SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKUTAS SYARI`AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT
MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM ISLAM
OLEH:
PUAD MAWARDI
NIM : 99363837
PEMBIMBING:
1. DRS. H. FUAD ZEIN, MA
2. DRS. OCKTOBERRINSYAH, M.AG
Agama dan negara sebenarnya bukan suatu yang bertentangan secara dia-
metral, atau juga bukan berarti negara bagian dari agama, melainkan negara itu
inheren dalam agama. Kesadaran akan makna lebih jauh tentang politik yang
inheren dalam agama merupakan kesadaran manusiawi yang tidak dapat dibantah,
sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai naluri untuk hidup bersama.
Implikasi dari kehidupan sosial ini akan membawa manusia dalam upaya
mengembangkan sistem kehidupan bersama dengan perangkat hukumnya yang
kemudian berkembang menjadi negara. Negara Islam (daulah Islamiyah)
merupakan wacana yang tidak pernah pupus dibicarakan. Wacana ini akan
senantiasa ada mengikuti perkembangan peradaban dan pemikiran manusia
seiring dengan kemajuan yang dialaminya. Negara merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupann sosial-politik manusia sebagai sarana untuk mencapai
tujuan baik yang bersifat individual maupun sosial. Perkembangan wacana negara
demokrasi telah dimulai sejak zaman Yunani kuno dengan ditandai berdirinya
negara kota.
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………. v
HALAMAN MOTTO……………………………………………………. vi
ABTRAK………………………………………………………………… xix
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………... 1
B. Pokok Masalah……………………………………………… 9
D. Telaah Pustaka……………………………………………… 10
E. Kerangka Teoretik………………………………………….. 12
F. Metode Penelitian…………………………………………... 20
G. Sistematika Pembahasan…………………………………… 22
C. Ciri-ciri………….………………………………………….. 32
E. Dasar Perundang-undangan.………………….……………. 46
QARADAWI……………………………………..…………. 50
B.Yusuf al-Qaradawi……………………………………….. 70
80
B. Yusuf al-Qaradawi……..………………………...……...
96 1. Paradigma Pemikiran…………………………….…. 96
B. Saran-saran…………………………………………...…….. 110
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN I : TERJEMAHAN…………………………………… I
LAMPIRAN II : BIOGRAFI ULAMA……………………………… II
LAMPIRAN III : BIODATA PENYUSUN………………………… IV
BAB II
yang dikandung oleh negara Islam—merupakan nama dari bagi tempat yang
dan unsur tempat serta memendam unsur-unsur negara lainnya, seperti unsur
fiqh lagi memberikan definisi daulah Islamiyah ialah kekuasaan yang tampak
pada syiar Islam dan kekuatan kaum muslim, definisi tersebut menonjolkan
peraturan negara dan kekuasaannya serta memendam unsur-unsur negara yang
disyaratkan berdirinya negara kaum muslimin, tetapi ada di antaranya yang bukan
muslim.
muslim sebagian dari penduduk negara Islam, maka berdiri negara Islam ialah
adanya kaum muslimin bukanlah syarat berdiri negara Islam, tetapi cukuplah
negara tersebut dipegang oleh kepala negara muslim. Negara menurut Islam
negara yang rasional yang ditegakkan di atas sendi akidah Islam dan hukum serta
oleh suku, jenis atau ras. Namun negara rasional yang terbentang hingga atas yang
dapat dicapai24oleh akidah Islam. Oleh karena itu tak ada tempat bagi
keistimewaan berdasarkan pada warna kulit, jenis atau daerah. Karakter negara
Islam memungkinkan menjadi negara dunia yang mencakup dari berbagai ras dan
bangsa.1
perbincangan pada abad yang lampau dari era Yunani kuno sampai era modern
sekarang sudah menjadi bagian wacana kembali, karena untuk memberikan yang
terbaik terhadap masyarakat yang lebih luas. Secara bahasa negara diartikan
sebagai berikut:
1
Abdul Karim Zaidan, Masalah Kenegaraan dalam Pandangan Islam, alih bahasa, Abd
Aziz, cet. I, (Jakarta: Yayasan al-Imam, 1984), hlm. 11-13
1. Organisasi dalam satu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang
Jerman), State (bahasa Inggris), Etat (bahasa Perancis ),3 yaitu negara
ilmu negara dapat diistilahkan menjadi political science yang mengandung kata
politik yang berasal dari politea yang berarti negara.4 Memang dalam Islam negara
dapat diterjemahkan dengan berbagai cara, bukan saja disebabkan oleh faktor
Walaupun Islam mempunyai konsep khalifah, daulah, dan imamah, tetapi al-
Qur’an dan as-Sunnah belum menjelaskan konsep tersebut secara rinci. Dari
sinilah muncul berbagai penafsiran mengenai bentuk dan hubungan antara negara
dengan agama. Dalam Islam telah ada kesepakatan bahwa sumber utama
ajarannya adalah al-Qur’an yang di sini diturunkan dua intisari ajaran yaitu akidah
dan syari’ah. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat, tidak ada akidah
2
Kamus besar Bahasa Indonesia cet. II, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm 610.
3
F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, cet. I, (Bandung: Angkasa, 1980), hlm. 90
4
M. Solly Lubis, Ilmu Negara, cet. I, ( Bandung: Angkasa, 1980), hlm. 90.
antara hamba dengan Allah, yang biasa disebut dengan ibadah, hubungan antara
hidayah wahyu, untuk mendirikan daulah Islam bagi dakwah Rasulullah serta
penyelamat bagi para pengikutnya. Tidak ada bentuk kekuasaan yang diterapkan
kecuali dengan kekuasaan syari’ah. Oleh karena itu Rasulullah sendiri yang
datang keberbagai kabilah, agar mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
guna mendukung dan ikut serta menjaga dakwah Rasulullah, hingga Allah
menganugerahkan “Anshar” dari kalangan Aus dan Khazraj, yang beriman kepada
saat musim haji datang utusan mereka, yang terdiri dari tujuh puluh tiga laki-laki
dan dua wanita, lalu mereka berbai’at kepada Rasulullah, menyatakan kesediaan
sendiri, isteri dan anak-anak mereka, siap untuk tunduk dan taat, memerintahkan
kepada yang ma’ruf mencegah dari yang mungkar dan seterusnya. Mereka
menyatakan bai’at atas semua itu, hingga hijrah ke Madinah hanya sekedar
sebagai upaya untuk mendirikan masyarakat Islam yang berdaulat, dengan daulah
Islam yang berdiri sendiri. Madinah menjadi “Darul Islam” (wilayah Islam)
dengan pijakan daulah Islam yang baru, yang dipimpin langsung oleh Rsulullah,
5
Abdul Karim, Masalah Kenegaraan, hlm. 3-4
6
Yusuf al-Qaradawi, Fiqh Daulah dalam perspektif al-Qur’an dan as-Sunah, terj; Kathur
Suhardi, (Jakarta: al-Katsar, 2000 ), hlm. 24
Rasulullah menjadi komandan tertinggi kaum Muslimin dan pemimpin mereka,
sebagaimana beiau menjadi Nabi dan Rasul Allah yang diutus kepada mereka.
Robert Bellah, seorang ahli sosiologi agama termuka, adalah model bagi
hubungan antara agama dan negara dalam Islam. Muhammad Arkoun, salah
kepada umat manusia contoh tatanan sosial politik atau kekuasaan tidak
memusatkan pada tangan satu orang seperti pada sistem diktatorial, melainkan
sumber kekuasaan dan wewenang tidak pada keinginan dan keputusan lisan
disepakati bersama. Karena wujud historis terpenting dari sistem sosial dan politik
eksperimen Madinah itu ialah dokumen yang termasyhur, yaitu Misaq al-
bahwa dokumen itu memuat, untuk pertama kalinya dalam sejarah, prinsip-prinsip
Dari sisi sejarah yang ada mengenai terbentuknya suatu daulah Islamiyah
dapat dijumpai dalam beberapa hadis sahih yang membicarakan masalah khilafah,
membantu mereka dalam kondisi apa pun, sabar menghadapi kekurangan mereka,
orang-orang yang kuat dan dapat dipercaya, mengambil orang-orang yang shalih,
ma’ruf mencegah dari yang mungkar dan lain-lainnya dari berbagi masalah
hijrah dari Mekah ke Yastrib yang kemudian diubah namanya menjadi Madinah
hingga saat sekarang ini dalam wujud sekurang-kurangnya kerajaan Saudi Arabia
dan Republik Islam Iran telah menampilkan dirinya sangat terkait dengan masalah
kenegaraan. Pembincaraan hubungan agama dan negara dalam Islam selalu terjadi
dalam suasana yang stagmatis. Hal ini disebabkan;1. Hubungan agama dan negara
umat Islam. 2. Sepanjang sejarah hubungan antara kaum Muslim dan non Muslim
dengan ekspansi militer politik Islam klasik yang sebagian besar atas kerugian
Konstantinopel (ibukota Eropa dan dunia Kristen saat itu), kemudian perang salib
yang kalah-menang silih berganti namun akhirnya dimenangkan oleh Islam, lalu
8
Yusuf al-Qaradawi, Fiqh Daulah, hlm. 23
berkembang dalam tatanan dunia yang dikuasai oleh Barat imperialis-kolonialis
dengan dunia Islam sebagai yang paling dirugikan. Disebabkan oleh hubungan
antara dunia Islam dan Barat yang traumatik tersebut, lebih-lebih lagi karena
dalam fasenya yang terakhir dunia Islam dalam posisi kalah, maka dengan
Islam. Sejarah Rasulullah dan para sahabat juga tidak datang sebagi penerapan
praktis dari seruan nas. Tetapi tabi’at risalah Islam itu sendiri yang sudah
memastikan keharusan adanya daulah atau wilayah bagi Islam, agar bisa
jawab pada setiap zaman. Tetapi ia jauh lebih membutuhkannya pada zaman
sekarang, zaman yang lebih memunculkan “Negara ideologi” dengan kata lain
maupun politik luar negerinya. Seperti yang dapat kita lihat secara jelas di negara-
negara komunis dan sosialis. Ilmu pengetahuan modern yang ditunjang dengan
kemajuan teknologi siap membantu daulah, pikiran, perasaan, cita rasa dan
perilakunya secara optimal, yang tidak pernah ada seperti itu sebelumnya. Bahkan
9
Budhy Munawar Rachman, Kontekstualitas Doktrin Islam Dalam Sejarah, cet. I,
(Jakarta: Paramadina, 1994 ), hlm. 588.
