Di Susun Oleh :
TAUFIK HIDAYAT / 2021.10.3.1.00082
SYAEFUL MAARIF / 2021.10.3.1.00080
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
BAB II PEMBAHSAN....................................................................................................4
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................10
3.2. Saran.....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1
Zakaria Syafe‟i, Negara Dalam Prespektif IslamFiqih Siyasah, (Jakarta Timur: Hartomo Media Pustaka,
2012), h. 81
2
Tihami dan Sohari Sahrani, Masail Al Fiqhiyah, (Jakarta: Diadit Media, 2007), h. 194
3
M. Nurul Irfan, Korupsi Dalam hukum Pidana Islam, (Jakarta,: Pena Grafika, 2012), h. 4
4
4Diana Napitupulu, KPK In Action, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2010), h. 5.
Halaman │ 1
Setelah bergulirnya kekuasaan dari Presiden Soeharto sampai pada
Presiden Megawati Soekarnoputri nyatanya tidak menghasilkan suatu eliminasi
dari perbuatan korupsi. Bahkan semakin deras saja pendapat bahwa sekarang ini
dengan bergulirnya kekuasaan semakin bergulir pula korupsi kekuasaan (power
coruption), dan hal ini tambah semakin buruknya sistem dalam menanggulangi
korupsi. Ibarat penyakit, korupsi di Indonesia telah berkembang begitu cepat,
terdapat tiga tahap yaitu elitis, endemic, dan sistemik :
Pada tahap elitis(terpandang), korupsi masih menjadi patologi sosial yang
khas di lingkungan para elit/pejabat. Pada tahap endemic(wabah), korupsi
mewabah menjangkau lapisan masyarakat luas.
Lalu ditahap yang keritis, ketika korupsi menjadi sitematik, setiap individu
di dalam sistem terjangkit penyakit serupa. Boleh jadi penyakit korupsi di bangsa
ini telah sampai pada tahap sistematik. Meningkatnnya tindak pidana korupsi
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi
masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi tidak dapat digolongkan sebagai
kejahatan biasa (ordinary crimes) melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa
(extra ordinary crimes). Sehingga pemberantasannya tidak lagi dapat Dilakukan
“secara biasa”, tetapi “dituntut dengan cara-cara yang luar biasa” (extra ordinary
enforcement).5
5
Ermansjah Djaja, Mendesain Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Implikasi Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 012-016-019/PPU-IV/2006, (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2010), h. 25-26
Halaman │ 2
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam membahas masalah ini adalah untuk
mengetahui:
1. Pengertian Korupsi (Menurut Hukum Formal dan Hukum Pidana Islam)
2. Sanksi Korupsi (Menurut Hukum Formal dan Hukum Pidana Islam).
Halaman │ 3
BAB II
PEMBAHSAN
Halaman │ 4
melawan hukum dari pegawai sektor publik dan swasta untuk
memperkaya diri sendiri dan orang-orang terdekat mereka. Orang-orang
ini, lanjut pengertian ADB, juga membujuk orang lain untuk melakukan
hal-hal tersebut dengan menyalahgunakan jabatan.
Dari berbagai pengertian di atas, korupsi pada dasarnya memiliki
lima komponen, yaitu:
a. Korupsi adalah suatu perilaku.
b. Ada penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.
c. Dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok.
d. Melanggar hukum atau menyimpang dari norma dan moral.
e. Terjadi atau dilakukan di lembaga pemerintah atau swasta.
7
https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/balai-diklat-kepemimpinan-magelang-
korupsi-menurut-hukum-islam-2019-11-05-9bb24de7/
Halaman │ 5
maupun anggota badan atau menyangkut seluruh aspek pancajiwa syariat
yang terdiri dari : Agama, Jiwa, Akal, Kehormatan atau Nasab, Harta
Kekayaan maupun diluar panca jiwa syariat tersebut.
Halaman │ 6
rampasan perang) maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa
yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi
pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan)
setimpal, sedang mereka tidak dianiaya”9
Adapun unsur-unsur Al-Ghulul / Penggelapan adalah sebagai Berikut :
a. Mencuri harta rampasan perang (Al-ghulul)
b. Menggelapkan uang dari kas Negara (baitul maal)
c. Menggelapkan zakat
d. Hadiah untuk para pejabat
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Halaman │ 7
sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana
mati dapat dijatuhkan.
