Anda di halaman 1dari 39

TEORI DAN METODE PENENTUAN

ARAH KIBLAT DALAM PERSPEKTIF


FIQH DAN SAINS
Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Fiqh Arah Kiblat dan
Melengkapi Syarat Ujian Akhir Semster
Dosen Pengampu : Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag

Nama: Naufal Fazal Muttaqin


Kelas : IFC 3
NIM: 1502046052

PRODI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016/2017

TEORI DAN METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM


PERSPEKTIF FIQH DAN SAINS
I.

PENDAHULUAN
Persoalan tentang arah kiblat tidak lain adalah persoalan
azimuth, yaitu jarak dari titik utara ke lingkaran vertikal
melalui benda langit atau melalui suatu tempat diukur
sepanjang lingkaran horizon menurut arah perputaran jam.
Menghadap kiblat adalah syarat sahnya shalat, sehingga tidak
sah apabila shalat tanpa menghadap kiblat, kecuali bagi orang
sakit, orang dalam tawanan, shalat khauf, dan shalat sunnah
di

atas

kendaraan

atau

perahu,

yang

diperkenankan

menghadap kearah mana saja kendaraan itu menghadap.


Dengan semakin berkembangnya Islam, maka semakin
kompleks pula permasalahan mengenai arah kiblat ini. Hal ini
dapat kita jumpai dalam banyaknya perdebatan mengenai
apakah arti dari arah yang sebenarnya, teori apa yang paling
benar dalam penentuan kiblat menurut fiqh, apa bukti sains
mengenai persoalan arah kiblat ini, metode apa yang dapat
digunakan untuk menentukan kiblat, dan lain sebagainya.
Untuk itu, maka dalam makalah ini penulis akan
menerangkan

beberapa

hal

yang

berhubungan

dengan

definisi arah kiblat, penjelasan arah kiblat menurut Al-Quran,


Al-Hadist, dan pendapat Ulama, teori-teori dalam penentuan
arah kiblat, dan juga metode-metode yang digunakan untuk
menentukan kiblat.

II.

PEMBAHASAN
A. Definisi Arah Kiblat

Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif


Fiqh dan Sains

Mengetahui arah kiblat merupakan hal yang wajib


diketahui oleh setiap umat Islam di seluruh penjuru dunia,
sebab dengan mengetahui arah kiblat seorang muslim bisa
menjalankan kewajiban yang ada dalam ibadah shalat.
Kiblat adalah arah menuju Kabah (Baitullah) melalui jalur
yang paling dekat, dan menjadi keharusan bagi setiap
orang muslim untuk menghadap kearah tersebut pada saat
melaksanakan ibadah shalat, dimanapun ia berada di
belahan dunia ini.1
Arah kiblat berasal dari dua kata, yaitu arah dan
kiblat. Arah
syathrah

dalam Bahasa Arab disebut jihah, atau

dan kadang-kadang disebut juga qiblah()

yang berasal dari kata qabala-yakbulu-qiblah


) (

yang artinya menghadap.2Kemudian, kata kiblat

dalam Al-Quran memiliki 2 pemaknaan yaitu arah dan


tempat. Kata kiblat yang maknanya arah diartikan sebagai
jurusan, tujuan dan maksud. Pemaknaan kiblat sebagai
arah ini dapat kita jumpai dalam surat Al-Baqarah ayat 144
yang berbunyi:





Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah
ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu
ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke
1 Slamet Hambali, Ilmu Falak 1(Penentuan Awal Waktu Shalat & Arah
Kiblat Seluruh Dunia), Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo
Semarang, 2011, hlm. 167.
2 Ahmad Wahidi dan Evi Dahliyatin Nuroini, Arah Kiblat & Pergeseran
Lempeng Bumi: Perspektif Syariyah dan Ilmiah, Malang: UIN-Maliki
Press, 2012, hlm. 12.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada,


palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling
ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan
Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan. (Q.S Al-Baqarah[2]: 144).
Kata kiblat di dalam ayat ini diartikan sebagai arah,
yaitu arah menghadap ke arah Masjidil Haram pada saat
melaksanakan

shalat.

Kemudian,

ditinjau

dari

segi

bahasanya kiblat bermakna hadapan, dan juga dapat


berarti pusat pandangan. Menurut Duffett-Smith, Peter
(1981: 28-29) dan A. E. Roy and D. Clarke, (1988: 46-47),
arah menghadap kiblat3 disebut dengan azimuth (arah
relatif terhadap titik utara). Dalam Clive Ruggles (2005:33),
lebih lengkap dijelaskan bahwa arah berkaitan dengan
azimuth, yakni arah menghadap satu titik pada bidang
horizon yang dihitung dari titik utara pengamat (observer).
Azimuth di titik utara bernilai 0o, di titik timur bernilai 90o,
di titik selatan bernilai 180o, di titik barat bernilai 270o dan
satu derajat ke arah barat bernilai 359 o. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa masalah kiblat merupakan masalah
arah atau azimuth, yaitu arah menghadap ke Kabah4 di
Mekah.5

3 Pada dasarnya yang dimaksud dengan kiblat adalah Kabah di Mekah


yang berada pada titik koordinat 21o 25 21.17 LU dan 39o 49 34.56
BT.
4Keterangan Abdullah bin Zubair sebagaimana dinukil Muhammad
Ilyas Abdul Ghani (1423 H: 68) Kabah artinya (kubus, dadu) juga
disebut dengan nama Baitullah, Baitul Atiq atau rumah tua yaitu
bangunan berukuran 11.53 x 14 x 15 meter (lihat juga gambar ukuran
Kabah). Di atasnya ditutup oleh kain hitam yang disebut kiswah. Di
bagian pojoknya terdapat hajar aswad (artinya batu hitam) terletak di
bagian luar pojok selatan Kabah.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

Kemudian, pemaknaan kiblat sebagai tempat dapat


kita jumpai dalam surat Yunus ayat 87 yang berbunyi:




(


Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya:
"Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di
Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah
olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan
dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah
orang-orang yang beriman. (Q.S Yunus [10]: 87).
Sependapat dengan Quraish Shihab,6 kata kiblat di
dalam ayat ini tidak diartikan dengan rumah yang berarti
tempat

tinggal,

melakukan

melainkan

ibadah

kepada

kiblat
Allah

sebagai

SWT.

tempat

Kiblat

yang

dimaksud dalam ayat ini adalah tempat ibadah bagi umat


Islam yaitu Kabah di Mekah, Arab Saudi.
Adapun kata kiblat menurut terminologis, para Ulama
bervariasi memberikan definisi tentang kiblat, antara lain:7
1. Abdul Aziz Dahlan, mendefinisikan kiblat sebagai
bangunan Kabah atau arah yang dituju kaum Muslimin
dalam melaksanakan ibadah.
2. Harun Nasution, mengartikan kiblat sebagai arah untuk
menghadap pada waktu shalat.
3. Mochtar Effendi, mengartikan kiblat sebagai arah shalat,
arah Kabah di kota Mekah.
4. Enskilopedia Indonesia mengartikan

kiblat,

(Arah

Kabah). Islam mengartikan kiblat yaitu jurusan ke arah


5 Ahmad Izzudin, Ringkasan Desertasi (Kajian Terhadap MetodeMetode Penetuan Arab Kiblat dan Akurasinya), Semarang: Program
Pascasarjana IAIN Walisongo, 2011, hlm. 2.
6 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet. I,
vol. VI, hlm.142.
7Ahmad Wahidi dan Evi Dahliyatin Nuroini, Arah Kiblat ., hlm. 13.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

Mekah, khususnya ke Kabah, yang diambil kaum


Muslimin

dalam

melakukan

Ibadah

Shalat.

