PELAKSANAANNYA
MAKALAH
Oleh :
KELAS B
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah , puji syukur kehadiran allah swt atas segala nikmat dan karunia-
Nya sehingga makalah yang berjudul “Demokrasi di Indonesia secara Teori dan
Pelaksanaannya” ini dapat di selesaikan. Salawat serta salam senantiasa tercurah
kepada sebaik-baik manusia, nabi Muhammad saw .,keluarganya, dan sahabatnya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman -teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bias di susun dengan baik dan
rapi.
Makalah ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran konstruktif dari pembaca
guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini
menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin ya
robbal’alamin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................... ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan
masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Ada pun
rumusan masalahnya sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud demokrasi?
2. Apa manfaat demokrasi?
3. Sebutkan dan jelaskan nilai-nilai demokrasi?
4. Apa prinsip dan parameter demokrasi?
5. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis demokrasi?
6. Bagaimana budaya politik di Indonesia?
1
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur
atau kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku
atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas.
Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan
masalah yang akan di bahas dengan melakukan perumusan masalah,
melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan
sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan
penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
1
A. Ubaedillah, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Pancasila Demokrasi dan
Pencegahan Korupsi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015) hlm. 81.
3
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan
politik.2
B. Sejarah Demokrasi
2
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi Hak
Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, ( Jakarta: Pernada Media Group, 2008) hlm. 36.
3
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi Hak
Asasi Manusia dan Masyarakat Madani…, hlm. 37.
4
Sejarah demokrasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam empat periode: periode
1945-1959, periode 1959-1965, periode 1965-1998, dan pesca-Orde Baru.
Periode 1945-1959
Periode 1959-1965
5
berkembangnya4 pengaruh komunis dan peranan tentara (ABRI) dalam panggung
politik nasional. Hal ini disababkan oleh lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
sebagai usaha untuk mencari jalan keluar dari kebuntuan politik melalui
pembentukan kepemimpinan personal yang kuat. Sekalipun UUD 1945 memberi
peluang seorang presiden untuk memimpin pemerintahan selama lima tahun,
ketetapan MPRS No.III/1963 mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden seumur
hidup. Dengan lahirnya ketetapan MPRS ini secara otomatis telah membatalkan
pembatasan waktu lima tahun sebagaimana ketetapan UUD 1945.
Kondisi ini masih diperburuk dengan peran politik Partai Komunis Indonesia
(PKI) yang mendominasi di kehidupan politik Indonesia. Bersandar pada Dekrit
Presiden 5 Juli sebagai sumber hukum, didirikan banyak badan ekstra
4
A. Ubaedillah, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Pancasila Demokrasi dan
Pencegahan Korupsi…, hlm. 89.
6
konstitusional seperti Front Nasional yang digunakan oleh PKI sebagai wadah
kegiatan politik. Front Nasional telah dimanipulasi oleh PKI untuk menjadi bagian
strategi taktik komunisme internasional yang menggariskan pembentukan Front
Nasional sebagai persiapan 7erakan terbentuknya demokrasi rakyat. Strategi politik
PKI untuk mendulang keuntungan dari karisma kepemimpinan Presiden Soekarno
dilakukan dengan cara mendukung pemberedelan pers dan partai politik yang tidak
sejalan dengan kebijakan pemerintahan seperti yang dilakukan Presiden atas Partai
Masyumi.
Perilaku politik PKI yang sewenang-wenang ini tentu tidak dibiarkan begitu
saja oleh partai politik lainnya dan kalangan militer (TNI), yang pada waktu itu
merupakan salah satu komponen politik penting Presirden Soekarno. Akhir dari 5
sistem demokrasi Terpimpin Soekarno ang berakibat pada perseteruan pilitik
idelogis antara PKI dan TNI adalah peristiwa berdarah yang dikenal dengan erakan
30 September 1965.
Periode 1965-1998
5
A. Ubaedillah. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Pancasila Demokrasi dan
Pencegahan Korupsi…, hlm. 90.