11
https://nasional.kompas.com/read/2021/08/24/05390081/juliari-divonis-12-tahun-dalam-korupsi-
bansos-ini-rincian-uang-yang-dia
Halaman │ 8
2.2.2 Sanksi Korupsi Menurut Hukum Pidana Islam
Dalam hukum pidana islam hukuman yang dijatuhkan sesuai
dengan tingkatan korupsi yang dilakukan yang dapat berupa hukuman
penjara, hukuman denda, masuk dalam daftar orang tercela, hukum
pemecatan, hukum potong tangan bahkan sampai hukuman mati.
Melalui ijtihad hakim, untuk menentukan apakah kejahatan yang
telah dilakukan itu termasuk dalam kategori hudud atau bukan. Selain
menilai dari sisi kejahatan yang telah dilakukan oleh terpidana, hakim
juga harus melihat tujuan agama atas penetapan hukuman itu sendiri,
dimana ada nilai-nilai sosial atau prinsip-prinsip yang tidak boleh
diacuhkan.
”Penegasan Alquran yang mengatakan orang yang mencuri harus
dipotong tangannya, itu menunjukkan untuk memberi ketenangan dan
keamanan bagi umat. Itu pun tentu tidak asal menjatuhkan sanksi, tapi
harus melalui proses yang diajukan ke pengadilan dengan berbagai bukti
serta menghadirkan dua orang saksi laki-laki,” papar Kiai Anwar.
Seperti yang di jelaskan pada sebelumnya bahwa Korupsi itu
seperti yang terdapat pada Al-Ghulul / Penggelapan yaitu, Mencuri harta
rampasan perang (Al-ghulul), Menggelapkan uang dari kas Negara
(baitul maal), Menggelapkan zakat, Hadiah untuk para pejabat, maka
Sanksi yang diberikan pada pelaku Korupsi sama dengan hal-hal
tersebut.
Halaman │ 9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Korupsi merupakan kejahatan yang sudah tidak bisa di tolerir lagi, karena
kejahatan korupsi merupakan kejahatan yang terstruktur, sistematis dan masif
dan dapat di pastikan kejahatan tersebut tidak akan dilakukan oleh satu orang
pelaku saja.
Kejahatan korupsi yang terjadi dinegara kita sudah menjadi hal yang tidak
asing lagi, bahkan masyarakat indonesia merasakan bahwa hukum mengenai
tindak pidana korupsi ini seperti hukum yang tajam ke bawah dan tumpul keatas,
meski demikian para Penegak Hukum telah melakukan kinerja semaksimal
mungkin demi tegaknya hukum di indonesia sehingga hukuman yang diberikan
kepada pelaku korupsipun dianggap telah maksimal sesuai dengan bukti dan
fakta yang ada dilapangan.
Korupsi merupakan sebuah kejahatan berupa penggelapan namun dalam
hal korupsi yang dirugikan itu adalah keuangan Negara, sanksi yang diancamkan
oleh undang-undangpun sudah sangat jelas seperti yang dijelaskan pada Pasal 2
Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2021 tentang
Peubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa pelaku bisa diberikan
sanksi maksimal sampai Hukuman Mati jjika perbuatan dilakukan pada waktu
tertentu (dalam kedaan bencana).
Bahkan di Hukum Pidana Islampun disebutkan bahwa Korupsi sama
Halnya dengan Al-Ghulul yang didalamnya terdapat unsur Mencuri harta
rampasan perang (Al-ghulul), Menggelapkan uang dari kas Negara (baitul maal),
Menggelapkan zakat, Hadiah untuk para pejabat dan sanksinyapun sama dengan
hal tersebut yaitu dijatuhkan sesuai dengan tingkatan korupsi yang dilakukan
yang dapat berupa hukuman penjara, hukuman denda, masuk dalam daftar orang
tercela, hukum pemecatan, hukum potong tangan bahkan sampai hukuman mati.
H a l a m a n │ 10
3.2. Saran
Adapun saran yang bisa penulis berikan :
1. Kepada semua pembaca bila mendapat kekeliruan dalam makalah ini harap
bisa meluruskannya.
2. Untuk supaya bisa membaca kembali literatur-literatur yang berkenaan
dengan pembahasan ini sehingga diharapkan akan bisa lebih
menyempurnakan kembali pembahasan materi dalam makalah ini.
H a l a m a n │ 11
DAFTAR PUSTAKA
H a l a m a n │ 12