Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

MARAKNYA KORUPSI DI INDONESIA


Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam

Dosen Pengampu:

Dr. Hapni Laila Siregar S. Ag., M.A.

Disusun Oleh: Kelompok 11

Afif Hamzah PTIK A (5213151004)


Fikri Fahreza PTIK B (5213151016)
Khoirul Nizam PTIK C (5213351040)
Shafa Maisa PTIK B (5213351001)
Sigit Nugroho PTIK C (5213351041)
Siti Faizami PTIK C (5213351033)
Wenny Jodana PTIK B (5213151034)

PRODI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI

MEDAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kita panjatkan kepada Allah SWT, rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan CBR dan CJR untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Terimakasih kepada Ibu Dr. Hapni Laila
Siregar S. Ag., M.A. selaku dosen pengampu di Prodi Pendidikan Teknologi
Informatika dan Komputer Universitas Negeri Medan yang telah memberikan tugas ini
kepada Kami.
Tugas ini dibuat dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca. Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Apabila
dalam tugas ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, Kami mohon maaf karena
sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman Kami masih terbatas.
Dalam review buku dan jurnal yang kami kritisi, kami akan mengevaluasi
mengenai suatu topik permasalahan yaitu Korupsi. Kami akan mengevaluasi isi buku
dan jurnal tersebut serta memberikan pendapat ahli serta pendapat dari anggota
kelompok mengenai penyebab serta solusi dari permasalahan korupsi tersebut. Tujuan
makalah ini adalah untuk membantu pembaca dalam memahami mengenai korupsi.
Semoga review buku dan jurnal yang kami tulis ini dapat memberikan manfaat yang
baik bagi pembaca.

Medan, 23 Maret 2023

Kelompok 11

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I. Pendahuluan.................................................................................................................4
I.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
I.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
I.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................5
I.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................................5
BAB II. Pembahasan.................................................................................................................6
II.1 Topik Pembahasan............................................................................................................6
II.2 Fakta-Fakta Tentang Korupsi...........................................................................................7
BAB III. Penyebab dan Solusi..................................................................................................9
III.1 Penyebab Korupsi............................................................................................................9
III.2 Solusi Korupsi...............................................................................................................16
BAB IV. Kesimpulan dan Saran............................................................................................23
IV.1 Kesimpulan....................................................................................................................23
IV.2 Saran..............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24

3
BAB I.
Pendahuluan

I.1 Latar Belakang


Korupsi di Indonesia sudah menjadi permasalahan mendasar bahkan telah
mengakar sedemikian dalam sehingga sulit untuk diberantas. Hal ini terlihat semakin
lama tindak pidana korupsi di Indonesia semakin meluas. Maraknya korupsi di
Indonesia disinyalir terjadi di semua bidang dan sektor pembangunan. Apalagi setelah
ditetapkannya pelaksanaan otonomi daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diperbaharui dengan Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004, disinyalir korupsi terjadi bukan hanya pada tingkat pusat tetapi
juga pada tingkat daerah dan bahkan menembus ke tingkat pemerintahan yang paling
kecil di daerah. Korupsi tidak saja terjadi pada lingkungan pemerintahan dan pengusaha
bahkan telah merambah sampai lembaga perwakilan rakyat dan lembaga peradilan.
Diperluas ke segala aspek masyarakat. Meningkatnya korupsi yang tidak
terkendali akan membawa malapetaka bagi kehidupan tidak hanya perekonomian
nasional tetapi juga kehidupan bangsa pada umumnya. Maraknya kasus korupsi di
Indonesia, tidak lagi mengenal batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya
pejabat dan kepentingan yang melakukan tindak pidana korupsi baik di lingkungan
pemerintah maupun swasta, namun Korupsi telah menjadi fenomena.Kementerian
Dalam Negeri, Kejaksaan Agung dan Polri menjadi baru terobosan dalam menciptakan
produk hukum yang memberikan bentuk kerjasama antar instansi pemerintah dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia dari seluruh sektor negara.

I.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dalam penulisan CBR dan CJR ini adalah :
1. Apa itu Korupsi?
2. Fakta-fakta apa yang ada terdapat pada Korupsi?
3. Apa saja penyebab terjadinya Korupsi?
4. Apa saja Solusi dari penyebab terjadinya korupsi?

4
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan CBR dan CJR ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian korupsi,
2. Memberikan fakta-fakta yang terdapat pada korupsi,
3. Menjelaskan penyebab maraknya korupsi, dan
4. Menjelaskan solusi dari maraknya korupsi.

I.4 Manfaat Penelitian


Adapun Manfaat penulisan CBR dan CJR ini adalah :
1. Mahasiswa Mengetahui tentang pengertian Korupsi,
2. Mahasiswa Mengetahui fakta-fakta yang terdapat pada Korupsi,
3. Mahasiswa Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya Korupsi, dan
4. Mahasiswa Mengetahui solusi dari terjadinya Korupsi.

5
BAB II.
Pembahasan

II.1 Topik Pembahasan


Secara harfiah korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,memutar balik, menyuap) Kata
korupsi dapat diartikan juga dalam bahasa Latin “corruptus” yang berarti “merusak
habis habisan”. Kata ‘corruptus’ itu sendiri berasal dari kata dasar corrumpere,
yang tersusun dari kata com (yang berarti menyeluruh’) dan rumpere yang berarti
merusak secara total kepercayaan khalayak kepada si pelaku yang tak jujur itu.
Secara istilah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi
maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri
atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam khazanah pemikiran hukum Islam (fiqh) klasik, perilaku korupsi
belum memperoleh porsi pembahasan yang memadai, ketika para fuqaha berbicara
tentang kejahatan memakan harta benda manusia secara tidak benar (al amwal al-
nas bi al-bathil) seperti yang diharamkan dalam al-Qur’an,tetapi apabila merujuk
kepada kata asal dari korupsi (corrupt), maka dapat berarti merusak (dalam bentuk
kecurangan) atau menyuap. Di antara berbagai bentuk kejahatan ini yang
tampaknya paling mirip substansinya dengan korupsi adalah ghulul yang diartikan
sebagai pengkhianatan terhadap amanah dalam pengelolaan harta rampasan perang
dan risywah atau yang biasa dikenal dengan istilah suap.
Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruption
berasal dari kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin
itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris yaitu corruption, corrupt;
Perancis yaitu corruption; dan Belanda yaitu corruptie, korruptie. Dari bahasa
Belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia yaitu korupsi (Hamzah, 2005:4).
Juniadi Suwartojo (1997) menyatakan: “Korupsi ialah tingkah laku atau
tindakan seseorang atau lebih yang melanggar norma-norma yang berlaku dengan
menggunakan dan/atau menyalahgunakan kekuasaan atau kesempatan melalui
proses pengadaan, penetapan pungutan penerimaan atau pemberian fasilitas atau
jasa lainnya yang dilakukan pada kegiatan penerimaan dan/atau pengeluaran uang

6
atau kekayaan, penyimpanan uang atau kekayaan serta dalam perizinan dan/atau
jasa lainnya dengan tujuan keuntungan pribadi atau golongannya sehingga
langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan dan/atau keuangan
negara/masyarakat”.
Klitgaard (2001) membuat persamaan sederhana untuk menjelaskan
pengertian korupsi sebagai berikut:

C = Corruption/Korupsi
M = Monopoly/Monopoli
D = Discretion/Diskresi / Keleluasaan
A = Accountability/Akuntabilitas

Persamaan tersebut menjelaskan bahwa korupsi hanya bisa terjadi apabila


seseorang atau pihak tertentu mempunyai hak monopoli atas urusan tertentu serta
ditunjang oleh diskresi atau keleluasaan dalam menggunakan kekuasaan sehingga
cenderung menyalahgunakannya, namun lemah dalam pertanggungjawaban kepada
publik (akuntabilitas). Pengertian di atas menyoroti korupsi sebagai perilaku
merugikan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa pihak dan tidak secara
eksplisit disebutkan apakah dari unsur birokrasi, swasta, maupun masyarakat.
Karena pada dasarnya tindakan korupsi bukan saja terjadi di sektor pemerintahan
tetapi juga dalam dunia bisnis dan bahkan dalam masyarakat. Korupsi memiliki
beberapa ciri-ciri yang diantaranya sebagai berikut :
a. dilakukan lebih dari satu orang;
b. merahasiakan motif; ada keuntungan yang ingin diraih
c. berhubungan dengan kekuasaan/kewenangan tertentu
d. berlindung dibalik pembenaran hukum
e. melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum;
f. mengkhianati kepercayaan.