10
Yusuf al-Qaradawi, Fiqh Daulah, hlm.29..
dengan perangkatnya yang modern, daulah bisa merubah nilai-nilai sosial seperti
membalik telapak tangan, selagi hal ini tidak dihadang dengan sebuah kekuatan
yang besar. Sementara itu, daulah Islam adalah daulah berbasis akidah dan
pemikiran, daulah yang yang didirikan pada landasan akidan dan sistem, bukan
sekedar “perangkat proteksi”yang menjaga umat dari agresi dari dalam dan invasi
dari luar, tetapi tugas daulah Islamiyah yang paling mendalam dan paling
mendasar adalah mengajarkan dan mendidik umat berdasarkan ajaran dan prinsip-
prinsip Islam, menciptakan iklim yang baik, agar akidah Islam, pemikiran dan
ajaran-ajarannya beralih ke alam nyata yang bisa di rasakan, dan dapat dijadikan
panutan bagi setiap orang yang mencari petunjuk dan menjadi hujjah bagi setiap
Dakwah yang paling dibutuhkan Islam pada zaman sekarang ini adalah
“Darul Islam” (wilayah Islam) atau “Daulah Islam” agar bisa menjadi tumpuan
risalah Islam, akidah maupun tatanan, akidah maupun akhlak, kehidupan maupun
kepada risalah yang universal ini, dan membuka pintu bagi setiap Muslimin yang
hendak hijrah ke sana dari wilayah orang-orang kafir, zalim dan yang
menyimpang.11
urgensi kehidupan manusia. Karena daulah seperti itu akan menghadirkan nilai
yang hidup dan kombinasi antara materi dan ruh bagi kehidupan manusia.,
sekaligus merupakan batu bata pertama berdirinya daulah Islam yang agung, yang
11
Ibid., hlm 32.
menyatukan umat Islam di bawah panji-panji al-Qur’an, di bawah lindungan
menuju tujuan yang bersifat syar’i untuk mencapai kemaslahatan ukhrawi dan
duniawi, yang duniawi mengacu pada ukhrawi lantaran semua perilaku duniawi
selamanya berpijak pada syara’ demi kemaslahatan ukhrawi”. Dan pada bagian
yang lain, dengan demikian, bahwa fungsi-fungsi kesultanan dalam agama Islam
kekhilafahan ini dalam masalah-masalah keagamaan dan dunia seperti yang telah
dalamnya termuat segala hukum yang ada, lantaran hukum syara’ ini berkenaan
berusaha semaksimal mungkin agar daulah ini tidak berdiri di penjuru dunia mana
Oleh karenanya, setiap kali harakah Islam yang sukses dikhawatirkn akan
bahan makanan, penyiksaan, pembantaian dan distorsi. Belum selesai dengan satu
cara, sudah disusul dengan cara lain, agar harakah itu terjepit dan menderita, tidak
keimanan. Hal itu terlihat ketika datang perwakilan orang-orang Madinah, seperti
yang telah diketahui dari fakta sejarah yang membai’at Rasul pada kesempatan
bai’at ‘Aqabah, dan inilah yang merupakan asas bangunan negara Islam yang
ditegakkan di Madinah sesudah Hijrah. Dengan bai’at dan persetujuan itu, Rasul
pun menjadi imam, panglima, dan pemimpin masyarakat baru ini. Adapun tujuan
masyarakat atau negara ini adalah bersifat keagamaan dan universal, sementara itu
Dengan demikian tidak ada satu unsur atau sosok seorang raja pun di situ, justru
sistem Islam yang baru ini sepenuhnya bertentangan dengan sistem kerajaan,
1. Negara yang didirikan atas dasar kesadaran suatu bangsa yang merdeka
1
Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibn Taymiyah, terjemahan Saidi al-Kamil,,
(Bandung: Pustaka, 1983), hlm. 37-41
perundang-undangan dan hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah dalam
adalah sepenuhnya bagi Allah sendiri sampai pada suatu batas yang
teori ini berbeda dengan sistem teokrasi yang dikenal. Sebagai ganti
keistimewaan suatu kelas tertentu dari kaum pendeta atau kaum sesepuh
bahwa khalifah atau perwakilan dari Allah dalam negara Islam adalah
haruslah sesuai dengan pendapat rakyat. Tetapi rakyat, dalam sistem ini,
2
Ibid.
nafsu atau kecenderungan mereka ikut bersama ke mana mereka pergi,
lingkungan iman.3
4. Negara ini adalah negara yang berdasarkan konsep tertentu dan sudah
barang tentu dikelola oleh orang-orang yang mau percaya dan menerima
mereka pun memiliki hak- hak yang sama dengan orang-orang yang
ini.
5. Negara berdiri atas dasar ideologi semata-mata dan tidak atas dasar ikatan
warna, ras, bahasa atau batasan geografis. Sikap manusia, di mana pun
kekhususaan, dan setiap negara, seluruh dunia, yang ditegakkan atas dasar
dan prinsip ini adalah negara Islam baik ia berdiri di Afrika, di Amerika, di
orang-orang yang berkulit merah atau hitam ataupun kuning. Tidak ada
atas bumi ini terdapat beberapa negara seperti ini, maka semuanya adalah
negara Islam yang dapat saling tolong menolong dan bantu membantu di
6. Semangat hakiki yang menjiwai negara ini adalah mengikuti akhlak dan
negeri sistem negara ini haruslah ditegakkan atas dasar amanat, keadilan,
yang satu, dan tidak membiarkan salah seorang anggota rakyat negara ini
penguasa mutlak yang dapat berbuat apa saja, atau menjadikan menjadikan
sebagai hamba yang dimilikinya, tanpa daya dan kekuatan; tapi ia juga
alaaan, dalam satu segi, dan dalam segi yang lain, ia mengikat orang
Allah dan syari’at-Nya, dan bekerja sama dengannya dalam kebaikan dan
8
Ibid., hlm. 41
D. Bentuk Kekuasaan Khilafah9
khususnya yang terjadi di Indonesia tiga tahun terakhir ini, adalah semakin
kehidupan dan kehidupan sosial politik. Kekuasaan dan kekerasaan yang ada
Artinya, cara, trik, taktik, dan strategi yang digunakan dalam melanggengkan
sedemikian rupa, sehingga seakan-akan kekerasan itu tidak pernah ada. Kekerasan
ditutup dengan berbagai topeng dan tirai- tirai, seolah-olah ia dilakukan oleh
kekerasan itu murni terjadi antara kelompok- kelompok masyarakat yang sedang
bermusuhan. Padahal, dibalik semua kekerasan itu ada skenario yang diciptakan,
Sama halnya dengan apa yang terjadi pada bangsa Arab terdahulu,
ditemukan suatu uraian tentang konsep negara Islam secara relatif adalah suatu hal
9
Istilah khilafat telah disepakati dalam Islam sudah dimulai sejak terjadinya pemilihan
Abu Bakar untuk menempati jabatan kepemimpinan umat, yang terjadi setelah wafatnya
Rasulullah, yang pada akhirnya istilah tersebut telah dipakai untuk menyebutkan seseorang yang
memegang kekuasaan tertinggi (menjadi Imam). Kata Imam atau Imamah ini sedang digunakan
oleh bani Abassiyah, di mana pada saat itu golongan Abassiyah mendorong para ulama Sunni
untuk menggunakan istilah tersebut bagi teori politik Sunni. Baca Qmaruddin Khan, Tentang Teori
Politik Islam, terjemahan Taufik Adnan Kamal, cet. I (Bandung: Pustaka, 1987) hlm. 26
kekuasaan itu sejak lama sudah ada, bahkan pada zaman kehidupan Rasululllah
itu sendiri.
menjurus pada perpecahan. Mulai dari perpecahan umat Islam di Madinah (pada
zaman Rasulullah sendiri, antara berbagai kelompok). Dan yang paling menonjol
adalah antara pihak Muhajirin dan Anshar. Dalam peperangan Siffin, antara Ali
dan Muawiyah, kemudian perlawanan Husein, anak Ali terhadap Yazid anak
yang berbeda pendirian sekte-sekte (seperti Sunni, Syiah, dan Khawarij), yang
pada intinya itu semua terjadi karena didasari dengan adanya cinta kekuasaan. Hal
inilah yang merupakan menjadi salah satu sebab perbedaan pendapat, khususnya
kekuasaan akan selalu berhenti pada hal yang berhubugan dengan kekuatan
kekuasaan. Pandangan ini muncul dari keinginan khusus mereka dan berusaha
menekankan bahwa apa yang mereka katakan itulah yang paling benar. 10
10
Muhammad Abu Zahrah menjelaskan, bahwa adakala seorang pemimpin-pemimpin itu
mempunyai seorang pedukung yang mengeluh-ngeluhkannya. Mereka memberikan dukungan dan
menyebarluaskan berbagi pandangan dalam rangka dukungan itu, padahal sesungguhnya mereka
Fanatisme rasional atau etnis kadang-kadang menjadi penyebab perbedaan
pendapat pula. Penyebab inilah yang akhirnya dapat dikategorikan menjadi atau
jabatan tertinggi itu, guna manjalankan tugas utama yang timbul adalah
tentang kewajiban dan sifat pokok (calon untuk jabatan khalifah tersebut).
telah menipu dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa pendapat mereka yang paling benar.
Padahal kelompok yang semacam ia adalah merupakan kelompok yang paling berbahaya bagi
kelompok manusia yang lainnya. Baca Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran-aliran Politik dan
Aqidah Dalam Islam, terjemahan Abdur Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, cet. I ( Jakarta: Logos,
1996 ), hlm. 4
11
Muhammad Abu Zahrah, Aliran-aliran Politik, hlm. 87
menyatukan pendapat,melaksanakan hukum syara’ dan menciptakan.
(dianjurkan) oleh Islam. Hal inilah yang merupakan jadi dasar kesepakatan
dari pada itu, jabatan imam wajib hukumnya dalam syara’ ditetapkan
melalui ijma’ para sahabat dan tabi’in, sebab seiring dengan wafatnya
terjadi pada masa sesudahnya; tidak pernah barang sedetik pun umat
yang menerima akan perlunya sistem khalifah, dengan mengacu pada dua
sistem yaitu:
(syari’).
12
Seperti Abu Bakar al-Asam dan Hisyam al-Fuwati. Bagi al-Asam, “Komunitas yang
ideal adalah yang terdiri dari manusia-manusia jujur; dengan demikian, tidak memerlukan adanya
pemimpin- pemimpin politik. Hanya ketika ketidakadilan manusia yang mengharuskan
memberikan atau menerima seorang pemimpin. Orang sudah menahan diri untuk tidak saling
bermusuhan tidak perlu untuk mempunyai seorang khalifah “Sementara al-Fuwati dipihaknya
melihat bahwa “Ketika komunitas Islam sudah terpecah-pecah belah dan tenggelam dalam anarsi
pertentangan, maka selurh kepemimpinan (dalam pengertian yang luas, termasuk pula khalifah),
adalah kepemimpinan menurut kenyataan de facto, dan bukan berdasrkan pada de jure. Hanya jika
suatu komunitas sudah bersatu, akan mampu bersepakat untuk memilih seorang imam, dan imam
itu menjadi sah. Baca Mehdi Muzaffari, Kekuasaan Dalam Islam, terjemahan Abdul Rahman
Ahmed, cet. I (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1994), hlm. 32
13
Diya’ ad-Din ar-Rais, Islam Dan Khalifah: Kritik Terhadap Buku Khilafah Dan
Pemerintahan Dalam Islam, Ali ‘Abdur Raziq, terjemahan Afif Muhammad, cet. 1 (Bandung:
Pustaka, 1985), hlm.172
b. Tentang pemilihan seorang khalifah, harus mepunyai dua aspek
beruba menjadi kerajaan turun menurun, maka para ulama telah menyusun
berbagai syarat (untuk dipenuhi oleh seorang calon khalifah), yang garis
(Sunni), telah sepakat untuk menetapkan empat syarat bagi seorang yang
Hal ini terbukti, dimulai sejak keempat khalifah Arab, yaitu dari al-
kesemuanya itu berasal dari suku Quraisy, yaitu suku Rasulullah SAW
berikut ini, yaitu harus adanya Quwwah (otoritas) dan amanah (jujur dan
dan kemampuan.
