Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TEORI KEPEMIMPINAN

Diajukan untuk memenuhi salah tugas Mata Kuliah


Manajemen pelayanan Asuhan keperawatan
Dosen Pengampu : DR.Yayat Suryati S.Pd,S.Kp.,M.Kep

Oleh
Sabar Theresia Panggabean
Windri Ayu Dewi
Kincoko Setyono
Mokh. Sandi Haryanto
Nandang Ali Amijaya

PROGRAM STUDI S2 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2018
Kata Pengantar

Puji dan Syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT , yang telah
memberikan Rahmat Dan Karunia-Nya , sehingga makalah ini selesai dibuat tepat
pada waktunya, Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen pelayanan Asuhan keperawatan di program Studi S2 keperawatan
Stikes Jenedral Ahmad Yani Cimahi , Adapun tugas makalah ini adalah tentang
Teori kepemimpinan.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini jauh dari sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik, yang sifatnya membangun
guna kesempurnaan makalah ini .
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada
semua pihak yang membantu atau terlibat dalam pembuatan makalah ini , semoga
amal baik yang diberikan mendapat imbalan yang setimpal dari-Nya
Aamiin...

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama,
adanya kenyataan bahwa penggantian pemimpin seringkali mengubah
kinerja suatu unit, instansi atau organisasi; kedua, hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi
keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan, mencakup proses
kepemimpinan pada setiap jenjang organisasi, kompetensi dan tindakan
pemimpin yang bersangkutan (Yukl, 1989). Kenyataan dan/atau gagasan,
serta hasil penelitian tersebut tak dapat dibantah kebenarannya. Semua
pihak maklum adanya, sehingga muncul jargon “ganti pimpinan, ganti
kebijakan”, bahkan sampai hal-hal teknis seperti ganti tata ruang kantor,
ganti kursi, atau ganti warna dinding. Demikianlah, kepemimpinan itu
merupakan fenomena yang kompleks sehingga selalu menarik untuk
dikaji.
Kepemimpinan dapat dikaji dari tiga sudut pandang, yakni: (1)
pendekatan sifat, atau karakteristik bawaan lahir, atau traits approach; (2)
pendekatan gaya atau tindakan dalam memimpin, atau style approach; dan
(3) pendekatan kontingensi atau contingency approach. Pada
perkembangan selanjutnya, fokus kajian lebih banyak pada cara-cara
menjadi pemimpin yang efektif, termasuk dengan mengembangkan
kesadaran tentang kapasitas spiritual untuk menjadi pemimpin profesional
dan bermoral.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Santo Borromeus tingkat empat
mampu memahami mengenai kepemimpinan
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa memahami tentang pengertian kepemimpinan
2. Mahasiswa memahami teori-teori kepemimpinan
3. Mahasiswa memahami gaya kepemimpinan
4. Mahasiswa dapa mengaplikasikan teori dan gaya
kepemimpinan yang sesuai

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah deskripsi yakni memaparkan dan menjelaskan kembali apa yang
telah kami dapat dan pelajari sebelumnya dari berbagai sumber yang telah
kami temukan.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bab I berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
2. Bab II berisikan landasan teori mengenai kepemimpinan
3. Bab III beisikan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kepemimpinan


2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain
untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai suatu tujuan
umum (Suarli & Bahtiar, 2009).
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara
pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang
mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C. Rost., 1993 dalam Safaria, 2004).
Kepemimpinan merupakan upaya seseorang mempengaruhi sekelompok orang
untuk bersama-sama mencapai sebuah tujuan (Sarwono & Meinarno, 2011)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar dapat mencapai tujuan
bersama dimana didalamnya terjadi hubungan yang saling mempengaruhi.

2.1.2 Pola dasar kepemimpinan


Pola dasar kepemimpinan terdiri dari 2 yaitu :
a. Kepemimpinan formal
Bersifat resmi dalam berorganisasi, diatur sesuai dengan pangkat, jabatan,
hierarki, struktur dalam organisasi
b. Kepemimpinan informal
Lebih bersifat adanya pengakuan nyata dari orang sekitarnya karena
kemampuan yang memikat, kemampuan ilmu dan kemampuan membina
hubungan.