7
Demokrasi Pancasila secara garis besar menawarkan tiga komponen
demokrasi. Pertama, demokrasi dalam bidang politik pada hakikatnya adalah
menegakkan kembali asas-asas negara hukum dan kepastian hukum. Kedua,
demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakikatnya adalah kehidupan yang layak
bagi semua warga negara. Ketiga, demokrasi dalam bidang hukum pada hakikatnya
bahwa pengakuan dan perlingungan HAM, peradilan yang bebas tidak memihak.
Hal yang sangat disayangkan di masa ini adalah alih-alih pelaksanaan ajaran
Pancasila secara murni dan konsekuen, Demokrasi Pancasila yang dikampanyekan
oelh Orde Baru sebtas retorika politik belaka. Dalam praktik kenegaraan dan
pemerintahannya, penguasa Orde Baru bertindak jauh dari prinsip-prinsip
demokrasi. Ketidakdemokratisan penguasa Orde Baru ditandai oleh: (1)
dominannya peranan militer (ABRI); (2) birokratisasi dan sentralisasi pengambilan
keputusan politik; (3) pengebirian peran dan fungsi partai politik; (4) campur
tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik dan 8embag; (5) politik
masa mengambang; (6) monolitisasi ideologi negara; dan (7) inkorporasi lembaga
non-pemerintah.
Periode pasca-Orde Baru sering disebut dengan era Reformasi. Periode ini
erat hubungannya dengan gerakan reformasi rakyat yang menuntut pelaksanaan
demokrasi HAM secara konsekuen. Tuntunan ini ditandai oleh lengsernya Presiden
Soeharto dari tampuk kekuasaan Orde Baru pada Mei 1998, setepah lebih dari tiga
puluh tahun berkuasa dengan Demokrasi Pancasilanya. Penyelewengan atas6 dasar
negara Pancasila oleh penguasa Orde Baru berdampak pada sikap antipati sabagian
masyarakat terhadap dasar negara tersebut.
6
A. Ubaedillah. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Pancasila Demokrasi dan
Pencegahan Korupsi…, hlm. 91.
8
Bercermin pada pengalaman mamipulasi atas Pancasila oleh penguasa Orde Baru
adalah demokrasi tanpa nama atau demokrasi tanpa embel-embel di mana hak
rakyat merupakan komponen inti dalam mekanisme dan pelaksanaan pemerintahan
yang demokratis. Wacana demokrasi pasca-Orde Baru erat kaitannya dengan
pemberdayaan masyarakat madani (civil society) dan penegakan HAM secara
sungguh-sungguh.7
C. Manfaat Demokrasi
7
A. Ubaedillah. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Pancasila Demokrasi dan
Pencegahan Korupsi…, hlm. 92.
8
Winarno, S.Pd., M.Si., Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) hlm. 93.
9
f. Mobokrasi/Okhlokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang dipegang
oleh rakyat tetapi rakyat yang tidak tahu apa-apa, rakyat yang tidak
berpendidikan, dan rakyat yang tidak paham tentang pemerintahan, yang
akhirnya pemerintahan yang dijalankan tidak berhasil untuk kepentingan
rakyat banyak.
Bentuk pemerintahan seperti di atas, sekarang ini tidak lagi dianut oleh
banyak negara. Adapun bentuk pemerintahan yang dianut atau diterima dewasa ini
adalah bentuk pemerintahan modern menurut Nicollo Machiavelli.
10
dari sekedar bentuk pemerintahan. Beberapa ahli telah mendefinisikan demokrasi
sebagai sistem politik. Misalnya:
sistem politik dewasa ini dibedakan menjadi dua (Huntington, 2001), yaitu
sistem politik demokrasi dan sistem politik nondemokrasi. Termasuk sistem politik
nondemokrasi adalah sistem politik otoriter, totaliter, sistem diktator rezim militer,
rezim satu partai, monarki absolut, dan sistem komunis. Sistem politik
(pemerintahan) demokrasi adalah sistem pemerintahan dalam suatu negara yang
menjalankan prinsip-prinsip kediktatoran/otoritarian. Umumnya dianggap bahwa
prinsip-prinsip kediktatoran/otoritarian adalah lawan dari prinsip-prinsip
demokrasi.