16
Ibn Taimiyah, Siyasah Syari’iyah: Etika Politik Islam, terjemahan: Rafiq Munawar, cet.
I (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), hlm. 11-12.
dan umat Islam.17 Adapun golongan Ahlu as-Sunnah berpendapat,
ikhlas. Sebab jika syarat seperti itu sudah tidak ada, dan juga sudah
terjadi (timbul).18
Islam, Nabi Muhammad SAW, adalah Nabi dan utusan Tuhan yang
sebagai pemimpin umat. Sebab agama Islam, dalam bentuk asalnya tidak
17
Munawwir Sadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, cet. I
(Jakarta: UI Press, 1993), hlm. 85-86
18
Muhammad Abu Zarrah, Aliran-aliran Politik, hlm.106
menetapkan suatu cara atau prosedur tertentu dalam memilih seorang
suatu opini yang dipegang oleh sejumlah besar (jumhur ulama ) umat
Tidak ada sebuah nas yang memberikan instruksi tentang tata cara
keempat cara tersebut, maka akan menemukan lima cara dalam memilih
E. Dasar Perundang-undangan
19
Baca Mehdi Muzaffary, Kekuasaan Dalam Islam, hlm. 36-38. Sementara Dhiya ad-Din
ar-Rais berpendapat, bahwa prinsip kekhalifahan dikalangan kaum Muslimin hendaknya
bersumber pada pemilihan ahl al-hal wa al-‘Aqd….. hanya saja bila kita merujuk pada kenyataan
yang ada, maka kita akan menemukan kenyataan bahwa khalifah Islam selama ini tidak berbijak
pada asas apapun selain kekuatan dan paksaan yang sewenang- enang. Kecuali dalam jumlah yang
amat kecil, kekuatan itu pada umumnya merupakan kekuatan bersenjata…” Lihat Diya ad-Din ar-
Rais, Islam Dan Khilafah, hlm. 233- 234.
Prinsip-prinsip yang merupakan tumpuan undang-undang dasar daulah ini
ِفيِاَأفيَيِفهاَ الرإذيِفن فءافمكنِوُا أفإطيِكعوُا اف فوأفإطيِكعوُا الرركسوُفل فوأكموإلىِ مالفممإر إمنِككمم ففإإن
تففنِاَفزمعتكمم إفيِ فشمىِءء ففكريَدوهك إإفلىِ اإ فوالرركسوُإل إإنِ ككنِتكمم تكمؤإمكنِوُفنِ إباَلإ فوامليِفموُإم
3. Ketaatan kepada ulil-amri datang setelah ketaatan kepada Allah dan Rasul-
Nya.
dan Rasul-Nya.
6. Diperlukan adanya suatu badan yang bebas dan merdeka dari tekanan
Rasul-Nya.
20
An-Nisa' (4): 59.
a. Kekuasaan badan eksekutif haruslah dibatasi dengan batasan-batas
Allah dan Rasul-Nya telah ditetapkan hukumnya yang jelas dan atau
telah ditetapkan batasan dan prinsip dasarnya, maka badan legislatif ini
21
Mahdi Muzaffary, Kekuasaan Dalam Islam, hlm. 67
dan ikatan khusus dalam melaksanakannya dan menjalankannya. Tatapi
tertinggi yakni Allah belum ditetapkan hukumnya yang pasti atau belum
serta prinsp-prisipnya yang umum, sebab tidak adanya ketentuan dari zat
baik melawan rakyat atu penguasa, sesuai dengan konstitusi, tanpa rasa
BAB III
22
Ibid.
23
Ibid., hlm. 69
A. Sketsa Biografi Hasan al-Banna.
Selama abad ke-19, nasib politik dan ekonomi Mesir semakin erat terkait
dengan Eropa. Selama awal 1800-an, Mesir mengekspor kapas ke Eropa dalam
jumlah yang besar, dan kapaspun menjadi hasil utama Mesir. Berbagai proyek
dan Eropa. Yang terpenting dari proyek itu adalah pembangunan Terusan Suez
yang selesai pada tahun 1869, yang mengakibatkan Mesir banyak berhutang budi
negeri Mesir saat itu, alam pikiran Perancis dan Barat pada belum ternoda ke
pemaksaan atas budaya kebaratan oleh Eropa (Inggris). Muhammad Abduh dan
Rasyid Rida adalah dua orang pioneer penting yang memberikan respon hal
tersebut.
sangat selaras dengan nalar dan sains serta kaum Muslimin dapat beradaptasi
dengan kondisi modern tanpa meninggalkan agama. Kenyataan ini terus terjadi
hingga memasuki dekade abad ke-20. Dan di saat seperti inilah seorang Hasan al-
Banna untuk menjawab tantangan zamanya dan menanggung beban yang berat.
Hasan al-Banna lahir pada bulan 1 Muharram tahun 1324 H atau pada 25 Februari
1906 M di sebuah desa yang dikenal dengan nama al-Mahmudiyah, yang masih
50
termasuk wilayah al-Buhairah dengan ibu kotanya Damanhur, terletak 90 mil dari
barat daya Kairo (ibukota Mesir).24 Ayahnya bernama Syekh Ahmad
Diniyah ar-Rasyad. Madrasah ini didirikan oleh Syekh Muhammad Zahran, dan
Zahran tidak setingkat dengannya, maka al-Banna tidak betah lagi di madrasah ini
Madrasah Ibtidaiyah, hanya tanpa pelajaran bahasa asing. Siang hari ia masuk
Dan pada usia yang relatif muda ini, al-Banna masuk sebuah jama’ah
24
Rahmat Tohir Ashari, Konsep Pergerakan Al-Ikhwanuul Muslimun: Upaya Mengenal
Hasan al-Banna Lebih Dekat, Dalam Islam Garda Depan; Mozaik Pemikiran Islam Timur Tengah,
M. Aunul Abid Shah, cet.I (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 62
25
2 Hasan al-Banna, Memoar Hasan al-Banna Untuk Dakwah dan Para Da’inya, alih
bahasa Salafuddin Abu Sayyid & Hawn Murtadha, cet. II (Solo: Era Intermedia, 1999), hlm. 26
26
3 Ibid., hlm. 28
perhimpunan yang membina para siswa agar berakhlak mulia. Disamping itu al-
Banna juga bergabung dalam jama’ah yang lain yaitu jam’iyah Man‘al-
Muharramat atau assosiasi anti haram. Satu hal yang perlu di catat, ketika masih
di madrasah ini, pada usia 13 tahun ia telah ikut memprotes atau berdemontrasi
dan menyerukan pembersihan tulisan sufi dari noda. Setamatnya dari Madrasah
Kairo. Dar al-Ulum didirikan oleh Muhammad Abduh dan dimashurkan oleh
Rasyid Rida. Ketika masih mahasiswa di Dar al-Ulum, atau upayanya sendiri, al-
hidup dan kuliah di Dar al-Ulum Kairo, al-Banna mendapat setuasi yang
dan memisahkan agama dari negara. Dengan melihat kenyataan ini, al-Banna
berinisiatif mengajak teman-temanya sekampus serta dari berbagai perguruan
tinggi lain di Mesir, untuk menyusun barisan guna memperingatkan mereka. Jalan
tempat umum, kafe-kafe, atau kedai kopi dan usaha ini ternyata berhasil sesuai
Banna diangkat kementerian Pendidikan menjadi guru bahasa Arab untuk sekolah
dasar di Ismailiyah yang berlokasi di Terusan Suez dan lokasi Markas Besar Suez
Canal Copeny.
Kenyataan ini memberikan inspirasi atau wahyu yang unik tersendiri bagi
matang tentang organisasi karena Hasan al-Banna dari setiap jenjang pendidikan
yang ia tempuh, selalu aktif di berbagai organisasi dam sering menjadi inspirator
bagi yang lain dan dengan analisis yang cermat tentang kenyataan yang dihadapi
masyarakat Muslim Mesir, di samping atas desakan dari sahabat yang telah
Banna paling mementingkan aspek pendidikan bagi generasi yang sedang tumbuh.
putra dan siswa putri. Secara khusus ia memohon agar pengajaran ilmu-ilmu
eksakta tidak dibaurkan dengn faham materealisme modern, agar Mesir mampu
mendirikan negara di dalam negara. Hampir tak ada kota atau kabupaten di Mesir
nama Ikhwan, dapat dijumpai di seluruh pelosok Mesir. Surat kabar, pamflet,
majalah dan buku-buku yang mereka terbitkan sirkulasinya semakin hari semakin
jihad sampai darah penghabisan melawan imperialisme Inggris, baik secara politis
sehingga ia bersumpah untuk memerangi bahaya laten ini sampai ajal tiba. Selama
Tak pernah pula kaum Zionis menghadapi musuh sesengit dan setangguh
ini. Karena popularitas dan pengaruhnya semakin lama semakin besar, golongan
dianggap tidak sah. Beribi-ribi Ikhwan dijebloskan ke dalam penjara dan harta
kekayaan mereka disita negara. Hampir tak masuk akal, dua bulan kemudian
tepatnya 12 Februari 1949, Hasan al-Banna tertembak mati di sebuah jalan di kota
Kairo oleh seorang pembunuh tak di kenal.29 Seorang tokoh besar pergerakan
Islam abad duapuluh telah tiada. Namun demikian, Hasan al-Banna adalah
seorang pribadi yang telah mengejutkan Mesir dan dunia Islam kata Abul Hasan
Ali an-Nadwi. Atau seperti ditulis Syekh Muhammad al-Hamid, ratusan tahun
28
Ibid, hlm. 132.
29
Ibid, hlm. 133-134
kaum Muslimin takkan pernah menyaksikan pribadi setara Hasan al-Banna.
mimpi.
dalam aktifitas yang begitu padat setiap harinya, maka wajar ia tidak sempat
yang sistematis dan komprehensif. Tapi sebagian idenya itu disampaikan melalui
media massa. Sekalipun demikian, Hasan al-Banna jelas memiliki konsep yang
padu dan utuh bagi pembaharuan dan gerakan yang diinginkan dan didirikannya.
Oleh karena itu setidaknya terdapat dua buku yang disusun dari berbagai tulisan,
dalam bahasa Indonesia dengan judul "Memoar Hasan al-Banna untuk Dakwah
oleh Kamal Ataturk. Kaum wanita bergerak menghimpun kekuatan bersama yang
cukup besar, kaum wanita Mesir dari kalangan atas menanggalkan cadar,
tuntutan memperoleh hak-hak yang sama dengan pria untuk memasuki perguruan
tinggi.
Semua ini terjadi pada masa Hasan al-Banna masih menjadi siswa sekolah
peristiwa tersebut.
