Anda di halaman 1dari 11

KEPEMIMPINAN DAN KREATIVITAS INOVASI

KEWIRAUSAHAAN & AKUNTANSI

KELOMPOK 2
KEWIRAUSAHAAN DAN AKUNTANSI

Rafli Imani Firjatullah 01031482225002


Gaga Sulistio 01031482225007
M. Daffa Alrizki 01031482225012
Mila Failasufa 01031482225022
Nadya Mara’tus Solikhah 01031482225028
Rizky Irama Simanjuntak 01031482225031

DOSEN : CHRISTIAN DAMAR SAGARA SITEPU S.E.,M.SI.


PEMBAHASAN

(GAGA SULISTIO)
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi bawahan atau kelompok
untuk bekerja sama mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Kepemimpinan
dapat terjadi di mana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya
mempengaruhi perilaku orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu.
• Pentingnya Kepemimpinan
1. Agar tujuan organisasi tercapai.
2. Agar yang dipimpin nyaman bekerja dalam mencapai tujuan organisasi
3. Agar organisasi yang dipimpin dapat menjaga kelangsungan hidup dan
perkembangannya.
4. Agar memiliki teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis/seirama, dan
lincah dalam menyelesaikan masalah dan menghadapi tantangan serta dalam
menanggapi aspirasi yang berkembang.
• Tipe Kepemimpinan
1. Kepemimpinan Klasik
Kepemimpinan klasik adalah kepemimpinan yang ditandai oleh sifat dominatif,
direktif, otoritatif, dan para pengikut harus patuh/taat melaksanakan perintah
pimpinan dan tertutup pertanyaan. Sifat-sifat tersebut ada karena pemimpinlah satu-
satunya otoritas yang berhak menafsirkan kebenaran yang sah. Kerajaan-kerajaan dan
negara-negara totalitarian pada umumnya menerapkan paradigma kepemimpinan
klasik (Uni Soviet/semua presiden sebelum Garberchov, Jerman/dibawah Hitler,
Singapore/Lee Kwan Yew, dsb.). Jadi, pemimpin mendekte pengikut “apa yang harus
dilakukan” tanpa konsultasi.

2. Kepemimpinan Berdasarkan Sifat Pembawaan


Teori ini meyakini bahwa pemimpin itu dilahirkan yang berarti pembawaan, bukan
dipersiapkan/didikan.Sifat pembawaan pemimpin meliputi kualitas jiwa dan raga
yang dapat digunakan untuk membedakan pemimpin dan pengikut. Contoh sifat
pembawaan misalnya: kecerdasan intelektual, tubuh yang gagah dan tinggi,
kepercayaan diri yg tinggi, dan tingkat energi.
3. Kepemimpinan Berdasarkan Perilaku
Teori ini meyakini bahwa perilaku pemimpin secara langsung mempengaruhi
efektivitas kerja yang dipimpin, dan pemimpin dapat dipersiapkan/ dipelajari, bukan
dilahirkan. Tiga jenis gaya perilaku pemimpin yaitu otoritarian, demokratik, dan
pasif/pembiaran. Ketiganya dapat dipecah- pecah lagi lebih rinci.
4. Kepemimpinan Kharismatik
Kepemimpinan karismatik adalah jenis kepemimpinan yang mengandalkan pada
karisma seorang pemimpin. Karisma seorang pemimpin ditunjukkan oleh
kewibawaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi yang
dipimpin. Kewibawaan bersumber pada aspek psikologis dan fisik seorang pemimpin.