II.2 Fakta-Fakta Tentang Korupsi


Dalam konteks ajaran Islam yang lebih luas, korupsi merupakan tindakan
yang bertentangan dengan prinsip keadilan(al-‘adalah), akuntabilitas (al-amanah),
dan tanggung jawab.Korupsi dengan segala dampak negatifnya yang menimbulkan

7
berbagai distorsi terhadap kehidupan negara dan masyarakat dapat dikategorikan
termasuk perbuatan fasik, kerusakan dimuka bumi, yang juga amat dikutuk Allah
swt. Dalam terminologi Islam dikenal istilah yang hampir sama dengan korupsi
yaitu Risywah (suap), hanya saja risywah inihanya menyangkut sebahagian dari
istilah korupsi yaitu suap menyuap antara seseorang dengan orang lain dengan
imbalan uang tertentu guna memperoleh pekerjaan atau jabatan. Istilah Korupsi ini
jauh lebih dari sekedar suap menyuap sebab korupsi termasuk di dalamnya
manipulasi, pungli, mark up, danpencairan dana publik secara terselubung dan
bersembunyi dibalik dalil-dalil konstitusi, dengan niat untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar secara tidak sah dari apa yang seharusnya diperoleh
menurut kadar dan derajat pekerjaan seseorang.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
1. Perbuatan melawan hukum;
2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di
antaranya:
1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);
2. Penggelapan dalam jabatan;
3. Pemerasan dalam jabatan;
4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);
5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara Negara).

8
BAB III.
Penyebab dan Solusi

III.1 Penyebab Korupsi


A. Pendapat Anggota Kelompok
● Fikri Fahreza, menurut saya penyebab maraknya Korupsi di Indonesia
disebabkan oleh sistem politik yang tidak transparan dan akuntabel,
lemahnya sistem hukum dan penegakan hukum, rendahnya kesadaran
moral dan etika, serta situasi ekonomi sulit dan ketidakadilan sosial.
Untuk memerangi korupsi, dibutuhkan upaya bersama pemerintah,
masyarakat, dan institusi terkait dengan meningkatkan transparansi,
akuntabilitas, ketegasan hukum, serta memperkuat nilai-nilai moral dan
etika.
● Afif Hamzah, Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi di
Indonesia, terutama faktor sosial dan politik. Menurut saya Salah satu
faktor utama adalah rendahnya moralitas dan integritas di kalangan
pejabat pemerintahan dan pengusaha. Banyak di antara mereka yang
lebih memikirkan keuntungan pribadi daripada kesejahteraan rakyat.
Selain itu, adanya sistem politik yang tidak transparan dan rentan
terhadap praktik-praktik korupsi juga memperburuk situasi ini. Dalam
pandangan Islam, korupsi termasuk salah satu bentuk dosa besar yang
harus dihindari.
● Wenny Jodana, menurut saya Korupsi bisa terjadi karena banyak faktor,
beberapa diantaranya yaitu seperti adanya ketidak transparan dalam
sistem pemerintahan, kemiskinan juga dapat menjadi salah satu
penyebabnya, rasa ketidakpuasan terhadap apa yang dimilikinya,
kurangnya etika yang dimiliki individu juga menjadi penyebab terjadinya
korupsi.
● Shafa Maisa, menurut saya penyebab maraknya Korupsi di Indonesia
salah satunya terjadi karena, di Indonesia masih terdapat budaya
nepotisme dan kekuasaan yang kuat, terutama di dalam pemerintahan.
Hal ini membuat para pejabat yang memiliki kekuasaan bisa

9
menyalahgunakan posisi dan wewenang mereka demi kepentingan
pribadi atau kelompok, tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat
secara keseluruhan. Budaya ini juga menjadi pemicu maraknya korupsi
yang semakin meluas.

B. Pendapat Ahli
● Ibu Yudi Astuti (Guru di Istiqamah)

Menurut Ibu Astuti, terdapat banyak hal yang bisa menjadi


penyebab terjadinya ataupun maraknya korupsi, Yang paling menjadi
alasan yaitu Faktor dari Ekonomi, Ekonomi yang kurang mencukupi
dapat membuat orang tersebut memikirkan untuk melakukan korupsi.
Kemudian seperti saat mendaftarkan pekerjaan, beberapa pekerjaan
membutuhkan uang pendaftaran ataupun modal yang cukup besar,
sehingga untuk mengembalikan uang tersebut saat di pekerjaan ia bisa
saja korupsi. Kurangnya pemahaman dan keimanan tentang agama dari
individu juga menjadi alasan mengapa orang tersebut bisa menjalankan
korupsinya, dalam mencapai apa yang diinginkannya segala jalur
ditempuh sehingga orang tersebut memiliki keinginan untuk sukses
melalui jalur Korupsi.

10
● Ustadz Masdar Tambsai S.Ag (Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kesiswaan Guru Agama Islam SMKS Farmasi APIPSU)

Korupsi terjadi di indonesia yg semakin Marak penyebabnya itu terbagi


karena beberapa hal diantaranya:
1. Kurangnya pemahaman terhadap ajaran Agama ,
2. Sistem Pemerintah kita yg kurang tegas dalam menindak oknum pelaku
korupsi. Seperti ada sebuah kasus dimana yang terdakwa yaitu oknum
pelaku korupsi dihukum hanya 2 Tahun Paling tinggi. Sehingga tidak
ada efek jera.
3. Sistem perekrutan untuk menjadi Pejabat maupun Calon legislatif harus
Pakai Uang yg begitu Banyak sehingga oknum pejabat dan oknum
anggota dewan ingin mengembalikan uang yg telah banyak habis
sehingga ambil jalan instan dengan melakukan Korupsi untuk
mengembalikan uangnya kembali.
4. Tidak adanya pelatihan atau pendidikan yg menjelaskan betapa
bahayanya melakukan Korupsi.
5. Tidak ada Rasa Malu lagi bagi para koruptor karena hampir semua line
terlibat dgn melakukan Korupsi. Di karena hukuman nya sangat ringan.

11
● Ali Ahmatul Umri Hasibuan (Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa
islam Ar-Rahman Unimed)

Menurut saya penyebab utama seseorang menjadi koruptor atau


melakukan korupsi karena budaya kerja di Indonesia yang dibentuk oleh oknum
- oknum yang tidak bertanggung jawab yang masih menuntut uang pelicin, jadi
budaya kerja dengan uang pelicin ini membentuk suatu kebiasaan sehingga
menjadi budaya bagi para oknum pejabat dari para pekerja baik dari strata sosial
rendah sampai ke yang tinggi itu melakukan korupsi atau mungkin korupsi
kolusi, nepotisme atau kkn. Jadi itu faktor utama karena budaya kerja di
Indonesia yang menuntut hal demikian. Kemudian untuk faktor faktor lainnya,
mungkin faktor internal seperti dalam dirinya memang karena nilai nilai agama
yang tidak terlalu kuat. Sehingga lemah pengetahuannya tentang dampak buruk
dari tindakan korupsi tersebut yang merupakan suatu perbuatan tercela dan lain
sebagainya. Dan juga bisa faktor eksternal karena tuntutan pekerjaan seperti
budaya kerja tadi yang dengan uang pelicin juga dengan paksaan mungkin dari
orang luar untuk berbuat demikian karena kalau tidak melakukan korupsi atau
tidak menyuap dan sebagainya tidak akan bisa dikerjakan atau tidak mulus
pekerjaannya begitu.

12
C. Kajian Literatur
● Jurnal: Faktor Individual Penyebab Korupsi Dalam Perspektif
Islam, Menurut dari jurnal tersebut, faktor penyebab timbulnya tindakan
korupsi juga beragam. Pada GONE Theory, Menurut Jack Bologne
terdapat 4 (empat) faktor penyebab korupsi. Faktor-faktor tersebut terdiri
atas keserakahan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (needs),
dan pengungkapan (expose). Menurut Tuanakotta, terdapat faktor
individual yang meliputi unsur Greed dan Need, sedangkan faktor
umum berhubungan dengan organisasi sebagai korban kecurangan yang
meliputi unsur Opportunity dan Exposures.