“ Hanya Allah yang Thu, banyak waktu malam kami habiskan untuk
membicarakan kejadian-kejadian yang menimpa bangsa dan kaitanya pada saat itu
dengan berbagai aspek kehidupan; dampak dari penyakit dan berbagai cara
terkejut kami saat itu, ketika kami membandingkan diri kami yang terlihat dalam
diskusi sengit penuh emosi itu dengan orang-orang yang berpuas-puas diri, acuh
jumlah masjid dan para imam masjid pun masih kurang ketidakberdayaan para
ulama tradisionalis yang tak dapat berbuat apa-apa untuk menghentikan tingkah-
polah kaum modernis kecuali hanya melempar sumpah serapah bernada bid’ah
belaka. Yang paling buruk adalah; ia merasa cemas terhadap orang-orang yang
dengan membawa-bawa nama Islam untuk menjilat para penguasa dan kemudian
Terlebih lagi Selama lima tahun di Kairo, dia menyaksikan iklim politik
Mesir yang hidup, dua partai politik terkemuka selalu cekcok30. Situasi ini
diciptakan oleh para petualang politik yang menjalin hubungan mesra dengan
kelihaian dan kelicikkan kaum kolonial. Hal ini membuat para politisi dan
mendirikan universitas negeri sekuler pada tahun 1925, dalam pandangan al-
Banna bisa jadi merupakan langkah awal meniru Turki mencampakkan Islam. al-
Banna juga memandang dengan prihatin banjir artikel koran dan buku yang
30
5 Ali Rahnema, Para Peristiwa Zaman Baru, alih bahasa Ilyas Hasan cet. III (Bandung:
Mizan, 1980 ), hlm. 134
31
Anas al-Hajaji,Otobigrafi Hasan al-Banna….hlm. 20.
mempromosikan nilai sekuler Barat. Al-Banna menemukan orang yang
Salafiyah. Salah satu kenalan barunya adalah ulama al-Azhar, Syekh Yusuf ad-
gagal, dan bahwa ulama al-Azhar ternyata tidak mampu membendung pasang
kultur Barat. Kepada al-Banna dia mengatakan bahwa keselamatan individu hanya
Anak muda ini menolak sikap mengundurkan diri ini, dan mendesak Dijwi
yang menerbitkan jurnal mingguan untuk pembaruan Islam yang bernama al-Fath,
dan ikut mendirikan Asosiasi Pemuda Muslim (YMMA). Asosiasi keagamaan ini,
yang resminya berdiri pada November 1927, yang jelas menggambarkan gerakan
pembaruan model baru. Setahun kemudian al-Banna dan enam orang sahabatnya
di Ismailiyah mendirikan asosiasi seperti ini, yang bernama jam'iyah al-Ikhwan al-
Muslimun,32 tepatnya pada bulan Dzulqadah tahun 1347 H atau Maret 1928 M
dan kemudian telah berkembang pesat menjadi sedemikian rupa. Dalam jurnal al-
Muslimun memiliki 4 cabang. Pada tahun 1932 memiliki 15 cabang, pada tahun
32
Ibid, hlm. 137
1948 ada 300 cabang, dan pada akhir 1948 ada 2000 cabang. Pada tahun 1933,
pada tahun 1946, al-Ikhwanu al-Muslimun telah memiliki cabang selain di Mesir
yaitu Palestina, Sudan, Irak dan Syuriah. Dakwah yang dilakukan dengan baik
mendaptkan respon cukup antusias dari masyarakat, telah menjadi kata kunci bagi
dakwah inilah asal mula niat pendiri al-Ikhwan al-Muslimun dalam rangka
keberhasilan dakwah ini bukan saja karena metodologi yang diterapkan begitu
b) Cinta karena Allah dan berpegang teguh dengan pada persatuan Islam.
33
Hasan al-Banna, Memoar, hlm. 234- 235
f) Bersungguh-sungguh menyebarkan dakwah Islam di tengah-tengah
Ashari dikelompokkan menjadi dua fase yaitu:34 Fase pertama, fase pembentukan
c) Masyarakat Islami.
d) Pemerintahan islami.
Fase kedua, fase pembentukan pribadi secara umum yaitu dakwah pada
c) Revitalisasi agama.
al-Qur’an dan as-Sunnah. Ada tiga hal yang esensial dalam teori pembentukan
Muntasib dalam satu derajat sebagai Nashir (penolong), derajat Amil dan Mujahid
menjadi derajat Munfiz (pelaksana) dan derajat Naqib serta Naib menjadi Naqib
(reprensentatif).36
mengundang decak kagum dan pengakuan yang luar biasa dari orientalis.
biasa. Richard Mitchel seperti dikutip Abdul Muta’al al-Jabari menulis bahwa al-
Ikhwan al-Muslimun sungguh merupakan tempat yang sangat nyaman bagi orang-
orang yang terjun dalam gerakan Islam di berbagai penjuru dunia Islam. Lebih
diduga akan membuat sibuk dirinya. Ia telah menghadirkan diri sebagai kekuatan
paling besar yang amat dominan yang terdiri dari pemuda-pemuda yang memadati
positif di berbagi tempat.37 Salah satu yang menunjang sistem pendidikannya, al-
35
Ibid., hlm. 73
36
Penjelasan lebih lanjut tentang karakteristik dari seluruh klasifikasi di atas dalam Ibid.,
hlm. 74-77.
37
Abdul Muta’al al-Jabari, Pembunuhan, hlm 52- 53.
Ikhwan al-Muslimun membangun Madrasah dengan metode pengajaran yang
Islam memegang harta yang baik sebagai pilar kehidupan yang harus
dunia Islam dengan sentralisasi kekuasaan pada pemerintahan pusat yang dikelola
atas prinsip persamaan tanpa adanya fanastisme ras kedaerahan bahkan dalam
dan politik keduniawian, suatu pandangan yang juga didukung oleh Taftazani.
dibangun atas syari’at Islam yang mencakup berbagai cabang hukum baik yang
seorang Muslim.
negara, spiritual, aksi, al-Qur’an dan militer. Dalam pengertian Amien Rais, al-
Ikhwan al-Muslimun dapat dikatakan sebagai ideologi yang dalam terma al-
Ikhwan sendiri disebut fikrah. Dengan mengutip Edward Shils, Amien Rais juga
mengemukakan ideologi yang dimaksud yaitu produk dan usaha manusia untuk
menciptakan suatu tata intelektual tentang dunia dan sebagai suatu identifikasi
kebutuhan manusia akan peta kognitif dan moral yang harus dicapai.41 Namun
39
Munawwir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, hlm 149-151. Lebih lanjut lihat Sayyid
Qutb, Keadilan Sosial dalam Islam, terjemahan: Afif Mohammad, cet. II, (Bandung: Pustaka,
1984), hlm. 121-139.
40
Hasan al-Hudaibi, Ikhwanu al-Muslimin Mengajak Buka Menghakimi, terjemahan Afif
Mohammad, cet. II, ( Bandung: Pustaka, 1994 ), hlm. 183- 189.
41
Amien Rais, Cakrawala Islam, hlm. 188.
demikian, Amien Rais menyimpulkan bahwa ideologi al-Ikhwan al-Muslimun
barangkali termasuk ideologi yang murni (pure ideologi) bukan ideologi praktis.
kepada para pendukungnya suatu pandangan dunia yang sadar dan terpadu yang
berbeda dengan ideologi praktis yang merupakan serangkaian gagasan yang dapat
al-Banna selaku mursyid ‘am (pembimbing umum) disamping itu juga, dalam al-
Muslimun yang pada tahun 1936 ketika terjadi pemberontakan Arab di Palestina,
juga dalam perang Arab- Israel pada 1948- 1949. keterlibatannya dalam politik
dan masa depan Mesir. Bahkan lebih luas lagi seluruh negeri Muslim dan dunia
muda agar dapat mengendalikan Raja yang mengganti parlimun namun ketika
jauh. Mesir menurut perjanjian 1936 adalah dalam posisi netral, namun pada
1942 Inggris Raya menuntut dukungan umum bagi pemerintahan Wafd yang
42
Ibid., hlm. 198.
dibentuknya pada Februari 1942. dengan demikian partai Wafd dideskriditkan oleh
publik politik Mesir dan dikecam keras oleh al-Ikhwanu al-Muslimun. Melalui
dibubarkannya partai-partai yang ada dan diganti dengan perserikatan rakyat yang
akan bertugas untuk perbaikan bangsa sesuai dengan prinsip- prinsip Islam.
Muslimun tidak mengancam aksi militer terhadap pemerintah. Pada tahun 1945,
melawan “baju biru” Wafd, bahkan melawan “baju hijau” Mesir Muda (partai
sosialis).
terputus berbagai setuasi dan peristiwa yang terjadi telah memberikan andil bagi
keretakan itu. Gencatan senjata yang dilakukan Perdana Menteri an-Nuqrasi Pasha
jihad atau perang di Palestina untuk mempertahankan kota suci bagi Islam itu
merupakan alternatif yang paling baik karena tidak membiarkan bumi Palestina
gerakan bawah tanah. Dilain pihak, terjunnya al-Ikhwan al-Muslimun pada perang
Abdullah, penguasa Jordania Timur, dan Raja Faruq di Mesir, lalu menghasut
43
Abdul Muta’al al-Jabari, Pembunuhan Hasan al-Banna, hlm 117-125
keduanya dengan mengatakan bahwa Hasan al-Banna dengan gerakannya (al-
dunia Islam. Dengan begitu lanjut Yahudi (Israel) Raja Faruq tidak lagi menjadi
dimana gubernur Jenderal Inggris, Lord Clarn, menuntut untuk pembubaran al-
menarik diri sebagai anggota Dewan sembari diikuti dengan penutupan lima puluh
masa kabinet Abdul Mahir Pasha. Tuntutan itu berkenaan dengan permintaan
Syekh al-Maragi, Syaikh al-Azhar pada waktu itu, agar pemerintah membubarkan
organisasi ini dalam peristiwa di Yaman. Saat itu terjadi kudeta oleh Abdullah
44
Ibid., hlm. 132-134.
putra Perdana Menteri Yaman. Akhirnya, pembubaran al-Ikhwan al-Muslimun
benar-benar terjadi pada saat pemerintahan perdana menteri Mahmud Fahmi an-
oleh anggota al-Ikhwan al-Muslimun muda pada 22 Maret 1948 ditambah juga
yang berakhir dengan kematian dua petugas Inggris dan sebuah Jeep bermuatan
Desember 1948,45 dan pada tanggal 28 Desember tahun itu juga, Perdana Menteri
klinik-klinik kesehatan dan seluruh aset yang dimiliki juga dibekukan. Satu
dipenjarakan dan disiksa dengan sadis. Seiring dengan terbunuhnya Hasan al-
Banna, maka al-Ikhwan al-Muslimun pun memilih ketua umum baru, yaitu Hasan
Ismail al-Hudaibi. Baru pada masa kabinet Husein Suri, para tahanan al-Ikhwan
45
Untuk lebih lengkapnya isi Dekrit itu, lihat Ibid, hlm. 136- 39.
Muslimun kembali menata struktur formal dan membuka kantor pusatnya.
Kairo, namun diketahui bahwa Jamal Abdul Nasser yang berada dibalik revolusi
itu. Dengan demikian Raja Faruq dipaksa mangkat dan diambil alih oleh rezim
diktator militer Jamal Abdul Nasser. Jamal Abdul Nasser adalah seorang yang
melaksanakan apa saja untuk mencapai segala keinginannya. Jamal Abdul Nasser
bila revolusi berhasil. Namun ternyata di kemudian hari Jamal Abdul Nasser terus
penangkapan pemimpinnya seperti Hasan al-Hudaibi, Sayyid Qutb (yang saat itu
46
Muhammad Sayyid al-Wakil, Pergerakan Islam Terbesar Abad ke-14 H: Studi Analisis
terhadap Manhaj Gerakan Ikhwan al-Muslimin, terjemahan: Fahruddin, cet. I (Bandung: asy-
Syamil Press dan Grafika, 2001), hlm. 163.