(RIZKI IRAMA)
5. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah jenis kepemimpinan yang mengandalkan
transaksi antara pemimpin dan yang dipimpin. Artinya, ada kesepakatan atau tawar
menawar antara pemimpin dan yang dipimpin (politik dagang sapi). Pemimpin
meminta yang dipimpin melakukan sesuatu dan yang dipimpin akan diberi imbal jasa
jika yang dipimpin telah melaksanakan perintah sang pemimpin.
6. Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional dapat diartikan bahwa keefektifan gaya kepemimpinan
tertentu tergantung pada situasi. Jika situasi berubah, gaya kepemimpinan yang
digunakan juga harus berubah. Jadi, tidak ada satu gaya kepemimpinan terbaik yang
berlaku untuk semua situasi. Situasi adalah lingkungan yang berada di sekitar
pemimpin, baik dalam bentuk fisik maupun non-fisik, yang perlu dipertimbangkan
sebelum memilih jenis kepemimpinan tertentu. Situasi yang dimaksud dapat berupa:
orang yang dipimpin, jenis pekerjaan, waktu, sistem/ struktur (politik, ekonomi,
teknologi, sosial, dsb.), dan kultur.
Dalam melakukan “interaksi” dengan yang dipimpin, seorang pemimpin selalu
memilih “cara” memimpin yang paling tepat berdasarkan visi yang jelas, situasi yang
dipimpin dan kondisi lingkungan yang mempengaruhinya. Dengan memper-
timbangkan tiga hal ini, seorang pemimpin dapat menggunakan salah satu atau
kombinasi cara-cara memimpin berikut: mengarahkan, memberi contoh,
membimbing, mempengaruhi, mengkocing, memfasilitasi, mendukung, mendorong,
memotivasi, mendelegasi, dan/atau cara lain yang tepat.
Menurut teori kepemimpinan situasional, perilaku pemimpin yang efektif juga
tergantung pada tingkat kesiapan yang dipimpin. Kesiapan yang dimaksud adalah
sejauhmana yang dipimpin memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk
menyelesaikan suatu tugas. Jika kesiapan yang dipimpin meningkat, disarankan
kepemimpinan bergerak secara gradual dari direktif (dominatif) ke kocing, ke
dukungan, ke partisipasi dan akhirnya ke delegasi.
7. Kepemimpinan Visioner/Transformasional
Kepemimpinan visioner/transformasional adalah kepemimpinan yang mengandalkan
visi pemimpin sebagai inspirasi untuk mengarahkan pengikutnya. Tiga hal yang harus
dilakukan oleh pemimpin transformasional:
(1) Menyadari perlunya perubahan
(2) Menciptakan visi baru
(3) Melembagakan perubahan. Dalam literatur, paradigma ini sering disebut
paradigma ideal khususnya untuk melakukan transformasi organisasi.
8. Kepemimpinan Organik
Dalam kepemimpinan organik, pemimpin tidak menjadi figur sentral, akan tetapi
kelompok secara keseluruhan menjadi kuncinya. Konsensus kelompok yang bisa
menentukan siapa yang seharusnya menjadi pemimpin dan berapa lama. Jadi,
kepemimpinan tak perlu bersarang pada individu tertentu, meskipun individu tersebut
menduduki peran kepemimpinan untuk tujuan tertentu. Kompleksitas masalah yang
dihadapi oleh organisasi membuat pemimpin sentral tunggal tidak lagi relevan.
Perspektif dan kemampuan majemuk sangat diperlukan untuk memecahkan
kompleksitas masalah yang dihadapi oleh suatu institusi/ organisasi.