Selain

Kabah, juga masjid Aqsha pernah menjadi kiblat selama


16

bulan

dipalingkan

sesudah

hijrah

kembali

ke

ke

Madinah,

Kabah

kemudian

sesuai

dengan

permohonan Nabi Muhammad SAW.8


5. Slamet Hambali, arah kiblat adalah arah menuju Kabah
(Mekah) lewat jalur terdekat yang mana setiap muslim
dalam melaksanakan shalat harus menghadap ke arah
tersebut.
6. Arah kiblat dilihat dari jarak yang ditempuh, menurut
Muhyiddin Khazin

adalah arah terdekat sepanjang

lingkaran besar yang melewati Kabah (Mekah) dengan


tempat kota yang bersangkutan.9
7. Ahmad Izzudin, kiblat adalah

arah

terdekat

dari

seseorang menuju Kabah dan setiap muslim wajib


menghadap kearahnya saat mengerjakan shalat.10
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
arah kiblat adalah arah terdekat11 menuju Kabah melalui
8 Enskilopedi Indoneisa 3, Jakarta: IChtiar Baru Van Hoeve, 1982, hlm.
1775.
9 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Buana Pustaka, 2004, hlm. 50.
10 Ahmad Izzudin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab-Rukyat Praktis dan
Solusi Permasalahannya), Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012, hlm.
20.
11 Maksud jarak yang terdekat ini adalah dalam konteks bumi
berbentuk bulat seperti bola, sehingga arah kiblat suatu tempat itu
sebenarnya lebih dari satu. Misalnya, arah kiblat Kabupaten
Banjarnegara ada dua, yaitu menghadap ke barat laut dan timur
tenggara. Tetapi yang digunakan adalah arah barat laut karena arah itu
yang paling dekat dibandingkan dengan arah ke timur tenggara.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

lingkaran besar (great circle) bola bumi (Hambali, 2010:8)


yang dituju umat Muslim dalam mengerjakan shalat dan
melaksanakan ibadah lainnya yang letaknya berada di
tengah-tengah Masjidil Haram. Bagi mereka yang berada di
dekat

Kabah,

maka

tidak

sah

shalatnya

jika

tidak

menghadap ke wujud Kabah, sedangkan bagi mereka yang


jauh dari Kabah, maka mereka wajib berijtihad untuk
menghadap ke arah atau jurusan kiblat yakni kota Mekah.12
B. Penjelasan Arah Kiblat Menurut Al-Quran, Al-Hadist,
dan Ulama13
Menghadap kiblat adalah salah satu syarat sahnya
shalat, sehingga tidak sah shalat tanpa menghadap ke
kiblat, kecuali shalat khauf, shalat sunat di atas kendaraan
atau perahu.14 Para fuqaha dan semua Mujtahid sepakat
bahwa menghadap Kabah atau mengarah ke Kabah ketika
melaksanakan shalat adalah wajib dan merupakan syarat
sah shalat. Hal ini didasarkan pada firman Allah dan hadis
Nabi SAW.
Ayat-ayat

Al-Quran

dan

hadis-hadis

Nabi

banyak

menyebut tentang kewajiban menghadap kiblat ini. Firman


Allah dan sabda Nabi ini selanjutnya dijadikan dalil untuk
menunjukan pentingnya menghadap kiblat yang tepat.
Firman Allah dan sabda Nabi tersebut diantaranya adalah
sbeagai berikut:

1. Ayat Al-Quran tentang Kiblat dan Asbabun Nuzulnya

12 Ahmad Wahidi dan Evi Dahliyatin Nuroini, Arah Kiblat & Pergeseran
Lempeng Bumi: Perspektif Syariyah dan Ilmiah, hlm. 14.
13 Ahmad Izzudin, Hisab Rukyat Menghadap Kiblat (Fiqh, Aplikasi,
Praktis, Fatwa, dan Software), Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012,
hlm 3-16.
14 Ahmad Wahidi dan Evi Dahliyatin Nuroini, Arah Kiblat ., hlm. 15.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

Ayat-ayat yang menjelaskan tentang arah kiblat pada


dasarnya berkaitan satu sama lain. Ayat-ayat termasuk
dalam satu rumpun kelompok ayat. Dalam ilmu AlQuran, ini disebut dengan munasabatul ayat. Baik dari
sisi pembahasan maupun asbabun nuzulnya saling
melengkapi sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu
ayat dengan ayat yang lain. 15
Ayat tentang kiblat ini

menceritakan

tentang

perpindahan kiblat dari Masjidil Aqsa di Palestina ke


Masjidil Haram di Mekah. Ayat yang pertama turun
adalah surat Al-Baqarah ayat 144, sebagai berikut:





Sungguh
Kami
(sering)
melihat
mukamu
menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan
dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke
arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi
dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil
Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan.16
15 Ahmad Izzudin, Hisab Rukyat ., hlm. 4.
16 Departemen Agam Republik Indonesia, Al-Quran dan
Terjemahannya, (Semarang: Toha Putera, t.th.) hlm. 22. Dalam Tafsir
Ibnu Abbas dikatakan bahwa Allah sering melihat wajah Nabio SAW
menengadah ke langit berharap agar Jibril turun membawa berita
pemindahan kiblat ke Kabah, maka kemudian Allah mengizinkan Nabi
SAW untuk memalingkan mukanya ke arah Masjidil Haram pada saat
shalat (sejajar/mengarah baik di darat maupun di laut). Dan
sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui kemudian mengingkarinya maka
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa kiblat telah berubah


dari Masjidil Aqsa (Baitul Maqdis) di Palestina ke Masjidil
Haram

di

Mekah.

Dahulu

Rasulullah

mendapatkan

perintah melaksanakan shalat lima waktu dimana pada


saat itu kiblat pertamanya adalah Masjidil Aqsa (Bait alMaqdis) di Palestina. Rasulullah menghadap ke Masjid
Al-Aqsha selama delapan belas bulan, enam belas bulan
pada saat di Mekah dan dua bulan setelah hijrah ke
Madinah.17
Setelah Rasulullah hijrah ke Kota Madinah selama
dua bulan dan pada saat beliau sedang berada dalam
Masjid Bani Salamah, turunlah Surat Al-Baqarah ayat
144 yang menasakh kiblat dari Masjidil Aqsa (Bait alMaqdis) di Palestina ke Masjidil Haram di Mekah.
Kemudian mereka menanyakan tentang orang-orang
yang telah meninggal yang dulu shalat menghadap
kiblat sebelum dirubah ke Baitullah, mereka (para
sahabat) tidak tahu harus mengatakan apa tentang
orang-orang tersebut. Kemudian turunlah surat AlBawarah ayat 143:

Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.


17 Disebutkan dalam kitab tafsir seperti Al-Qurthuby, trerdapat riwayat
dari Ikrimah, Abi Aliyah, dan Hasan Basri yang menjelaskan bahwa
Rasulullah SAW pada saat yang bersamaan juga menghadap ke
Baitulllah. Hal itu adalah atas ijtihad Rasulullah SAW sendiri, karena
beliau lebih senang menghadap ke kiblat Nabi Ibrahim AS. Dalam
tafsirnya, Al-Qurthuby menjelaskan bahwa Rasulullah rindu
menghadap ke tempat kelahirannya (Kabah). Karena itulah Rasulullah
SAW, sering menegadah ke langit, berdoa agar kiblat dirubah ke
Masjidil Haram. Lihat Maktabah Syamilah, Al-Qurthuby, Tafsir alQurthuby, juz 2 hlm. 144.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains





(











(




Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu
(umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang
menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali
bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kepada manusia.18
Dari ayat ini dapat kita ketahui bahwa Allah tidak
akan menyia-nyiakan iman mereka (orang terdahulu
yang shalat menghadap Masjidil Aqsa) dan shalat yang
mereka lakukan hukumnya tetap sah. Dalam ayat ini,
perpindahan arah kiblat dianggap sebagai ujian bagi
siapa saja yang benar-benar mengikuti Rasulullah dan
siapa yang mengingkarinya.
Kemudian turun surat Al-Baqarah ayat 142 yang
menceritakan

tentang

orang-orang

Yahudi

Madinah

yang mengejek umat Islam dengan perpindahan kiblat


tersebut. Mereka mempertanyakan penyebab umat
Islam berpindah kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil
Haram.






















