Dosen Pengampu:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kita panjatkan kepada Allah SWT, rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan CBR dan CJR untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Terimakasih kepada Ibu Dr. Hapni Laila
Siregar S. Ag., M.A. selaku dosen pengampu di Prodi Pendidikan Teknologi
Informatika dan Komputer Universitas Negeri Medan yang telah memberikan tugas ini
kepada Kami.
Tugas ini dibuat dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca. Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Apabila
dalam tugas ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, Kami mohon maaf karena
sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman Kami masih terbatas.
Dalam review buku dan jurnal yang kami kritisi, kami akan mengevaluasi
mengenai suatu topik permasalahan yaitu Korupsi. Kami akan mengevaluasi isi buku
dan jurnal tersebut serta memberikan pendapat ahli serta pendapat dari anggota
kelompok mengenai penyebab serta solusi dari permasalahan korupsi tersebut. Tujuan
makalah ini adalah untuk membantu pembaca dalam memahami mengenai korupsi.
Semoga review buku dan jurnal yang kami tulis ini dapat memberikan manfaat yang
baik bagi pembaca.
Kelompok 11
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I. Pendahuluan.................................................................................................................4
I.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
I.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
I.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................................5
I.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................................5
BAB II. Pembahasan.................................................................................................................6
II.1 Topik Pembahasan............................................................................................................6
II.2 Fakta-Fakta Tentang Korupsi...........................................................................................7
BAB III. Penyebab dan Solusi..................................................................................................9
III.1 Penyebab Korupsi............................................................................................................9
III.2 Solusi Korupsi...............................................................................................................16
BAB IV. Kesimpulan dan Saran............................................................................................23
IV.1 Kesimpulan....................................................................................................................23
IV.2 Saran..............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24
3
BAB I.
Pendahuluan
4
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan CBR dan CJR ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian korupsi,
2. Memberikan fakta-fakta yang terdapat pada korupsi,
3. Menjelaskan penyebab maraknya korupsi, dan
4. Menjelaskan solusi dari maraknya korupsi.
5
BAB II.
Pembahasan
6
atau kekayaan, penyimpanan uang atau kekayaan serta dalam perizinan dan/atau
jasa lainnya dengan tujuan keuntungan pribadi atau golongannya sehingga
langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan dan/atau keuangan
negara/masyarakat”.
Klitgaard (2001) membuat persamaan sederhana untuk menjelaskan
pengertian korupsi sebagai berikut:
C = Corruption/Korupsi
M = Monopoly/Monopoli
D = Discretion/Diskresi / Keleluasaan
A = Accountability/Akuntabilitas
7
berbagai distorsi terhadap kehidupan negara dan masyarakat dapat dikategorikan
termasuk perbuatan fasik, kerusakan dimuka bumi, yang juga amat dikutuk Allah
swt. Dalam terminologi Islam dikenal istilah yang hampir sama dengan korupsi
yaitu Risywah (suap), hanya saja risywah inihanya menyangkut sebahagian dari
istilah korupsi yaitu suap menyuap antara seseorang dengan orang lain dengan
imbalan uang tertentu guna memperoleh pekerjaan atau jabatan. Istilah Korupsi ini
jauh lebih dari sekedar suap menyuap sebab korupsi termasuk di dalamnya
manipulasi, pungli, mark up, danpencairan dana publik secara terselubung dan
bersembunyi dibalik dalil-dalil konstitusi, dengan niat untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar secara tidak sah dari apa yang seharusnya diperoleh
menurut kadar dan derajat pekerjaan seseorang.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
1. Perbuatan melawan hukum;
2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di
antaranya:
1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);
2. Penggelapan dalam jabatan;
3. Pemerasan dalam jabatan;
4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);
5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara Negara).
8
BAB III.
Penyebab dan Solusi
9
menyalahgunakan posisi dan wewenang mereka demi kepentingan
pribadi atau kelompok, tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat
secara keseluruhan. Budaya ini juga menjadi pemicu maraknya korupsi
yang semakin meluas.