Negara baik bentuk kerajaan maupun bentuk republik dapat saja merupakan
negara demokrasi atau negara kedikatatoran, tergantung dari prinsip-prinsip yang
dijalankan dalam penyelenggaraan negara. Dengan demikian, ada negara kerajaan
yang demokratis dan negara republik yang sifatnya diktator atau otoriter.
9
Winarno, S.Pd., M.Si., Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi…, hlm. 94.
11
Sukarna dalam buku Demokrasi Vs Kediktatoran (1981) mengemukakan
adanya beberapa prinsip dari demokrasi dan prinsip-prinsip dari otoritarian atau
kediktatoran. Adapun prinsip-prinsip dari sistem politik demokrasi, sebagai berikut:
10
Winarno, S.Pd., M.Si., Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi…, hlm. 95.
12
kebalikan dari prinsip-prinsip demokrasi adalah prinsip kediktatoran yang
berlaku pada sistem politik otoriter atau totaliter. Prinsip-prinsip ini bisa disebut
sebagai prinsip nondemokrasi, yaitu sebagai berikut.
13
n. Penyelesaian perpecahan atau perbedaan dengan cara kekerasan dan
penggunaan paksaan.11
o. Tidak ada jaminan terhadpa hak-hak dan kebebasan individu dalam batas
tertentu, misalnya kebebasan berbicara, kebebasan beragama, bebas dari
rasa takut.
p. Prinsip dogmatisme dan banyak berlaku doktrin.
D. Nilai-Nilai Demokrasi
11
Winarno, S.Pd., M.Si., Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi…, hlm. 96.
12
Winarno, S.Pd., M.Si., Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi…, hlm. 97.
14
menghormati dan berupaya merealisasikan nilai-nilai demokrasi (Sukro kamil,
2002). Berikut ini adalah daftar penting norma-norma dan pandangan hidup
demokratis yang dikemukakan oleh Nurcholish Madjid (Cak Nur). Menurut
Nurcholish Madjid pandangan hidup demokratis berdasarkan pada bahan-bahan
telah berkembang, baik secara teoritis maupun pengalaman praktis di negeri-negeri
yang demokrasinya cukup mapan paling tidak mencakup tujuh norma. Ketujuh
norma itu sebagai berikut:
13
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic Education) : Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani.( Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayyatullah, 2003), hlm.
113.
15
Korelasi prinsip itu ialah kesediaan untuk kemungkinan menerima bentuk-bentuk
tertentu kompromi atau islah. Korelasinya yang lain ialah seberapa jauh kita bisa
bersikap dewasa dalam mengemukakan pendapat, dan kemungkinan mengambil
pendapat yang lebih baik. Dalam masyarakat yang belum terlatih benar untuk
berdemokrasi, sering terjadi kejenuhan antara mengkritik yang sehat dan
bertanggung jawab, dan menghina yang merusak dan tanpa tanggung jawab.
Keempat, pemufakatan yang jujur dan sehat adalah hasil akhir musyawarah
yang jujur dan sehat. Suasana masyarakat demokratis dituntut untuk menguasai dan
menjalankan senin permusyawaratan yang jujur dan sehat itu guna mencapai
pemufakatan yang juga jujur dan sehat. Pemufakatan yang dicapai melalui
"engineering", manipulasi atau taktik-taktik yang sesungguhnya hasil sebuah
konspirasi, bukan saja merupakan pemufakatan yang curang, cacat atau sakit,
malah dapat disebut sebagai penghianatan pada nilai dan semangat demokrasi.