47
Ibid., hlm. 181-188.
telah menjadi pemimpin umum al-Ikhwan al-Muslimun). Tanpa alasan yang jelas
dan tanpa peradilan yang adil, mereka dihukum dengan hukuman yang tidak
masuk akal. Dari hari-kehari usaha penindasan itu terus berlanjut dengan semakin
al-Ikhwanu al-Muslimun dibubarkan oleh Jamal Abdul Nasser. Pada tahun ini
juga Sayyid Qutb di tangkap dan dijebloskan ke dalam penjara perang serta
mendapatkan penyiksaan yang sungguh amat tidak manusia. Sekali lagi seluruh
tidak pernah terjadi dalam sejarah manusia. Penyiksaan itu bukan lagi hanya
sekedar ancaman atau teror, namun telah menjadi ladang pembantaian yang tidak
penyiksaan, demi pembantaian hingga salah satu dari anggota al-Ikhwan al-
Muslimun ditanya oleh yang lainnya mengenai sebutan apa yang layak untuk
mendzalimi kezaliman bila kita menamakan apa yang kita derita ini sebagai satu
kedzaliman”. Keadaan ini terus berlanjut hingga tumbangnya Jamal Abdul Nasser
48
Baca kisah pembantaian-pembantaian yang dilakukan rezim Gamal Abdul Nasser,
dalam Pergerakan Islam Terbesar Abad ke-14 H, juga Abdul Muta’al al-Jabari, Pembunuhan
Hasanal-Banna, serta baca juga Abbas as-Sisi, Ikhwanu al-Muslimin Dalam Kenangan,
terjemahan: M. Ilyas, cet. I ( Jakarta: Gema Insani Press, 2001).
Yusuf al-Qaradawi dilahirkan di sebuah desa Republik Arab Mesir yang
bernama Saft Turab di tengah delta pada tanggal 09 September 1926.49 Pada usia
dua tahun al-Qaradawi kecil menjadi anak yatim yang kemudian ia berada di
ke surau tempat mengaji. Di tempat itu al-Qaradawi terkenal sebagai anak yang
hukum-hukum tajwid dengan sangat baik, itu terjadi pada saat ia masih berada di
bawah umur sepuluh tahun. Kuttab adalah nama daerah tempat ia menjadikannya
imam dalam usianya yang relatif muda, khususnya pada saat salat subuh. Sedikit
orang yang tidak menangis saat salat di belakang al-Qaradawi. Setelah itu ia
menengahnya di lembaga pendidikan itu (Ma’had Tanta dan Ma’had Sanawi) dan
selalu menempati ranking pertama. Kecerdasan telah tampak sejak ia kecil, hingga
diberikan pada seseorang yang memiliki ilmu yang sangat luas) Ia sempat meraih
ranking kedua untuk tingkat nasional Mesir pada saat kelulusannya di sekolah
ternama ini dan pada tahun 1957 kembali berprestasi gemilang dengan meraih
49
www.google.com. http//al-hikma.com "Biografi Yusuf al-Qaradaw”
50
Isam Talimah, Manhaj Fiqh Yusuf al-Qaradawi, alih bahasa Samson Rahman (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2001), hlm. 3
peringkat pertama dari 500 orang mahasiswa di Fakultas bahasa Arab. Selain
kuliah, ia juga mengenyam pendidikan non formal di balik terali penjara. Saat
Mesir dipegang Raja Faruq pada tahun 1949 pada usia yang masih sangat muda
Muslimun pempinan Hasan al-Banna. Pada bulan April 1956 ia kembali ditangkap
besar- besaran para aktivis al-Ikhwan al-Muslimun oleh Presiden Jamal Abdul
Nasser. Namun pada tahun 1961 ia dikirim secara resmi oleh Universitas al-Azhar
ke Qatar dan pada tahun 1977 mendirikan Fakultas syari’ah di Universitas Qatar
dan pusat kajian sejarah dan Sunnah Nabi. Setelah mendapatkan kewarganegaraan
pada tahun 1973 ia berhasil meraih gelar doktor dengan peringkat summa cum
laude dengan disertasi yang berjudul az-Zakat wa Asaruha fihi al-Masyakil al-
yang tidak menentu. “ikatlah ilmu dengan menulisnya” Pesan Ali bin Abi Thalib
51
Sri Vira Chandra, “Revolusi Pemikiran Lewat Ikatan Ilmu”, Sabili, No. 01 Th. X 25
Juli 2002/14 Jumaidi al-Awal 1423, hlm. 79.
kegigihan prinsip yang berakar kepada al-Qur’an dan Sunnah mewarnai karya-
pemikiran yang benar dan tidak menyimpang dari al-Qur’an dan Sunnah. Tidak
hanya melalui karya-karyanya untuk memuat masalah yang sangat beragam atau
lebih penting adalah pendiriannya yang sangat kokoh terhadap yang diyakininya
sebagai suatu kebenaran dan prinsip Islam tanpa perduli tekanan dari manapun.
al-‘ibadah fi al- Islam (ibadah dalam Islam) pada tahun 1971. Sejak itu setidaknya
hingga tahun 1997 tercatat ada lebih dari lima puluh karya Yusuf al-Qaradawi
satu tahun menulis dua buku “berat” adalah spektakuler. Umat Islam di Indonesia
yang hanya menguasai bahas Arab sudah cukup dikenyangkan oleh buku-bukunya
yang telah dialihbahasakan Sebut saja yang berbicara soal ibadah dan akidah
bahkan di negara non Muslim. Fiqh Ikhtilaf “al-Sahwah al-Islamiyyah, Baina al-
konon paling spektakuler dan paling lengkap adalah Fiqh Zakat yang dikomentari
oleh Abu al-A’la al-Maududi sebagai buku terbaik abad ini dalam bidang fikih”.
Yusuf al-Qaradawi memiliki tujuh anak. Empat putri dan tiga putra. Sebagai
menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat serta kecenderungan
ditempuh oleh anak-anak perempuan dan anak laki-lakinya. Salah satu seorang
putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir dari Inggris. Putri
keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga dari Inggris,
sedangkan yang ketiga masih menempuh S3. adapun yang keempat telah
yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik elektro di Amerika, yang kedua
menyelesaikan kuliahnya pada fakultas teknik jurusan listrik. Dilihat dari beragam
pendidikan anak- anaknya, kita bisa membaca sikap pandangan Yusuf al-
Qaradawi terhadap pendidikan modern. Dari tujuh anaknya, hanya satu yang
belajar di Darul Ulum Mesir dan menempuh pendidikan agama. Sedangkan yang
pembagian ilmu secara dikotomis. Semua ilmu bisa Islami maupun tidak islami,
tergantung pada orang yang memandang dan mempergunakannya. Pemisahan
ilmu secara dikotomis itu menurutnya telah menghambat kemajuan umat Islam.
Yusuf al-Qaradawi adalah seorang tokoh umat Islam yang sangat menonjol
kontribusinya sangat dirasakan di seluruh belahan bumi. Sedikit dari umat Islam
saat ini yang tidak membaca buku- buku dari karyanya, ceramah, dan fatwa al-
Qaradawi. Pengabdian untuk Islam tidak hanya terbatas pada satu sisi atau satu
medan tertentu. Aktivitasnya sangat beragam dan sangat luas serta melebar ke
banyak bidang dan sisi. Sebagai seorang ulama yang dikenal luwes dan luas
masih banyak lagi. Namun yang menjadi prioritas utama dalam hidupnya adalah
dakwah, dan ini yang menjadikan dirinya sebagai manusia yang berharga.
Dakwah telah menjadi darah dagingnya dan menjadi bagian terpenting dalam
ilmu dan amalnya. Al-Qaradawi memulai aktivitas dakwah sejak masa remaja.
Hal itu dilakukan tidak lain agar orang lain paham terhadap Islam. Dengan asumsi
52
Isam Talimah, Manhaj Fiqh, hlm. 18
banyak mendapatkan rintangan, tantangan, tekanan keras, dan dipenjara beberapa
kali sejak masih berstatus sebagai siswa di sekolah menengah umum pada masa
pemerintahan Raja Faruq tahun 1948. ia juga dipenjarakan lagi selama dua puluh
mulia, dan ia sangat mencintai gerakan ini. Namun semua tidak menjadikannya
gelap mata sehingga membuatnya harus fanatik dan tidak menyatakan kritik-kritik
dan kekeliruan. Ia tidak pernah lupa untuk menjelaskan hal-hal yang dianggap
orang banyak, namun ia juga memberikan jalan keluar yang bisa diambil.54
jarang, namun pengaruh dalam jiwanya sangat besar. Beberapa nama yang disebut
dan Syekh Bin Baz. Selain ini ia selalu mengagumi tulisan-tulisan Imam Ibn
53
Ibid.
54
Ibid, hlm. 126
55
Sikap moderat sering dilekatkan pada pribadi ulama ternama ini. Tampaknya istilah
tersebut tidak dapat diabaikan, karena hampir dalam semua karyanya al-Qaradawi selalu
mengedepankan al-Wasatiyah al-Islamiyah (Islam Pertengahan).
Taimiyah, Imam Ibn al-Qayyim, dan Syekh Muhammad Rasyid Rida.56 Sehingga
menyerukan kepada para da’i dan pemikir Islam untuk mengajak kaum muslimin
sampai kini masih belum bisa menanam sendiri apa yang menjadi makanan
pokoknya. Juga belum bisa memproduksi senjata yang diperlukan untuk sekedar
dengan ajaran Islam secara baik, Islam pernah memimpin dunia dan umat manusia
seluruhnya.57 Di samping itu kondisi umat yang selalu berada di bawah kekuasaan
takut atau perasaan gentar menghadapi kaum muslimin. Akhirnya mereka berani
berbuat semau mereka, menginjak-injak tempat suci umat Islam (Masjidil Aqsa),
sebagainya.58 Begitu pula yang terjadi di negeri-negeri Barat, di mana umat Islam
dirampas, hak sosial dan politiknya tidak dihargai, tidak di beri kesempatan untuk
56
Sri Vira Chandra, Revolusi Pemikiran, hlm. 79.
57
Yusuf al-Qaradawi, Fiqh Ikhtilaf: Antara Perbedaan yang Diperbolehkan dan
Perpecahan yang Dilarang, alih bahasa: Ainur Rafiq, (Jakarta: Robbani Press, 1997), hlm.134.
58
Adian Husaini, Jihad Osama Versus Amerika, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm.
85.
memilih dan apalagi dipilih untuk menduduki jabatan penting di pemerintahan.