● Jurnal: PENDIDIKAN ISLAM BERBASISKAN ANTI KORUPSI,


Menurut jurnal ini Diantara faktor-faktor penyebab seseorang melakukan
tindakan korupsi adalah:
1) Pertama, Iman Yang Tidak Kuat (Iman yang lemah).Orang-orang
yang memiliki kelemahan iman, sangat mudah sekali untuk
melakukan tindakan kejahatan seperti korupsi.
2) Kedua, lemahnya penegakan hukum. Lemahnya dan tidak tegasnya
penegakan hukum merupakan faktor berkembangnya tindakan
korupsi. Penegakan hukum yang lemah ini dapat menghindarkan
para pelaku korupsi dari sanksi-sanksi hukum.
3) Ketiga, kurangnya Sosialisasi dan Penyuluhan kepada Masyarakat.
Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak tahu tentang mengenai
bentuk-bentuk tindakan korupsi, ketentuan dan juga sanksi
hukumnya, dan juga cara menghindarinya. Akibatnya, banyak sekali
diantara mereka yang menganggap "biasa" terhadap tindakan
korupsi, bahkan mereka pun juga akan melakukan hal tersebut.
4) Keempat, desakan Kebutuhan Ekonomi, dengan keadaan ekonomi
yang sulit, semua serba sulit, berbagai tindakan pun akan dilakukan
oleh seseorang, guna untuk mempermudah kebutuhan ekonomi
seseorang.

13
5) Kelima, Pengaruh Lingkungan. Lingkungan yang baik akan
berdampak baik juga bagi orang yang berada di lingkungan
tersebut, tetapi bagaimana jika di lingkungan tersebut penuh dengan
tindakan korupsi dan lain-lain. Maka orang tersebut juga akan
terpengaruh dengan tindakan kriminal, contohnya korupsi.
Utari (2011) mengidentifikasi dua faktor penyebab korupsi,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi hal-hal
yang terkait dengan “...lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek
sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial
seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku
korup”. Sementara faktor eksternal berkaitan dengan pendapatan yang
rendah, instabilitas politik, ketiadaan akuntabilitas dan transparansi,
buruknya wujud perundang-undangan dan lemahnya penegakkan
hukum, serta masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.

● Jurnal: Korupsi Dalam Perspektif Filsafat Hukum Islam , menurut


dari jurnal ini Beberapa faktor-faktor orang melakukan korupsi yaitu:
1. Keserakahan (Greeds), berkaitan dengan adanya perilaku serakah
yang secara potensial ada didalam diri setiap orang.
2. Kesempatan (Opportunities), berkaitan dengan keadaan organisasi
atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa sehingga
terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan
terhadapnya.
3. Kebutuhan (Needs), berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan
oleh individu individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.
4. Dipamerkan/pengungkapan (Exposures), berkaitan dengan tindakan
atau konsekuensi yang akan dihadapi oleh pelaku kecurangan
apabila ditemukan pelaku melakukan kecurangan.
Penyebab orang melakukan korupsi disebabkan oleh faktor
eksternal serta faktor internal (keserakahan), tetapi bagi penulis yang
juga berpengaruh adalah faktor internal, disini faktor internal yang
penulis maksud adalah tidak berfungsinya kecerdasan yang dimiliki
orang tersebut. kemudian berkesimpulan bahwa penyebabnya utama
14
mereka melakukan korupsi adalah ketidakbermaknaan dari shalatnya
dan mesti dipertanyakan shalatnya, harusnya nilai-nilai dari shalat
terinternalisasi dalam diri sehingga bisa menjadi perisai.

● Buku : Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, menurut buku


ini, ada dua faktor penyebab orang melakukan korupsi, yaitu :
1. Faktor Internal :
- Menunjukkan bahwa persepsi terhadap korupsi sangat penting
dalam mencegah perilaku korupsi. Beberapa studi menunjukkan
bahwa persepsi korupsi yang fungsional dan dianggap bisa
meningkatkan derajat ekonomi seseorang semakin tidak relevan
saat ini. Selain itu, minimnya pengetahuan tentang perilaku
korupsi juga menjadi penyebab perilaku korupsi.
- Pentingnya moralitas dan integritas individu juga merupakan
kajian literatur, dalam buku ini. Moralitas seringkali
dihubungkan dengan pemahaman dan internalisasi nilai-nilai
keagamaan, sedangkan integritas pribadi sangat penting dalam
mengubah sistem yang buruk menjadi baik.

2. Faktor Eksternal :

- Seperti sistem hukum, politik, corporate culture, sistem dan


struktur sosial, dan sistem pendidikan juga ditemukan memiliki
pengaruh yang signifikan dalam munculnya perilaku korupsi.
Sistem hukum yang tidak efektif dan budaya lembaga yang
toleran terhadap perilaku korupsi dapat memberikan peluang
bagi munculnya korupsi. Selain itu, sistem politik yang tidak
transparan dan sistem ekonomi yang tidak merata juga dapat
memicu perilaku korupsi.

- Dalam hal sistem pendidikan, bahwa lembaga pendidikan perlu


memberikan pendidikan yang lebih kritis dan fokus pada
masalah-masalah sosial untuk mencegah munculnya perilaku
korupsi di masa depan.

15
III.2 Solusi Korupsi
A. Pendapat Anggota Kelompok
● Fikri Fahreza, Salah satu solusi adalah meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas dalam setiap keputusan atau transaksi yang dilakukan oleh
pemerintah serta memberikan hukuman tegas dan efektif kepada pelaku
korupsi. Kesadaran publik tentang bahaya korupsi dapat ditingkatkan
melalui pendidikan etika dan integritas sejak dini, serta melalui media
massa yang membuka mata masyarakat terhadap praktik korupsi.
Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pengawasan
atas sumber daya negara juga dapat memperkuat transparansi dan
akuntabilitas. Peningkatan sistem pengawasan dan audit independen atas
sumber daya negara harus dilakukan agar terhindar dari tindakan
korupsi. Solusi yang efektif dan berkelanjutan dapat tercapai melalui
kerjasama dan komitmen dari semua pihak.
● Wenny Jodana, Sebagai solusi dalam mengatasi korupsi yang terjadi
dapat dengan lebih meningkatkan lagi sifat transparan dalam suatu
sistem pemerintahan, sebaiknya tingkatan ekonomi di masyarakat lebih
diperhatikan, serta setiap individu lebih mengembangkan etika yang baik
dalam lingkungan pekerjaan, masyarakat maupun dalam keluarga dan
mempelajari lebih lanjut mengenai apa itu Korupsi dalam perspektif
islam.

16
B. Pendapat Ahli
● Ibu Yudi Astuti (Guru di Istiqamah)

Menurut Ibu Astuti, korupsi yang terjadi bisa saja dapat


dikurangi ataupun dapat dihapuskan jika setiap individu memiliki
pemahaman akan ilmu agama dan keimanan yang cukup mengenai
korupsi itu sendiri, bahwa korupsi itu tidaklah benar untuk dilakukan.
tidak terdapat rasa takut terhadap hukuman yang akan diterimanya
sehingga orang tersebut tetap saja melakukan korupsi, perlu ada
perbaikan dalam tindak lanjut hukuman akan pelaku korupsi. Pemerintah
ataupun atasan dalam suatu pekerjaan sebaiknya juga memberikan upah
atau gaji yang sesuai agar tidak terjadinya hal yang tidak diinginkan
yaitu korupsi oleh anggota ataupun pekerja tersebut.

17
● Ustadz Masdar Tambsai S.Ag (Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kesiswaan Guru Agama Islam SMKS Farmasi APIPSU)

Solusinya harus ada hukum yg tegas dan keras untuk oknum


pelaku korupsi seperti hukuman seumur hidup atau hukuman mati . Dan
di miskin kan Para pelaku Koruptor. Kedua bagi lembaga Legislatif dan
eksekutif jangan ada lagi sistem pengangkatan dengan uang atau di
bayar. Untuk mendapatkan jabatan haruslah dengan kepintaran dan
kemampuan calon dari pejabat tersebut . Terakhir harus ada peralihan
dan penjelasan kepada pejabat dan Masyarakat Bahwa korupsi adalah
Musuh Bersama.

18
● Ali Ahmatul Umri Hasibuan (Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa
islam Ar-Rahman Unimed)

Nah kalau untuk solusi pertama satu sih. Yaitu, dapat


dilakukannya penguatan nilai nilai agama dari pribadi kita masing
masing. Semakin kita tahu pedoman pedoman hidup dalam beragama,
maka kita akan tentu menjauhi perbuatan perbuatan tercela seperti
korupsi tadi. Peran pemerintah juga sangat penting dalam mencegah
korupsi di Indonesia. Mungkin dapat dilakukan penguatan oleh lembaga
kpk, seperti penguatan fungsi - fungsinya yang harusnya KPK ini
menjadi otoritas tertinggi dalam penanganan kpk. Tidak harus dibatasi
sistem kerjanya harus lapor inilah ketika mau ott atau operasi tangkap
tangkap tangan, bebaskanlah para apa ya? Staf atau petugas dari KPK
untuk melakukan.

