Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TOKOH ILMUWAN MUSLIM

Biografi Abdus Salam: Muslim Pertama Peraih Nobel Fisika

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Keterpaduan Islam dan Iptek

Oleh :

Ayu Diah Syafaati 11630003

Shofiatul Marati 11630052

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sangat memerhatikan segala aspek
kehidupan. Segalanya telah diatur sesuai dengan perintah dari Allah SWT.
Cakupan aspek yang diatur itu dimulai dari bangun tidur sampai kita tidur
lagi. Itu diatur agar kita bisa menjalani kehidupan dengan teratur, baik, dan
bermanfaat. Aspek yang cukup diperhatikan dalam Islam adalah
pengetahuan atau ilmu yang bermanfaat. Menuntut ilmu itu hukumnya
wajib, seperti yang telah diterangkan dalam hadits: Rasulullah saw
bersabda: "Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun
muslimah)." (HR. Ibnu Majah).
Ilmu juga berkaitan dengan perkembangan teknologi. Sampai
sekarang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah
berkembang pesat. Kemajuan IPTEK itu sendiri didominasi kuat oleh
peradaban orang Barat. Sedangkan negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam sebagian besar merupakan negara
berkembang. Sebagai umat yang mewarisi ajaran ketuhanan dan pernah
mengalami kejayaan di bidang IPTEK pada zaman dahulu, ini merupakan
suatu kenyataan yang cukup memprihatinkan.
Islam telah membuktikan sebagai agama yang sangat
memperhatikan Ilmu pengetahuan, bahkan mampu melahirkan tokoh-
tokoh Ilmuwan muslim yang menjadi rujukan Ilmu pengetahuan dunia
sebelum ilmu pengetahuan berpindah arah dari Islam ke dunia barat
(Eropa). Sebagai generasi muslim tentunya kita harus mengingat kembali
tokoh-tokoh ilmuwan muslim, bukan itu saja kita harus berpikir
bagaimana bisa ilmu pengetahuan bisa dikuasai orang -orang eropa.
Mungkinkah ilmu pengetahuan dapat kita kuasai kembali? mungkin itu
pertanyaan yang timbul dibenak kita, jawabnya bisa saja asal kita punya
tekad kuat,atau bahkan perlu kita rubah mindset (pola pikir) kita yang
selama ini keliru.
Dalam makalah ini akan diuraikan mengenai salah satu tokoh
ilmuwan muslim dunia yang membawa perubahan bagi peradaban ilmu
pengetahuan di dunia, yaitu Mohammad Abdus Salam.

B. Rumusan Masalah
Sebagai batasan pembahasan dalam penyusunan makalah ini
penulis memberikan rumusan masalah yaitu bagaimana sejarah hidup
(biografi) dari Mohammad Abdus Salam?
BAB II
PEMBAHASAN

Mohammad Abdus Salam (1926-1996) adalah seorang fisikawan


dan satu-satunya penerima hadiah dari Pakistan. Lahir di Jhang, Punjab,
Pakistan, Abdus Salam menempuh pendidikan S1 dan S2-nya di
Universitas Punjab sebelum memperoleh beasiswa ke Universitas
Cambridge. Di sana, dia mendapatkan gelar BA dengan double first-class
honours di bidang fisika dan matematika pada tahun 1949. Pada tahun
1950, Abdus Salam memenangkan Smith's Prize dari Universitas
Cambridge untuk the most outstanding pre-doctoral contribution to
physics.
Abdus Salam menyelesaikan studi doktoralnya di bidang fisika
teori (elektrodinamika kuantum) di universitas yg sama. Sejak sebelum
disertasinya komplit, karya-karya ilmiah Abdus Salam telah dikenal di
dunia internasional. Pada tahun 1958, Abdus Salam mendapatkan Adams
Prize dari Universitas cambridge sebagai first-class international
researcher di bidang matematika. Pada usia 33 tahun, di tahun 1959,
Abdus Salam menjadi salah satu anggota termuda Fellow of the Royal
Society.
Ada 2 hal yang sangat menarik tentang tokoh yang satu ini. Yang
pertama adalah sumbangannya terhadap kemajuan sains di negara
berkembang, termasuk di negaranya sendiri, Pakistan. Setelah
menyelesaikan studi doktoralnya, Abdus Salam kembali ke Pakistan
dengan tujuan mendirikan sekolah berbasis riset. Selama tahun 1951-1954,
Abdus Salam mengajar matematika di Government College, Lahore, dan
menjadi kepala departemen matematika di Universitas Punjab. Karena
ternyata tidaklah mungkin mengejar karir riset di bidang fisika teori di
Pakistan, Abdus Salam kemudian menerima tawaran mengajar dari
Universitas Cambridge. Pada tahun 1957, Abdus Salam menjadi profesor
bidang fisika teori di Imperial College, London. Di sana dia bertahan
hingga masa pensiunnya.
Selama berkarya di luar negeri, Abdus Salam beberapa kali
kembali negara asalnya, Pakistan, sebagai penasihat kebijakan sains.
Abdus Salam berperan penting dalam pembentukan Pakistan Atomic
Energy Comission (PAEC) dan Space and Upper Atmosphere Ressearch
Comission (SUPARCO), lembaga riset atom dan ruang angkasa Pakistan.
Juga dalam pembentukan superior science colleges di seluruh Pakistan
yang bertujuan memajukan sains di negara tersebut.

Gambar 1. Mohammad Abdus Salam

Salah satu sumbangsih penting Abdus Salam terhadap negara


berkembang adalah pembentukan International Centrefor Theoretical
Physics (ICTP) dengan program "Associateships"-nya. Melalui program
ini, fisikawan-fisikawan muda dari negara berkembang bisa mendapat
kesempatan selama 9 bulan untuk melakukan riset dan bersentuhan dengan
komunitas internasional di Trieste. Abdus Salam juga mendirikan TWAS
atau The Academy of Sciences for the Developing World yang juga
bertujuan memajukan dan memfasilitasi sains di negara berkembang.

Abdus Salam menggunakan uang yg didapatnya dari penghargaan


Atoms for Peace Medal and Award sebagai dana awal program
Associateship ICTP dan membiayai fisikawan-fisikawan muda dari
Pakistan untuk mengunjungi Trieste. Hadiah uang yang diterimanya dari
penghargaan nobel sama sekali tidak digunakan untuk kepentingan pribadi
dan keluarganya, tapi seluruhnya dihabiskan untuk kepentingan ilmuwan-
ilmuwan dari negara berkembang. Hal kedua yang sangat menarik dari
tokoh ini adalah ketaatannya sebagai seorang Muslim. Abdus Salam
adalah anggota Ahmadiyya Muslim Community. Dalam pidato
penerimaan hadiah nobelnya, Abdus Salam mengutip ayat Qur'an sebagai
berikut:
"Thou seest not, in the creation of the All-merciful any
imperfection, Return thy gaze, seest thou any fissure. Then Return thy
gaze, again and again. Thy gaze, Comes back to thee dazzled, aweary."
Yang kemudian dilanjutkan dengan: "This, in effect, is the faith of all
physicists; the deeper we seek, the more is our wonder excited, the more is
the dazzlement for our gaze".
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
http://untuksebuahhasilbutuhproses.blogspot.com/2013/03/pengemb
angan-iptek-dalam-islam.html.

Anda mungkin juga menyukai