2.1.3 Fungsi Kepemimpinan


a. Pemimpin sebagai eksekutif ( executive Leader)
Sering kali disebut sebagai administrator atau manajer. Fungsinya adalah
menerjemahkan kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan, dia memempin dan
mengawasi tindakan orang-orang yang menjadi bawahannya. Dan
membuat keputusan – keputusan yang kemudian memerintahkannya untuk
dilaksanakan. Kepemimpinan ini banyak ditemukan didalam masyarakat
dan biasanya bersifat kepemerintahan, mulai dari pusat sampai ke daerah-
daerah memerlukkan fungsi tersebut.
b. Pemimpin sebagai penengah
Dalam masyarakat modern, tanggung jawab keadilan terletak di tangan
pemimpin dengan keahliaanya yang khas dan ditunjuk secara khusus. Ini
dikenal dengan pengadilan. Dan bidang lainnya, umpamanya dalam bidang
olahraga, terdapat wasit yang mempunyai tugas sebagai wasit.
c. Pemimpin sebagai penganjur
Sebagai propagandis, sebagai juru bicara, atau sebagai pengarah opini
merupakan orang-orang penting dalam masyarakat. Mereka bergerak
dalam bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi.
Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi inspirasi kepada orang
lain. Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul dan fasih
berbicara.
d. Pemimpin sebagai ahli
Pemimpin sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai instruktur atau seorang
juru penerang, berada dalam posisi yang khusus dalam hubungannya
dengan unit sosial dimana dia bekerja. Kepemimpinannya hanya
berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta. Termasuk
dalam kategori ini adalah guru, petugas sosial, dosen, dokter, ahli hukum,
dan sebagainya yang mencapai dan memelihara pengaruhnya karena
mereka mempunyai pengetahuan untuk diberikkan kepada orang lain
e. Pemimpin diskusi
Tipe pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam lingkungan
kepemimpinan yang demokratis dimana komunikasi memegang peranan
yang sangat penting. Seseorang yang secara lengkap memenuhi kriteria
kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima peranannya sebagai
pemimpin diskusi.

2.2 Teori Kepemimpinan


Teori kepemimpinan menurut Suarli & Bahtiar (2009) terdiri dari teori
berdasarkan sifat ( traits theory), berdasarkan perilaku (behaviour theory) dan
berdasarkan situasi (contingency Theory). Sedangkan menurut Nursalam (2011)
selain ketiga teori tersebut ada juga teori kontemporer (kepemimpinan dan
manajemen), teori motivasi, teori interaktif, teori X, teori Y dan teori z.
2.2.1 Teori Bakat / Sifat (Traits Theory)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin
dibawa sejak lahir bukan didapat) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu
yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. (Nursalam, 2011).
Sifat-sifat pemimpin yang diharapkan dari teori ini adalah selalu antusias;
mengenal dirinya sendiri; waspada; mempunyai rasa percaya diri yang kuat;
merasa bertanggung jawab; mempunyai rasa humor (Suarli & Bahtiar, 2009).
2.2.2 Teori Perilaku (behaviour theory)
Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang menjadi
pemimpin yang efektif. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
menggunakan cara-cara yang dapat mewujudkan sasarannya (Suarli & Bahtiar,
2009). Sedangkan menurut Nursalam (2011) teori perilaku lebih menekankan
pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer menjalankan
fungsinya.
2.2.3 Teori Kontingensi dan Situasional
Menurut Suarli & Bahtiar (2009) Teori ini membahas hubungan antara
pemimpin dan situasi. Ada tiga variabel situasional yang dapat membantu gaya
kepemimpinan yang efektif yaitu hubungan atasan dengan bawahan; struktur
tugas yang harus dikerjakan dan posisi kewenangan seseorang. Teori situasi ini
dapat dimanifestasikan sebagai berikut :
 Dapat memberi perintah yang akan dilaksanakan
 Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan
 Mentaati peraturan
 Disiplin
 Mendengarkan informasi dari bawahan
 Tanggap terhadap situasi
 Membantu bawahan.