Karena itu, faktor ketulusan dalam usaha bersama mewujudkan tatanan sosial yang
baik untuk semua merupakan hal yang sangat pokok. Faktor ketulusan itu
mengandung makna pembebasan diri dari vested interest 14yang sempit. Prinsip ini
14
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani…, hlm. 114.
16
pun terkait dengan paham musyawarah seperti telah dikemukakan di atas.
Musyawarah yang benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing-masing
pribadi atau kelompok yang bersangkutan mempunyai kesediaan psikologis untuk
melihat kemungkinan orang lain benar dan diri sendiri salah, dan bahwa setiap
orang pada dasarnya baik, berkecenderungan baik, dan beritikad baik.
17
Ketujuh, dalam keseharian, kita bisa berbicara tentang pentingnya pendidikan
demokrasi. Tapi karena pengalaman kita yang belum pernah dengan sungguh-
sungguh menyaksikan atau apalagi merasakan hidup berdemokrasi –ditambah lagi
dengan kenyataan bahwa " demokrasi " dalam abad ini yang dimaksud adalah
demokrasi modern– maka 15 bayangan kita tentang "pendidikan demokrasi"
umumnya masih terbatas pada usaha indoktrinasi dan penyuapan konsep-konsep
secara verbalistik. Terjadinya diskrepansi (jurang pemisah) antara das sein dan das
sollen dalam konteks ini ialah akibat dari kuatnya budaya "menggurui" (secara
feodalistik) dalam masyarakat kita, sehingga verbalisme yang dihasilkannya juga
menghasilkan kepuasan tersendiri dan membuat yang bersangkutan merasa telah
berbuat sesuatu dalam penegakkan demokrasi hanya karena telah berbicara tanpa
prilaku. Pandangan hidup demokratis terlaksana dalam abad kesadaran universal
sekarang ini, maka nilai-nilai dan pengertian-pengertiannya harus dijadikan unsur
yang menyatu dengan sistem pendidikan kita. Tidak dalama arti menjadikannya
muatan kurikuler yang klise, tetapi diwujudkan dalam hidup nyata (lived in) dalam
sistem pendidikan kita. Kita harus mulai dengan sungguh-sungguh memikirkan
untuk membiasakan anak didik dan masyarakat umumnya siap menghadapi
perbedaan pendapat dan tradisi pemilihan terbuka untuk menentukan pimpinan atau
kebijakan. Jadi pendidikan demokrasi tidak saja dalam kesian konsep verbalistik,
melainkan telah membumi (menyatu) dalam interaksi dan pergaulan sosial baik
dikelas maupun di luar kelas.16
15
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani…, hlm. 115.
16
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani…, hlm. 116.
18
yang harus ada dalam sistem demokrasi yaitu: kontrol atas keputusan pemerintah,
pemilihan yang teliti dan jujur, hak memilih dan dipilih, kebebasan menyatakan
pendapat tanpa ancaman, kebebasan mengakses informasi, kebebasan berserikat. 17
17
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani…, hlm. 122.
19
Ketiga, masalah kontrol rakyat. Apakah dengan berbagai koridor tersebut
sudah dengan sendirinya akan berjalan suatu proses yang 18 memungkinkan
terbangun sebuah relasi yang baik, yakni suatu relasi kuasa simetris, memiliki
sambungan yang jelas, dan adanya mekanisme yang memungkinkan check and
balance terhadap kekuasaan yang dijalankan eksekutif dan legislatif.
18
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani…, hlm. 123.
20
berbicara, kebebasan pers, kebebasan berkumpul dan berorganisasi serta
membentuk partai politik.
F. Jenis-Jenis Demokrasi
Demokrasi yang banyak di praktekan di banyak negara memiliki variasi dan
sangat beragam. Dalam konteksak akademis demokrasi dikelompokkan
berdasarkan jenis-jenisnya kriiteria tertentu. Adapun jenis-jenis demokrasi itu,
antara lain:
19
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani…, hlm. 124.