19
Tindakan penanganan korupsi oleh koruptor dengan sesuai sk
atau yang berlaku jangan dibatasi fungsinya sehingga nanti kerjanya
tidak jadi maksimal sama lingkungan masyarakat serta keluarga ya
memberlakukan hukum sosial yang berat bagi para koruptor karena
sebetulnya hukum yang paling berat itu adalah hukum sosial. Kita harus
memberikan sanksi sosial yang berat bagi para koruptor agar memang
tidak terjadi lagi hal yang sama atau berulang kembali, kita harus
memboikot mereka dari media media massa. Jika mencalon lagi jangan
dipilih dan lain sebagainya.

C. Kajian Literatur
● Jurnal: Korupsi Dalam Perspektif Politik Islam, Untuk mengetahui
solusi yang akan dilakukan untuk mengurangi korupsi, kita harus
mengetahui penyebab-penyebabnya terlebih dahulu. Penyebab yang
mendorong terjadinya korupsi berasal dari dalam diri juga dari luar.
Jadi, dalam solusinya harus dilakukan dari dalam juga dari luar diri.
Berikut adalah solusi yang dapat dilakukan guna mengurangi kasus
korupsi :Meningkatkan Iman, Selalu Bersyukur atas Rezeki yang
diberikan Allah, Menyadari Tanggung Jawab, Menetapkan Sanksi dan
Hukum yang Tegas, dan Pemerataan Kesejahteraan dan Hasil
Pembangunan.

● Jurnal: PENDIDIKAN ISLAM BERBASISKAN ANTI KORUPSI,


Menurut jurnal ini solusi atas korupsi yang terjadi adalah: Di antara
materi-materi pendidikan Islam, fokus penanganan korupsi seharusnya
lebih diarahkan pada pendalaman dan penanam aqidah, di samping
peningkatan penguasaan dan pemilikan akhlaqul karimah. Dengan
penguasaan aqidah, setiap peserta didik dalam gerak perilakunya lebih
dikendalikan dan dibimbing oleh spirit ketauhidan. Pemberantasan
korupsi tidak akan pernah selesai kecuali dengan pendekatan
perangkat hukum yang tegas dan keimanan yang kuat kepada Allah
dan hari akhir melalui penyuluhan pendidikan sejak dini, maka Allah

20
SWT menekankan iman dalam menanamkan akhlaqul karimah
dan memberantas kemungkaran.

● Jurnal: Korupsi Dalam Perspektif Filsafat Hukum Islam , menurut


penulis hal yang harus dilakukan untuk menciptakan keadilan di negara
ini sesuai dengan teori keadilan Madjid Khadduri dengan pertimbangan
kemaslahatan maka seharusnya sanksi untuk pelaku koruptor adalah
hukuman mati, dengan mempertimbangkan kriteria serta dampak korupsi
yang dilakukan, seperti apa yang pernah dipraktekkan Rasulullah pada
masa awal Islam berkembang, yaitu keengganan Beliau untuk menyalati
koruptor, dan mengatakan bahwa shadaqah dari hasil korupsi tidak akan
diterima oleh Allah Swt.

● Buku : Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, Solusi untuk


menghapus adanya Korupsi di indonesia sebagai berikut:
● Meningkatkan Penghayatan Ajaran Agama: Meningkatkan
pemahaman, pengamalan, dan penghayatan ajaran agama kepada
para pemeluknya. Hal ini dapat membuat umat beragama dapat
menangkap intisari dari ajaran agama dan mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
● Meluruskan Pemahaman Keagamaan: Meluruskan pemahaman
keagamaan tentang memberikan infaq/shodaqoh dengan uang/harta
yang halal. Apabila uang/harta yang diberikan berasal dari yang
halal, maka pahalanya akan lebih besar.
● Merubah Sistem: Merubah sistem yang sangat kondusif untuk
berbuat korupsi. Salah satu bentuk yang harus diperbaiki adalah
adanya pengawasan melekat dari atasannya, tidak adanya uang
pelicin, uang setoran dan lain sebagainya.
● Meningkatkan Mentalitas: Meningkatkan mentalitas bangsa
Indonesia dari mentalitas yang rapuh menjadi mentalitas yang kuat
dan tahan banting. Ini dapat dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan dan pengamalan agama serta meningkatkan
pendidikan.
21
● Meningkatkan Penghasilan: Meningkatkan perekonomian dan atau
gaji pegawai sesuai dengan kebutuhan hidup di masyarakat adalah
merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam
rangka menghilangkan perilaku korupsi.
● Merubah Budaya yang Mendorong Korupsi: Merubah budaya yang
mendorong korupsi. Kebiasaan orang Indonesia yang menjadi
pejabat tinggi dalam sebuah pemerintahan akan menjadi sandaran
dan tempat bergantung bagi keluarganya, dan dia diharuskan
melakukan perbuatan korupsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya tersebut.
● Menghilangkan Kebiasaan dan Kebersamaan: Diperlukan usaha
untuk menghilangkan kebiasaan dan praktik korupsi yang
dilakukan secara bersama-sama, karena kenyataannya, korupsi
sudah menjadi kebiasaan bagi orang-orang yang memiliki
kesempatan untuk melakukannya. Bahkan, banyak orang yang
melakukan korupsi secara berjamaah. Oleh karena itu, langkah-
langkah perlu diambil untuk mencegah dan menghilangkan
kebiasaan ini secara menyeluruh agar tidak lagi merajalela di
Indonesia.

22
BAB IV. PEMBAHASAN
IV.1 Korupsi Di Indonesia
[khoirul Nizam]
A. Definisi
Korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan tujuan mengambil
keuntungan pribadi dari harta, waktu maupun wewenang yang bukan menjadi
haknya. Dalam ajaran Islam, korupsi jelas dilarang dan termasuk dalam salah
satu perbuatan merugikan.
Menurut Nurjanah, dalam bukunya yang berjudul Ekstradisi Pelaku
Korupsi menurut Hukum Islam dan Hukum Internasional, ajaran Islam
menjelaskan bahwa korupsi adalah perilaku jahiliyah yang harus disudahi. Islam
mengajarkan bahwa penindasan, kesewenang-wenangan, dan penyelewengan
adalah sikap hidup yang dapat menyakiti manusia lain.
Hukum Islam menyebut tindakan korupsi dengan istilah jarimah atau
jinayah. Kedua istilah ini mempunyai pengertian yang sama, yaitu perbuatan
yang dilarang hukum Islam, baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta, atau
lainnya.
Pembahasan mengenai tindakan-tindakan yang dipandang sebagai
korupsi dapat dilihat dalam beberapa ayat dalam Al-Qur'an. Terdapat ayat yang
menyebutkan bahwa dilarang makan harta sesama dengan jalan batil. Dan
larangan tentang menyuap hakim demi menguasai harta yang bukan haknya.

B. Faktor-faktor
Faktor Penyebab Internal
1. Sifat serakah/tamak/rakus manusia
Keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat seseorang selalu
tidak merasa cukup atas apa yang dimiliki, selalu ingin lebih. Dengan sifat
tamak, seseorang menjadi berlebihan mencintai harta. Padahal bisa jadi hartanya
sudah banyak atau jabatannya sudah tinggi. Dominannya sifat tamak membuat
seseorang tidak lagi memperhitungkan halal dan haram dalam mencari rezeki.
Sifat ini menjadikan korupsi adalah kejahatan yang dilakukan para profesional,
berjabatan tinggi, dan hidup berkecukupan.
2. Gaya hidup konsumtif

23
Sifat serakah ditambah gaya hidup yang konsumtif menjadi faktor
pendorong internal korupsi. Gaya hidup konsumtif misalnya membeli barang-
barang mewah dan mahal atau mengikuti tren kehidupan perkotaan yang serba
glamor. Korupsi bisa terjadi jika seseorang melakukan gaya hidup konsumtif
namun tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai.
3. Moral yang lemah
Seseorang dengan moral yang lemah mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Aspek lemah moral misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, atau rasa
malu melakukan tindakan korupsi. Jika moral seseorang lemah, maka godaan
korupsi yang datang akan sulit ditepis. Godaan korupsi bisa berasal dari atasan,
teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk
melakukannya.
Faktor Penyebab Eksternal
1. Aspek Sosial
Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam mendorong terjadinya
korupsi, terutama keluarga. Bukannya mengingatkan atau memberi hukuman,
keluarga malah justru mendukung seseorang korupsi untuk memenuhi
keserakahan mereka. Aspek sosial lainnya adalah nilai dan budaya di
masyarakat yang mendukung korupsi. Misalnya, masyarakat hanya menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya atau terbiasa memberikan
gratifikasi kepada pejabat.
Dalam means-ends scheme yang diperkenalkan Robert Merton, korupsi
merupakan perilaku manusia yang diakibatkan oleh tekanan sosial, sehingga
menyebabkan pelanggaran norma-norma. Menurut teori Merton, kondisi sosial
di suatu tempat terlalu menekan sukses ekonomi tapi membatasi kesempatan-
kesempatan untuk mencapainya, menyebabkan tingkat korupsi yang tinggi.
Teori korupsi akibat faktor sosial lainnya disampaikan oleh Edward
Banfeld. Melalui teori partikularisme, Banfeld mengaitkan korupsi dengan
tekanan keluarga. Sikap partikularisme merupakan perasaan kewajiban untuk
membantu dan membagi sumber pendapatan kepada pribadi yang dekat dengan
seseorang, seperti keluarga, sahabat, kerabat atau kelompoknya. Akhirnya
terjadilah nepotisme yang bisa berujung pada korupsi.