(RAFLI IMANI)
KEPEMIMPINAN DALAM AKUNTANSI
Pengajar akuntansi telah menyadari pentingnya keterampilan kepemimpinan
bagi siapapun yang masuk dalam profesi akuntansi. Bloch et al. (2012) mensitasi
dari survey praktisioner dan menemukan bahwa hasil survey tersebut
mengindikasikan pentingnya keterampilan kepemimpinan, akan tetapi hasil survey
ini juga menemukan absennya topik kepemimpinan dalam kurikulum akuntansi,
bersamaan dengan keterbatasan sumber instruktusional yang tersedia untuk
mahasiswa akuntansi. Mereka mengembangkan modul kepemimpinan tiga-minggu
yang berharga yang akan digunakan dalam mata kuliah akuntansi biaya, dan mereka
menyatakan bahwa modul ini juga bisa digunakan untuk mata kuliah level lebih
tinggi. Modul mereka ini diorganisasi seputar dua konsep penting kepemimpinan
yaitu
(1) Pendefinisian sebuah visi dan memotivasi orang lain
(2) Membangun budaya integritas organisasi.
Pada tahun 1990 Accounting Education Change Commission di Amerika Serikat
mengidentifikasi orientasi profesional yang dibutuhkan oleh lulusan akuntansi
untuk masuk ke dunia profesi, yang menunjukkan berbagai kualitas seperti etika,
pertimbangan berbasis-nilai (value-based judgments), integritas, objektivitas, dan
peduli dengan kepentingan publik. Komisi ini juga mengidentifikasi kecakapan
(capibilities) yang dibutuhkan oleh lulusan akuntansi. Kecapakan personal dan
perilaku tersebut meliputi motivasi, persistensi, dan kepemimpinan, sementara
keterampilan interpersonal meliputi bekerjasama dengan orang lain, memimpin
mereka dan menyelesaikan konflik. Satu dekade kemudian, tetapi sebelumnya
meletusnya kasus Enron, Albrecht and Sack (2000) mengidentifikasi sejumlah
masalah terkait dengan pendidikan akuntansi, meliputi tidak diperhatikannya
dengan baik isu-isu nilai, etika dan integritas. Mereka juga merekomendasikan
lebih banyak waktu dan upaya untuk membangun keterampilan yang dibutuhkan
untuk membantu kesuksesan lulusan nantinya, meliputi komunikasi lisan dan
tulisan, keterampilan interpesrsonal, kerjasama tim (teamwork), kepemimpinan dan
sikap profesional. Bean dan Bernardi (2007) mengusulkan sebuah mata kuliah etika
yang berdiri sendiri dan merekomendasikan topik-topik spesifik untuk mata kuliah
tersebut yang memuat etika dan kepemimpinan. Mereka berargumen bahwa,
dengan kepemimpinan yang baik, maka nilai-nilai etika dapat ditegakkan.
Kelihatan sekali bahwa skill kepemimpinan adalah sebuah keniscayaan dalam
profesi akuntansi, dan agar keterampilan ini dapat dimiliki oleh para mahasiswa
akuntansi, maka pengetahuan tentangnya harus ditampung di dalam kurikulum
akuntansi. Jurnal WRA, Vol 2, No 2, Okto.
(M. DAFFA ALRIZKI)
KETERAMPILAN KEPEMIMPINAN DAN AKUNTANSI
Tampaknya ada ketidaksesuaian antara keinginan untuk keterampilan
kepemimpinan dalam profesi akuntansi dengan jumlah perhatian yang diberikan
terhadap keterampilan ini dalam kurikulum akuntansi saat ini. Salah satu indikasi
ketidaksesuaian ini dilaporkan oleh Jackling dan de Lange (2009), yang meneliti
perspektif dari kedua pihak yaitu lulusan baru dan pemberi kerja (perusahaan).
Mereka menemukan, berdasarkan wawancara dengan 12 manajer sumber daya
manusia dan survei dari 174 siswa, terdapat kesenjangan antara persepsi lulusan
tentang keterampilan yang diperoleh dalam studi universitas mereka dan harapan
pemberi kerja.
Bukti lebih lanjut dari ketidakcocokan dalam penekanan pada keterampilan
kepemimpinan yang dituntut oleh pemberi kerja dan sejauh mana kemampuan ini
dipertimbangkan dalam kurikulum akuntansi dapat ditemukan dengan memeriksa
literatur terbaru dalam pendidikan akuntansi. Jackling dan de Lange (2009)
menyatakan bahwa mereka menemukan sedikit sekali artikel terbaru yang secara
khusus menjelaskan instruksi kepemimpinan dalam kelas akuntansi. Dalam artikel
tentang bagaimana mengintegrasikan pengalaman kepemimpinan ke dalam
kurikulum akuntansi.
Burney dan Matherly (2008) mendiskusikan bagaimana mereka mengorganisir
kelas akuntansi biaya menjadi kelompok-kelompok kecil dan memberikan
penugasan kepada mahasiswa berupa proyek-proyek. Dalam melakukan proyek-
proyek ini, mahasiswa ditugaskan untuk kemudian diminta untuk mengevaluasi
kemampuan kepemimpinan dan keterampilan kerja sama dalam tim mereka sendiri
dan keterampilan pihak lain. Dalam sebuah survei yang diambil pada akhir
kegiatan/proyek, para mahasiswa di kelas terfokus kepemimpinan ini, melaporkan
bahwa hanya 7 persen dari waktu mereka ditujukan untuk mengembangkan
keterampilan kepemimpinan mereka.
Meskipun demikian, waktu yang tidak banyak ini tampaknya telah membuat
berhasil membuat sedikit perbedaan, karena siswa ini dilaporkan lebih percaya diri
tentang keterampilan kepemimpinan mereka daripada mahasiswa yang berada di
kelas tanpa fokus kepemimpinan. Barangkali banyak kesenjangan antara apa yang
pendidik akuntansi lakukan dan apa yang sedang dituntut oleh para pemangku
kepentingan di bidang pengembangan kepemimpinan disebabkan oleh keyakinan
bahwa kepemimpinan sudah diajarkan dalam mata kuliah bisnis lainnya (seperti
mata kuliah yang ditawarkan dalam jurusan manajemen) atau bahwa tujuan
pendidikan yang berkaitan dengan kepemimpinan adalah poin/hal yang terlalu
besar untuk dicapai dalam kurikulum akuntansi. Keyakinan ini akan muncul untuk
mendukung argumen bahwa jurusan akuntansi akan dapat memberikan layanan
lebih baik kepada para mahasiswanya dengan mengabaikan topik kepemimpinan
dan cukup berkonsentrasi pada pengetahuan teknis atau kompetensi akuntansi
selain pengembangan kepemimpinan.
Burney dan Matherly (2008) dan Bloch et al. (2012) menolak cara pandang
demikian. Mereka percaya bahwa pengembangan keterampilan kepemimpinan
adalah sebuah perjalanan yang dimulai dengan membantu mahasiswa untuk
menganggap diri mereka sebagai pemimpin masa depan. Intervensi dan
pembelajaran kepemimpinan menurut mereka dimaksudkan untuk membantu
mahasiswa akuntansi membuat kemajuan lebih lanjut dalam perjalanan mereka
menjadi seorang pemimpin yang efektif. Lebih khusus lagi, hal ini dimaksudkan
untuk membantu mahasiswa mengembangkan pola pikir kepemimpinan yang akan
memberdayakan mereka untuk mencari dan merangkul peluang masa depan dengan
bekal kemampuan kemampuan kepemimpinan yang baik dan memadai.
Burney dan Matherly (2008) menjelaskan tentang mindset theory dalam
perdebatan mengenai apakah pimpinan (leader) dilahirkan atau dilatih. Teori
Mindset memiliki dua aliran literatur. Yang pertama mendefinisikan pola pikir
deliberatif dan implemental (seperti dijelaskan dalam Gollwitzer 1990), dan tidak
relevan dengan gagasan pola pikir seperti yang digunakan dalam beberapa tulisan
yang mendukung bahwa keterampilan kepemimpinan dapat dikembangkan. Aliran
kedua mendefinisikan pola pikir tetap and pola pikir bertumbuh (Dweck 2006).
Aliran “pola pikir tetap'' melihat keterampilan seseorang yang ada sebagai statis
dan tidak dapat diubah, sementara aliran ''pola pikir bertumbuh” memungkinkan
seseorang untuk belajar dari kegagalan dan berubah untuk kemudian tumbuh
melalui aplikasi dan pengalaman. Artikel ini berpihak kepada gagasan bahwa
keterampilan kepemimpinan mahasiswa tidak statis dan tidak tak dapat diubah,
akan tetapi merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan oleh mahasiswa asalkan
mereka memiliki pola pikir pertumbuhan yang appropriate.