18 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan ...., hlm. 22.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

10

Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia


akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka
(umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang
dahulu
mereka
telah
berkiblat
kepadanya?"
Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat;
Dia
memberi
petunjuk
kepada
siapa
yang
dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. (Q.S AlBaqarah ayat 142).
Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dai jalur Sadiy dengan
sanad-sanadnya, ia berkata bahwa, Ketika kiblat Nabi
SAW

dipalingkan

ke

Kabah

setelah

sebelumnya

menghadap ke Baitul Maqdis, orang-orang musyrik


warga

Mekah

berkata,agamanya

telah

membingungkan Muhammad, sehingga sekarang ia


berkiblat

ke

arahmu

(orang-orang

Yahudi)

dan

menyadari bahwa langkahmu lebih beroleh petunjuk


daripada langkahnya, bahkan ia telah hampir masuk ke
dalam agamamu. Untuk menanggapi itu, maka Allah
menurunkan ayat berikutnya, yaitu Surat Al-Baqarah
ayat 150, yang berbunyi:




Dan dari mana saja kamu (keluar), maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan
dimana saja kamu (sekalian) berada, maka
palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada
hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang
yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu
takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja).
Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan
supaya kamu mendapat petunjuk.19
Sedangkan surat Al-Baqarah ayat 149 menekankan
bahwa perubahan arah Kiblat tersebut benar-benar
19 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan ...., hlm. 23.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

11

perintah dari Allah SWT. Ini karena ada sebagian umat


Islam

yang

belum

mempercayai

benar

bahwa

perubahan arah kiblat tersebut adalah perintah Allah


SWT.


















Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram,
sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu
yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang kamu kerjakan.20
2.Hadis tentang Kiblat dan Asbabul Wurudnya
a) Hadis riwayat Muslim dari Anas bin Malik RA.
(








(









( (
( ( )
(21
Menceritakan kepada kami Abu Bakar bin
Syaibah, menceritakan kepada kami Hammad bin
Salamah dari Tsabit dari Anas bin Malik RA
bahwasanya Rasulullah SAW (pada suatu hari)
sedang mendirikan shalat dengan menghadap ke
Baitul Maqdis. Kemudian turunlah ayat Al-Quran:
Sesungguhnya Kami (sering) melihat mukamu
menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke Kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Hara7m.
Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah
20 Ibid.
21 Maktbah Syamilah, Imam Muslim, Shahih Bukhari, Hadis no. 1208,
juz 2, hlm. 66.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

12

mukamu ke arahnya. Kemudian seorang lelaki


Bani Salamah lewat (dihadapan sekumpulan
orang yang sedang shalat Shubuh) dalam posisi
ruku dan sudah mendapat satu rakaat. Lalu ia
menyeru, sesungguhnya Kiblat telah berubah.
Lalu mereka berpaling ke arah Kiblat. (HR.
Muslim).
Hadis ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA
dengan isi matan hampir sama dengan riwayat alBara bin Azib. Akan tetapi, dalam riwayat ini
disebutkan bahwa shalat pertama yang dilakukan
Nabi

dengan

menghadap

Kabah

adalah

shalat

shubuh. Asbabul wurud dari hadis ini senada dengan


asababun

nuzul

ayat-ayat

tentang

arah

kiblat

sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.22


b) Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah RA.


(











Jika kamu hendak shalat maka sempurnakanlah
wudhu,

kemudian

menghadaplah

ke

kiblat

kemudian takbirlah. (HR. Bukhari Muslim)23


Hadis ini menjelaskan pentingnya menghadap
kiblat, bahwa menghadap kiblat merupakan salah
satu syarat sahnya shalat, artinya suatu kewajiban
yang wajib dilaksanakan bukan hanya kesunahan
yang

bisa

dipilih

antara

dilaksanakan

atau

ditinggalkan. Dengan demikian, apabila seseorang


tidak tepat menghadap kiblat yang tepat, maka ia
tidak

dikatakan

telah

melakasanakan

shalat

(shalatnya tidak sah), sehingga ia harus Iaddah

22 Ahmad Izzudin, Hisab Rukyat ., hlm. 9


23 Maktabah Syamilah, Imam Muslim, Shahih Bukhari, Hadis no. 912,
juz 2, hlm. 11.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

13

(mengulang) shalat sampai shalatnya benar-benar


telah memenuhi syarat sah dan rukun shalat.
c) Hadis riwayat Imam Bukhari
:





.


Dalam hadis Abu Dawud dari Anas disebutkan,
Bahwasanya jika Rasulullah SAW berada dalam
satu perjalanan lalu hendak mengerjakan shalat
sunnah beliau menghadap kea rah kiblat bersama
untanya,
lalu
beliau
mengucapkan
takbir
kemudian mengerjakan shalatnya kemanapun
hewan kendaraanya menghadap. (Sanad hadis
ini hasan)24
24 Maktabah Syamilah, Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Muri anNawawi, al-Minhaj Syarah Muslim bin al-Hajjaj, Beirut: Daar Ihya at-Turats alAraby, 1392, Cet. 2, juz 4, hlm. 106-107.. ; Muhammad bin Ismail Al-Amir AshShanani, Subulus Salam-Syarah Bulughul Maram, (Jakarta: Darus Sunah Press,
2012,t.th., hlm. 356-357. Menurut tafsir, hadis ini menunjukan bahwa saat
beliau ingin mengucapkan takbiratul ihram beliau menghadap ke arah kiblat.
Ini adalah tambahan yang seyogyanya diterima dan diamalkan karena
hadisnya hasan. Dari ungkapan dalam satu perjalanan, disimpulkan oleh
sebagian ulama bahwa safar atau perjalanan merupakan syarat
dibolehkannya mengerjakan shalat di atas kendaraan, namun ungkapan
tersebut tidak diungkapakan secara tegas. Dalam hadis ini maupun hadis
sebelumnya dijelaskan bahwa hal ini hanya boleh dilakukan pada saat shalat
Sunnah saja dan bukan untuk shalat wajib. Hanya saja at-Tirmidzi dan Annasai meriwayatkan, Bahwasanya Rasulullah SAW tiba pada sebuat selat
bersama sahabat-sahabatny, saat itu matahari berada di atas mereka dan
daerah basah dibawah mereka, lalu tibalah saat untuk menunaikan shalat.
Maka beliau memerintahkan seorang muadzin untuk mengumandangkan
adzan lalu iqamah, kemudian Rasulullah SAW maju bersama hewan
kendaraanya dan mengerjakan shalat bersama mereka, beliau membuat
isyarat, isyarat sujud lebiih rendah dari isyarat ruku;. At tirmidzi berkata,
hadis ini gharib.
Cara tersebut telah ditemui dalam ucapaan maupun perbuatan Anas
yang kemudian dishahihkan oleh Abdul Haqq. An nawawi menhasankannya,
dan Al-Baihaqi mendhaifkannya. Sebagian ulama berpendapat bahwa shalat
wajib boleh dikerjakan di atas hewan kendaraan apabila selalu menghadap
kiblat dan ia berada di atas sekedup, walaupun ia berjalan. Hal ini seperti
kapal, maka sesungguhnya ijma boleh menunaikan shalat wajib padanya.
Sedangkan apabila hewan itu berhenti, maka menurut AS-Syafiiyah
diperbolehkan
shalat
wajib
apadanya,
sebagaimana
diperbolehkan
menunaikan shalat wajib di atas ayunan yang diikat dengan tali atau di atas
tandu yang dipanggul oleh orang yang jika mereka berhenti.

Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif


Fiqh dan Sains

14

Berdasarkan ayat Al-Quran dan Hadis di atas


dapat diketahui bahwa menghadap arah kiblat itu
merupakan suatu kewajiban yang telah ditetapkan
dalam hukum atau syariat. Sehingga para ahli fiqh
bersepakat bahwa menghadap kiblat merupakan
syarat sah shalat. Maka tiadalah kiblat yang lain bagi
umat Islam melainkan Kabah di Baitullah di Masjidil
Haram.
3. Pendapat Para Ulama mengenai Arah Kiblat
Dalam
kitab
Fathul
Muin,
Imam
SyafiI
menerangkan

bahwa

menghadap

kiblat

adalah

syarat shalat yang ke-5 (lima), yang mana syaratsyarat shalat sebelumnya adalah

suci dari

hadas

besar dan hadas kecil, suci badan, menutup aurat,


dan mengetahui waktu shalat. Menghadap kiblat
disini diartikan dengan cara menghadapkan dada ke
Kabah, (bagi yang dekat ke Kabah, maka harus
dengan keyakinan penuh; sedangkan bagi yang jauh
dari Kabah, cukup dengan perkiraan saja dan lebih
baiknya mengusahakan untuk menghadap kiblat
dengan benar meskipun sejatinya hanya mengarah
ke arahnya saja ).25
Dalam persoalan menghadap ke Kabah semua
empat madzhab yaitu Hanafi, Maliki, SyafiI dan
Hambali telah bersepakat bahwa menghadap kiblat
merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Akan

25 Dalam kitab Fathul Muin, kewajiban menghadap kiblat ini


dikecualikan kepada orang-orang yang sulit menghadap kiblat, orang-orang
itu adalah: Orang sakit, orang yang sedang dalam tawanan, orang yang
shalat Syiddatul Khauf, dan orang yang melaksanakan Shalat Sunnah dalam
perjalanan yang mubah bagi orang yang menuju tempat-tempat tertentu
(Bukan perjalanan maksiat).

Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif


Fiqh dan Sains

15

tetapi

ada

beberapa

pendapat

diantaranya

dikemukakan oleh Ali as-Sayis dalam Kitab Tafsir


Ayatul Ahkam yang menyebutkan bahwa golongan
Syafiiyah

dan

Hanabilah

kewajiban

menghadap

menyatakan

kiblat

tidaklah

bahwa
berhasil

terkecuali bila menghadap ain(bangunan) Kabah,


hal itu berarti bahwa kewajiban ini harus dilakukan
dengan tepat menghadap ke Kabah. Syafiiyah
menambahkan dan menetapkan dua kaidah yang
bisa digunakan untuk memenuhi syarat menghadap
kiblat, yaitu :
a) Ainul Kabah (Orang yang melihat langsung
Kabah maka wajib menghadap Kiblat penuh
keyakinan).
b) Jihatul Kabah (Bagi orang yang di luar masjidil
Haram atau disekitar tanah suci Mekah yang
tidak dapat melihat bangunan Kabah, maka
mereka wajib menghadap ke arah Masjidil
Haram sebagai maksud menghadap ke arah
Kiblat secara dzan. Bagi orang yang berada di
luar tanah suci Mekah atau di luar negara Arab
Saudi, bagi yang tidak tahu arah dan ia tidak
dapat mengira Kiblat Dzannya maka ia boleh
menghadap

kemanapun

yang

iya

yakini

sebagai arah kiblat, namun bagi yang dapat


mengira maka ia wajib ijtihad terhadap arah
kiblat).
Sementara golongan Hanafiyah dan Malikiyah
berpandangan bahwa bagi penduduk Mekah yang
dapat menyaksikan Kabah, maka wajib menghadap
kepada ain-nya Kabah, tetapi bagi yang tidak dapat
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

16

menyaksikan Kabah cukup menghadap ke arahnya


saja.26Pendapat golongan Hanafiyah dan Malikiyah ini
diperkuat

dengan

hadits

Rasulullah

SAW

yang

menyatakan bahwa Bercerita Hasan bin Bakar AlMaruzy

bercerita

bercerita

al-Maally

bin

Manshurbercerita Abdullah bin Jafar al-Mahzumy


dari Utsman bin Muhammad al-AKhnas dari Said alMaqbury dari Abi Hurairah RA berkata :

(
Rasulullah

SAW

bersabda:

Arah


yang ada

diantara Timur dan Barat adalah Kiblat.. (HR.


Tirmidzi dan dikuatkan oleh Bukhari)27 tidak dapat
menyaksikan Kabah adalah cukup arajnya saja,
karena pada dasarnya seluruh adalah milik Allah
SWT.
Berdasarkan dalil-dalil di atas dapat diketahui bahwa:
Pertama,

menghadap

kiblat

merupakan

suatu

keharusan bagi seseorang yang melaksanakan shalat,


sehingga para ahli fiqh bersepakat mengatakan bahwa
menghadap kiblat merupakan syarat sah shalat. Kedua,
apabila seseorang hendak melakukan shalat ketika di
atas

kendaraan,

maka

diwajibkan

baginya

untuk

menghadap kiblat sepenuhnya (mulai takbiratul ihram


sampai dengan salam) ketika melaksanakan shalat
26 Sebagaimana dinukil oleh Abdurrachim dari Ali as-Sayis dalam
Tafsir Ayatul Ahkam, juz I, hlm. 35.
27 Lihat Sunanut Tirmidzi dalam Kubtubut Tisah. Lihat juga dalam
Muhammad Ibnu Ismail ash-Shanani, Subulus Salam, Juz. I, Beirut:
Darul Kutubil Ilmiyyah, t.t, hlm. 250.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

17

fardlu, akan tetapi ketika dalam melaksanakan shalat


Sunnah hanya diwajibkan ketika melakukan takbiratul
ihram saja.
C. Teori-Teori dalam Penentuan Arah Kiblat28
Penentuan arah kiblat tidak hanya dapat diperhitungkan
dengan

menggunakan

teori

trigonometri

bola

saja,

kerangka teori keilmuan yang lain seperti geodesi dapat


digunakan pula untuk menghitung azimuth kiblat dengan
pendekatan bentuk Bumi sebagai ellipsoid, dan juga teori
navigasi. Hal ini menunjukkan bahwa metode penentuan
arah kiblat dapat diperhitungkan dengan banyak teori
dalam aplikasinya.
Dalam Glossary of the Mapping Sciences, (t.th.: 153),
kata arah didefinisikan: direction is a line leading to a
place or point without the distance information, yakni
sebuah garis yang menunjukkan atau mengantarkan ke
suatu tempat atau titik tanpa informasi jarak. Kriteria
tersebut dapat dipenuhi dengan mudah dalam kasus
bidang datar, namun pada permukaan bola seperti bumi
kriteria ini sulit diterapkan. Untuk keperluan navigasi, arah
yang dipakai adalah arah dengan sudut konstan, akan
tetapi dalam penentuan arah kiblat selama ini adalah
menggunakan jarak terdekat melalui lingkaran besar (great
circle) walaupun sudut arah di sepanjang garis tidak
konstan.
Penentuan
dilakukan

arah

dengan

kiblat

dari

membuat

suatu

garis

tempat

dapat

penghubung

di

sepanjang permukaan bumi dengan prinsip jarak terdekat,


28 Ahmad Izzudin, Ringkasan Desertasi: Kajian Terhadap MetodeMetode Penetuan Arab Kiblat dan Akurasinya, hlm. 2-9.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

18

yaitu menggunakan teori trigonometri bola (bola) dan teori


geodesi (ellipsoid). Namun demikian, arah kiblat juga dapat
menggunakan prinsip sudut arah konstan terhadap titik
referensi tertentu (misalnya titik utara) yakni sebagaimana
penentuan arah menggunakan teori navigasi.
Ketiga teori ini yakni trigonometri bola, geodesi, dan
navigasi dapat menghasilkan sudut arah kiblat yang
berbeda. Dalam kasus tertentu, arah kiblat di Hanoi
Vietnam29 yang memiliki lintang yang hampir sama dengan
lintang Kabah, terdapat perbedaan ketika arah kiblat
tersebut diperhitungkan dengan teori trigonometri bola,
teori geodesi dan teori navigasi. Teori trigonometri bola dan
teori geodesi menghasilkan arah dengan jarak yang lebih
dekat walaupun sudut arahnya tidak konstan, sedangkan
teori navigasi menghasilkan sudut arah yang konstan
walaupun jaraknya lebih jauh.
Dari gambaran di atas, maka ada sebuah pertanyaan
yang perlu dijawab : apakah arah kiblat mengikuti garis
yang mempunyai arah konstan (loxodrom) atau mengikuti
garis yang arahnya tidak konstan (orthodrom)? Dari ketiga
teori di atas yaitu teori trigonometri bola, teori geodesi dan
teori navigasi, aplikasi teori manakah yang sesuai dengan
definisi arah dalam istilah arah menghadap kiblat?
Dari penjelasan di atas kemudian banyak pertanyaan
yang perlu dijawab, definisi arah yang bagaimanakah yang
terdapat

dalam

istilah

fiqh

arah

menghadap

kiblat,

kerangka teoritik manakah yang perhitungannya sesuai


29 Titik koordinat Hanoi, Vietnam yakni 21o 01 60 dan Bujur: 105o 50
60 (diambil dari www.magnetic-declination.com).
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