24
2. Aspek Politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang besar
menjadi faktor eksternal penyebab korupsi. Tujuan politik untuk memperkaya
diri pada akhirnya menciptakan money politics. Dengan money politics,
seseorang bisa memenangkan kontestasi dengan membeli suara atau menyogok
para pemilih atau anggota-anggota partai politiknya.
Pejabat yang berkuasa dengan politik uang hanya ingin mendapatkan
harta, menggerus kewajiban utamanya yaitu mengabdi kepada rakyat. Melalui
perhitungan untung-rugi, pemimpin hasil money politics tidak akan peduli nasib
rakyat yang memilihnya, yang terpenting baginya adalah bagaimana ongkos
politiknya bisa kembali dan berlipat ganda.
Balas jasa politik seperti jual beli suara di DPR atau dukungan partai
politik juga mendorong pejabat untuk korupsi. Dukungan partai politik yang
mengharuskan imbal jasa akhirnya memunculkan upeti politik. Secara rutin,
pejabat yang terpilih membayar upeti ke partai dalam jumlah besar, memaksa
korupsi.
3. Aspek Hukum
Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua sisi, sisi
perundang-undangan dan lemahnya penegakan hukum. Koruptor akan mencari
celah di perundang-undangan untuk bisa melakukan aksinya. Selain itu,
penegakan hukum yang tidak bisa menimbulkan efek jera akan membuat
koruptor semakin berani dan korupsi terus terjadi.
Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika banyak produk hukum
yang tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecenderungan
hukum dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sanksi yang tidak
sebanding terhadap pelaku korupsi, terlalu ringan atau tidak tepat sasaran, juga
membuat para pelaku korupsi tidak segan-segan menilap uang negara.
4. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Di
antaranya tingkat pendapatan atau gaji yang tak cukup untuk memenuhi
kebutuhan. Fakta juga menunjukkan bahwa korupsi tidak dilakukan oleh
mereka yang gajinya pas-pasan. Korupsi dalam jumlah besar justru dilakukan
oleh orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi.

25
Banyak kita lihat pemimpin daerah atau anggota DPR yang ditangkap
karena korupsi. Mereka korupsi bukan karena kekurangan harta, tapi karena
sifat serakah dan moral yang buruk.
Di negara dengan sistem ekonomi monopolistik, kekuasaan negara
dirangkai sedemikian rupa agar menciptakan kesempatan-kesempatan ekonomi
bagi pegawai pemerintah untuk meningkatkan kepentingan mereka dan
sekutunya. Kebijakan ekonomi dikembangkan dengan cara yang tidak
partisipatif, tidak transparan dan tidak akuntabel.
5. Aspek Organisasi
Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah organisasi tempat
koruptor berada. Biasanya, organisasi ini memberi andil terjadinya korupsi,
karena membuka peluang atau kesempatan. Misalnya tidak adanya teladan
integritas dari pemimpin, kultur yang benar, kurang memadainya sistem
akuntabilitas, atau lemahnya sistem pengendalian manajemen.

C. Faktor penyebab
Salah satu faktor penyebab korupsi adalah karena keserakahan,
kesempatan, kebutuhan, dan pengungkapan. Keserakahan berpotensi dimiliki
setiap orang dan berkaitan dengan individu pelaku korupsi.

D. Solusi
1.tingkatkan pengetahuan masyarakat tentang hukum
2.bersihkan aparatur hukum dari KKN
3.tegakan hukum tanpa tebang pilih
4.tingkatkan kesejahteraan pegawai negara
5.hilangkan budaya menyuap dari masyarakat 6.sosialisasi anti korupsi di
gencarkan,media masa wajib menayangkan anti korupsi dengan gratis.

26
IV.2 Pandangan Islam tentang Korupsi
[Sigit Nugroho]

Beberapa kasus korupsi antara lain kasus korupsi yang dilakukan oleh
Nazaruddin, Angelina Sondakh, Andi Alfian Mallarangeng,Luthfi Hasan sekjen
PKS, kasus korupsi pada pengadaan Al-Qur’an, korupsi yang dilakukan oleh
petinggi POLRI, kasus korupsi yang melibatkan dinasti Sri Atut dan adiknya
Tubagus dan lain-lain sungguh membuat prihatin kita. Menoleh ke belakang di
tahun 2009-an, ada kasus korupsi yang dilakukan oleh mantan Kapolri Jendral
Rusdiharjo,sebagai tersangka dalam kasus pungli KBRI, Aulia Pohan besan
Presiden SBY tersangka korupsi aliran dana Bank Indonesia, Kemas Yahya
Rahman mantan JAM Pidsus dalam kasus penangkapn jaksa Urip Gunawan ( kasus
suap BLBI ) dan yang masih tetap hangat adalah kasus Bank Century yang
beraroma korupsi didalamnya sampai pada akhirnya ada kasus kriminalitas KPK
buntut dari terkuaknya kasus korupsi tersebut1 . Kasus-kasus korupsi itu terus
bergulir silih berganti dari waktu ke waktu, tahun ke tahun semakin banyak dan
terus bergulir menghiasi lembaran hitam bangsa ini. Korupsi seakan dianggap
halyang biasa dan menjadi budaya dan identitas bangsa ini yang konon
penduduknya adalah penganut agama Islam terbanyak di jagad raya ini. Ironis
sekali. Anehnya lagi, para pelaku korupsi seakan tidak pernah kapok dan tidak
punya rasa malu sama sekali, bahkan dilakukan secara berjamaah dan sistemik, satu
koruptor ditangkap, muncul koruptor-koruptor berikutnya. Dari hari ke hari,
minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun berikutnya, satu persatu kasus
korupsi terungkap ke khalayak umum. Dengan menyimak kasus per-kasus yang
terjadi menimbulkan kegelisahan tersendiri dan pertanyaan apa yang terjadi,
mengapa Indonesia menjadi penganut Islam terbesar di dunia ,terkenal religius
sekaligus menjadi negara terkorup nomor enam di dunia?. 2 Inilah yang
melatarbelakangi tulisan ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Moh. Zahid,3
pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami banyak kegagalan,4 karena korupsi
hanya dipandang dari segi hukum saja. Padahal korupsi sangat berkaitan dengan
berbagai faktor separti faktor sosial, ekonomi,politik, budaya bahkan agama.
Mungkin saja bahkan memang benar bahwa pelaku korupsi adalah umat Islam yang
paling banyak. Hal ini terjadi bukan karena ajaran agamanya akan tetapi lebih
karena manusianya yang tidak mengamalkan ajaran agama itu sendiri, karena
27
agama jelas melarang perbuatan korupsi dan perbuatan-perbuatan lain yang
melanggar etika-moral agama. Korupsi pada level sekarang ini sudah tergolong
extra ordinary crime karena telah merusak keuangan negara dan potensi ekonomi
negara. Disamping itu, korupsi juga telah meluluh lantakkan pilar-pilar sosial-
budaya, moral, politik, tatanan hukum, dan keamanan nasional. Oleh karena itu
perlu terus dikaji penyebab korupsi di Indonesia guna menemukan solusi yang jitu
untuk memberantasnya.