B. Pendapat Ahli
● Ibu Yudi Astuti (Guru di Istiqamah)
10
● Ustadz Masdar Tambsai S.Ag (Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kesiswaan Guru Agama Islam SMKS Farmasi APIPSU)
11
● Ali Ahmatul Umri Hasibuan (Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa
islam Ar-Rahman Unimed)
12
C. Kajian Literatur
● Jurnal: Faktor Individual Penyebab Korupsi Dalam Perspektif
Islam, Menurut dari jurnal tersebut, faktor penyebab timbulnya tindakan
korupsi juga beragam. Pada GONE Theory, Menurut Jack Bologne
terdapat 4 (empat) faktor penyebab korupsi. Faktor-faktor tersebut terdiri
atas keserakahan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (needs),
dan pengungkapan (expose). Menurut Tuanakotta, terdapat faktor
individual yang meliputi unsur Greed dan Need, sedangkan faktor
umum berhubungan dengan organisasi sebagai korban kecurangan yang
meliputi unsur Opportunity dan Exposures.
13
5) Kelima, Pengaruh Lingkungan. Lingkungan yang baik akan
berdampak baik juga bagi orang yang berada di lingkungan
tersebut, tetapi bagaimana jika di lingkungan tersebut penuh dengan
tindakan korupsi dan lain-lain. Maka orang tersebut juga akan
terpengaruh dengan tindakan kriminal, contohnya korupsi.
Utari (2011) mengidentifikasi dua faktor penyebab korupsi,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi hal-hal
yang terkait dengan “...lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek
sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek sosial
seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku
korup”. Sementara faktor eksternal berkaitan dengan pendapatan yang
rendah, instabilitas politik, ketiadaan akuntabilitas dan transparansi,
buruknya wujud perundang-undangan dan lemahnya penegakkan
hukum, serta masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.
2. Faktor Eksternal :
15
III.2 Solusi Korupsi
A. Pendapat Anggota Kelompok
● Fikri Fahreza, Salah satu solusi adalah meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas dalam setiap keputusan atau transaksi yang dilakukan oleh
pemerintah serta memberikan hukuman tegas dan efektif kepada pelaku
korupsi. Kesadaran publik tentang bahaya korupsi dapat ditingkatkan
melalui pendidikan etika dan integritas sejak dini, serta melalui media
massa yang membuka mata masyarakat terhadap praktik korupsi.
Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pengawasan
atas sumber daya negara juga dapat memperkuat transparansi dan
akuntabilitas. Peningkatan sistem pengawasan dan audit independen atas
sumber daya negara harus dilakukan agar terhindar dari tindakan
korupsi. Solusi yang efektif dan berkelanjutan dapat tercapai melalui
kerjasama dan komitmen dari semua pihak.
● Wenny Jodana, Sebagai solusi dalam mengatasi korupsi yang terjadi
dapat dengan lebih meningkatkan lagi sifat transparan dalam suatu
sistem pemerintahan, sebaiknya tingkatan ekonomi di masyarakat lebih
diperhatikan, serta setiap individu lebih mengembangkan etika yang baik
dalam lingkungan pekerjaan, masyarakat maupun dalam keluarga dan
mempelajari lebih lanjut mengenai apa itu Korupsi dalam perspektif
islam.
16
B. Pendapat Ahli
● Ibu Yudi Astuti (Guru di Istiqamah)
17
● Ustadz Masdar Tambsai S.Ag (Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kesiswaan Guru Agama Islam SMKS Farmasi APIPSU)
18
● Ali Ahmatul Umri Hasibuan (Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa
islam Ar-Rahman Unimed)
19
Tindakan penanganan korupsi oleh koruptor dengan sesuai sk
atau yang berlaku jangan dibatasi fungsinya sehingga nanti kerjanya
tidak jadi maksimal sama lingkungan masyarakat serta keluarga ya
memberlakukan hukum sosial yang berat bagi para koruptor karena
sebetulnya hukum yang paling berat itu adalah hukum sosial. Kita harus
memberikan sanksi sosial yang berat bagi para koruptor agar memang
tidak terjadi lagi hal yang sama atau berulang kembali, kita harus
memboikot mereka dari media media massa. Jika mencalon lagi jangan
dipilih dan lain sebagainya.
C. Kajian Literatur
● Jurnal: Korupsi Dalam Perspektif Politik Islam, Untuk mengetahui
solusi yang akan dilakukan untuk mengurangi korupsi, kita harus
mengetahui penyebab-penyebabnya terlebih dahulu. Penyebab yang
mendorong terjadinya korupsi berasal dari dalam diri juga dari luar.
Jadi, dalam solusinya harus dilakukan dari dalam juga dari luar diri.