19

dengan definisi arah dalam istilah fiqh dan mengkaji


bagaimanakah akurasi dari metode-metode pengukuran
arah kiblat.
Dengan demikian terbangun pertanyaan : definisi arah
yang bagaimanakah yang dimaksud dalam istilah fiqh arah
teori

menggunakan

apakah

?kiblat

menghadap

trigonometri bola, teori geodesi ataukah teori navigasi? Hal


ini menjadi penting sebagaimana yang tercantum dalam
menurut Ibnu

dalil-dalil syari30. Mengingat sebagaimana

Rusyd, (1975: I/111) bahwa menghadap kiblat merupakan


syarat sah shalat. Artinya yang harus dipenuhi oleh
mushalli, baik posisi ketika berdiri, ruku, maupun sujud
harus mengarah menuju Kabah.
Bagi orang yang berada di kota Mekah dan sekitarnya
perintah ini tidak menjadi masalah, karena mereka dengan
mudah dapat melaksanakan perintah tersebut. Akan tetapi
bagi mereka yang berada di luar kota Mekah, hal ini
tepat

harus

apakah

tersendiri,

masalah

menjadi

: Di antaranya QS. Al-Baqarah : 144, 149, 150 yang berbunyi 30










Hadits dari Anas bin Malik RA. riwayat Bukhari Muslim :

(





(

(





Hadits dari Abu Hurairah r.a. riwayat Bukhari :

:


(




:












20

Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif


Fiqh dan Sains

menghadap bangunan Kabah (ainul Kabah) atau cukup


perkiraan arahnya saja (jihatul Kabah). Terkait dengan ini
para ulama berbeda pendapat, Imam Syafii dalam Kitab
Al-Umm, (t.th : I/93) berpendapat bahwa bagi orang yang
jauh

dari

Kabah,

wajib

berijtihad

dengan

petunjuk-

petunjuk yang ada. Dengan kata lain, ia wajib menghadap


ainul Kabah walaupun pada hakikatnya ia menghadap
jihatul Kabah. Menurut Imam Hanafi, (t.th: 2/488-489) bagi
orang yang jauh dari Kabah cukup menghadap jihatul
Kabah saja. Artinya seseorang yang menghadap Kabah
dengan yakin, dalam hal ini salah satu sisi Kabah, maka ia
sudah termasuk menghadap Kabah. Ini sejalan dengan
pendapat Imam Malik (t.th: I/145), bahwa bagi orang yang
jauh dari Kabah dan tidak mengetahui arah kiblat secara
pasti, maka ia cukup menghadap ke arah Kabah secara
zhan (perkiraan). Namun bagi orang yang jauh dari Kabah
dan ia mampu mengetahui arah kiblat secara pasti dan
yakin, maka ia harus menghadap ke arahnya.31
Dari beberapa pendapat tersebut, pendapat Imam
Syafii lah yang penulis pandang lebih tepat, yakni bagi
orang yang jauh dari Kabah wajib menghadap ainul
Kabah walaupun pada hakikatnya ia menghadap jihatul
Kabah (arah Kabah). Karena jika sudah berusaha untuk
menghadap ke ainul Kabah, maka paling tidak jika terjadi
kesalahan, masih dalam lingkup menghadap jihatul kabah
(arah kabah). Mengingat dalam konsep ibadah, keyakinan
akan lebih mantap bila dibangun atas dasar keilmuan yang
dapat mengantarkan ke arah yang lebih tepat dalam hal
menghadap kiblat.
31 Ahmad Izzudin, Ringkasan Desertasi ., hlm. 4.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

21

Dengan

demikian,

seorang

mushalli

mempunyai

kewajiban memaksimalkan usahanya untuk menghadap


arah kiblat setepat mungkin. Sehingga hal yang terpenting
adalah memperhitungkan arah menghadap kiblat secara
akurat. Bila dikembalikan pada latar belakang sosial pada
masa para ulama madzhab terdahulu, maka wajar bila
pembahasan arah kiblat tidak sampai pada pendefinisian
arah menghadap kiblat bagi orang yang jauh dari Kabah.
Hal ini disebabkan pada saat itu umat Islam masih berada
di sekitar Mekah saja, sehingga persoalan kiblat bagi orang
yang jauh dari Kabah belum menjadi hal yang dianggap
penting untuk dibahas. Hanya saja para ulama telah
mengindikasikan bahwa seluruh badan dan semua gerakan
orang yang sedang melaksanakan shalat harus menghadap
kiblat, baik ketika berdiri, ruku, maupun sujudnya harus
mengarah menuju Kabah.
Indikasi
menunjukkan

yang

disebutkan

bahwa

posisi

para

seorang

ulama

tersebut

mushalli

ketika

melaksanakan shalat harus benar-benar lurus mengarah


ke Kabah baik ketika berdiri, ruku, sujud dan sebagainya.
Sebagaimana

kata

perintah

menghadap

kiblat

yaitu

fawalli, kata benar-benar lurus dalam penjelasan ulama


ini menunjukkan sebuah definisi yang dibentuk dari sebuah
teori arah yang memiliki makna arah menghadap bukan
arah perjalanan atau arah yang lain. Sehingga arah
menghadap kiblat yang dimaksud dalam Istilah Fiqh adalah
arah yang memiliki makna arah menghadap.
Dalam lacakan sejarah pada awal perkembangan
Islam, tidak ada masalah tentang penentuan arah kiblat,
karena nabi Muhammad SAW selalu ada bersama-sama
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

22

shahabat dan beliau sendiri yang menunjukkan arah ke


kiblat apabila berada di luar kota Mekah. Dalam penentuan
arah kiblat, pada masa awal Islam; dinyatakan sejak zaman
Nabi dan para sahabat dikembangkan teori penentuan arah
kiblat menggunakan benda langit sebagai pedoman. Ketika
Nabi

berada

di

Madinah,

beliau

berijtihad

shalat

menghadap ke selatan. Posisi Madinah yang berada di


utara Mekah menjadikan posisi arah ke Kabah menghadap
ke selatan. Nabi menyatakan bahwa antara timur dan barat
adalah kiblat.32 Namun ketika Rasulullah SAW tidak lagi
bersama para shahabat dan mereka mulai mengembara ke
luar kota Mekah untuk mengembangkan Islam, penentuan
arah

kiblat

berijtihad

menjadi

dengan

sebuah

merujuk

permasalahan.

pada

kedudukan

Mereka
bintang-

bintang yang dapat memberi petunjuk arah kiblat. Dalam


Khafid, (2007: 4) bintang utama yang dijadikan pedoman
dalam penentuan arah utara di tanah Arab adalah bintang
qutbi/polaris (bintang Utara), yakni satu-satunya bintang
yang menunjuk tepat ke arah utara bumi. Arah utara
tersebut ditunjukkan oleh garis yang menghubungkan
antara tubuh rasi ursa mayor dan ujung ekor dari rasi ursa
minor. Berdasarkan bintang ini, mereka berijtihad untuk
mendapatkan arah menghadap Baitullah. Namun bagi
penduduk luar tanah Arab termasuk Indonesia, menurut
Khafid,

(2006:

10),

kaidah

penentuan

arah

kiblat

berdasarkan bintang kutub (Qutbi/Polaris) menjadi rumit.


Menurut Khafid jika berada di wilayah Indonesia pada
lintang selatan, cukup sulit untuk

melihat petunjuk titik

32 David A King, Astronomy in The Serice of Islam, USA: Variorum


Reprint King, 1993, h. 253
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

23

utara, karena posisi rasi bintang tersebut berada di bawah


ufuk.
Untuk

menjawab

persoalan

itu,

maka

kita

harus

mengetahui teori manakah yang paling akurat dan cocok


dengan pengertian arah kiblat menurut Fiqh, berikut
penjelasannya.33
1. Teori Navigasi

Prinsip arah dalam teori navigasi adalah arah yang

mengikuti

garis

yang

mempunyai

arah

sudut

tetap

(loxodrom) dengan jarak tempuh yang jauh. Arah dalam teori


navigasi memiliki sudut yang tidak berubah, tetap relatif
terhadap garis bujur, yakni garis bujur bumi pada proyeksi
datar. Sehingga arah terdekat dari suatu titik ke titik lain di
permukaan bumi sama seperti pada gambaran peta. Berikut
ini gambaran teori navigasi dalam penentuan arah kiblat :

((Gambar 1. Konsep Arah kiblat kota Tokyo pada teori


navigasi)
Gambar di atas menunjukkan salah satu contoh gambaran
konsep arah kiblat dengan teori navigasi yaitu arah kiblat
Kota

Tokyo.