20
Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Demokrasi, Hak Asasi
Manusia dan Masyarakat Madani…, hlm. 125.
21
1. Demokrasi berdasarkan cara menyampaikan pendapat terbagi ke
dalam:
a. Demokrasi lansung, dalam demokrasi langsung rakyat diikut
sertakan dalam proses pengambilan keputusan untuk menjalankan
kebijakan pemerintahan.
b. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Dalam
demokrasi ini dijalakan oleh rakyat melalui wakil rakyat yang
dipilihnya melalui Pemilu. Rakyat memilih wakilnya untuk
membuat keputusan politik Aspirasi rayat disalurkan melalui wakil-
wakil rakyat yang duduk di Lembaga perwakilan rakyat.
c. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari
rakyat. Demokrasi ini merupakan ampuran antara demokrasi
langsung dengan demokrasi perwakilan. Rakyat memilih wakilnya
untuk duduk di dalam Lembaga perwakilan rakyat, tetapi wakil
rakyat dalam menjalankan tugasnya diawasi rakyat melalui
referendum dan inisiatif rakyat. Demokrasi ni antara lain dijalankan
di Swiss. Referendum adalah pemungutan suara untuk mengetahui
kehendak rakyat secara langsung.
Referendum dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
21
1.) Referendum wajib. Referendum ini dilakukan ketika ada
perubahan atau pembentukan norma penting dan mendasar
dalam UUD (konstitusi) atau UU yang sangat politis. UUD
atau UU tersebut yang telah dibuat oleh Lembaga perwakilan
rakyat dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan rakyat
melalui pemungutan suara terbanyak. Jadi referendum ini
dilaksanakan untuk meminta persetujuan rakyat terhadap hal
yang dianggap sangat penting atau mendasar.
2.) Referendum tidak wajib. Referendum ini dilaksanakan jika
dalam waktu terntetu setelah racangan undang-undang
21
Heri Herdiawanto dkk, Kewarganegaraan & Masyarakat Madani,(Jakarta: Prenadamedia
Group, 2019 ), hlm. 52.
22
diumumkan, sejumlah rakyat mengusulkan diadakan
referendum. Jika dalam waktu tertentu tidak ada permintaan dari
rakyat, Rancangan undang-undang itu dapat menjadi undang-
undang yang bersifat tetap.
3.) Referendum konsultatif. Referendum ini hanya sebatas meminta
persetujuan saja, karena rakyat tidak mengerti permasalahannya,
pemerintah meminta pertimbangan pada ahli bidang tertentu
yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.
2. Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau prioritasnya terdiri dari :
a. Demokrasi formal. Demokrasi ini secara hokum menempatkan
semua orang dalam kedudukan yang sama dalam bidang politik,
tanpa mengurangi kesenjangan ekonomi. Individu diberi kbebasan
yang luas, sehingga demokrasi ini disebut juga demokrasi liberal.
b. Demokrasi material. Demokrasi material memandang manusia
mempunyai kesamaan dalam bidang social-ekonomi, sehingga
persamaan bidang politik tidak menjadi prioritas. Demokrasi
semacam ini dikembangkan di negara sosialis-komunis.
c. Demokrasi campuran. Demokrasi ini merupakan campuran dari
kedua demokrasi tersebut diatas. demokrasi ini berupaya
menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat dengan menempatkan
persamaan derajat dan hak setiap orang.
3. Berdasarkan prinsip ideologi, demokrasi dibagi dalam :
a. Demokrasi liberal. Demokrasi ini memberikan kebebasan yang luas
pada individu. Campur tangan pemerintah diminimalkan bahkan
ditolak. Tindakan sewenang-wenang pemerintah terhadap warganya
dihindari. Pemerintah bertindak atas dasar konstitusi (hukum
dasar)22
b. Demokrasi rakyat atau demokrasi proletary. Demokrasi ini
bertujuan menyejahterakan rakyat. Negara yang dibentuk tidak
22
Heri Herdiawanto dkk. Kewarganegaraan & Masyarakat Madani…, hlm. 53.