Berikut adalah solusi yang dapat dilakukan guna mengurangi kasus
korupsi :Meningkatkan Iman, Selalu Bersyukur atas Rezeki yang
diberikan Allah, Menyadari Tanggung Jawab, Menetapkan Sanksi dan
Hukum yang Tegas, dan Pemerataan Kesejahteraan dan Hasil
Pembangunan.
20
SWT menekankan iman dalam menanamkan akhlaqul karimah
dan memberantas kemungkaran.
22
BAB IV. PEMBAHASAN
IV.1 Korupsi Di Indonesia
[khoirul Nizam]
A. Definisi
Korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan tujuan mengambil
keuntungan pribadi dari harta, waktu maupun wewenang yang bukan menjadi
haknya. Dalam ajaran Islam, korupsi jelas dilarang dan termasuk dalam salah
satu perbuatan merugikan.
Menurut Nurjanah, dalam bukunya yang berjudul Ekstradisi Pelaku
Korupsi menurut Hukum Islam dan Hukum Internasional, ajaran Islam
menjelaskan bahwa korupsi adalah perilaku jahiliyah yang harus disudahi. Islam
mengajarkan bahwa penindasan, kesewenang-wenangan, dan penyelewengan
adalah sikap hidup yang dapat menyakiti manusia lain.
Hukum Islam menyebut tindakan korupsi dengan istilah jarimah atau
jinayah. Kedua istilah ini mempunyai pengertian yang sama, yaitu perbuatan
yang dilarang hukum Islam, baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta, atau
lainnya.
Pembahasan mengenai tindakan-tindakan yang dipandang sebagai
korupsi dapat dilihat dalam beberapa ayat dalam Al-Qur'an. Terdapat ayat yang
menyebutkan bahwa dilarang makan harta sesama dengan jalan batil. Dan
larangan tentang menyuap hakim demi menguasai harta yang bukan haknya.
B. Faktor-faktor
Faktor Penyebab Internal
1. Sifat serakah/tamak/rakus manusia
Keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat seseorang selalu
tidak merasa cukup atas apa yang dimiliki, selalu ingin lebih. Dengan sifat
tamak, seseorang menjadi berlebihan mencintai harta. Padahal bisa jadi hartanya
sudah banyak atau jabatannya sudah tinggi. Dominannya sifat tamak membuat
seseorang tidak lagi memperhitungkan halal dan haram dalam mencari rezeki.
Sifat ini menjadikan korupsi adalah kejahatan yang dilakukan para profesional,
berjabatan tinggi, dan hidup berkecukupan.
2. Gaya hidup konsumtif
23
Sifat serakah ditambah gaya hidup yang konsumtif menjadi faktor
pendorong internal korupsi. Gaya hidup konsumtif misalnya membeli barang-
barang mewah dan mahal atau mengikuti tren kehidupan perkotaan yang serba
glamor. Korupsi bisa terjadi jika seseorang melakukan gaya hidup konsumtif
namun tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai.
3. Moral yang lemah
Seseorang dengan moral yang lemah mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Aspek lemah moral misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, atau rasa
malu melakukan tindakan korupsi. Jika moral seseorang lemah, maka godaan
korupsi yang datang akan sulit ditepis. Godaan korupsi bisa berasal dari atasan,
teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk
melakukannya.
Faktor Penyebab Eksternal
1. Aspek Sosial
Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam mendorong terjadinya
korupsi, terutama keluarga. Bukannya mengingatkan atau memberi hukuman,
keluarga malah justru mendukung seseorang korupsi untuk memenuhi
keserakahan mereka. Aspek sosial lainnya adalah nilai dan budaya di
masyarakat yang mendukung korupsi. Misalnya, masyarakat hanya menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya atau terbiasa memberikan
gratifikasi kepada pejabat.
Dalam means-ends scheme yang diperkenalkan Robert Merton, korupsi
merupakan perilaku manusia yang diakibatkan oleh tekanan sosial, sehingga
menyebabkan pelanggaran norma-norma. Menurut teori Merton, kondisi sosial
di suatu tempat terlalu menekan sukses ekonomi tapi membatasi kesempatan-
kesempatan untuk mencapainya, menyebabkan tingkat korupsi yang tinggi.