2.2.4 Teori Kontemporer


Teori ini menyatakan ada 4 komponen penting dalam suatu pengelolaan,
yaitu:
a. manajer/pemimpin,
b. staf dan atasan,
c. pekaryaan,
d. lingkungan.
Teori ini menekankan bahwa dalam melaksanakan suatu manajemen
seorang pemimpin harus mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk
mencapai tujuan organisasi

2.2.5 Teori Interaktif


Teori interaktif menurut Schein (1970) menekankan bahwa staff atau
pegawai adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi
dengan sekitarnya dan berkembang secara dinamis. Sedangkan menurut Hollander
(1978) pemimpin adalah sebagai proses dua arah yang dinamis. Tiga dasar
komponen yang terlibat didalamnya yaitu : pemimpin, staff dan
lingkungan/situasi.

2.2.6 Teori X , Teori Y dan teori Z


Pemimpin yang memegang teori X cenderung menganggap bawahannya
sebagai alat produksi semata, dimotivasi oleh hukuman dan hadiah, tidak
memiliki keinginan untuk maju dan menghindari tanggung jawab. Akibatnya
pemimpin harus mengawasi dengan ketat, membuat dan menjalankan aturan
organisasi dengan keras dan menggunakan ancaman hukuman untuk menakuti
bawahan agar mau bekerja. Pemimpin juga tidak memiliki kepercayaan terhadap
anak buahnya sehingga pemimpin lebih banyak memberikan perintah, bertindak
otoriter,menginginkan kepatuhan yang tinggi dari bawahan dan menganggap
bawahan tidak bisa diberikan tanggung jawab.
Pemimpin yang memegang teori Y akan beranggapan bahwa bawahan
merupakan individu yang bisa berkembang secara baik, mempunyai pengendalian
diri dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. Akibatnya pemimpin lebih banyak
memberikan dorongan, kesempatan untuk maju bagi bawahannya dan tanggung
jawab melalui pendelegasian tugas. Pemimpin juga mempeunyai kepercayaan
yang besar kepada bawahannya dan meyakini bahwa mereka mempunyai potensi
dan kemampuan yang besar jika dibimbing secara baik. Gaya kepemimpinannya
lebih demokratis dan tidak otoriter.
Teori Z merupakan pengembangan dari teori Y dan mendukung gaya
kepemimpinan yang demokratis. Komponen teori Z meliputi pengambilan
keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai keahliannya,
menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang lambat dan pendekatan
yang holistik terhadap staf. Teori ini lebih menekankan pada staf dibandingkan
dengan kualitas produksi.

Tabel : Perbandingan teori X, Y, Z Douglas Mc. Gregor, Ouchi (Nursalam


2011)
TEORI X TEORI Y TEORI Z
 Menghindari  Senang bekerja  Menekankan pada
pekerjaan bila ada  Mandiri teori humanistis
kesempatan  Mempunyai  Focus : motivasi
 Tidak senang bekerja tanggungjawab yang lebih kepada
 Harus diarahkan  Kreatif dan karyawan untuk
 Mempunyai sedikit berkembang meningkatkan
ambisi  Menggunakan kepuasan kerja dan
 Menghindar dari pendekatan ilmiah menghasilkan
tanggung jawab  Memerlukan produksi.
 Memerlukan supervise seperlunya  Karakteristik :
supervise ketat  Berminat dalam pengambilan
 Termotivasi oleh menyelesaikan keputusan bersama,
hukuman dan hadiah masalah organisasi masa bekerja yang
lama, promosi
jabatan yang lambat
dan bertahap,
supervise tidak
secara langsung,
menekankan pada
pendekatan holistis.