23
mengenal perbedaan kelas. Semua warga negara mempunyai
persamaan dalam hokum, politik.
4. Berdasarkan wewenang dan hubungan antar-alat kelengkapan negara:
a. Demokrasi system parlementer
Dalam demokrasi ini eksekutif parlementer terikat kepada legislatif
cabinet yang dibentuk merupakan cerminan kekuatan-kekuatan
politik dalam badan legislative yang mendukungnya. Dalam
demokrasi parlementer posisi kepala negara dan kepala
pemerintahan diduduki oleh dua figure yang berbeda. Hal ini
menutup kemungkinan terpusatnya kekuasaan eksekuti, disatu
tangan. Kepala pemerintahan adalah perdana Menteri (di Jerman
disebut dengan Kanselir), sementara jabatan kepala negara biasanya
dipegang oleh presiden atau raja. Presiden dipilih oleh rakyat,
sedangkan raja merupakan kedudukan yang diwarisi seara turun-
temurun. Demokrasi parlementer cenderung tidak stabil terutama
bila dalam negara tersebut diterapkan system multipartai. Namun
bila menganut dwipartai, dimana satu partai merupakan partai
oposisi, maka kecenderungan ketidakstabbilan dapat dikurangi.
Dalam system demokrasi parlementer dapat menerapkan teor trias
politika, baik melalui pemisahan kekuasaan maupun pembagian
kekuasaan. Contoh negara yang menerapkan system tersebut adalah
Ingris, Malaysia, India, dan sebagainya.
System pemerintahan parlementer memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan system parlementer di antaranya:
1.) Pengaruh rakyat dalam pemerintahan sangat besar.
2.) Pengawasan rakyat terhadap kebijakan pemerintah dapat
berjalan dengan baik.
3.) Pemerintah berhati-hati dalam menjalankan tugas karena
sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh parlemen.
Adapun kekurangan system parlementer di antaranya:
1.) Sering terjadi krisis cabinet.
24
2.) Keberhasilan pemerintah sulit dicapai bila menganut system
multipartai.
b. Demokrasi system presidensial23
Pada demokrasi system presidensial, kelangsugan masa jabatan
eksekutif tidak tergantung pada badan legislative. Dalam system
presidensial, eksekutif tidak tanggung jawab dan kekuasaan badan
legislative terjadi pemisahan atau pembagian kekuasaan, tapi
keduanya bias bekerja sama membentuk undang-undang. Dalam
demokrasi system presidensial, presiden berlaku sebagai kepala
pemerintahan. Jadi selain mengepali kabinet untuk menjalankan
tugas-tugas pemerintahan presiden juga melaksanakan tugas-tugas
sebagai kepala negara seperti pemberian tanda jasa dan gelar,
mengangkat duta besar, membuat perjanjian internasional. Presiden
juga memegang kekuasaan atas angkatan bersenjata.
Kelebihan siistem presidensial di antaranya:
1) Pemerintah lebih stabil
2) Presiden dan mentri tidak dapat djatuhkan parlemen selama
masa jabatannya
3) Pemerintah memiliki waktu untuk menjalankn programnya
karena tidak dibayangi oleh krisis kabinet.
Adapun kelemahan system presidensial ada:
1) Bila terjadi penyelewengan kekuasaan sulit diketahui.
2) Pengawasan rakyat terhadap pemerintah kurang
berpengaruh.
3) Pengaruh rakyat terhadap kebijakan politik negara kurang
mendapat perhatian seluas-luasnya.24
23
Heri Herdiawanto dkk. Kewarganegaraan & Masyarakat Madani…, hlm. 54.
24
Heri Herdiawanto dkk. Kewarganegaraan & Masyarakat Madani…, hlm. 55.