Teori korupsi akibat faktor sosial lainnya disampaikan oleh Edward
Banfeld. Melalui teori partikularisme, Banfeld mengaitkan korupsi dengan
tekanan keluarga. Sikap partikularisme merupakan perasaan kewajiban untuk
membantu dan membagi sumber pendapatan kepada pribadi yang dekat dengan
seseorang, seperti keluarga, sahabat, kerabat atau kelompoknya. Akhirnya
terjadilah nepotisme yang bisa berujung pada korupsi.
24
2. Aspek Politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang besar
menjadi faktor eksternal penyebab korupsi. Tujuan politik untuk memperkaya
diri pada akhirnya menciptakan money politics. Dengan money politics,
seseorang bisa memenangkan kontestasi dengan membeli suara atau menyogok
para pemilih atau anggota-anggota partai politiknya.
Pejabat yang berkuasa dengan politik uang hanya ingin mendapatkan
harta, menggerus kewajiban utamanya yaitu mengabdi kepada rakyat. Melalui
perhitungan untung-rugi, pemimpin hasil money politics tidak akan peduli nasib
rakyat yang memilihnya, yang terpenting baginya adalah bagaimana ongkos
politiknya bisa kembali dan berlipat ganda.
Balas jasa politik seperti jual beli suara di DPR atau dukungan partai
politik juga mendorong pejabat untuk korupsi. Dukungan partai politik yang
mengharuskan imbal jasa akhirnya memunculkan upeti politik. Secara rutin,
pejabat yang terpilih membayar upeti ke partai dalam jumlah besar, memaksa
korupsi.
3. Aspek Hukum
Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua sisi, sisi
perundang-undangan dan lemahnya penegakan hukum. Koruptor akan mencari
celah di perundang-undangan untuk bisa melakukan aksinya. Selain itu,
penegakan hukum yang tidak bisa menimbulkan efek jera akan membuat
koruptor semakin berani dan korupsi terus terjadi.
Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika banyak produk hukum
yang tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecenderungan
hukum dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sanksi yang tidak
sebanding terhadap pelaku korupsi, terlalu ringan atau tidak tepat sasaran, juga
membuat para pelaku korupsi tidak segan-segan menilap uang negara.
4. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Di
antaranya tingkat pendapatan atau gaji yang tak cukup untuk memenuhi
kebutuhan. Fakta juga menunjukkan bahwa korupsi tidak dilakukan oleh
mereka yang gajinya pas-pasan. Korupsi dalam jumlah besar justru dilakukan
oleh orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi.
25
Banyak kita lihat pemimpin daerah atau anggota DPR yang ditangkap
karena korupsi. Mereka korupsi bukan karena kekurangan harta, tapi karena
sifat serakah dan moral yang buruk.
Di negara dengan sistem ekonomi monopolistik, kekuasaan negara
dirangkai sedemikian rupa agar menciptakan kesempatan-kesempatan ekonomi
bagi pegawai pemerintah untuk meningkatkan kepentingan mereka dan
sekutunya. Kebijakan ekonomi dikembangkan dengan cara yang tidak
partisipatif, tidak transparan dan tidak akuntabel.
5. Aspek Organisasi
Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah organisasi tempat
koruptor berada. Biasanya, organisasi ini memberi andil terjadinya korupsi,
karena membuka peluang atau kesempatan. Misalnya tidak adanya teladan
integritas dari pemimpin, kultur yang benar, kurang memadainya sistem
akuntabilitas, atau lemahnya sistem pengendalian manajemen.
C. Faktor penyebab
Salah satu faktor penyebab korupsi adalah karena keserakahan,
kesempatan, kebutuhan, dan pengungkapan. Keserakahan berpotensi dimiliki
setiap orang dan berkaitan dengan individu pelaku korupsi.
D. Solusi
1.tingkatkan pengetahuan masyarakat tentang hukum
2.bersihkan aparatur hukum dari KKN
3.tegakan hukum tanpa tebang pilih
4.tingkatkan kesejahteraan pegawai negara
5.hilangkan budaya menyuap dari masyarakat 6.sosialisasi anti korupsi di
gencarkan,media masa wajib menayangkan anti korupsi dengan gratis.
