewaktu-waktu selama satu tahun, tetapi pada tanggal-
tanggal yang sama, bilangan deklinasi itu kira-kira sama pula. Dari tanggal 21 Maret sampai
tanggal 23 September deklinasi matahari positif (+), sedang dari tanggal 23 September
sampai 21 Maret negatif (-). Pada tanggal 21 Maret dan tanggal 23 September matahari
berkedudukan di ekuator, deklinasinya berjumlah 0°. Sesudah tanggal 21 Maret matahari
berangsur-angsur bergerak ke Utara menjauhi ekuator, dari hari ke hari makin lama makin
jauh, hingga pada tanggal 21 Juni ia mencapai kedudukannya yang paling jauh dari ekuator,
yaitu 23° 27‟ Utara. Setelah itu ia bergerak kembali ke Selatan, setiap hari makin mendekati
ekuator, hingga pada tanggal 23 September ia berkedudukan di ekuator lagi. Ia lalu
melanjutkan perjalanannya ke Selatan, hingga pada tanggal 22 Desember ia mencapai
tempatnya yang paling jauh pula dari equator, yaitu 23° 26‟ Selatan. Setelah itu ia berbalik
bergerak ke Utara kembali, berangsur-angsur setiap hari lebih mendekati ekuator. Pada
tanggal 21 Maret ia berkedudukan tepat di ekuator lagi.
Perubahan deklinasi dalam satu tahun “secara kasar” dapat dilihat pada daftar sebagai
berikut:
Tanggal Deklinasi Tanggal
1 22 Desember -23° 30´ 22 Desember
2 21 Januari -20° 22
November
3 8 Februari -15° 3 November
4 23 Februari -10° 20 20 Oktobe
5 8 Maret -5° 6 Oktober
7
6 21 Maret 0° 23
September
7 4 April +5° 10
September
8 16 April +10° 28 Agustus
9 1 Mei +15° 12 Agustus
10 23 Mei +20° 24 Juli
11 21 Juni +23°30´ 21 Juni
8
Metode pengukuran arah kiblat dengan memanfaatkan peristiwa rashdul kiblat global
ini merupakan metode yang paling mudah dan dapat dilakukan oleh setiap orang tanpa harus
mengetahui koordinat Kabah dan koordinat tempat yang akan dicari arah kiblatnya. Oleh
karena itu, metode ini tidak memerlukan peralatan seperti kompas, GPS, informasi tempat
atau pengetahuan fungsi trigonometri dan kalkulator .
Peristiwa ini dapat digambarkan seolah-olah di Masjidil Haram terdapat menara yang
sangat tinggi dengan lampu yang sangat terang di puncaknya, sehingga semua orang di
banyak negara bisa melihatnya. Dengan demikian kita dapat menentukan arah kiblat dengan
mudah, cukup dengan melihat lampu di atas Masjidil Haram tersebut. Ahli falak mengetahui
lampu alami yang sangat terang yang pada saat-saat tertentu berada di atas kota Mekah, di
sekitar Masjidil Haram, yaitu matahari. Metode ini memang merupakan metode yang paling
mudah dalam prakteknya.4
9
Rumus yang digunakan :
Cotan P = sin b . tan AQ
Cos ( C – P ) = cotan a . Tan b . cos P
C=(C–P)+P
Bayangan = C : 15 + MP
Keterangan :
P = sudut pembantu
C = Sudut Waktu Matahari (yakni busur pada garis edar harian matahari antara lingkaran
meridian dengan titik pusat matahari yang sedang membuat bayang-bayang menuju arah
Kiblat. Kalau C hasilnya negatif (-) berarti pada waktu itu matahari belum melewati MP
(tengah siang hari). Kalau C hasilnya positif (+) berarti terjadi sesudah melewati MP).
AQ = Arah Kiblat
a = jarak antara kutub utara dengan deklinasi matahari diukur sepanjang deklinasi.
b = yaitu jarak antara Kutub Utara langit Zenit. (besarnya zenith = besarnya ϕ atau lintang
tempat).
MP = Meridian Pass (adalah Meridian Pass yaitu waktu pada saat matahari tepat di titik
kulminasi atas atau tepat di meridian langit.
Harga mutlak C ini tidak boleh lebih besar dari setengah busur siangnya (½ BS), karena
kalau lebih besar maka matahari akan menempati posisi arah kiblat pada malam hari,
sehingga bayangan arah kiblat tidak akan terjadi. Bayangan arah kiblat tidak akan terjadi jika:
Harga mutlak deklinasi matahari lebih besar dari harga mutlak 90 – Az.
Harga deklinasi matahari sama besarnya dengan harga lintang tempat.
Harga mutlak C lebih besar daripada harga setengah busur siangnya.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Rashdul Kiblat dipercaya sebagai metode yang paling akurat dan murah, sehingga
banyak digunakan oleh masyarakat. Hanya saja ada hal yang perlu diperhatikan yaitu
ketika Rashdul Kiblat Global, matahari hampir tidak pernah mer pass 4 tepat di titik
zenith5 Ka‟ bah. Yang terjadi saat Rashdul Kiblat, matahari hanya dekat dengan titik
zenith Ka‟ bah, terkadang lebih ke utara atau ke selatan dari titik zenith Ka‟ bah.
Sehingga melakukkan pengukuran menggunakan metode ini bisa sebelum hari
Rashdul kiblat itu.
2. Rashd al-qiblah global yakni matahari berada di atas kota Mekah. Sehingga bayangan
yang terbentuk pada saat itu mengarah ke kota Mekah; kota di mana tempat
berdirinya Masjidil Haram yang di dalamnya terdapat bangunan Ka’bah. Kondisi ini
dimanfaatkan untuk mengukur atau mengecek arah kiblat masjid bagi daerah-daerah
yang sama-sama mengalami siang hari bersamaan dengan kota Mekah dengan
menyesuaikan waktu Mekah dengan waktu daerah atau kota tersebut. Rashd al-qiblah
global itu terjadi dua kali setiap tahunnya, yakni saat matahari naik ke utara dan pada
saat turun menuju selatan.
3. Rashdul Kiblat Harian/ Lokal terjadi ketika matahari berimpit dengan arah yang
menuju Ka’bah untuk suatu lokasi atau tempat sehingga pada waktu itu setiap benda
berdiri tegak di lokasi yang bersangkutan akan langsung menunjukan arah kiblat.
Posisi matahari seperti itu dapat diperhitungkan kapan akan terjadi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ila Nurmila, Metode Azimuth Kiblat dan Rashd Al-Qiblat dalam Penentuan Arah Kiblat:
ISTINBATH, VOL: 15 No. 02
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah, Cet. Ke - 2, 2007,
Slamet Hambali ,Ilmu Falak 1 Penentuan Awal Waktu Sahlat dan Arah Kiblat Seluruh
Dunia,cet 1 Semarang : PROGRAM PASCA SARJANA IAIN WALISONGO
SEMARANG 2011,
12