(MILA FAILASUFA)
KREATIVITAS INOVASI
Innovation leader adalah seorang pemimpin yang mampu menginspirasi dalam
memberikan gagasan sehingga organisasi dapat beradaptasi dengan kondisi
eksternal dan mencapai tujuannya. Karena peran pemimpin sangat kuat dalam
sebuah organisasi, innovation leader mampu menggerakan anggota-anggota
lainnya untuk berpikir kreatif. Jadi, bukan hanya dirinya (pemimpin) saja yang bisa
menemukan gagasan baru, namun juga anggotanya.
Innovation leader memiliki kemampuan yang hebat dalam melihat peluang dan
mengembangkannya. Dia juga dapat memengaruhi orang sekitarnya untuk berpikir
inovatif, kreatif, dan solutif. Dengan gaya kepemimpinan yang inovatif, organisasi
bisa mencapai banyak peluang.
Bagaimana Sifat Innovation Leader?
Pemimpin yang berhasil membawa kelompoknya mencapai tujuan dengan berbagai
inovasi setidaknya memiliki 6 sifat ini:
1. Bisa mengombinasikan antara perasaan dan kenyataan
2. Menerima ketidakpastian, kegagalan, dan risiko
3. Memiliki passion yang tinggi
4. Berkemauan untuk mencari ide dan teknologi lainnya
5. Berani untuk memulai dan memberhentikan projek
Kemampuan untuk membentuk dan mengarahkan tim menjadi inovatif
Innovation leader paham bahwa inovasi adalah usaha kelompok karena
memerlukan berbagai macam kemampuan untuk merealisasikan inovasi tersebut.
Kreatif adalah proses pemikiran yang membantu mencetuskan berbagai gagasan
baru yang merupakan salah satu sifat manusia yang dibentuk dari proses
pengalaman sehingga orang tersebut bisa terus memperbaiki dan mengembangkan
dirinya (Anderos : 1961).
Seorang pemimpin yang kreatif juga mampu memberikan inspirasi kepada
karyawannya untuk selalu memikirkan ide-ide baru sehingga dengan banyaknya ide
baru tujuan suatu perusahaan lebih mudah tercapai secara efektif dan efisien
daripada menggunakan strategi yang sama terus-menerus. Selain itu, dengan
memfasilitasi kreativitas kepada karyawannya dapat tercipta lingkungan bisnis
yang inovatif sehingga suatu perusahaan mampu bertahan di masa depan.
Kemudian jika terdapat suatu masalah dalam perusahaan tidak hanya pemimpinnya
saja yang mampu berpikir namun semua karyawan mampu berkontribusi agar
masalah tersebut cepat terselesaikan.