26
IV.2 Pandangan Islam tentang Korupsi
[Sigit Nugroho]
Beberapa kasus korupsi antara lain kasus korupsi yang dilakukan oleh
Nazaruddin, Angelina Sondakh, Andi Alfian Mallarangeng,Luthfi Hasan sekjen
PKS, kasus korupsi pada pengadaan Al-Qur’an, korupsi yang dilakukan oleh
petinggi POLRI, kasus korupsi yang melibatkan dinasti Sri Atut dan adiknya
Tubagus dan lain-lain sungguh membuat prihatin kita. Menoleh ke belakang di
tahun 2009-an, ada kasus korupsi yang dilakukan oleh mantan Kapolri Jendral
Rusdiharjo,sebagai tersangka dalam kasus pungli KBRI, Aulia Pohan besan
Presiden SBY tersangka korupsi aliran dana Bank Indonesia, Kemas Yahya
Rahman mantan JAM Pidsus dalam kasus penangkapn jaksa Urip Gunawan ( kasus
suap BLBI ) dan yang masih tetap hangat adalah kasus Bank Century yang
beraroma korupsi didalamnya sampai pada akhirnya ada kasus kriminalitas KPK
buntut dari terkuaknya kasus korupsi tersebut1 . Kasus-kasus korupsi itu terus
bergulir silih berganti dari waktu ke waktu, tahun ke tahun semakin banyak dan
terus bergulir menghiasi lembaran hitam bangsa ini. Korupsi seakan dianggap
halyang biasa dan menjadi budaya dan identitas bangsa ini yang konon
penduduknya adalah penganut agama Islam terbanyak di jagad raya ini. Ironis
sekali. Anehnya lagi, para pelaku korupsi seakan tidak pernah kapok dan tidak
punya rasa malu sama sekali, bahkan dilakukan secara berjamaah dan sistemik, satu
koruptor ditangkap, muncul koruptor-koruptor berikutnya. Dari hari ke hari,
minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun berikutnya, satu persatu kasus
korupsi terungkap ke khalayak umum. Dengan menyimak kasus per-kasus yang
terjadi menimbulkan kegelisahan tersendiri dan pertanyaan apa yang terjadi,
mengapa Indonesia menjadi penganut Islam terbesar di dunia ,terkenal religius
sekaligus menjadi negara terkorup nomor enam di dunia?. 2 Inilah yang
melatarbelakangi tulisan ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Moh. Zahid,3
pemberantasan korupsi di Indonesia mengalami banyak kegagalan,4 karena korupsi
hanya dipandang dari segi hukum saja. Padahal korupsi sangat berkaitan dengan
berbagai faktor separti faktor sosial, ekonomi,politik, budaya bahkan agama.
Mungkin saja bahkan memang benar bahwa pelaku korupsi adalah umat Islam yang
paling banyak. Hal ini terjadi bukan karena ajaran agamanya akan tetapi lebih
karena manusianya yang tidak mengamalkan ajaran agama itu sendiri, karena
27
agama jelas melarang perbuatan korupsi dan perbuatan-perbuatan lain yang
melanggar etika-moral agama. Korupsi pada level sekarang ini sudah tergolong
extra ordinary crime karena telah merusak keuangan negara dan potensi ekonomi
negara. Disamping itu, korupsi juga telah meluluh lantakkan pilar-pilar sosial-
budaya, moral, politik, tatanan hukum, dan keamanan nasional. Oleh karena itu
perlu terus dikaji penyebab korupsi di Indonesia guna menemukan solusi yang jitu
untuk memberantasnya.
2. Kompensasi PNS yang Rendah Negara yang baru merdeka dan lepas dari
imperialis biasanya tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar
28
kompensasi yang tinggi kepada pegawainya. Akan tetapi disebabkan prioritas
pembangunan di bidang ekonomi, sehingga sekitar 90% PNS melakukan
KKN, dalam wujud korupsi waktu, melakukan pungli, mark-up kecil-kecilan
demi menyeimbangkan pemasukan dan
3. Pejabat yang serakah Pola hidup konsumerisme melahirkan sikap dan pola hidup
hedonisme yang dilahirkan oleh sistem pembangunan seperti di atas mendorong
pejabat untuk menjadi kaya secara instant. Dari sini lahir sikap serakah. Akibatnya,
pejabat yang bersangkutan menyalah gunakan wewenang dan jabatannya, melakukan
mark-up proyek-proyek pembangunan, berbisnis dengan pengusaha dalam bentuk
menjadi komisaris maupun salah seorang stake holder dari perusahaan tertentu.