2.3 Gaya Kepemimpinan dan tingkat kedewasaan anggota tim


2.3.1 Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu
tujuan (Suarli & Bahtiar, 2009). Berikut beberapa macam gaya kepemimpinan
menurut para ahli :
1. Menurut Harris
Harris dalam suarli & Bahtiar (2009) membagi gaya kepemimpinan menjadi
tiga bagian yaitu :
a) Kepemimpinan otokratik
Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan otokratik menganggap bahwa
semua kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan tindakan,
mengarahkan, memberikan motivasi dan mengawasi bawahannya berpusat
ditangannya. Pemimpin merasa hanya dirinya yang berkompeten dan
menganggap bawahannya tidak mampu mengarahkan diri mereka sendiri.
b) Kepemimpinan partisipatif
Pemimpin dengan gaya partisipatif akan serius mendengarkan dan menilai
pemikiran bawahannya, menerima sumbangan pemikiran bawahan sejauh
pemikiran tersebut bisa dipraktikkan. Pemimpin akan mendorong stafnya untuk
meningkatkan kemampuan mengambil keputusan, kemampuan mengendalikan
diri dan menerima tanggung jawab yang lebih luas. Pemimpin akan lebih
suportif dalam kontak dengan bawahannya, tidak bersikap diktator walaupun
wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan tetap ada pada pemimpin.
c) Kepemimpinan free reign
Ciri dari gaya kepemimpinan ini adalah adanya pendelegasian wewenang dari
pemimpin ke bawahannya untuk mengambil keputusan dengan agak lengkap.
Disini pemimpin menginginkan agar staf/bawahan dapat mengendalikan diri
mereka masing-masing dalam menyelesaikan tugas mereka.

2. Menurut Gilles
Menurut Gilles dalam suarli & Bahtiar (2009) ada empat gaya
kepemimpinan yaitu:
a) Otokratis
b) Demokratis
Gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan kemampuan
seseorang. Pemimpin demokratis menggunakan kekuatan pribadi dan kekuatan
jabatan untuk menarik gagasan dari para pegawai dan memotivasi anggota
kelompok kerja untuk menentukan tujuan, mengembangkan rencana dan
mengontrol praktik mereka sendiri.
c) Partisipatif
d) Laissez Faire
Gaya kepemimpinan Laissez Faire disebut juga gaya membiarkan adalah gaya
mengatur atau mengkoordinasi dan memaksa bawahannya untuk
merencanakan, melakukan dan menilai pekerjaan mereka sendiri.
3. Menurut Lippith dan White
Menurut Lippith dan White dalam Nursalam (2011), terdapat tiga gaya
kepemimpinan yaitu:
a) Otoriter
Ciri dari gaya kepemimpinan ini adalah : wewenang mutlak berada pada
pimpinan, keputusan dan kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan, komunikasi
berlangsung satu arah dari pimpinan ke bawahan, tugas-tugas bawahan
diberikan secara instruktif, lebih banyak kritik daripada pujian, kasar dalam
bersikap dan tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya di pikul oleh
pimpinan.
b) Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan bersama antara pimpinan
dan bawahan.
c) Liberal
Kepemimpinan liberal adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara lebih banyak
menyerahkan pelaksanaan berbagai kegiatan kebawahan.

4. Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt


Menurut Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt dalam Nursalam
(2011), gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu
kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan.
Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan, dan faktor
situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus
didahulukan jika dibanding dengan kepentingan individu, maka pemimpin akan
lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik
dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya
partisipasinya
5. Menurut Likert
Likert dalam Nursalam (2011) mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam
4 sistem :
a) Sistem Otoriter-Eksploitatif. Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai
kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui
ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-
down).
b) Sistem Benevolent-Authoritative. Pemimpin mempercayai bawahan sampai
pada tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman
tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam
pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
c) Sistem Consultatif. Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap bawahan
cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi
bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman.
Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh
bawahan.
d) Sistem Participative. Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap
bawahan, selalu memanfaatkan ide bawahan, menggunakan insentif untuk
memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai
kelompok kerja.

6. Menurut teori X dan teori Y


Gaya kepemimpinan menurut teori X dan Y dibedakan menjadi 4 macam:
a) Gaya Kepemimpinan Diktator. Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan
menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan
bentuk pelaksanaan dari teori X.
b) Gaya Kepemimpinan Autokratis. Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini
hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak
kurang. Segala keputusan berada ditangan pemimpin, pendapat dari bawah
tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari teori X.
c) Gaya Kepemimpinan Demokratis. Ditemukan adanya peran serta dari bawahan
dalam pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara
musyawarah. Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan teori Y
d) Gaya Kepemimpinan Santai. Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat
karena segala keputusan diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini
sesuai dengan teori Y.

7. Gaya kepemimpinan menurut Robert House


a) Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan
suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi
pada hasil yang di capai oleh bawahannya.
b) Supportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah
terhadap bawahan.
c) Partisipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan
saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
d) Berorientasi tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan
berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan septimal mungkin.