Penyebab Korupsi Di Indonesia


Kasus-kasus korupsi yang terjadi dan terus mewarnai pemberitaan itu tidak
muncul begitu saja. Tentu saja melalui proses yang panjang dan situasi yang
berbeda antara orang per-orang. Artinya penyebab seseorang yang satu dengan
lainnya berbeda-beda dalam melakukannya. Ada orang melakukannya karena
adanya kesempatan yang disebabkan oleh orang lain misalnya karena disuap. Ada
pula yang melakukannya karena faktor tamak atau rakus terhadap harta meskipun
penghasilannya sudah besar seperti yang terjadi pada hakim MK Akil Mukhtar dan
Rudi Rudini. Ada karena tergoda kekuasaan yang besar seperti pada Sri Atut dan
dinastinya . Saat-saat orang berkuasa terlalu lama biasanya di masa-masa
berikutnya cenderung dan mulai korup.

Menurut Abdullah Hehamahua,5 ada delapan penyebab kasus-kasus terjadinya


korupsi di Indonesia.;
1. Sistem Penyelenggaraan Negara yang Keliru Sebagai negara yang baru
merdeka dan masuk kategori negara yang sedang berkembang, seharusnya porsi
untuk bidang pendidikan mendapatkan prioritas. Akan tetapi selama puluhan tahun ,
mulai dari orde lama, orde baru sampai orde reformasi ini, pembangunan masih
difokuskan pada bidang ekonomi. Padahal setiap negara yang baru merdeka
memiliki SDM yang terbatas, uang yang terbatas, juga teknologi. Konsekuensinya,
semuannya serba didatangkan dari luar negeri yang pada gilirannya menghasilkan
penyebab korupsi kedua yaitu,

2. Kompensasi PNS yang Rendah Negara yang baru merdeka dan lepas dari
imperialis biasanya tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar
28
kompensasi yang tinggi kepada pegawainya. Akan tetapi disebabkan prioritas
pembangunan di bidang ekonomi, sehingga sekitar 90% PNS melakukan
KKN, dalam wujud korupsi waktu, melakukan pungli, mark-up kecil-kecilan
demi menyeimbangkan pemasukan dan

pengeluaran pribadi .Bisa dibayangkan, pegawai sekelas Gayus Tambunan


mempunyai aset milyaran rupiah dengan masa kerja 3 tahunan dan golongan III/a.
Itu di pemerintahan pusat. Di daerah yang tidak tersentuh KPK, banyak pejabat
pengadaan tender setara dengan golongan Gayus juga mempunyai aset yang tidak
wajar kalau dihitung dari asli pendapatan gajinya.

3. Pejabat yang serakah Pola hidup konsumerisme melahirkan sikap dan pola hidup
hedonisme yang dilahirkan oleh sistem pembangunan seperti di atas mendorong
pejabat untuk menjadi kaya secara instant. Dari sini lahir sikap serakah. Akibatnya,
pejabat yang bersangkutan menyalah gunakan wewenang dan jabatannya, melakukan
mark-up proyek-proyek pembangunan, berbisnis dengan pengusaha dalam bentuk
menjadi komisaris maupun salah seorang stake holder dari perusahaan tertentu.

4. Law enforcement tidak berjalan Disebabkan para pejabat serakah dan PNS-nya
KKN karena gaji yang tidak cukup, maka boleh dibilang penegakan hukum tidak
berjalan hampir di seluruh lini kehidupan, baik di instansi pemerintahan maupun
lembaga kemasyarakatan karena segala sesuatu diukur dengan uang. Tidak
berlebihan kalau kemudian lahir istilah plesetan kata-kata seperti KUHP menjadi
Kasih Uang Habis Perkara, Tin menjadi ten Persen dan Ketuhanan Yang Maha Esa
menjadi Keuangan Yang Maha Kuasa dan lain sebagainya.

5. Hukuman yang ringan terhadap koruptor Disebabkan law enforcement tidak


berjalan dimana aparat penegak hukum bisa dibayar, mulai dari polisi, jaksa, hakim
dan pengacara, maka hukuman yang dijatuhkan kepada para koruptor sangat ringan
sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi koruptor. Bahkan tidak menimbulkan
rasa takut dalam masyarakat sehingga pejabat dan pengusaha tetap melakukan proses
KKN.

29
6. Pengawasan yang tidak efektif Dalam sistem management yang modern selalu
ada instrument yang disebut internal kontrol yang bersifat in build dalam setiap unit
kerja sehingga sekecil apapun penyimpangan akan terdeteksi sejak dini dan secara
otomatis pula dilakukan perbaikan. Seperti kita masuk lift, tiba-tiba terdengar bunyi
alarm. Itu berartipenumpangnya melebihi kapasitas lift sehingga harus ada yang
keluar dari lift, baru pintu lift bisa tertutup. Internal kontrol di setiap unit tidak
berfungsi karena pejabat atau pegawai terkait melakukan KKN. Konon untuk
mengatasinya dibentuklah Irjen dan Bawasda yang bertugas melakukan internal
audit. Malangnya, sistem besar yang disebutkan di butir 1 di atas tidak mengalami
perubahan, sehingga Irjen dan Bawasda pun turut bergotong royong dalam
menyuburkan KKN.

7. Tidak ada keteladanan pemimpin Ketika terjadi resesi ekonomi 1997, keadaan
perekonomian Indonesia sedikit lebih baik dari Thailand. Namun, pemimpin di
Thailand memberi contoh kepada rakyatnya dengan pola hidup sederhana dan
satunya kata dengan perbuatan, sehingga lahir dukungan moral dan material dari
anggota masyarakat dan pengusaha. Dalam waktu singkat , Thailand telah
mengalami recovery ekonominya. Di Indonesia, tidak ada pemimpin yang bisa
dijadikan tauladan, maka bukan saja perekonomian negara yang belum recovery
bahkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara makin mendekati jurang
kehancuran.

8. Budaya masyarakat yang kondusif KKN Di negara Indonesia yang agraris,


masyarakat cenderung paternalistic. Denngan demikian, mereka turut melakukan
KKN dalam urusan sehari-hari seperti mengurus KTP, SIM, STNK, PBB, SPP,
pendaftaran anak masuk sekolah atau universitas, melamar kerja, dan lain-lain
karena meniru apa yang dilakukan oleh pejabat, elit politik, tokoh masyarakat,
pemuka agama, yang oleh masyarakat diyakini sebagai perbuatan yang tidak salah
alias dianggap benar dan sah-sah saja

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, penyebab terjadinya perbuatan


korupsi sebagian besar adalah karena faktor sikap jiwa dan perilaku seseorangyang
cenderung mengabaikan etika agama dan kata hatinya yang paling dalam yang
30
diciptakan Allah dalam keadaan fitrah (pasti cenderung pada kebaikan,
kebenaran,dan lurus). Oleh sebab itu, manusia harus mencari jalan keluarnya agar
terhindar dari godaan melakukan perbuatan ini dan perlu mengetahui modusmodus
yang sering dipakai melakukan kejahatan korupsi karena korupsi cenderung
melibatkan banyak orang,faktor, lembaga, instansi, negeri maupun swasta.

Mengenali Modus-Modus Korupsi


Mengenali modus korupsi disini maksudnya bukan untuk melakukannya,tapi
antisipasi agar semua lapisan masyarakat tidak melakukannya. Karena terkadang
disebabkan ketidaktahuan kita sehingga kita terjebak dan kadang sengaja dibodohi
orang lain demi memuluskan kemauannya. Berapa banyak pejabat yang bersih,
tibatiba tersandung kasus korupsi dan masuk penjara hanya karena dia dimanfaatkan
orang lain.
Dari sini kita harus mengenali modus-modus korupsi yang sering dipakai alat
kendaraan oleh para koruptor.
Modus korupsi adalah cara-cara bagaimana korupsi itu dilakukan oleh sang
koruptor. Banyak cara dilakukan oleh koruptor tapi ada beberapa saja yang bisa
dijadikan contoh seperti;

1. Pemerasan pajak; Biasanya pemeriksa pajak yang memeriksa wajib pajak


menemukan kesalahan perhitungan pajak yang mengakibatkan kekurangan
pembayaran pajak. Kesalahan tersebut bisa tidak disengaja bahkan terkadang
disengaja oleh wajib pajak. Kekurangan wajib pajak bisa dianggap tidak ada tapi
dengan imbalan,yaitu wajib pajak harus membayar sebagian kekurangan tersebut
masuk ke kantong pemeriksa pajak.