4. Law enforcement tidak berjalan Disebabkan para pejabat serakah dan PNS-nya
KKN karena gaji yang tidak cukup, maka boleh dibilang penegakan hukum tidak
berjalan hampir di seluruh lini kehidupan, baik di instansi pemerintahan maupun
lembaga kemasyarakatan karena segala sesuatu diukur dengan uang. Tidak
berlebihan kalau kemudian lahir istilah plesetan kata-kata seperti KUHP menjadi
Kasih Uang Habis Perkara, Tin menjadi ten Persen dan Ketuhanan Yang Maha Esa
menjadi Keuangan Yang Maha Kuasa dan lain sebagainya.
29
6. Pengawasan yang tidak efektif Dalam sistem management yang modern selalu
ada instrument yang disebut internal kontrol yang bersifat in build dalam setiap unit
kerja sehingga sekecil apapun penyimpangan akan terdeteksi sejak dini dan secara
otomatis pula dilakukan perbaikan. Seperti kita masuk lift, tiba-tiba terdengar bunyi
alarm. Itu berartipenumpangnya melebihi kapasitas lift sehingga harus ada yang
keluar dari lift, baru pintu lift bisa tertutup. Internal kontrol di setiap unit tidak
berfungsi karena pejabat atau pegawai terkait melakukan KKN. Konon untuk
mengatasinya dibentuklah Irjen dan Bawasda yang bertugas melakukan internal
audit. Malangnya, sistem besar yang disebutkan di butir 1 di atas tidak mengalami
perubahan, sehingga Irjen dan Bawasda pun turut bergotong royong dalam
menyuburkan KKN.
7. Tidak ada keteladanan pemimpin Ketika terjadi resesi ekonomi 1997, keadaan
perekonomian Indonesia sedikit lebih baik dari Thailand. Namun, pemimpin di
Thailand memberi contoh kepada rakyatnya dengan pola hidup sederhana dan
satunya kata dengan perbuatan, sehingga lahir dukungan moral dan material dari
anggota masyarakat dan pengusaha. Dalam waktu singkat , Thailand telah
mengalami recovery ekonominya. Di Indonesia, tidak ada pemimpin yang bisa
dijadikan tauladan, maka bukan saja perekonomian negara yang belum recovery
bahkan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara makin mendekati jurang
kehancuran.
2. Proses tender; Dalam proses tender dan pengerjaannya seperti perbaikan jalan,
pembangunan jembatan,seringkali terjadi penyelewengan. Pihak yang sebenarnya
memenuhi persyaratan tender dan berhak menang, terkadang tidak memenangkan
tender karena telah dimenangkan oleh pihak yang mampu “main belakang” dengan
membayar lebih mahal,walaupun tidak memenuhi syarat. Disini bermain praktek
suap kepada pemberi tender oleh peserta tender yang tidak qualified.
3. Mark up anggaran (budget); Biasanya juga terjadi dalam proyek dengan cara
menggelembungkan besarnya dana proyek. Caranya, memasukkan anggaran fiktif
31
dengan membikin pos-pos palsu. Misalnya dalam anggaran dimasukkan pembelian
komputer tetapi kenyataannya tidak ada komputer yang dibeli, atau komputer benar-
benar dibeli tapi harganya lebih murah. Biar ada yang bisa masuk kantongnya
sendiri.
Semua ini terjadi karena di negeri yang kaya raya ini, dikenal religius dan
mayoritas beragama Islam, korupsi sudah mendarah daging, berlangsung secara
sistemik dan dilakukan secara berjamaah sehingga sulit diusut. Untuk itu, diperlukan
upaya maksimal, dahsyat dan usaha yang luar biasa untuk memberantasnya. Tidak
cukup hanya dengan membuat UU Anti Tipikor tetapi yang lebih penting adalah
menyegarkan kembali Islam ke lubuk hati umatnya untuk diamalkan dalam praksis
kehidupan. Karena disanalah sumber dari etika/moral/akhlaq yang akan
mengembalikan umat ke arah perbaikan.