25
Dalam menjalani kehidupan berpolitik dalam suatu Negara, warga Negara
harus bekerja secara optimal sesuai dengan kemampuan dan cita-cita Negara. Di
Indonesia, ada berbagai tipe budaya politik yang dianut warga Negara dalam
mengaspirasikan cita-citanya. Budaya politik yang baik adalah budaya yang
mampu mendorong partisipasi dari warga Negara dalam keseruhan kehidupan
secara politik.25
Mungkin anda sering melihat warga yang sedang melakukan pemilihan, baik
pemilihan ketua RT/RW, kepala desa, maupun pemilihan umum. Pada saat
melakukan pemilihan tersebut, masyarakat menggunakan akal pikiran yang sehat.
Namun, ada juga yang menggunakan ikatan historis dan primordialisme. Fakta
politik itulah yang ada di masyarakat Indonesia sebagai sebuah identitas politik
Indonesia.
25
Aim Abdulkarim. Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT Grafindo Media Pratama, 2006),
hlm. 1.
26
8. Pelaksanaan ketentuan-ketentuan juridis dan peraturan umum yang
didasarkan pada system hukum yang berlaku bagi semua orang.
Budaya politik sangat dipengaruhi oleh sistem politik yang ada. Di Indonesia,
terdapat tiga tipe budaya politik yang sangat kuat sebagai diungkapkan rusadi
kantaprawira.
26
Aim Abdulkarim. Pendidikan Kewarganegaraan…, hlm. 2.
27
Dalam arti yang sederhana dapat diartikan terbatas pada wilayah sempit,
misalnya yang bersifat kedaerahan. Dalam masyarakat tradisional , sederhana , dan
bersifat parokial karena terbatasnya perbedaan antara warga negara sehingga tidak
terdapat peranan politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri.
Posisi kaula adalah posisi yang pasif, ketika mereka tidak berdaya untuk
mempengaruhi atau merubah sistem. Oleh karena itu, hanya bersifat menunggu atas
segala kebajika yang di buat oleh para penanggung kekuasaan.27
27
Aim Abdulkarim. Pendidikan Kewarganegaraan…, hlm. 3.
28
Pada budaya politik ini, anggota masyarakat telah menyadari betul hak dan
tanggung jawabnya sebagai warga negara, di mana dia berperan aktif dalam suatu
proses politik.
Dari ketiga budaya politik yang ada di Indonesia tersebut, biasanya budaya
politik parokial dan kaula disatukan sehingga ada dua macam budaya politik secara
umum. Perbedaan yang nyata antara dua budaya politik ini sebagaimana
diungkapkan oleh Eep Saefullah Fatah, yaitu budaya politik parokial-kaula meliputi
Loyalitas sentimental, kultus, pengabdian, mobiliasi, dan marah sedangkan budaya
politik partisipan meliputi kalkulasi, pertimbangan, transaksi, partisipasi, dan
melawan.
28
Aim Abdulkarim. Pendidikan Kewarganegaraan…, hlm. 4.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demokrasi merupakan sebuah sistem sosial politik modern yang paling baik dari
sekian banyak sistem maupun ideologi yang ada dewasa ini. Demokrasi memiliki
suatu keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan ada di
tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan Bersama rakyat, rakyat
berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat. Demokrasi juga
merupakan suatu perencanaan instutisional untuk mencapai keputusan politik di
mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara
perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
B. Saran
Demokrasi di butuhkan di indonesia bukan sebagai alat untuk menguasai
pemerintahan, tetapi sebagai alat untuk menjalankan pemerintahan dalam sistem
politik ( trias politika ) dan sebagai landasan sikap hidup dalam ber
kewarganegaraan. Dimana lembaga legislatif bisa menampungsuara rakyat,
lembaga eksekutif bisa menjalankan undang-undang dengan benar, dan
yudikatif bisa adil dalam memberikan hukuman.
30
DAFTAR PUSTAKA
31