Dari

gambar

tersebut

terlihat

bahwa

menggunakan teori navigasi akan menghasilkan arah yang


tetap yang dibentuk oleh garis loxodrom (garis berwarna
33 Ahmad Izzudin, Ringkasan Desertasi ., hlm. 13-17.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

24

biru), sehingga sudut azimuth di sepanjang garis tersebut


sama. Garis loxodrom inilah yang digunakan dalam teori
navigasi dengan menggunakan proyeksi Mercator. Berbeda
dengan garis berwarna merah yang memiliki sudut arah yang
tidak tetap pada garis orthodrom, sehingga sudut azimuth di
sepanjang garis tersebut berbeda-beda (relatif terhadap garis
bujur dan selalu berubah).
Dalam teori navigasi, arah didefinisikan sebagai sebuah
garis yang menunjukkan atau mengantarkan ke suatu tempat
atau titik tanpa melibatkan jarak antara dua titik. Arah ini
digunakan dalam bidang datar tanpa ada pertimbangan bumi
yang berbentuk bola atau ellipsoid. Dalam teori ini, bumi
diposisikan dalam bidang datar, sehingga yang dijadikan
acuan adalah arah yang ditunjukkan pada peta (dalam
bidang datar) yaitu menggunakan titik koordinat pada bidang
kartesius. Arah yang dihasilkan oleh teori navigasi akan
membentuk sudut arah yang tetap (konstan) dengan jarak
yang lebih jauh dibandingkan dengan arah yang dihasilkan
oleh teori trigonometri bola dan teori geodesi, seperti dalam
contoh di atas garis loxodrom kota Tokyo memiliki jarak
sebesar 9.859 km lebih jauh dari garis orthodrom yaitu 9.486
km. Tetapi perbedaan jarak tersebut akan berbeda apabila
kita gunakan pada koordinat tertentu, misalnya dengan
mengambil

koordinat

Vietnam

yang

menghasilkan

perbedaan jarak yang tidak jauh atau hampir sama antara


garis loxodrom dan orthodromnya.

Dalam

penjelasan

sebelumnya

telah

disebutkan

bahwa definisi arah dalam istilah fiqh menghadap kiblat


adalah arah yang memiliki makna arah menghadap,
bukan arah perjalanan. Adapun arah yang digunakan
dalam teori navigasi adalah arah yang digunakan dalam
perjalanan karena menggunakan panduan sudut arah
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

25

yang tetap dan memposisikan bumi dalam bentuk datar.


Arah ini digunakan apabila kita bepergian menuju
Mekah

dengan

(misalnya

ke

pelaksanaan

panduan
arah

ibadah

sudut

barat).
shalat,

arah

yang

Sedangkan
posisi

mushalli

tetap
dalam
tidak

bergerak menuju Mekah, tapi berdiri tegak di tempat


untuk menghadap Kabah di Mekah. Oleh karena itu
pemaknaan arah kiblat adalah arah menghadap, bukan
arah perjalanan. Dengan demikian, teori navigasi tidak
dapat digunakan dalam perhitungan arah kiblat karena
arah yang digunakan dalam teori navigasi adalah arah
perjalanan.
Di samping makna arah dalam teori navigasi yang
tidak sesuai dengan makna arah menghadap kiblat
dalam

istilah

fiqh,

teori

ini

juga

tidak

dapat

teraplikasikan dalam ibadah shalat. Setiap orang yang


berdiri

di

atas

permukaan

bumi

termasuk

ketika

melaksanakan shalat akan tertarik oleh gaya gravitasi


sehingga ia akan berdiri tegak lurus. Sehingga acuan
yang digunakan dalam ibadah shalat adalah titik pusat
bumi. Dalam kondisi demikian, bila yang digunakan
adalah teori navigasi, maka arahnya tidak dapat masuk
mengarah ke Kabah karena arah yang dituju bukan
arah menghadap. Teori navigasi tidak menggunakan
acuan lingkaran besar tapi menggunakan acuan peta
mercator.
2. Teori Trigonometri Bola
Dalam teori trigonometri, arah yang digunakan untuk
menentukan kiblat adalah arah yang mengikuti garis
yang mempunyai arah sudut tidak tetap (orthodrom)
dengan jarak tempuh terdekat. Teori trigonometri dan
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

26

teori geodesi pada


dasarnya

sama

hanya

saja

ada

sedikit

perbedaan

mengenai
pemahaman
tentang
bumi dimana

bentuk

teori trigonometri bola mengasumsikan

bumi dalam bentuk bola bulat, sedangkan teori geodesi


mengasumsikan bumi dalam bentuk ellipsoid dengan
mempertimbangkan

bentuk

bumi

yang

sebenarnya

yaitu penggepengan bumi di kutub-kutubnya.


Kemudian, ketika seseorang berdiri menghadap
Kabah, posisinya akan berdiri mengarah ke pusat bumi
karena tertarik oleh gravitasi bumi. Sehingga, acuan
yang digunakan dalam menghadap kiblat adalah pusat
bumi. Pusat bumi ini menjadi titik pusat dari lingkaran
besar (great circle) / garis orthodrom. Oleh karena itu,
perhitungan

arah

kiblat

seyogyanya

menggunakan

acuan lingkaran besar. Lingkaran besar (great circle)


merupakan lingkaran bola bumi yang membagi bumi
menjadi dua bagian sama besar dan menggunakan
acuan titik pusat bumi. Lingkaran besar merupakan
acuan dari teori trigonometri bola dan teori geodesi.
Aplikasi kedua teori inilah yang sesuai dengan arah
yang dimaksud dalam istilah fiqh menghadap kiblat.
Dengan menggunakan lingkaran besar sebagai
acuan, secara otomatis setiap orang di atas permukaan
bumi ketika berdiri, ruku dan sebagainya akan berdiri
tegak mengarah ke titik pusat gravitasi bumi yang tiada
lain adalah pusat lingkaran besar (great circle). Acuan
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

27

yang digunakan oleh teori trigonometri bola dan teori


geodesi inilah yang dapat diaplikasikan dalam ibadah
shalat.
Kelemahan teori trigonometri bola adalah dari segi
keakuratannya

yang

masih

kurang

tepat

bila

dibandingkan dengan teori geodesi. Hal ini disebabkan


karena kesalahan dalam pengasumsian bentuk bumi
yang berbentuk bola bulat, bukan ellipsoid.
3. Teori Geodesi

Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif


Fiqh dan Sains

28

Seperti

yang

dijelaskan

pada

teori
trigonometri bola
tadi, prinsip yang
digunakan

teori

geodesi

ini

adalah sama dengan teori trigonometri bola, yaitu


prinsip garis orthodrom. Dan, yang membedakan kedua
teori tersebut hanya pada pengasumsian bentuk bumi
yang bola bulat dan ellipsoid saja. Acuan dalam
menghadap kiblat dalam teori geodesi pun sama
dengan teori trigonometri bola yang beracuan lingkaran
besar dalam penentuan arah kiblat. Sehingga, teori
geodesi

ini

juga

cocok

dengan

arah

kiblat

yang

dimaksud dalam fiqh.