Kiranya perlu memahami kembali bagaimana pandangan Islam tentang
perbuatan korupsi, kemudian meninggalkan perbuatan tersebut karena bertentangan
dengan maqasid al-shari’ah yaitu Hifz al-mal (terpeliharanya harta rakyat dari
penyelewengan). Dari sinilah Ulama’ Klasik maupun Kontemporer sepakat bahwa
perbuatan korupsi hukumnya haram karena bertentangan dengan prinsip maqasid al-
shari’ah dengan alasan sebagai berikut;
ُّلRRو ٰفّى ُكR ِ ان لِنَبِ ٍّي اَ ْن يَّ ُغ َّل َۗو َم ْن يَّ ْغلُلْ يَْأ
َ Rُ ِة ۚ ثُ َّم تRت بِ َما َغ َّل يَ ْو َم ْالقِ ٰي َم َ َو َما َك
ْ ت َوهُ ْم اَل ي
ُظلَ ُم ْو َن ٍ نَ ْف.Yang artinya :Dan tidak mungkin seorang nabi
ْ َس َّما َك َسب
berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barangsiapa berkhianat, niscaya
pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu.
Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang
dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.
Ayat di atas turun dilatarbelakangi oleh peristiwa yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud, Tirmizi dan Ibn Jarir bahwa sehelai kain wol merah hasil rampasan perang
hilang. Sudah dicari kemana-mana ternyata tidak ditemukan dan tidak pula ada di
inventaris negara. Padahal harta rampasan perang ini seharusnya masuk di inventaris
33
negara. Tak pelak lagi, berita ini menimbulkan desas-desus tidak enak di kalangan
sahabat bahkan ada yang lancang berkata,”mungkin Nabi sendiri yang mengambil
kain wol itu untuk dirinya.”
Kemudian turun ayat tersebut yang menegaskan bahwa Nabi tidak mungkin
korup dan curang dalam mengemban amanah harta publik(rampasan perang). Malah
Nabi sendiri mengancam siapa saja yang mengambil harta milik negara, maka kelak
harta tersebut akan menjadi bara api di neraka dan segala amal yang didapat dengan
cara korupsi tidak diterima oleh Allah Swt. Teladan ini dipraktikkan oleh Khalifah
‘Umar Ibn Abdul ‘Aziz (63-102 H) yang memerintahkan puterinya supaya
mengembalikan kalung emas kepada negara padahal kalung tersebut merupakan
hibah dari pengawas perbendaharaan negara (bayt al-mal) karena jasa-jasa beliau
selama menjabat khalifah.
2. Praktik korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan untuk
memperkaya diri sendiri, orang lain, kelompok atau golongan. Semua itu merupakan
pengkhianatan terhadap amanah dan sumpah jabatan. Mengkhianati amanah adalah
salah satu karakter orang-orang munafik dan termasuk perbuatan dosa yang dibenci
oleh Allah, sehingga hukumnya haram. Periksa QS.al-Anfal: 27 dan QS.al-Nisa’: 58
yang artinya sebagai berikut;
َ ُول َوتَ ُخونُ ٓو ۟ا َأ ٰ َم ٰنَتِ ُك ْم َوَأنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ۟ ُوا اَل تَ ُخون
۟ ُين َءامن ٓ
ون َ وا ٱهَّلل َ َوٱل َّرس َ َ ٰيََأيُّهَا ٱلَّ ِذ
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul Nya (Muhammad), dan jangan pula kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamusedang kamu mengetahui9 ”. (QS.al-Anfal: 27).
34
publik yang berasal dari jerih payah rakyat termasuk kaum miskin dan kaum papa.
Perbuatan ini diancam dengan azab yang sangat pedih kelak di akhirat. Periksa
QS.al-Zukhruf: 65;
ِ ف ااْل َحْ َزابُ ِم ۢنْ َب ْين ِِه ْم ۚ َف َو ْي ٌل لِّلَّ ِذي َْن َظ َلم ُْوا ِمنْ َع َذا
ب َي ْو ٍم اَلِي ٍْم ْ َف
َ اخ َت َل
Dan sabda Nabi Saw yang artinya; “ Rasulullah Saw. Melaknat pemberi suap
dan penerima suap.” Juga sabda Beliau dari Abu Dawud, “ Barangsiapa yang kami
pekerjakan untuk mengerjakan suatu tugas tertentu dan telah kami beri gaji tertentu
maka apa yang ia ambil selain gaji itu adalah ghulul (korupsi)”. (HR. Abu Dawud,
al-Hakim, Baihaqi dan Ibn Huzaimah).
35
dalam ilmu tasawuf.
