Anda di halaman 1dari 12

Bagian- Bagian Ahli Waris Dzawil Furudh Sebelum dan Sesudah Berhijab

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah : Fiqh Mawaris


Dosen Pengampu : Mahfud said,

Disusun oleh Kelompok 7 :

Siti Zuhroh Ashillah (1908101242)


Anamm Khoirul Rozak (1908101245)

Jurusan/Kelas/Semester : PAI/G/5

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat atas limpahan rahmat,
anugerah, hidayah, dan maunahnya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan makalah
tentang “Bagian- Bagian Ahli Waris Dzawil Furudh Sebelum dan Sesudah Berhijab”.
Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada junjungan besar kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan yang lurus kepada kita semua berupa ajaran
agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Bagian- Bagian Ahli Waris Dzawil Furudh Sebelum dan Sesudah Berhijab”
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terselesaikan dengan
cukup baik. Penulis juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
meningkatkan kualitas penulisan makalah ini di masa yang akan datang. Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Cirebon, 09 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................2
A. Pengertian dan Macam-macam Ahli Waris Dzawil Furudh................................................2
B. Ahli Wari Sebelum dan sesudah terhijab..............................................................................4
BAB III PENUTUP......................................................................................................................10
A. Kesimpulan .........................................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam pembagian warisan, banyak permasalahan yang terjadi. Permasalahan itu,
dikarenakan terjadinya perebutan dalam pembagian warisan tersebut.
Sehingga diperlukan adanya penutup atau batasan orang yang berhak menerima wrisan
tersebut. Supaya tidak terjadi keributan atau perebutan hak waris. Dan dalam membagi
warisan juga ada bagian tertentu antara ahli waris. Pembagian itu sudah ada ketentuan
masing-masing.
Pada dasarnya ahli waris adalah orang-orang yang bisa memperoleh warisan dara seseorang
yang meninggal dunia. Dan warisan itu tidak boleh diberikan kepada orang-orang yang
tidak jelas. Artinya orang yang menerima warisan itu adalah orang yang mempunyai
hubungan darah kekerabatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dzawil Furudh ?
2. Siapa Saja Ahli Waris Sebelum dan Setelah Terhijab
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Dzawil Furudh
2. Untuk mengetahui ahli waris sebelum dan susudah terhijab.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dzawil Furudh


Furudl menurut istilah fiqih mawarits, ialah saham yang sudah ditentukan
jumlahnya untuk warits pada harta peninggalan, baik dengan nash maupun dengan ijma’
Secara bebas, arti lugowi zawi al-furud adalah orang-orang yang mempunyai saham
(bagian) pasti. Secara istilahi zawi al-furud adalah ahli waris yang sahamnya telah
ditentukan secara terperinci (1/2,1/3,1/4, 1/6, 2/3 atau 1/8 dari warisan ). Zul furudh atau
dzawil furudh, juga disebut dengan asbabul furudh, artinya ahli waris yang mendapatkan
bagian tertentu sesuai dengan yang ditentukan Al- Quran dan As-sunnah (hadis Nabi
SAW).
Ashabul furud ada dua macam:

1. Ashabul furudh sababiyyah


Yaitu ahli waris yang disebabkan oleh ikatan perkawinan. Yakni: Suami dan Isteri
2. Ashabul furudh nasabiyyah
Yaitu ahli waris yang telah ditetapkan atas dasar nasab. Yakni:
a. Ayah
b. Ibu
c. Anak perempuan
d. Cucu perempuan dari garis laki-laki
e. Saudara perempuan sekandung
f. Saudara perempuan seayah
g. Saudara laki-laki seibu
h. Saudara perempuan seibu
i. Kakek shahih
j. Nenek shahih.

Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:

1. Yang mendapat dua pertiga (2/3)


a. Dua anak perempuan atau lebih, bila tidak ada anak laki-laki.
2
b. Dua anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki, bila anak perempuan tidak
ada.
c. Saudara perempuan sebapak, dua orang atau lebih.
2. Yang mendapat setengah (1/2)
a. Anak perempuan kalau dia sendiri.
b. Anak perempuan dari anak laki-laki atau tidak ada anak perempuan.
c. Saudara perempuan seibu sebapak atau sebapak saja, kalau saudara
perempuansebapak seibu tidak ada, dan dia seorang saja.
d. Suami bila isteri tidak punya anak
3. Yang mendapat sepertiga (1/3)
a. Ibu, bila tidak ada anak atau cucu (anak dari anak laki-laki), dan tidak ada pula
dua orang saudara
b. Dua orang saudara atau lebih dari saudara seibu.
4. Yang mendapat seperempat (1/4)
a. Suami, bila istri ada anak atau cucu
b. Isteri, bila suami tidak ada anak dan tidak ada cucu. Kalau isteri lebih dari satu
makadibagi rata.
5. Yang mendapat seperenam (1/6)
a. Ibu, bila beserta anak dari anak laki-laki atau dua orang saudara atau lebih.
b. Bapak, bila jenazah mempunyai anak atau anak dari laki-laki.
c. Nenek yang shahih atau ibunya ibu/ibunya ayah.
d. Cucu perempuan dari anak laki-laki (seorang atau lebih) bila bersama seorang
anakperempuan. Bila anak perempuan lebih dari satu maka cucu perempuan tidak
mendapatharta warisan.
e. Kakek, bila bersama anak atau cucu dari anak laki-laki, dan bapak tidak ada.
f. Saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih), bila beserta saudara
perempuanseibu sebapak. Bila saudara seibu sebapak lebih dari satu, maka
saudara perempuansebapak tidak mendapat warisan.
6. Yang mendapat seperdelapan (1/8)
a. Isteri (satu atau lebih), bila ada anak atau lebih.1
1
Drs.H.Suparman Usman,S.H & Drs.Yusuf Somawinata.Fiqh Mawaris;Sebtamber 1997:Gaya Media Pratama Jakarta

3
B. Ahli Waris Sebelum Hijab dan Setelah Hijab
Hijab secara bahasa (etimologi) berarti al-man’u (menghalangi, mencegah). Adapun
secara istilah (terminologi) adalah terhalangnya seseorang dari sebagian atau semua harta
warisannya karena adanya ahli waris lain. Dengan kata lain, hilangnya hak mewarisi
seseorang, karena adanya ahli waris yang lebih utama dari padanya, akrena itu haknya
tertutup.2
Adapun ahli waris yang ditutup hak pusakanya akrena adanya ahli waris yang lebih
utama disebut dengan mahjub.3 Orang yang terhijab tidak berhak menerima harta
warisan, sama halnya dengan orang yang terhalang. Bedanya, orang yang terhalang tidak
berhak mendapat warisan disebabkan adanya aturan yang menentukan. Orang yang
terhijab disebabkan karena adanya kerabat lain yang lebih utama. Seseorang yang terhijab
ditanggap tidak ada, sehingga tidak berpengaruh kepada ahli waris lain. Sedangkan ahli
waris yang terhijab tetap berstatus sebagai ahali waris. Sedangkan ahli waris yang
terhalang tidak dapat di sebut ahli waris.4
Hijab terdiri dari dua macam, yaitu hijab hirman dan hijab nuqsan:
a) Hijab Hirman
yaitu tertutupnya (hilangnya) hak seseorang ahli waris untuk seluruhnya, karena adanya
ahli waris yang lebih utama dari padanya, seperti saudara dari orang yang meninggal
dunia tertutup (hilang) haknya jika yang meninggal dunia itu meninggal anak atau cucu.
Demikian pula cucu jika ada anak laki-laki yang meninggal dunia. Dari seluruh kerabat
yang tidak dapat tertutup (hijab) haknya (kecuali jika ada penghalang) yaitu:
1. Suami atau istri
2. Anak-anak baik laki-laki maupun perempuan
3. Ayah
4. Ibu
Agar lebih jelas, ahli waris yang menjadi mahjub akrena adanya
hijab hirman, yaitu sebagai berikut:

2
Moh. Muhibin Abdul Wahid, Hukum kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan Hukum Positif di Indonesia, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2009), h., 80
3
Ibid
4
Hajar M, Lo.Cit.,
4
1. Kakek mahjub oleh bapak
2. Nenek garis ibu mahjub oleh Ibu
3. Nenek garis bapak mahjub oleh bapak
4. Cucu laki-laki mahjub oleh anak laki-laki
5. Cucu perempuan mahjub oleh anak laki-laki dan oleh anak perempuan lebih dari
seorang (jika tidak bersama cucu laki-laki)
6. Saudara kandung (laki-laki atau perempuan) mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
7. Saudara sebapak laki-laki atau perempuan mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Saudara kandung
e. Saudara kandung perempuan beserta anak atau cucu perempuan
8. Saudara seibu laki-laki atau perempuan mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Kakek
9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Datuk
e. Saudara laki-laki sekandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi
asabah ma’al ghair
10. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
5
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Datuk
e. Saudara laki-laki sekandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
h. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi asabah ma’al ghair
11. Paman sekandung mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Kakek
e. Saudara laki-laki sekandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Anak laki-laki saudara kandung
h. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
i. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi
asbah ma’al ghair
12. Paman sebapak mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Kakek
e. Saudara laki-laki sekandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
h. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
i. Paman sekandung (dengan bapak)
j. Paman bapak
k. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi asbah
ma’al ghair

6
13. Anak laki-laki dari paman sekandung mahjub oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki
c. Bapak
d. Kakek
e. Saudara laki-laki sekandung
f. Saudar laki-laki sebapak
g. Saudara laki-laki dari saudara sekandung
h. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
i. Paman sekandung
j. Paman sebapak
k. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi asbah
ma’al ghair.

Anak laki-laki dari paman sebapak mahjub oleh sebelas orang tersebut diatas ditambah
dengan anak laki-laki dari paman sekandung.5

b) Hijab Nuqsan
yaitu bergesernya hak seseorang ahli waris dari bagian yang besar menjadi bagian yang
kecil, karena adanya ahli waris lain yang mempengaruhinya, yakin sebagai berikut:
1. Suami, jika istri meninggal dunia dengan meninggalkan anak, baik anak itu dari
perkawinan dengan suami sekarang maupun dengan suami sebelumnya. Dalam hal ini
hak suami bergeser dari ½ menjadi ¼ warisan.
2. Istri, jika suami meninggal dunia dengan ,meninggalkan anak, baik anak itu dari
perkawinan dengan istri sekarang maupun dengan istri yang lain. Dalam hal ini
bergeser ¼ menjadi 1/8 bagian harta warisan.
3. Ibu, jika suami meninggal seorang anak atau dua orang saudara, atau lebih, haknya
bergeser dari 1/3 menjadi 1/6 harta warisan.

5
Moh. Muhibuddin Abdul Wahid, Op.Cit., h., 81-84
7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dzawil furudh, juga disebut dengan asbabul furudh, artinya ahli waris yang
mendapatkan bagian tertentu sesuai dengan yang ditentukan Al- Quran dan As-sunnah
(hadis Nabi SAW). Adapun ahli waris yang ditutup hak pusakanya akrena adanya ahli
waris yang lebih utama disebut dengan mahjub. Orang yang terhijab tidak berhak
menerima harta warisan, sama halnya dengan orang yang terhalang. Bedanya, orang
yang terhalang tidak berhak mendapat warisan disebabkan adanya aturan yang
menentukan. Orang yang terhijab disebabkan karena adanya kerabat lain yang lebih
utama. Seseorang yang terhijab ditanggap tidak ada, sehingga tidak berpengaruh kepada
ahli waris lain. Sedangkan ahli waris yang terhijab tetap berstatus sebagai ahali waris.
Sedangkan ahli waris yang terhalang tidak dapat
di sebut ahli waris.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah yang sangat sederhana ini tentunya banyak kekurangan
dan kekeliruan, yang menjadi sorotan adalah bagaimana makalah ini dapat disusun
setidaknya mendekati kata sempurna dan dapat mencakup substansi materi yang ingin
disampaikan sehingga tujuan pembelajaranpun dapat terpenuhi. Semoga apa yang telah
kami sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam berbagai hal-hal kebaikan.

8
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun tentunya sangat mengharapkan segala
saran, kritik dan pengayaan yang bersifat membangun dan dapat diberikan landasan

DAFTAR PUSTAKA

Drs.H.Suparman Usman,S.H & Drs.Yusuf Somawinata.Fiqh Mawaris;Sebtamber 1997:Gaya Media


Pratama Jakarta

Moh. Muhibin Abdul Wahid, Hukum kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan Hukum Positif di Indonesia,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2009)

Hajar M, Lo.Cit.,

Moh. Muhibuddin Abdul Wahid, Op.Cit

Anda mungkin juga menyukai