Karena itulah, agar umat Islam tidak bulan-bulanan oleh musuhnya, mereka
sekarang disebut power baik berupa kekuatan ideologi (iman) kekuatan senjata,
dan kekuatan informasi, kekuatan ekonomi, kekuatan masa, dan sebagainya. Jika
umat Islam kuat, musuh-musuh Islam akan takut dan gentar. Salah satu kekuatan
yang dahsyat seperti yang disebutkan hadis Nabi SAW adalah kekuatan jiwa, yang
sehingga tidak berani menyerang umat dan negara Islam serta mereka tidak
ulama yang tergerak oleh keresahan dan keperihan melihat situasi umat. Al-
Qaradawi menyadari bahwa umat Islam harus diselamatkan dari krisis identitas
diri yang akut akibat perang pemikiran (gazwul fikri) yang telah dilancarkan oleh
musuh-musuh Islam.ia salah seorang dari sedikit ulama yang tak jemu
umat dan galau akan kebodohan umat terhadap ajaran Islam menjadi titik tolak
bahwa mengambil jalan pertengahan adalah sikap yang terbaik dan yang paling
Hasan al-Banna
1. Paradigma Pemikiran
yang dimiliki oleh seorang intelektual sebagai dasar pemahaman terhadap realita.
menyeluruh yang dimiliki oleh alur logika dan verifikasi yang bisa
suatu kerangka pemikiran keagamaan, yang menekankan agama tidak saja sebagai
pemikiran Weberian, tapi lebih dari itu, agama dirumuskan sebagai, seperangkat
mengkonstruksi kenyataan sosial dalam waktu dan tempat yang berbeda.61 Para
60
Edgar Borgatta, Encyclopedia of Sociology, (New York: Mam Millan Publishing
Company, 199 ), III: 1411-1412
61
M. AS Hikam, Negara Masyarakat Sipil Dan Gerakan Keagamaan Dalam Politik Di
Indonesia, dalam Prisma, No. 3, Tahun XX, Maret, 1991, hlm. 76
80
cendekiawan Liberal menuntut pemisahan antara agama dan negara. Mereka
tidak boleh didirikan, karena walaupun menarik umat Islam di seluruh dunia, akan
menjadi negara totaliter. Apa yang sesuai bagi Nabi Muhammad dan Sahabat-
mengajak masyarakat Mesir untuk kembali kepada ajaran Islam “sejati”. Adapun
keagamaan yang ada, kaum muslim harus kembali memahami dan hidup menurut
Islam seperti yang ditegaskan di dalam al-Qur’an dan as-Sunah. Hal ini juga
Mesir.
bahwa, ada sesuatu yang tidak beres dengan masyarakatnya sehingga terjadi
krisis. Arus westernisasi telah melanda hampir seluruh negeri Muslim dan dunia
Islam, sehingga tidak nampak lagi identitas sesungguhnya dari Islam. Hasan al-
62
David Sagiv, Islam Otentisitas Liberalisme, cet. I, (Yogyakarta, LKIS 1997), hlm. 202.
Betapapun, kita harus mengakui bahwa saat ini telah muncul tantangan
hebat berupa penyelewengan dan gelombang dahsyat yang menyesatkan rasio dan
alam pikiran di tengah kelengahan kita selama ini, sehingga bermunculan berbagai
prinsip dan ajaran- ajaran, sistem dan filsafat, serta peradaban dan kebudayaan,
dihempas gelombang dan seluruh negeri Islam di semua penjuru dunia berhasil
Pengaruh itu, sudah menguasai seluruh tindakan yang mereka laksanakan dan
spiritual dan politik lalu menyeret umat ini ke mana saja yang mereka kehendaki.
kita harus menyelamatkan sisa-sisa dan peninggalan ajaran Islam yang masih ada,
dan mari suka atau tidak suka bergabung bersama kami untuk bersama-sama
mencampakkan semua pemikiran yang bobrok itu dari jiwa dan otak kita dan
Dari sini akhirnya timbul berbagai problema yang semakin banyak dan
mendukung hal ini, diterapkan dalam misi utama Ikwan dengan memberikan
masyarakat muslim kembali kepada ajaran Islam sesuai dengan konsep yang ada
Nabi saw.
Karena Islam adalah jalan Allah untuk semua umat manusia, maka kaum
muslimin tidak hanya berpegang pada ajaran-Nya saja, namun juga harus
64
Hasan al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimun, jilid II, terj; Anis Matta dkk,
cet. VI, ( Solo; Eraintermedia, 2000 ), hlm. 201.
65
Ibid., hlm. 202.
66
John Obert Voll, Politik Islam, Kelangsungan Dan Perubahan Di Dunia Modern,
terjemahan Ajat Sudrajat (Yogyakarta, Titian Ilahi Press, 1997), hlm. 229
menyebarkan rahmat-Nya kepada umat lain. Al-Banna juga menekankan relevansi
Islam dengan soal-soal duniawi, Islam menganjurkan agar manusia terlibat aktif
sesuatu yang khas, seperti telah dijelaskan, ia memiliki pengertian khusus tentang
terdiri aspek rohaniah dan ibadah. Sesungguhnya Islam bukan hanya doktrin
meliputi semangat kebangsaan, tanah air, pedang dan tentu saja al-Qur’an
karenanya lambang perjuangan mereka adalah kitab suci al-Qur’an di antara dua
dalam masalah sistem pemerintahan Islam, dan itu masuk dalam kategori yang
mana. Dalam hal ini, sebagian berpendapat; sistem pemerintahan Islam sama
kekuasaan perorangan yang adil, atau yang lainnya mencoba mencari sistem yang
67
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, hlm. 304
Islam adalah sistem yang bersifat Ilahiyah dan pemerintahan Islam adalah
dengan kondisi sosial yang beragam, norma-norma Islam merupakan norma yang
fenomena dan lingkungan sosial yang sesuai dengan keadaan zaman. Pengambilan
dokumen sejarah, tetapi juga merupakan kitab petunjuk bagi jalan hidup manusia
untuk membawa dunia kearah yang lebih ideal, ia bertujuan mengakhiri dominasi
sistem-sistem yang tidak islami, baik dalam bidang akidah, tata pergaulan dalam
gagasan ideal.70
karena hal itu akan menyebabkan kekuasaan berada di tangan para ulama yang
68
Abdul Gaffar Aziz, Islam Politik Pro dan Kontra, terjemahan M. Thoha Anwar, cet.I
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), hlm.100.
69
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama; Sebuah Kajian terhadap
Hermeneutika (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm. 138- 139. Lihat juga: M. Quraish Shihab,
Membumikan al-Qur’an ( Bandung: Mizan, 1992 ), hlm. 16 & 72
70
Azyumardi Azra, Pergolakkan Politik Islam dari Fundamentalisme hingga Post-
Modernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm. 171-180.
mengatasnamakan Tuhan dan agama dalam pemerintahan. Padahal Islam tidak
mengenal istilah pemerintahan kaum agama, juga tidak mengenal istilah teokrasi
karena Islam tidak mengenal pemuka agama yang kedudukanya seperti kaum
pendeta, para penguasa dalam syari’at Islam tidaklah memiliki kekuasaan mutlak.
Penguasaan hanyalah salah seorang dari di antara umat yang terpilih untuk
memerintah.71
sebelumnya bahwa Islam dan politik tak dapat dipisahkan, penguraian lebih
terinci mengenai fungsi negara Islam dan prinsip dasarnya. Hidup di antara era
menegaskan bahwa prinsip Islam dapat diterapkan pada keyakinan yang banyak
dianut dalam soal politik dan lembaga politik. Ia menulis bahwa Islam
71
Ibid., hlm.1-2
72
David Commin, Hasan al-Banna, ( 1906-1949), dalam Para Perintis Zaman Baru
Islam, Ali Rahnema, (ed) , cet. I, (bandung: Mizan 1995), hlm.136.
memerlukan suatu pemerintahan tertentu. Islam hanya meletakkan tiga prinsip
sangat luas, maka negara Islam bisa memiliki banyak bentuk, termasuk demokrasi
memerlukan kerja sama penuh Muslim melalui berbagai fakta, persekutuan, dan
Turki sebagai negara sekuler. Dan pada awal abad keduapuluh, dunia Muslim
sejak dari Afrika Utara sampai Indonesia berada di bawah dominasi Eropa.73
sangat berbeda dengan sistem kehidupan masyarakat Muslim, yang dalam banyak
sumber-sumber yang ada dalam al-Qur’an dan Sunnah. Perbaikan sosial itu harus
perbaikan itu yang akan tegak di atas masyarakat Muslim berupa: rabbaniyah,
ketinggian kualitas jiwa manusia, ukhuwah antar sesama manusia, peran laki-laki
umat untuk berjihad dan bertanggunjawab negara atas Islam dan dakwahnya.74
73
Ibid., hlm. 195-199
74
Ibid., hlm. 189-190.
Al-Banna sangat memperhatikan fungsi setiap unit dari masyarakat
Muslim. Antara lain, usrah (keluarga) merupakan unit terkecil dalam usaha awal
mengokohkan ikatan dan beramal dengan teorinya. Tiga pilar yang harus ada
yang akan menjamin persatuan, tafahum yaitu anggota usrah harus saling
memahami satu sama lain dengan saling menasehati, dan terakhir takaful, bahwa
menjadikan solusi bagi seluruhnya. Dan bahwa al-Banna begitu jelas dengan
Pemerintah Islam atau dengan negara Islam menjadi tujuan yang paling
ditekankan al-Banna selama ini, yang baginya telah diabaikan oleh kaum
75
Ibid., hlm. 205-210
kewajiban, baik sebagai suatu bangsa atau umat, justru sebelum adanya berbagai
dan ibadah, negara dan kewarganegaraan, toleransi dan kekuatan, moral dan
dan negara, pemerintah dan rakyat, mushaf dan pedang. Oleh karenanya al-
Banna dengan tegas menyatakan bahwa seorang Muslim tidak sempurna Islamnya
kecuali jika ia seorang politisi, mempunyai jangkauan pandangan yang jauh dan
internal dan eksternal. Politik internal yang ia maksudkan adalah Islam mengatur
kewajibannya, mengontrol dan membantu para petinggi agar mereka ditaati jika
umat, menanamkan rasa percaya diri dan kewibawaan, membebaskan diri dari
perdamaian Internasional.78
76
Ibid., hlm. 152, Lihat juga Abdul Muta’al al-Jabari, Pembunuhan, terjemahan Khozin
Abu Faqih dan Fachruddin, cet.I (Jakarta: al-Itishom Cahaya Umat, 2001 ), hlm. 3.