8. Menurut Hersey dan Blanchard


Gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard disebut gaya kepemimpinan
situasional yang didasarkan saling pengaruh antara perilaku kepemimpinan yang
ia terapkan, sejumlah pendukungan emosional yang ia berikan dan tingkat
kematangan bawahannya (hersey & Blanchard, 2000 dalam Usman, 2013)
Ada 4 gaya dasar kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard
yaitu :
a) Gaya 1 (G1) : Instruksi (memberitahukan)
Ini ditujukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah
dukungan, gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin
memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang
apa, bagaiman, bilamana dan dimana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh
pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan dan
pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.
b) Gaya 2 (G2) : Konsultasi (menjajakan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi
dukungan, dalam menggunakan gaya ini pempimpin masih banyak
memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan,
tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan komunikasi dua arah dan perilaku
mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan
yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan
ditingkatkan, pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada
pemimpin.
c) Gaya 3 (G3) : Partisipasi (mengikutsertakan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah
pengarahan. Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan
dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya 3 ini, pemimpin dan
pengikut saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuat
keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah
secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut. Hal ini sudah
sewajarnya karena pengikut memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas.
d) Gaya 4 (G4) : Delegasi (mendelegasikan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah
pengarahan. Pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan
bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang
kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan
kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk
memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin
memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan
pertunjukkan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan
keyakinan untuk memikul tanggungjawab dalam pengarahan perilaku mereka
sendiri.

Gambar 1. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan

2.3.2 Tingkat kedewasaan anggota tim


Kematangan (maturity) dalam kepemimpinan situasional dapat dirumuskan
sebagai suatu kemampuan dan kemauan orang-orang untuk bertanggungjawab
dalam mengarahkan perilakunya sendiri. Ada dua dimensi kematangan yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kematangan Pekerjaan
Dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu. Hal ini berkaitan
dengan pengetahuan dan keterampilan. Orang-orang yang memiliki kematangan
pekerjaan yang tinggi dalam bidang tertentu memiliki pengetahuan, kemampuan,
dan pengalaman untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu tanpa arahan dari orang
lain.
2. Kematangan Psikologis
Dikaitkan dengan kemauan atau motivasi untuk melakukan sesuatu. Hal ini
erat kaitannya dengan rasa yakin dan keikatan. Orang-orang yang sangat matang
secara psikologis dalam bidang atau tanggungjawab tertentu merasa bahwa
tanggungjawab merupakan hal yang penting serta memiliki rasa yakin terhadap
diri sendiri dan merasa dirinya mampu dalam aspek pekerjaan tertentu. Mereka
tidak membutuhkan dorongan ekstensif untuk mau melakukan hal-hal dalam
bidang tersebut.
Berdasarkan kemampuan dan kemauan yang dijelaskan tersebut, maka
kematangan pengikut dapat dikelompokkan menjadi empat level kematangan,
seperti tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Kontinum Tingkat Kematangan Pengikut


TINGGI SEDANG RENDAH
M4 M3 M2 M1
Mampu dan Mampu tetapi Tidak mampu tapi Tidak mampu dan
mau atau tidak mau atau mau atau percaya tidak mau atau
percaya diri tidak percaya diri diri tidak percaya diri

Indikator dari kesiapan setiap level tersebut adalah sebagai berikut:


1. Dalam Kematangan Level 1 (M1), pengikut tidak mampu dan kurang
komitmen dan motivasi untuk melaksanakan tugasnya atau dapat juga pengikut
tidak mampu dan merasa tidak percaya diri untuk melaksanakan tugasnya.
Indikator M1 atau tak mampu dan tidak mau antara lain adalah:
 Tidak melakukan tugas pada level yang dapat diterima
 Terintimidasi oleh tugasnya
 Tidak jelas mengenai arah tugas
 Penundaan pelaksanaan tugas
 Mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai tugas
 Menghindari tugas
 Menjadi defensif atau tidak enak untuk melaksanakan tugas.
2. Dalam Kematangan Level 2 (M2), pengikut tidak mampu akan tetapi
mempunyai kemauan untuk melaksanakan tugas. Pemimpin kurang
kemampuannya akan tetapi termotivasi untuk berupaya melaksanakan tugasnya.
Atau pengikut tidak mampu tapi punya percaya diri untuk melaksanakan tugasnya
sepanjang pemimpin berada di dekatnya untuk memberikan panduan.
Indikatornya adalah sebagai berikut:
 Tertarik dan responsif
 Menunjukkan kemampuan sedang
 Mau menerima masukan
 Penuh perhatian
 Antusiastik
 Mau melaksanakan tugas baru tanpa pengalaman.
3. Dalam Kematangan Level 3 (M3), pengikut mempunyai kemampuan akan tetapi
tidak mempunyai kemauan untuk mempergunakan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas. Dapat juga pengikut mempunyai kemampuan akan tetapi
tidak mempunyai percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Indikator kesiapan
ini adalah sebagai berikut:
 Telah menunjukkan pengetahuan dan kemampuan
 Tampak ragu-ragu untuk menyelesaikan atau mengambil langkah
berikutnya dalam melaksanakan tugas
 Kelihatannya takut, kaget dan bingung
 Tampak masa bodo untuk melaksanakan tugas sendiri
 Sering meminta balikan
4. Dalam Kematangan Level 4 (M4), pengikut mempunyai kemampuan dan kemauan
untuk melaksanakan tugas. Atau mungkin juga pengikut mempunyai kemampuan
dan mempunyai percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Indikator dari
kesiapan ini adalah:
 Membuat atasan selalu terinformasi tentang kemajuan pelaksanaan tugas
 Mempergunakan sumber secara efisien
 Bertanggungjawab dan berorientasi pada hasil
 Dapat melaksanakan tugas secara independent
 Berbagi berita baik dan buruk
 Membuat keputusan yang efektif mengenai tugas
 Melaksanakan standar tinggi
 Berbagi ide kreatif
 Menyelesaikan tugas tepat waktu atau lebih cepat

Kepemimpinan situasional berfokus pada kesesuaian atau efektivitas gaya


kepemimpinan sejalan dengan tingkat kematangan atau perkembangan yang
relevan dari para pengikut.
Instruksi (G1) diberikan untuk pengikut yang rendah kematangannya. Orang
yang tidak mampu dan mau (M1) memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan
sesuatu adalah tidak kompeten atau tidak memiliki keyakinan.
Konsultasi (G2) adalah untuk tingkat kematangan rendah ke sedang. Orang
yang tidak mampu tetapi berkeinginan (M2) untuk memikul tanggung jawab
memiliki keyakinan tetapi kurang memiliki keterampilan.
Partisipasi (G3) adalah bagi tingkat kematangan dari sedang ke tinggi.
Orang-orang pada tingkat perkembangan ini memiliki kemmapuan tetapi tidak
berkeinginan (M3) untuk melakukan suatu tugas yang diberikan.
Ketidakkeinginan mereka itu seringkali disebabkan karena kurangnya keyakinan.
Delegasi (G4) adalah bagi tingkat kematangan yang tinggi. Orang-orang
dengan kematangan seperti ini adalah mampu dan mau, atau mempunyai
keyakinan untuk memikul tanggung jawab.
Gambar 2 Model Kepemimpinan Situasional
2.4 Ciri dan keterampilan yang harus dikuasai pemimpin yang efektif
2.4.1 Ciri-ciri pemimpin yang efektif
Pemimpin yang efektif tidak berdasarkan pada sifat manusia tertentu, tetapi
terletak pada seberapa jauh seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang
dihadapinya (usman, 2013). Wexley dan Yulk dalam Usman (2013) menyatakan
bahwa terdapat beberapa persyaratan untuk menjadi pemimpin yang efektif, yaitu
kemmpuan yang lebih tinggi dari rata-rata bawahannya, antara lain:
a) Memiliki kecerdasan yang cukup
b) Memiliki kemamouan berbicara
c) Memiliki kepercayaan diri
d) Memiliki inisiatif
e) Memiliki motivasi berprestasi
f) Memiliki ambisi
Ciri kepemimpinan efektif menurut teori bakat (Swansburg, 1993; Nursalam
2011)
Intelegensi Kepribadian Perilaku
 Pengetahuan  Adaptasi  Kemampuan
 Keputusan  Kreatif bekerjasama
 Kelancaran berbicara  Kooperatif  Kemampuan
 Siap/Siaga interpersonal
 Rasa percaya diri  Kemampuan
 Integritas diplomasi