2. Proses tender; Dalam proses tender dan pengerjaannya seperti perbaikan jalan,
pembangunan jembatan,seringkali terjadi penyelewengan. Pihak yang sebenarnya
memenuhi persyaratan tender dan berhak menang, terkadang tidak memenangkan
tender karena telah dimenangkan oleh pihak yang mampu “main belakang” dengan
membayar lebih mahal,walaupun tidak memenuhi syarat. Disini bermain praktek
suap kepada pemberi tender oleh peserta tender yang tidak qualified.
3. Mark up anggaran (budget); Biasanya juga terjadi dalam proyek dengan cara
menggelembungkan besarnya dana proyek. Caranya, memasukkan anggaran fiktif
31
dengan membikin pos-pos palsu. Misalnya dalam anggaran dimasukkan pembelian
komputer tetapi kenyataannya tidak ada komputer yang dibeli, atau komputer benar-
benar dibeli tapi harganya lebih murah. Biar ada yang bisa masuk kantongnya
sendiri.

4. Penyelewengan dalam penyelesaian perkara; Korupsi terjadi tidak selalu


dalam bentuk uang, tetapi dalam kasus hukum tindakan korupsi bisa berupa
“mengubah”, “menafsirkan” secara sepihak) pasal-pasal yang ada untuk
meringankan hukuman kepada pihak yang memberi uang atau minta diberi uang
kepada penegak hukum. Praktik ini melibatkan tersangka/terdakwa, penegak hukum
(hakim/jaksa) dan pengacara.
5. Manipulasi tanah; Berbagai cara dilakukan untuk memanipulasi status
kepemilikan tanah, seperti memanipulasi tanah negara menjadi milik perorangan
atau badan, merendahkan pembebasan tanah dan meninggikan pertanggungjawaban,
membebaskan terlebih dahulu tanah yang akan kena proyek dengan harga murah.
6. Jalur cepat pembuatan KTP; Dalam pembuatan KTP ada dua jalur; cepat dan
biasa. Jalur biasa adalah jalur yang ikut prosedur biasa, waktunya lebih lama dengan
biaya lebih murah. Jalur cepat adalah proses pembuatannya lebih cepat dan lebih
mahal. Hal ini tidak hanya terjadi pada pembuatan KTP saja, tapi sudah menjalar ke
pembuatan paspor, visa, dan lain-lain.
7. SIM jalur cepat; Dalam proses pembuatan SIM secara resmi diberlakukan tes
tertulis dan praktik. Untuk mempercepat proses itu, mereka membayar lebih besar,
asalkan tidak mengikuti ujian mengemudi. Biaya tidak resmi pengurusan SIM
biasanya langsung ditetapkan oleh petugas. Biasanya yang terlibat dalam praktik ini
adalah warga yang mengurus SIM dan oknum petugas yang menangani
kepengurusan SIM

Korupsi Dalam Perspektif Hukum Islam


Sebagaiman kita ketahui bersama, korupsi saat ini dinyatakan sebagai kejahatan
luar biasa (exstra ordinary) sehingga ada Undang-undang khusus bagi pelaku korupsi
yaitu Undang-undang Anti Tipikor (UU Anti Tindak Pidana Korupsi). Biasanya
orang menyebut pelaku korupsi dengan sebutan “pejabat berkerah putih/pejabat
berdasi” jika pelakunya pejabat dan dilambangkan dengan gambar “tikus yang
sedang menggrogoti mangsa” sehingga mangsanya hancur tercabik-cabik. Negara
32
yang sering digrogoti oleh para koruptor nasibnya akan sama sepaerti perumpamaan
tersebut yaitu hancur dan rusak tatanan ekonominya. Lagilagi rakyat yang
menanggung akibatnya karena hanya rakyatnya yang semakin miskin sedangkan
pejabatnya kaya raya sendiri.

Semua ini terjadi karena di negeri yang kaya raya ini, dikenal religius dan
mayoritas beragama Islam, korupsi sudah mendarah daging, berlangsung secara
sistemik dan dilakukan secara berjamaah sehingga sulit diusut. Untuk itu, diperlukan
upaya maksimal, dahsyat dan usaha yang luar biasa untuk memberantasnya. Tidak
cukup hanya dengan membuat UU Anti Tipikor tetapi yang lebih penting adalah
menyegarkan kembali Islam ke lubuk hati umatnya untuk diamalkan dalam praksis
kehidupan. Karena disanalah sumber dari etika/moral/akhlaq yang akan
mengembalikan umat ke arah perbaikan.
Kiranya perlu memahami kembali bagaimana pandangan Islam tentang
perbuatan korupsi, kemudian meninggalkan perbuatan tersebut karena bertentangan
dengan maqasid al-shari’ah yaitu Hifz al-mal (terpeliharanya harta rakyat dari
penyelewengan). Dari sinilah Ulama’ Klasik maupun Kontemporer sepakat bahwa
perbuatan korupsi hukumnya haram karena bertentangan dengan prinsip maqasid al-
shari’ah dengan alasan sebagai berikut;

1. Perbuatan korupsi termasuk kategori perbuatan curang dan menipu yang


berpotensi merugikan keuangan negara yang notabene adalah uang publik (rakyat).
Dalam hal ini Allah mengecam pelakunya. Periksa QS.Ali Imran:161 yang artinya:

ُّ‫ل‬RR‫و ٰفّى ُك‬R ِ ‫ان لِنَبِ ٍّي اَ ْن يَّ ُغ َّل َۗو َم ْن يَّ ْغلُلْ يَْأ‬
َ Rُ‫ ِة ۚ ثُ َّم ت‬R‫ت بِ َما َغ َّل يَ ْو َم ْالقِ ٰي َم‬ َ ‫َو َما َك‬
ْ ‫ت َوهُ ْم اَل ي‬
‫ُظلَ ُم ْو َن‬ ٍ ‫ نَ ْف‬.Yang artinya :Dan tidak mungkin seorang nabi
ْ َ‫س َّما َك َسب‬
berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barangsiapa berkhianat, niscaya
pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu.
Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang
dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.
Ayat di atas turun dilatarbelakangi oleh peristiwa yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud, Tirmizi dan Ibn Jarir bahwa sehelai kain wol merah hasil rampasan perang
hilang. Sudah dicari kemana-mana ternyata tidak ditemukan dan tidak pula ada di
inventaris negara. Padahal harta rampasan perang ini seharusnya masuk di inventaris
33
negara. Tak pelak lagi, berita ini menimbulkan desas-desus tidak enak di kalangan
sahabat bahkan ada yang lancang berkata,”mungkin Nabi sendiri yang mengambil
kain wol itu untuk dirinya.”
Kemudian turun ayat tersebut yang menegaskan bahwa Nabi tidak mungkin
korup dan curang dalam mengemban amanah harta publik(rampasan perang). Malah
Nabi sendiri mengancam siapa saja yang mengambil harta milik negara, maka kelak
harta tersebut akan menjadi bara api di neraka dan segala amal yang didapat dengan
cara korupsi tidak diterima oleh Allah Swt. Teladan ini dipraktikkan oleh Khalifah
‘Umar Ibn Abdul ‘Aziz (63-102 H) yang memerintahkan puterinya supaya
mengembalikan kalung emas kepada negara padahal kalung tersebut merupakan
hibah dari pengawas perbendaharaan negara (bayt al-mal) karena jasa-jasa beliau
selama menjabat khalifah.
2. Praktik korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan untuk
memperkaya diri sendiri, orang lain, kelompok atau golongan. Semua itu merupakan
pengkhianatan terhadap amanah dan sumpah jabatan. Mengkhianati amanah adalah
salah satu karakter orang-orang munafik dan termasuk perbuatan dosa yang dibenci
oleh Allah, sehingga hukumnya haram. Periksa QS.al-Anfal: 27 dan QS.al-Nisa’: 58
yang artinya sebagai berikut;

َ ‫ُول َوتَ ُخونُ ٓو ۟ا َأ ٰ َم ٰنَتِ ُك ْم َوَأنتُ ْم تَ ْعلَ ُم‬ ۟ ُ‫وا اَل تَ ُخون‬
۟ ُ‫ين َءامن‬ ٓ
‫ون‬ َ ‫وا ٱهَّلل َ َوٱل َّرس‬ َ َ ‫ٰيََأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul Nya (Muhammad), dan jangan pula kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamusedang kamu mengetahui9 ”. (QS.al-Anfal: 27).

۟ ‫َّن ٱهَّلل َ يَْأ ُم ُر ُك ْم َأن تَُؤ ُّد‬


۞ ‫اس‬ ِ َّ‫ا َوِإ َذا َح َك ْمتُم بَي َْن ٱلن‬RRَ‫ت ِإلَ ٰ ٓى َأ ْهلِه‬ ِ ‫وا ٱَأْل َم ٰـنَ ٰـ‬ ‫ِإ‬
ِ َ‫ان َس ِمي ۢ ًعا ب‬
٥٨ ‫صي ۭ ًرا‬ ۟ ‫َأن تَحْ ُك ُم‬
َ ‫وا بِ ْٱل َع ْد ِل ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُكم ِب ِٓۦه ۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ َك‬
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada
yang berhak menerimanya, menetapkan hukum diantara manusia dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sungguh
Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS.al-Nisa’ 58).