77
Ibid., hlm. 75
78
Ibid., hlm. 76- 85
Istilah yang selalu digunakan al-Banna untuk menyebut negara Islam
“Daulah Islamiyah”. Bagi al-Banna daulah Islamiyah atau negara Islam ada untuk
mencegah anarki atau kerusakan dan bahwa umat Islam harus hidup dengan
dan raja itu penjaga. Sesuatu yang tidak ada pondasinya akan hancur dan sesuatu
Pemerintah Islam tegak atas kaidah- kaidah yang sudah popular. Kaidah-kaidah
menguraikan bahwa pemerintahan Islam itu harus siap untuk menjadikan syari’at
Islam atau hukum Islam sebagai konstitusi negara dan penerapannya secara ketat.
syari’at Islam adalah dosa besar dan pemerintahan itu boleh diambil alih untuk
dipahami bahwa negara dalam hal ini pemerintah memiliki kekuasaan untuk
struktural, dengan pola atas bawah (top down) mengharuskan pelaksanaan syari’at
79
Ibid., hlm. 297
80
Ibid., hlm. 298
81
Ibid., hlm 248
Islam. Bahkan Islam menjadi agama resmi negara dan kewajiban melaksanakan
syari’atnya. Tampaknya ini adalah karakter yang khas dari haluan pemikiran
Padahal ia sendiri mengakui sistem parlemen bisa memiliki satu, dua atau
kemudian al-Banna menyerukan agar semua partai dibubarkan dan agar dibentuk
satu partai untuk mempersatukan bangsa, untuk memerdekakan bangsa dan untuk
sebagai cinta tanah air dan keberpihakan kepadanya, maka Islam telah
Islam.
lain dan menguasai dunia, juga diakui oleh Islam lanjut al-Banna. Dan
82
Abdul Hamid al-Gazali, Pilar-pilar Kebangkitan Umat: Telaah Ilmiah terhadap
Konsep Pembaharuan Hasan al-Banna, terjemahan Khozin Abu Faqih dan Fachruddin, cet.I
(Jakarta: al-Itishom Cahaya Umat, 2001ÐÏÎÍ7171717171@7171@
nasionalisme kepartaian yang bertujuan memilah-milah umat menjadi kelompok-
Barat sekuler yang ditentukan oleh batas teritorial dan geografis, nasionalisme
Islam ditentukan oleh akidah, tulis al-Banna. Setiap jengkal tanah bumi ini yang
seperti di atas, disamping itu konsep ummah atau persatuan umat Islam dunia,
kekhalifahan yang ingin terus diperjuangkan, bisa jadi tidak sesuai atau menolak
konsep politik modern Barat tentang nation state (negara bangsa) yang dibatasi
memelihara hak-hak orang asing. Islam dalam menyikapi umat lain adalah dengan
kepada semua agama langit karena yang jelas yang dimaksud adalah agama
83
ᄂ 72ÿ 72 7272727272 7272727272 72"72727272
722727272727272727272727272727272
8472
72727272727272727272727272727272727272
Nasrani dan Yahudi. Apakah Kristen saat ini termasuk dengan kategori itu karena
saat itu. Mengenai hak asasi manusia, al-Banna menegaskan bahwa itu merupakan
harta, dan keluarga. Melanggar itu semua adalah tindakan yang haram meskipun
Prinsip- prinsip demokrasi itu dirinci menjadi; kekuasaan pada rakyat, kebebasan
kepolisian.86
anti dengan sistem dan budaya Barat, ia tetap menyerukan kepada hubungan
demikian, tetap ia mengajak kepada Barat untuk saling memahami bahwa Islam
dijadikan ideologi dan sistem kenegaraan merupakan sistem yang pernah dikenal
8573
7
3737373737373737373737373737373737373737373737373737373737373737373737373737373
73737373737373737373737373737373737373737373
8673
7373737373737373737373737373737373737373737373
mengatakan bahwa sistem parlementer bisa memiliki satu, dua atau beberapa
Barat dalam berbagai isu sosial. Al-Banna percaya bahwa dunia Muslim berada di
kapitalisme, komunisme, dan nazisme. Para pedukung sistem ini mendesak kaum
Muslimin memakai sistem mereka, dimana sistem ini ada manfaat dan
persaudaran universal dan masyarakat yang bebas dari persaingan bebas dan
lain pihak, ia juga membenci sikap komunis yang menentang agama dan milik
prinsip demokrasi dan kebebasan individu untuk mebenarkan gangguan sosial dan
perlu meminjam dari ideologi asing, karena Islam merupakan sistem yang
sempurna.
siapa pun yang sanggup bekerja. Negara Islam juga akan meningkatkan
8774
747474747474747474747474747474747474
8874
74747474747474747474747474747474
produktivitas pekerjaan industri dan petani. Hak pekerja antara lain adalah dijamin
mendapat pekerjaan dengan upah yang memadai, asuransi kesehatan, dan larangan
bangkit dan berkembangnya industri rumah tangga. Dengan begitu, wanita dan
keluarga.
Negara Islam juga akan berupaya mengurangi perbedaan antara yang kaya
dan yang miskin. Orang kaya harus mengubah gaya hidupnya sendiri, dengan
tidak bermewah-mewahan. Orang kaya harus menjadi model bagi orang lain.
berwenang harus melarang cara haram mencari nafkah, seperti menjual minuman
keras, babi, dan narkotik. Negara harus juga mempromosikan eksplorasi dan
eksploitasi sumber daya alam. Satu-satunya pajak yang sah adalah zakat, yang
Pendapatan zakat akan digunakan untuk angkatan bersenjata, kaum miskin dan
pegawai negeri tingkat rendah, dan pengurangan gaji pegawai negeri tingkat
tinggi.89
A. Yusuf al-Qaradawi
1. Paradigma Pemikiran
8975
757575757575757575757575757575757575
Ajaran Islam yang mengatur tentang kenegaraan sebagaimana diyakini
oleh sebagian ulama90 hanya bersifat garis besar, oleh karenanya terjadi variasi
Perdebatan yang terjadi pada masa ini, berkisar pada wajib berdirinya
sebuah negara dan syarat-syarat kepada negara, Ibn Abi Rabi, al Ghazali, dan Ibn
atau raja merupakan mandat dari Allah yang di berikan kepada hamba-Nya,
menurut ketiga pemikir tersebut seorang khalifah adalah bayangan Allah di bumi
sosial yang melahirkan hak dan kewajiban hubungan timbal-balik bagi raja dan
rakyat91
Meskipun nas tidak menegaskan bentuk negara dan rinciaanya, akan tetapi
ajaran, akidah, akhlak, tradisi dan syari’ah-Nya.92 Memang tidak ada yang bisa
9076
7
6767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
7676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
67676767676767676767676767676767676767676
91
767
6
767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
7676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
6767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
767676767676767676
9276
7676767676767676l-Qaradawi, Fiqh DaulahDalam Perspektifal-Quÿ76
76m767676767676e767676 767676LIBRARY-
C0227676767676767676767676767676767676767676SYSTEM7
67676767676767676767676767676767676767676767676
menyangkal bahwa hukum Islam telah melalui proses pertumbuhan dan
Tetapi harus diingat bahwa al-Qur’an sendiri tidak pernah mengalami proses
orang yang segenarasi dengan beliau), pada dasarnya tidak pernah mengalami
landasan syari’ah.
ijtihad dan ijma’ bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah. Prinsip-prinsip ini
syari’ah. Oleh karena itu pada awal sejarahnya ketika Islam berkembang dengan
sosial, dan ekonomi pada masa itu menjadi kehidupan yang religius Islam, dan
syari’at tetap hidup dan tetap diterapkan secara universal. Sejak awal mulanya di
dalam Islam politik dan agama sedemikian erat jalin menjalin sehingga tidak
dapat dipisahkan. Negara dan agama Islam memang tidak ekuivalen, tetapi negara
Tuhan diatas bumi, hanya saja amanat ini belum sepenuhnya dijalankan. Amanat
termasuk kehidupan politik atau bernegara95 Oleh karena itu para fuqaha (ahli-ahli
pada masanya. Nabi Muhammad adalah pemimpin masyarakat Muslim baik pada
bidang spiritual maupun pada bidang keduniawian, maka tata politik yang
pemimpin politik yang tertinggi bagi masyarakat Muslim dan pelaksana syari’ah.
pertengahan abad ketiga hijriyah keadaan sangat berubah. Khalifah sangat lemah
dan kekuasaan yang sesungguhnya berada pada tangan amir wa-Umara yang
kemudian hari dijuluki sebagai Sultan. Memang secara teoritis khalifah masih
9478
78787878787878787878787878E, Cita-cita Islam, Sufianto dan Imam Musbikin, (ed),
cet. I, (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 8-9
95
Bahtiar Effendi, Islam dan Demokrasi: Mencari sebuah sintesa yang memungkinkan
Dalam Agama Dan Dialog Antar Peradaban, M. Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher (ed), cet, I
( Jakarta: Paramadina, 1996 ), hlm. 95
memegang otoritas tertinggi di dalam negara, karena orang-orang yang telah
mengambil alih kekuasaan yang sesungguhnya bukan dari suku Quraisy. Mereka
mendobrak keyakinan kaum Muslimin pada masa itu dan tidak akan ia akui.96
khalifah yang lemah secara formalnya saja diberi otoritas tertinggi sedang amir
diberi kekuasaan yang efektif untuk memerintah. Jadi tidaklah dikatakan oleh
kekuasaan. Menurut syari’ah hanya ada satu pemegang otoritas yang tertinggi,
yaitu khalifah, seorang khalifah sudah tentu dapat menghibahkan sebagian atau
dari Dinasti Buwaihid dan Saljuk mengambil alih kekuasaan di kota Baghdad dan
secara teoritis mereka dipandang sebagai pembantu khalifah yang lemah. Untuk
pernyataan tertulis (sanad) kepada amir untuk memerintah atas namanya. Dan
dipertahankan di dunia Islam. Persatuan ini adalah suatu fiksi legal namun
96
Ibid., hlm. 175
memberikan pengaruh yang nyata di dalam menyelamatkan dunia Islam dari
negara Islam adalah negara madani yang berdasarkan pada syari'at Islam bukan
negara kaum agamawan seperti yang dipahami Barat dalam sejarah. Di barat
mulai dari adanya keyakinan akan kebenaran Islam sebagai sistem kehidupan
Namun apabila hal tersebut tidak kunjung terwujud dan sulit untuk dicapai
kekuasaan yang ada. Dengan demikian al-Qaradawi pada batas tertentu juga
ini sangat di pengaruhi oleh praktek pemerintahan Mesir yang selama beberapa
97
Yusuf al-Qaradawi, Fiqh Negara, Ijtihad Baru seputar Sistem Demokrasi, Multipartai,
Keterlibatan wanita Di dewan Perwakilan Partisipasi Dalam Pemerintahan Sekuler, terjemahan
Syafril Halim, cet. I ( Jakarta: Rabbani Press, 1997 ), hlm. 65
98
Ibid, hlm.216
dasawarsa lalu di dominasi oleh rezim yang tidak islami yang mempengaruhi
praktek dan sistem hukum yang berlaku. Syari’ah Islam diberlakukan hanya
dalam bidang waris, perkawinan, wakaf selebihnya dalam hukum perdata positif
peninggalan Inggris, sedangkan hukum Islam hanya sebagai salah satu sumber
seluruh umat Islam dari seluruh penjuru dunia, baik yang hidup dalam negara
merdeka ataupun negara jajahan yang didasrkan pada solidaritas Islam dalam
Mesir, seperti al-Afgani, Muh Abduh, Rasyid Rida serta Hasan al-Banna.101
menyeru negara-negara Islam terutama di kawasan Timur Tengah yang selama ini
Apabila diamati lebih lanjut, model negara internasioanal ini hanya akan
mengarahkan pada diskursus dikotomi Dar al-Islam dan Dar al-Kuffar. Hal ini
99
Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah,ajaran sejarah dan pemikiran, ( Jakarta: Raja Grafindo
Press, 1999 ), hlm.183.
100
Munawwir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, hlm. 125
101
Bahtiar Effendi, Teologi Baru Politik Islam Pertautan Agama, Negara dan Demokrasi
(Yogyakarta: Galang Press, 2001 ), hlm.183.