Keunggulan dari teori geodesi ini adalah keakuratan
hasil perhitungannya yang lebih tepat dibandingkan
teori trigonometri bola. Hal ini dikarenakan teori geodesi
mengasumsikan bentuk bumi yang ellipsoid (ellips
putar) dengan mempertimbangkan bentuk bumi yang
sebenarnya
kutubnya.

yaitu
Hal

ini

penggepengan
diperkuat

bumi

dengan

di

bentuk

kutubbumi

sebenarnya yang memang tidak berbentuk bulat bola


sebagaimana yang digambarkan selama ini. Bentuk
bumi adalah tidak beraturan, terdapat benjolan-benjolan
di permukaannya yaitu geoid. Karena bentuk ini tidak
simetris

dan

tidak

dapat

dihitung

dengan

pasti,

sehingga bentuk bumi didekati dengan bentuk yang


lebih matematis yakni dengan pendekatan ellips yang
biasa disebut dengan ellipsoid (ellips yang berputar).
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

29

Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa


teori penentuan arah kiblat yang paling tepat, akurat, dan
cocok dengan pengertian arah kiblat menurut fiqh adalah
teori geodesi. Kemudian, teori trigonometri bola hanya
cocok dengan pengertian arah kiblat menurut fiqh tetapi
kalah akurat dibanding dengan teori geodesi. Sedangkan
bagi teori navigasi, kita tidak dapat menggunakan teori ini
dalam penentuan arah kiblat yang sesuai dengan fiqh
walaupun sudut yang dihasilkan dalam teori ini adalah
konstan atau tetap (tidak berubah-ubah seperti teori
geodesi dan trigonometri bola).
D. Metode-Metode Sains dalam Penentuan Arah Kiblat
Di Indonesia penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh
umat Islam mengalami perkembangan dari waktu ke waktu
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang
ada. Dahulu, mereka menetukan arah kiblatnya ke barat
dengan alasan Saudi Arabia tempat di mana Kabah berada
terletak di sebelah barat Indonesia. Hal in dilakukan
dengan hanya perkiraan saja dan tak pengukuran terlebih
dahulu. Oleh karena itu, arah kiblat sam persis dengan
arah matahari terbenam. Dengan demikian arah kiblat
identik dengan arah barat.34
Kemudian, penetuan arah

kiblat

ini

mengalami

perubhaan besar di masa K.H. Ahmad Dahlan atau dapat


pula dari alat-alat yang digunakan untuk mengukurnya,
seperti miqyas, tongkat istiwa, rubu mujayyab, kompas,
theodolite, dan GPS (Global Positioning System).
Metode penentuan arah kiblat dikategorikan menjadi 2,
yaitu: 35
34 Ahmad Wahidi dan Evi Dahliyatin Nuroini, Arah Kiblat ., hlm. 28.
35 Ahmad Izzudin, Ringkasan ., hlm. 22-30.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

30

1. Metode Pengukuran dengan Mengetahui Azimuth Kiblat


Metode ini memperhitungkan besar sudut kiblat pada
bola bumi. Ketika ingin mengetahui arah kiblat maka
secara otomatis perhitungan yang dimaksud adalah
untuk mengetahui arah menuju Kabah di Mekah dilihat
dari suatu tempat di permukaan Bumi. Perhitungan arah
kiblat dilakukan dengan menggunakan prinsip ilmu ukur
segitiga bola. Untuk perhitungan arah kiblat, ada 3 titik
yang diperlukan, yaitu: titik A, terletak di lokasi yang
akan dihitung arah kiblatnya, titik B terletak di Kabah,
dan titik C terletak di kutub Utara.
Metode pengukuran dengan mengetahui azimuth
kiblat dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat
bantu seperti:
a) Theodolit dan GPS
Theodolit adalah

alat

yang

digunakan

untuk

mengukur sudut horizontal ( Horizontal Angle = HA)


dan sudut vertical (Vertical Angle = VA).36 Theodolit
merupakan salah satu alat ukur sudut digital yang
dapat dikategorikan paling akurat untuk mengukur
kiblat.

Sistem kerja alat ini pada dasarnya yaitu

dengan bantuan sinar matahari untuk mengetahui


posisi azimuth matahari, dari posisi tersebut dapat
diketahui arah utara sejati yang digunakan untuk
menentukan arah kiblat tempat tersebut. Aplikasi
sudut kiblat dengan alat ini tergolong cukup akurat.
Terbukti dengan pengecekan kembali yang telah
penulis lakukan pada beberapa masjid dan mushalla,
hasil aplikasi sudut kiblat dengan theodolit sama
dengan hasil metode rashdul kiblat.
36 Slamet Hambali, Ilmu Falak 1 ., hlm. 231.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

31

Untuk mendapatkan hasil pengukuran dengan


theodolit yang akurat, maka dibutuhkan data yang
akurat pula. Data titik koordinat suatu tempat yang
digunakan dalam penentuan arah kiblat sebaiknya
diperoleh dari GPS. GPS (Global Positioning System)
merupakan suatu system pemandu arah (navigasi)
yang memanfaatkan teknologi satelit.37
b) Segitiga Kiblat
Segitiga kiblat adalah metode pengukuran arah
kiblat

dengan

menggunakan

perhitungan

trigonometri segitiga siku. Segitiga kiblat ini salah


satu metode praktis yang dapat diterapkan ketika
sudah diketahui arah utara sejati dan sudut kiblat
tempat yang diinginkan. Metode ini tergolong cukup
akurat karena untuk mendapatkan sudut kiblat,
panjang

kedua

menggunakan

sisi

diperhitungkan

penggaris.

Setelah

secara
kedua

teliti

sisinya

dapat ditentukan, maka akan terbentuk sebuah


segitiga, di mana salah satu sudutnya merupakan
sudut kiblat.
c) Rubu Mujayyab dan Busur Derajat
Rubu atau Rubu Mujayyab adalah alat hitung yang
berbentuk seperempat lingkaran sehingga ia dikenal
pula dengan Kuadrant yang artinya seperempat. 38
Rubu mujayyab atau kuadrant merupakan metode
pengukuran sudut kiblat yang telah ada pada abad
pertengahan yang lalu. Dalam hal ketelitian, sudut
yang dihasilkan rubu mujayyab ini hampir sama
dengan busur derajat. Ketelitian maksimum yang
37 Slamet Hambali, Ilmu Falak 1 ., hlm. 230.
38 Ibid, hlm. 238.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

32

dapat dicapai hanya sampai pada satuan menit. Ini


dapat dilihat dari bentuk sexagesimal yang terdapat
dalam bentuk seperempat lingkaran ini.
Busur derajat atau yang sering dikenal dengan nama
busur saja merupakan alat pengukur sudut yang
berbentuk setengah lingkaran. Karena itulah busur
mempunyai sudut 18 derajat. 39
d) Segitiga Siku dari Bayang Setiap Saat
Segitiga
siku-siku
dari
bayangan

matahari

merupakan alternatif pengukuran arah kiblat yang


dapat dikategorikan akurat, sederhana dan murah.
Metode ini menggunakan teknik yang hampir sama
dengan alat theodolit. Komponen utama yang harus
diketahui ketika menggunakan segitiga siku adalah
azimuth kiblat dan azimuth matahari. Dengan dua
komponen

tersebut,

maka

arah

kiblat

dapat

ditentukan dengan mengambil bayangan sebuah


tongkat yang didirikan tegak lurus di pelataran yang
datar pada waktu yang telah ditentukan.
e) Kompas
Kompas adalah alat petunjuk arah mata angin
dengan menggunakan jarum jam yang terdapat
padanya.40 Pengukuran arah kiblat maupun arah
utara dengan berbagai model kompas termasuk
kompas

kiblat,

masih

memiliki

kesalahan/

penyimpangan bervariasi sesuai dengan deklinasi


magnetik suatu tempat. Sehingga menurut penulis,
kompas hanya digunakan sebatas ancar-ancar saja,
karena melihat bukti di lapangan ketika dilakukan
39 Ibid., hlm. 240.
40 Ibid., hlm. 233.
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

33

pengukuran di daerah yang banyak terdapat baja,


besi,

atau

medan

listrik,

dapat

mengganggu

penunjukan arah utara dan selatan sejati.


2. Metode Pengamatan
a) Rashdul Kiblat
Rashdul kiblat merupakan metode pengamatan
bayangan pada saat posisi matahari berada di atas
Kabah atau ketika matahari berada di jalur yang
menghubungkan

antara

Kabah

dengan

suatu

tempat. Pada setiap tanggal 28 Mei dan tanggal 16


Juli, semua bayangan benda yang tegak lurus di
permukaan bumi yang terkena sinar matahari akan
menunjukkan

arah

kiblat.

Metode

arah

kiblat

tradisional ini termasuk akurat bila dibandingkan


dengan metode lain yang hanya ancar-ancar seperti
kompas, rubu mujayab, segitiga kiblat, dan busur
derajat.
b) Metode Peta Satelit
Menganalisis metode peta satelit ini, yakni dengan
melakukan pengamatan arah kiblat melalui beberapa
software kiblat yang ada. Seperti google earth,
program ini merupakan tempelan gambar peta-peta
yang disatukan. Keterangan ini penulis peroleh dari
seorang ahli Bakosurtanal yang mengetahui persis
konsep yang digunakan dalam program google earth.
Aplikasi yang dapat dikonsumsi masyarakat umum ini
pada dasarnya menggunakan bentuk matematis
astronomis yakni pendekatan Bumi berbentuk bola.
Jika

ditelusuri

diklasifikasikan

dari

aplikasi

berdasarkan

pengukurannya

tipologi

aplikasinya

dapat
sebagai

berikut :

Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif


Fiqh dan Sains

34

a) Alamiah (Natural)
Dikatakan alamiah murni karena penentuan arah
kiblatnya menggunakan benda-benda langit sebagai
pedoman.