3. Perbuatan korupsi adalah perbuatan zalim, baik untuk memperkaya diri


sendiri, orang lain, kelompok dan golongan, karena kekayaan negara adalah harta

34
publik yang berasal dari jerih payah rakyat termasuk kaum miskin dan kaum papa.
Perbuatan ini diancam dengan azab yang sangat pedih kelak di akhirat. Periksa
QS.al-Zukhruf: 65;

ِ ‫ف ااْل َحْ َزابُ ِم ۢنْ َب ْين ِِه ْم ۚ َف َو ْي ٌل لِّلَّ ِذي َْن َظ َلم ُْوا ِمنْ َع َذا‬
‫ب َي ْو ٍم اَلِي ٍْم‬ ْ ‫َف‬
َ ‫اخ َت َل‬

Artinya: Maka berselisihlah golongan-golongan yang terdapat diantara mereka,


maka kecelakaan yang besar bagi orang-orang yang zalim yaitu siksaan yang pedih
(QS.al-Zukhruf: 65).

Dan sabda Nabi Saw yang artinya; “ Rasulullah Saw. Melaknat pemberi suap
dan penerima suap.” Juga sabda Beliau dari Abu Dawud, “ Barangsiapa yang kami
pekerjakan untuk mengerjakan suatu tugas tertentu dan telah kami beri gaji tertentu
maka apa yang ia ambil selain gaji itu adalah ghulul (korupsi)”. (HR. Abu Dawud,
al-Hakim, Baihaqi dan Ibn Huzaimah).

4. Kolusi; Perbuatan ini termasuk kategori korupsi. Kolusi adalah perbuatan


sekongkol seperti memberikan fasilitas negara kepada yang tidak berhak dengan
melakukan deal –deal tertentu, lobi-lobi seperti menerima suap (hadiah), dari pihak-
pihak yang diuntungkannya. Perbuatan ini sangat dikecam dan dilaknat oleh
Rasulullah Saw.
Islam dan Terapi Korupsi
Setiap pribadi yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu berinteraksi dengan
uang, rawan dan rentan sekali terhadap praktik korupsi, siapapun orangnya tak
terkecuali dari kaum akademisi, kaum intelektual (terpelajar), bahkan kaum
agamawan sekalipun. Korupsi juga merambah lembaga-lembaga negara seperti
anggota dewan, menteri, partai politik, pemerintah dan swasta. Kasus korupsi yang
terjadi di Departemen Agama (DEPAG), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Bank
Mandiri, Mahkamah Agung dan lain-lain adalah bukti nyata bahwa korupsi sudah
menjadi penyakit akut dan kronis, berada pada stadium yang paling gawat.
Kalau dianalisa, dari delapan penyebab korupsi seperti yang dijelaskan di awal,
maka kita mengetetahui bahwa tujuh butir diantaranya berkaitan erat dengan sikap
jiwa/mental dan perilaku seseorang. Dalam konteks ini, akan lebih tepat jika diterapi
dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kejiwaan yang dalam kajian Islam ada

35
dalam ilmu tasawuf.

Oleh karena itu, agar kita terhindar dari melakukan korupsi, ada baiknya kalau
kita bersama-sama melakukan tindakan preventif-antisipatif dan berjaga-jaga dengan
sekuat usaha dengan cara melatih diri, menahan, mengendalikan bahkan mengekang
nafsu dengan langkah-langkah dan kiat-kiat sebagai berikut;
1. Memulai kehidupan dengan niat yang ikhlas hanya “karena” dan “untuk”
Allah. Jadi hidup kita tidak tertekan, karena kalau jiwa seseorang sering tertekan
karena tidak kuat dengan keadaan maka jiwa akan mudah goyah, kalau tidak kuat
imannya akan cenderung melakukan hal-hal yang dilarang demi mencapai tujuan.
2. Menyikapi kehidupan dunia berdasarkan ajaran ilahi
3. Mengendalikan nafsu syahwat yang berlebihan terhadap harta. Ini yang
paling membuat seseorang silau dan lupa diri sehingga menempuh cara-cara yang
tidak benar
4. Menjaga pikiran yang terlintas untuk bermaksiat (al-khatarat), dan menjaga
langkah nyata untuk berbuat maksiat (al-khutuwat)
5. Tawakkal setelah berusaha sungguh-sungguh (maksimal)
6. Mensyukuri nikmat harta yang ada dengan mengembangkannya untuk
kebaikan umat, dan melaksanakan kewajiban berzakat, infaq, sedekah dan
sebagainya
7. Sabar menghadapi ujian (fitnah) harta, karena harta terkadang menjadi fitnah
bagi pemiliknya
8. Rida terhadap ketetapan (qada) dari Allah. Segala yang terjadi pada diri kita
sudah ditetapkan oleh Allah,manusia hanya diwajibkan untuk selalu dalam kebaikan-
kebaikan sedangkan hasilnya sudah ditetapkan oleh Allah sendiri
9. Menumbuhkan rasa takut (khauf) kepada Allah dimanapun berada. Kalau kita
selalu merasa diawasi oleh Allah , tentu perilaku kita akan selalu di jalan-Nya
10. Membentuk sikap jujur dalam diri
11. Menumbuhkan sifat malu
12. Selalu intropeksi diri (muhasabah)
36
13. Selalu mendekatkan diri kepada Allah (muraqabah Allah
14. Menumbuhkan rasa cinta kepada Allah (mahabbah Allah)
15. Selalu memperbarui tobat . Dari lima belas terapi tersebut, mungkin antara
orang yang satu dengan yang lain terasa berat. Akan tetapi jika benar-benar berusaha
dengan selalu melatih diri agar senantiasa berada di jalur Allah pasti Allah akan
menolong kita.

37
BAB V.
Kesimpulan dan Saran

IV.1 Kesimpulan
Dari pembahasan serta pemaparan materi mengenai korupsi diatas ada
terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain:
● Secara istilah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi
maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya
diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
● Berdasarkan pendapat ahli, pendapat anggota kelompok, serta kajian literatur
yang digunakan, disimpulkan bahwa penyebab terjadinya korupsi yaitu:
dikarenakan kurangnya etika dari individu, penyalahgunaan posisi dan
wewenang yang dimiliki individu tersebut, serta faktor dari luar seperti
ekonomi yang tidak stabil, tidak tegasnya dalam menindaklanjuti kasus
korupsi sehingga akan dilakukan secara berulang-ulang.
● Solusi yang diperoleh dari pendapat ahli, pendapat anggota kelompok serta
kajian literatur yang digunakan yaitu antara lain: meningkatkan lagi
transparansi dalam suatu sistem pemerintahan, memberikan sanksi yang tegas
terhadap pelaku korupsi, dan setiap individu harus mengembangkan serta
meningkatkan pemahaman agama dalam mengatasi korupsi.

IV.2 Saran
Pembaca diharapkan dapat membaca lebih banyak lagi buku maupun
sumber lainnya yang dapat memberikan Informasi yang kurang dalam makalah ini,
jika terdapat hal-hal yang belum dipahami sebaiknya ditanyakan kepada penulis
atau dosen pembimbing. Kami berharap Tugas ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, Kami menerima kritik dan saran yang positif untuk perbaikan makalah
ini.

38
DAFTAR PUSTAKA

https://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/view/364

Bakhtiar, N. (2013). Pendidikan Agama Islam di Perguruan

Tinggi.

Firmansyah, F. (2017). Korupsi Dalam Perspektif Filsafat Hukum Islam. Al-Amwal:


Journal of Islamic Economic Law, 2(1), 36-50.

Gaffar, A. (2016). Pendidikan Islam Berbasiskan Anti Korupsi. El-Furqania: Jurnal


Ushuluddin Dan Ilmu-Ilmu Keislaman, 2(02), 196-208.

Norapuspita, N., & Djasuli, M. (2022). Faktor Individual Penyebab Korupsi Dalam
Perspektif Islam. Jurnal Ekonomika Dan Bisnis (JEBS), 2(3), 770-775.

Yusuf, D. I. (2014). Korupsi dalam perspektif politik Islam. Al Qodiri: Jurnal


Pendidikan, Sosial Dan Keagamaan, 7(2), 1-13.

39

Anda mungkin juga menyukai