Oleh karena itu, agar kita terhindar dari melakukan korupsi, ada baiknya kalau
kita bersama-sama melakukan tindakan preventif-antisipatif dan berjaga-jaga dengan
sekuat usaha dengan cara melatih diri, menahan, mengendalikan bahkan mengekang
nafsu dengan langkah-langkah dan kiat-kiat sebagai berikut;
1. Memulai kehidupan dengan niat yang ikhlas hanya “karena” dan “untuk”
Allah. Jadi hidup kita tidak tertekan, karena kalau jiwa seseorang sering tertekan
karena tidak kuat dengan keadaan maka jiwa akan mudah goyah, kalau tidak kuat
imannya akan cenderung melakukan hal-hal yang dilarang demi mencapai tujuan.
2. Menyikapi kehidupan dunia berdasarkan ajaran ilahi
3. Mengendalikan nafsu syahwat yang berlebihan terhadap harta. Ini yang
paling membuat seseorang silau dan lupa diri sehingga menempuh cara-cara yang
tidak benar
4. Menjaga pikiran yang terlintas untuk bermaksiat (al-khatarat), dan menjaga
langkah nyata untuk berbuat maksiat (al-khutuwat)
5. Tawakkal setelah berusaha sungguh-sungguh (maksimal)
6. Mensyukuri nikmat harta yang ada dengan mengembangkannya untuk
kebaikan umat, dan melaksanakan kewajiban berzakat, infaq, sedekah dan
sebagainya
7. Sabar menghadapi ujian (fitnah) harta, karena harta terkadang menjadi fitnah
bagi pemiliknya
8. Rida terhadap ketetapan (qada) dari Allah. Segala yang terjadi pada diri kita
sudah ditetapkan oleh Allah,manusia hanya diwajibkan untuk selalu dalam kebaikan-
kebaikan sedangkan hasilnya sudah ditetapkan oleh Allah sendiri
9. Menumbuhkan rasa takut (khauf) kepada Allah dimanapun berada. Kalau kita
selalu merasa diawasi oleh Allah , tentu perilaku kita akan selalu di jalan-Nya
10. Membentuk sikap jujur dalam diri
11. Menumbuhkan sifat malu
12. Selalu intropeksi diri (muhasabah)
36
13. Selalu mendekatkan diri kepada Allah (muraqabah Allah
14. Menumbuhkan rasa cinta kepada Allah (mahabbah Allah)
15. Selalu memperbarui tobat . Dari lima belas terapi tersebut, mungkin antara
orang yang satu dengan yang lain terasa berat. Akan tetapi jika benar-benar berusaha
dengan selalu melatih diri agar senantiasa berada di jalur Allah pasti Allah akan
menolong kita.
37
BAB V.
Kesimpulan dan Saran
IV.1 Kesimpulan
Dari pembahasan serta pemaparan materi mengenai korupsi diatas ada
terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain:
● Secara istilah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi
maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya
diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
● Berdasarkan pendapat ahli, pendapat anggota kelompok, serta kajian literatur
yang digunakan, disimpulkan bahwa penyebab terjadinya korupsi yaitu:
dikarenakan kurangnya etika dari individu, penyalahgunaan posisi dan
wewenang yang dimiliki individu tersebut, serta faktor dari luar seperti
ekonomi yang tidak stabil, tidak tegasnya dalam menindaklanjuti kasus
korupsi sehingga akan dilakukan secara berulang-ulang.
● Solusi yang diperoleh dari pendapat ahli, pendapat anggota kelompok serta
kajian literatur yang digunakan yaitu antara lain: meningkatkan lagi
transparansi dalam suatu sistem pemerintahan, memberikan sanksi yang tegas
terhadap pelaku korupsi, dan setiap individu harus mengembangkan serta
meningkatkan pemahaman agama dalam mengatasi korupsi.
IV.2 Saran
Pembaca diharapkan dapat membaca lebih banyak lagi buku maupun
sumber lainnya yang dapat memberikan Informasi yang kurang dalam makalah ini,
jika terdapat hal-hal yang belum dipahami sebaiknya ditanyakan kepada penulis
atau dosen pembimbing. Kami berharap Tugas ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, Kami menerima kritik dan saran yang positif untuk perbaikan makalah
ini.
38
DAFTAR PUSTAKA
https://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/view/364
Tinggi.
Norapuspita, N., & Djasuli, M. (2022). Faktor Individual Penyebab Korupsi Dalam
Perspektif Islam. Jurnal Ekonomika Dan Bisnis (JEBS), 2(3), 770-775.
39