 Keseimbangan emosi  Partisipasi social


dan mengontrol  Prestise
 Independen
 Tenang

Karakteristik kepemimpinan yang efektif menurut Yulk (2010)


a. Sifat-sifat (motif-motif, kepribadian dan nilai-nilai)
b. Percaya diri dan optimisme
c. Keterampilan dan keahlian
d. Perilaku
e. Integritas (kejujuran, perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai)
f. Taktik atau seni mempengaruhi
g. Atribut tentang pengikut
Kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang berkualitas
(Suarli & Bahtiar, 2009) :
a. Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
b. Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif
c. Mempunyai kemampuan untuk menentukan prioritas
d. Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi

2.4.2 Keterampilan yang harus dikuasai pemimpin


Pemimpin memerlukan keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan
tertentu untuk berhasil. Elemen ini disebut kompetensi. Untuk mengkaji
kompetensi kepeminpinan bisa dengan cara membagi kompetensi tersebut ke
dalam empat kelompok atau domain.
Domain dan kompetensi kepemimpinan (Hillgerman, Diana (Ed,), The 2004
ACHEAUPHA Pedagogy Enchancement Work Group, June, 2005. Dalam
Buchbinder, 2014.):
a. Domain fungsional dan teknis
Kompetensinya : Pengetahuan usaha , kelihaian, visi strategis, pengambilan
keputusan dan mutu keputusan, etika dan nilai-nilai manajerial, penyelesaian
masalah, mengelola / mengatasi perubahan, ambiguitas, pemikiran sistem, otoritas
b. Domain pengembangan diri dan pemahaman diri
Kompetensinya : kesadaran diri dan kepercayaan diri, pengaturan diri dan
tanggungjawab pribadi, responsibilitas, kejujuran dan integritas, pembelajaran
seumur hidup, motivasi/ hasrat untuk berprestasi, empati dan kasih sayang,
fleksibilitas, tekad, keseimbangan hidup/kerja.
c. Domain antar personal
Kompetensinya : komunikasi, memotivasi, pemberdayaan bawahan,
manajemen proses kelompok, manajemen dan resolusi konflik, negosiasi,
presentasi formal, interaksi sosial.
d. Domain organisasi
Kompetensinya : desain organisasi, pembentukkan tim, penetapan prioritas,
kemampuan politis, mengelola dan mengukur kinerja,mengembangkan orang lain,
sumber daya manusia, sumber daya komunitas dan eksternal, mengelola
budaya/perbedaan.
Hersey & Blanchard (1988 dalam Cherry & Jacob, 2008) mengidentifikasi
3 hal yang diperlukan untuk kepemimpinan yang efektif yaitu :
1. Technical skills termasuk keahlian klinis dan tehnik keperawatan.
a. Menjaga keterampilan klinis dan pengetahuan yang terkini.
b. Memimpin anggota/staf dengan adequate dan kompeten serta
bertanggungjawab terhadap apa yang ditugaskan.
c. Bertindak sebagai konsultan dalam menyelesaikan masalah klinis serta
berkontribusi dalam kebijakan keperawatan dan mampu memberikan
pengajaran bagi orang lain.
2. Human skills memiliki kemampuan dan pertimbangan untuk bekerjasama
dengan orang-orang dalam peran kepemimpinan yang efektif.
a. Mampu mengembangkan dan menjadi role model suatu komitment untuk
menjadi lebih baik.
b. Menjaga kejujuran dan integritas dalam bekerjasama dan melaksanakan
pekerjaan
c. Memberikan dukungan moril dan memberi contoh bagi staf dalam
berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
d. Keluar dari kantor dan perhatikan area pasien, dengarkan keluhan pasien
dan staf (hanya diam dan duduk di kantor).
e. Menjadi seorang yang proaktif dalam menyelesaikan masalah.
3. Conceptual skills memiliki kemampuan untuk memahami kompleksitas
organisasi secara keseluruhan
a. Membuat komitmen dalam mendukung terhadap misi, visi dan tujuan
organisasi.
b. Memahami kebutuhan customer baik internal maupun eksternal.