Contohnya

penggunaan

bintang

rasi

bintang untuk menunjukan arah utara sejati.


b) Alamiah Ilmiah
Klasifikasi metode alamiah ilmiah ini didasarkan pada
kejadian

atau

fenomena

alam

yang

kemudian

dimanfaatkan untuk menentukan arah kiblat dengan


perhitungan.

Salah

satu

metode

itu

adalah

penggunaan theodolit untuk menentukan arah kiblat.


c) Ilmiah Alamiah
Metode penentuan arah kiblat dengan rashdul
kiblat termasuk dalam klasifikasi ilmiah alamiah.
Ilmiah alamiah merupakan satu klasifikasi metode
yang dimulai dengan perhitungan ilmiah kemudian
dibuktikan secara alamiah di lapangan. Contoh dari
metode ini adalah penentuan arah kiblat dengan
metode Rasdhul Kiblat.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
aplikasi pengukuran sudut azimuth kiblat yang paling
akurat adalah menggunakan alat ukur sudut Theodolit dan
GPS sebagaimana beberapa point yang telah dijelaskan
terdahulu.

Pengukuran

azimuth

kiblat

dapat

dinilai

menghasilkan ketelitian dan keakuratan penunjuk arah.


Akan

tetapi

tetap

harus

dengan

koreksi

yaitu

menggunakan perhitungan dari data-data titik koordinat


geosentris (yang berarti menggunakan konsep ellipsoid).
Sedangkan

penentuan

arah

kiblat

dari

metode

pengamatan yaitu menggunakan rashdul kiblat dan peta


satelit, dapat dipilih bahwa metode yang paling akurat
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

35

adalah metode rashdul kiblat. Karena metode ini dapat


menunjukkan ketepatan dalam menghadap kiblat yaitu
adanya waktu bayangan arah kiblat. Akan tetapi tetap
melakukan koreksi yaitu menggunakan data geosentris.

III.

SIMPULAN
Mengetahui

arah

kiblat

merupakan

hal

yang

wajib

diketahui oleh setiap umat Islam di seluruh penjuru dunia,


sebab dengan mengetahui arah kiblatlah seorang muslim bisa
menjalankan kewajiban yang ada dalam ibadah shalat. Kiblat
adalah arah menuju Kabah (Baitullah) melalui jalur yang
paling dekat, dan menjadi keharusan bagi setiap orang
muslim

untuk

menghadap

kearah

tersebut

pada

saat

melaksanakan ibadah shalat, dimanapun ia berada di belahan


dunia ini.
Arah dalam Bahasa Arab disebut jihah, atau syathrah dan
kadang-kadang disebut juga qiblah yang berasal dari kata
qabala yakbulu yang artinya menghadap. Kiblat dalam AlQuran memiliki 2 pemaknaan yaitu arah dan tempat. Kata
arah berarti jurusan, tujuan dan maksud. Ada juga yang
mengartikan arah sebagai jihad, syathrah dan azimuth.
Kiblat yang berari tempat adalah tempat ibadah bagi umat
Islam yaitu Kabah di Mekah, Arab Saudi. Dapat disimpulkan
bahwa arah kiblat adalah arah terdekat menuju Kabah
melalui lingkaran besar (great circle) bola bumi (Hambali,
2010:8) yang dituju umat Muslim dalam mengerjakan shalat

Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif


Fiqh dan Sains

36

dan melaksanakan ibadah lainnya yang letaknya berada di


tengah-tengah Masjidil Haram.
Dasar hukum menghadap kiblat ada pada surat Al-Baqarah
ayat 142,143, 144, 149,150 dan beberapa hadis Nabi.
Berdasarkan ayat Al-Quran dan Hadis di atas dapat diketahui
bahwa menghadap arah kiblat itu merupakan suatu kewajiban
yang telah ditetapkan dalam hukum atau syariat. Sehingga
para ahli fiqh bersepakat bahwa menghadap kiblat merupakan
syarat sah shalat. Maka tiadalah kiblat yang lain bagi umat
Islam melainkan Kabah di Baitullah di Masjidil Haram. Dalam
persoalan menghadap ke Kabah semua empat madzhab yaitu
Hanafi, Maliki, SyafiI dan Hambali telah bersepakat bahwa
menghadap kiblat adalah syarat sahnya shalat.
Ada 3 teori dalam menentukan kiblat, yaitu teori navigasi,
trigonometri bola, dan geodesi dan ketiganya mempunyai
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dan, dari tiga teori
tersebut yang paling tepat dengan pengertian fiqh dan akurat
adalah teori geodesi, teori trigonometri bola tepat dengan
pengertian fiqh tetapi kurang akurat, sedangkan teori navigasi
tidak bisa digunakan dalam penentuan arah kiblat menurut
fiqh walaupun sudutnya selalu konstan atau tidak berubahubah.
Lalu, metode yang digunakan ada 2 cara, yaitu dengan
cara mengetahui azimuth kiblat terlebih dahulu (alat yang
digunakan berupa Theodolit, GPS, Segitiga Kiblat, Rubu
Mujayyab dan Busur Derajat, Segitiga Siku dan Kompas) dan
juga dengan cara pengamatan (Rasydul Kiblat dan Peta
Satelit. Dapat disimpulkan bahwa aplikasi pengukuran sudut
azimuth kiblat yang paling akurat adalah menggunakan alat
ukur sudut Theodolit dan GPS. Sedangkan penentuan arah
kiblat dari metode pengamatan yaitu menggunakan rashdul
Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif
Fiqh dan Sains

37

kiblat dan peta satelit, dapat dipilih bahwa metode yang


paling akurat adalah metode rashdul kiblat.

DAFTAR PUSTAKA
An-Nawawi, Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Muri, 1392, Maktabah
Syamilah (al-Minhaj Syarah Muslim bin al-Hajjaj), Beirut: Daar
Ihya at-Turats al-Araby, Cet. 2, juz 4.
Ash-Shanani Muhammad Ibnu Ismail, Subulus Salam, Juz. I, Beirut:
Darul Kutubil Ilmiyyah, t.t.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya,
Semarang: Toha Putera, t.th.
Enskilopedi Indoneisa 3, 1982, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Hambali, Slamet, 2011, Ilmu Falak 1: Penentuan Awal Waktu Shalat &
Arah Kiblat Seluruh Dunia, Semarang: Program Pascasarjana IAIN
Walisongo Semarang.
Ismail Al-Amir Ash-Shanani, Muhammad bin, 2012, Subulus SalamSyarah Bulughul Maram, Jakarta: Darus Sunah Press, ,t.th.

Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif


Fiqh dan Sains

38

Izzudin, Ahmad, 2011, Ringkasan Desertasi: Kajian Terhadap MetodeMetode Penetuan Arab Kiblat dan Akurasinya, Semarang:
Program Pascasarjana IAIN Walisongo.
, 2012, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab-Rukyat
Praktis dan Solusi Permasalahannya), Semarang: Pustaka Rizki
Putra. .
, 2012, Hisab Rukyat Menghadap Kiblat: Fiqh,
Aplikasi, Praktis, Fatwa, dan Software, Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra.
Khazin, Muhyiddin, 2004. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek,
Yogyakarta: Buana Pustaka,.
King, David A, 1993, Astronomy in The Serice of Islam, USA: Variorum
Reprint King.
Shihab, Quraish, 2002, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati.
Wahidi dan Evi Dahliyatin Nuroini, Ahmad, 2012, Arah Kiblat &
Pergeseran Lempeng Bumi: Perspektif Syariyah dan Ilmiah,
Malang: UIN-Maliki Press.

Teori dan Metode Penentuan Arah Kiblat dalam Perspektif


Fiqh dan Sains

39

Anda mungkin juga menyukai