John Cleese mengatakan bahwa kreativitas bukanlah satu bakat tetapi


merupakan cara seseorang mengerjakan sesuatu.
Dengan adanya kreativitas dalam jiwa kepemimpinan maka akan memuncul
sikap kognitif pada diri seseorang (Bowd, McDougall dan Yewchuck ,1994) yaitu
- Fluency : kelancaran menjawab pertanyaan;
- Flexibility : mampu menghasilkan gagasan yg tidak biasa;
- Originality : mampu melihat dari sudut pandang yang berbeda dan mampu
menghasilkan gagasan yang original;
- Elaboration:mampu mengelaborasi konsep dan mengimplementasikan;
- Visualization : mampu berimajinasi dan memvisualisasikan konsep;
- Transformation : mampu mengubah suatu benda/gagasan pada benda/obyek lain
dan melihat makna & manfaat dgn cara baru;
- Intuition : kemampuan melihat hubungan/ kaitan suatu hal dgn hal lain dalam
kondisi informasi terbatas
- Synthesis : kemampuan mengkombinasikan bagian-bagian ke dalam
keseluruhan yang kompak dan logis.
(NADYA MARA’ATUS SOLIKHAH)
Kaitan kepemimpinan yang kreatif dan inovatif dengan Akuntansi
Kepemimpinan berkaitan dengan Akuntansi manajemen, akuntan juga
membutuhkan skill leadership yang bertujuan untuk mengatur proses persiapan
laporan keuangan ataupun laporan operasional bisnis yang membantu manajer dan
akuntan membuat keputusan jangka pendek dan jangka panjang.
Contoh : Founder ingin melihat informasi keuangan yang ditampilkan dengan
persentase unit yang diproduksi pada periode tertentu. Sementara, manajer
departemen SDM ingin melihat grafik gaji karyawan selama periode tertentu. Maka
manajer keuangan departemen produksi dan investasi mampu memenuhi kebutuhan
kedua departemen dengan menawarkan informasi dalam format apapun, serta
bermanfaat bagi kebutuhan spesifik tersebut.
Data yang dikumpulkan mencakup semua bidang akuntansi yang
menginformasikan manajemen operasional bisnis yang berkaitan dengan biaya
produk atau layanan yang dibeli oleh perusahaan. Akuntan manajemen
menggunakan anggaran untuk mengukur rencana operasi bisnis.
Sementara itu, laporan kinerja digunakan untuk mencatat penyimpangan hasil
aktual dibandingkan dengan yang dianggarkan.
Fungsi Manajemen (leadership) akuntansi :
1. Memprediksi Bisnis di Masa Mendatang
2. Memudahkan Keputusan Bisnis
3. Memperkirakan Arus Kas
4. Menganalisis Tingkat Pengembalian
5. Perencanaan
6. Identifikasi Masalah Bisnis
KESIMPULAN

Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi bawahan atau kelompok


untuk bekerja sama mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Kepemimpinan
dapat terjadi di mana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya
mempengaruhi perilaku orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Sedangkan kreativitas inovasi merupakan seorang pemimpin yang mampu
menginspirasi dalam memberikan gagasan sehingga organisasi dapat beradaptasi
dengan kondisi eksternal dan mencapai tujuannya. Karena peran pemimpin sangat
kuat dalam sebuah organisasi, innovation leader mampu menggerakan anggota-
anggota lainnya untuk berpikir kreatif. Jadi, bukan hanya dirinya (pemimpin) saja
yang bisa menemukan gagasan baru, namun juga anggotanya.

Anda mungkin juga menyukai