H. PERAN DAN FUNGSI KEPALA RUANG


1. PERAN
Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah
peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas
pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan
keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat
serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.
2. FUNGSI
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000)
sebagai berikut:
1) Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek
dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan
biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana
perubahan.
2) Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, dan menetapkan metode.

Kriteria Pemimpin Yang Efektif Stephen R. Covey memberikan gambaran tentang


bagaimana perilaku pemimpin yang selalu mengedepankan perasaan di dalam
tindakannya. The 7 Habits of Highly Effective Person membahas tentang ini
dengan menguraikan bahwa beberapa kriteria pemimpin organisasi yang efektif
adalah:
1. Mau terus belajar, maksudnya adalah: Pemimpin harus
menganggap seluruh hidup-nya sebagai rangkaian dari proses
belajar yang tiada henti untuk mengembangkan pengetahuan dan
wawasannya.
2. Berorientasi pada pelayanan. Seorang pe-mimpin yang baik akan
melihat kehidupan ini sebagai misi bukan karir, dimana ukuran
keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan
melayani orang lain, karena dasar yang melandasi kepemimpinan
adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain.
3. Memberikan energi positif. Energi positif yang dipancarkan akan
dapat mempengaruhi orang-orang di sekitarnya, sehingga dapat
tampil sebagai juru damai dan penengah untuk menghadapi dan
membalikkan energi destruktif menjadi positif.
4. Mempercayai orang lain. Mempercayai orang lain, maka seorang
pemimpin dapat menggali dan menemukan kemampuan
tersembunyi dari pekerjanya.
5. Memiliki keseimbangan hidup. Pemimpin efektif merupakan
pribadi seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, bijak,
tidak gila kerja dan menjadi budak rencana-rencana sendiri.
6. Jujur pada diri sendiri. Sikap ini ditunjuk-kan dengan sikap mau
mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan sebagai hal yang
berjalan berdampingan dengan kegagalan.
7. Mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru. Pemimpin yang
mampu dan mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru akan
memiliki kehendak, inisiatif, kreatif, dinamis dan cerdik.
8. Memegang teguh prinsip. Mampu meme-gang teguh prinsip dan
tidak mudah dipengaruhi, namun untuk hal harus dikom-promikan
dapat bersifat luwes.
9. Sinergistik. Pemimpin harus bersikap siner-gistik dan menjadi
katalis perubahan, sehingga setiap situasi yang dimasukinya selalu
diupayakan menjadi lebih baik karena selalu produktif dalam cara-
cara baru dan kreatif.
10. Selalu memperbaharui diri. Pemimpin harus bersedia secara teratur
melatih empat dimensi kepribadian manusia, yaitu fisik, mental,
emosi, dan spiritual untuk memperbarui diri secara bertahap
BAB III

PENUTUP

Demikianlah berbagai teori kepemimpinan yang berkembang sampai saat


ini. Kajian lebih lanjut, dapat dipelajari pada literatur sebagaimana tercantum pada
Daftar Pustaka di bawah. Teori-teori di atas pada dasarnya dikembangkan dari
praktek kepemimpinan, sehingga fenomena teori kepemimpinan dalam kajian ini
dapat dikatakan tidak bertentangan dengan kondisi praktek kepemimpinan di
lapangan. Sehubungan dengan itu mudah-mudahan tulisan ringkas ini dapat
bermanfaat untuk refleksi tentang perilaku atau praktek kepemimpinan yang
sudah dijalankan untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan peningkatan
kinerja kepemimpinan pada masing-masing instansi peserta pelatihan.
Daftar Pustaka

Marquis, Bessie.L & Huston, Carol. J. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan. Jakarta : EGC

Sullivan, Eleanor. 2008. Effective Leadership Management and Nursing ed.6.

Kansas city: Pearson Education International.

Swansburg, Russel .C. 2000. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen

Keperawatan . Jakarta : EGC

Tomey, Ann Marriner. 2009. Nursing Management and Leadership. 8 ed. St.

Louis : Mosby Elsevier

Anda mungkin juga menyukai