102
Abid al-Jabiri, Agama, Negara, dan Penerapan Syari’ah, alih bahasa Mujiburrahman
(Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2001), hlm. 98-99.
menyebabkan terjadi polarisasi seluruh umat Islam ke dalam satu kesatuan
wilayah Dar al-Islam. Selain itu pembagian negara atas dasar keagamaan tersebut
pada mulanya telah muncul sebelum adanya Pan-Islamisme. Pada periode klasik
Islam lokal tersebut tidak memiliki keinginan untuk bersatu membentu negara
internasional, sehingga kembali lagi menjadi wujud negara lokal, nasional sebagai
bentuk yang paling logis ini menjadi sasran kritik Olivier Roy sebagai kebuntuan
ideologi islamisme, disatu sisi masyarakat Islam hanya dibentuk melalui politik,
namun lembaga politik hanya bisa berjalan karena kesalehan dan dijalankan oleh
umat Islam.
apabila umat Islam tidak menghendakinya. Padahal tujuan dari tatanan politik
tersebut adalah untuk menciptakan masyarakat yang islami. Oleh karena itu dalam
adanya bentuk negara internasional mengalami kebuntuhan teori. Dalam hal ini
yang terdiri dari beberapa negara Islam tanpa harus ada ikatana politik atau lebih
konkritnya sebagaimana dinyatakan oleh Diya ad-Din Rais dalam bukunya al-
melebur di sana. Seluruh rakyatnya dipersatukan oleh satu iman kepada Ilah yang
satu melalui dasar tauhid.103 Oleh karenanya sekalipun negara dan daerahnya
berbeda tetapi pada dasarnya prinsip seluruh kaum muslim memiliki kesatuan
nasional ataupun lokal, melainkan daulah internasional, namun tidak ada salahnya
daulah tersebut dimiliki dari daulah berskala lokal di daerah tertentu. Jika
untuk dibentuk suatu daulah yang berdiri sendiri maka ditegakkanlah “Khlilafah
Islamiyah”105
tidak di buat oleh negara, akan tetapi sebagai produk Allah swt, di sini berlaku
103
Yusuf al-Qaradawi ,Fiqh Daulah….,hlm. 48
104
Ibid., hlm. 45
105
Ibid., hlm. 46
106
Ibid., hlm. 90
Oleh karena itu sejalan dengan komitmen negara kepada Allah, negara
berlaku di Barat, serta bukan pula negara para pemimpin agama ( kahanah ), akan
tetapi merupakan negara sipil (madaniyah ) yang di dalamnya umat berkuasa atas
bahwa sistem pemerintahan tersebut serupa dengan sistem demokrasi dalam hal
pemikiran pemimpin yang dilakukan umat Islam tidak boleh ada paksaan untuk
mengangkat seseorang untuk menjadi pemimpin kepada Ahl asy-Syura atau Ahl
al-Hall Wa al-Aqd’ (parlemen atau lembaga legislatif), serta hak badan legislatif
berbuat semena-mena dan tidak mau menerima nasehat oleh karenanya al-
utama:
a. kesatuan wilayah
107
Ibid., hlm. 48
108
Ibid., hlm. 43
109
Ibid., hlm.88
110
Ibid., hlm.46.
Telah dikatakan sebelumnya, bahwa al- Qaradawi adalah anak dakwah
dari gerakan al-Ikhwan al-Muslimun yang didirikan asy- Syekh Imam Hasan al-
Modern) ini sangat mencintai gerakan tersebut, dan sampai kini ia masih selalu
yang berkaitan dengan pergerakan. Jika pemerintahan itu bukan Islam, dengan
dari Barat atau Timur, dari kiri atau kanan, dari kiri atau kanan, dari filsafat
liberalis atau Marxis, ataupun lainnya, atau merujuk kepada Islam dan
lebih mementingkan selain Islam daripada Islam sendiri, maka semua ini ditolak
berhukum kepada apa yang diturunkan Allah, tidak boleh mengambil sebagian
seorang yang mencintai yang karena cintanya telah menjadikannya tidak lagi
memiliki indepensi dalam pendapat dan pandangannya, atau tidak mampu berbeda
menolak berdiri partai-partai dalam satu negara Islam. Ia memandang itu hanya
jelasnya, bahwa Islam yang benar seperti yang syari’atkan Allah, tidak menjadi
seperti itu, kecuali jika berwawasan politik. 112 Jika engkau melepaskan Islam dari
urusan politik, berarti engkau menjadikannya agama lain, bisa agama Budha atau
agama Nasrani atau lainnya. Ada dua sebab yang melandasi hal ini yaitu:
1) Islam mempunyai sikap yang jelas dan hukum yang tegas dalam
2) Islam merupakan akidah, ibadah dan akhlak dan syari’at yang saling
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
menjadikan syari’at Islam atau hukum Islam sebagai konstitusi negara dan
besar dan pemerintah itu boleh di ambil alih untuk melaksanakan syari’at
Islam.
adanya kekuasaan dan wilayah agar syari’at Islam itu bisa diterapkan di
sehingga disini al-Banna lebih menekankan pada bentuk dan dimbol Islam
dalam suatu daulah (negara), oleh karenanya negara yang islami dalam
pandangan Hasan al-Banna adalah negara yang secara ideologi dan legal-
B. Saran-saran
1. Untuk para cendekiawan terutama kalangan muda untuk pro aktif dan serius
terhindarkan.
perjuangan politik sebenarnya umat Islam tidak harus secara kaku untuk
kajian tentang politik Islam harus digiatkan lagi. Sebab selama ini literatur
kaidah politik umat Islam yang genuine di Zaman modern ini masih sangat
minim.
111
DAFTAR PUSTAKA
B. Kelompok Fiqh.
Al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam, alih
bahasa Abdul Hayyie al-Kattani dan Kamaluddin Nurdin, cet. I, Jakarta:
Gema Insani Press, 2000.
Al-Qaradawi, Yusuf, Fiqh Ikhtilaf: Antara Perbedaan yang Diperbolehkan dan
Perpecahan yang Dilarang, alih bahasa: Ainur Rafiq, Jakarta: Robbani
Press, 1997.
Ar-Rais,Dhiya’ ad-Din. Islam Dan Khalifah: Kritik Terhadap Buku Khilafah Dan
Pemerintahan Dalam Islam, Ali ‘Abdur Raziq, terjemahan Afif
Muhammad, cet. 1 Bandung: Pustaka, 1985.
Djamil, Rahman, Fathur, Filsafat Hukum Islam, cet. III, Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999.
Khalaf, Wahab, Abdul, Ilmu Ushul Fiqh, Alih Bhs Masdar Hilmy cet. II,
Bandung: Gema Risalah Press, 1997.
Madjid, Nurcholish. Kontekstualisasi Doktrin Islam, cet. II, Jakarta: Paramadina,
1995.
Maliki, Zainuddin, Agama Rakyat Agama Penguasa: Konstruksi Tentang Realitas
Agama dan Demokrasi Yogyakarta: Yayasan Galang, 2000
Talimah, Isam, Manhaj Fiqh Yusuf al-Qaradawi, alih bahasa: Samson Rahman,
Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001.
C. Kelompok Lain.
Anwar, Syafi’i M, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Tentang
Cendekiawan Muslim Orde Baru, Jakarta: Paramadina, 1995.
Aziz Gaffar, Berpolitik Untuk Agama: Missi Islam, Kristen, Dan Yahudi Tentang
Politik, cet. I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
Al-Banna, Hasan, Risalah Pergerakan Islam Ikhwanul Muslimin ,terj. Anis Matta,
Surakata: Era Inter Media, 1999.
Chandra, Vira Sri.”Revolusi Pemikiran Lewat Ikatan Ilmu”, Sabili, No. 01 Th. X
25 Juli 2002/14 Jumaidi al-Awal 1423.
Effendi, Bahtiar, Teologi Baru Politik Islam Pertautan Agama, Negara dan
Demokrasi, Yogyakarta: Galang Press, 2001.
Al-Hajaji, Anas. Otobiografi Hasan al-Banna tokoh pejuang Islam, alih bahasa
Bahrun Abu Baker dan Anwar Rasyid, cet. I, Bandung: Risalah, 1983.
Al-Hudaibi, Hasan, Ikhwanu al-Muslimin Mengajak Buka Menghakimi,
terjemahan Afif Mohammad, cet. II, Bandung: Pustaka, 1994.
Malik, Djamaluddin Dedy & Ibrahim Subandy Idi, Zaman Baru Islam: Pemikiran
Dan Aksi Politik Abdurrahman Wahid, Amien Rais, Nurcholish Madjid,
dan Jalaluddin Rahmat, cet. I Bandung: Zaman Wacana Mulia, 1998.
Novianto Khalid, Era baru Indonesia: Sosialisasi Pemikiran Amien Rais, Hamzah
Haz, Matori Abdul Jalil, Nur Mahmudi, dan Yusril Ihza Mahendra, cet.I
Jakarta: Raja grafindo, 1999.
Purnomo, Hadi, Syaikhul, dkk, Pedoman Riset dan Penyusunan Skripsi,
Surabaya: BP3 Fak. Syariah IAIN Sunan Ampel, 1989 Qutb, Sayyid.
Keadilan Sosial dalam Islam, terjemahan: Afif Mohammad, cet. II,
Bandung: Pustaka, 1984.
Qutb, Sayyid, Keadilan Sosial dalam Islam, terjemahan: Afif Mohammad, cet. II,
Bandung: Pustaka, 1984.
Rahnema, Ali. Para Peristiwa Zaman Baru, alih bahasa Ilyas Hasan cet. III
Bandung: Mizan, 1980.
Rais Amien M. Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, cet. III Bandung:
Mizan, 1991
_________, Tidak ada Negara Islam, dalam Agus Edisantoso (peny.), Tidak Ada
Negara Islam: Surat-surat Politik Nourcholis Madjid-Muhamad Roem,
Jakarta: Djambatan, 1997.
_______,Beberapa Pandangan tantang Negara Islam” cet. II, Bandung: Mizan,
1990.
Sjadzali, Munawwir, Islam dan Tata Negara, Ajaran Sejarah, dan Pemikiran, cet.
V Jakarta: UI Press, 1993.
__________, Gus Dur Diadilii Kiyai-kiyai, cet. I Surabaya: Jawa pos Press, 1989.
2. M. Amien Rais
Dilahirkan di Solo 26 April 1944, beliau memperoleh gelar Sarjana Muda dari
Fakultas Tarbiyah BELIAUIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (1967), dan
Sarjana Fakultas Ilmu sosial dan Politik dari Universitas Gajah Mada (UGM),
Yogyakarta 1968. kemudian beliau melanjutkan studi dan meraih gelar M.A
dari Universitas Notre Dame, Amerika Serikat (1974), dan Ph.D.dari
Universitas Chicago, Amerika Serikat (1981), dalam Ilmu Politik. Sempat
menjadi mahasiswa luar biasa di Universitas al-Azhar, Mesir (1978-1979),
sambil melakukan penelitian beliau untuk menulis disertasinya. Beliau juga
mengajar di FISIPOL UGM, Universitas Islam (UI) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dan beberapa Universitas lainnya.
Pernah menjabat Ketua Umum PP. Muhammadiyah, Ketua Dewan Pakar
Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesbeliau, ketua Partai Amanat (PAN) dan
menjadi Ketua Majlis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Beberapa karyanya
antara lain; Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, Tauhid Sosbeliaul
Strategi Baru Menggepur Kesenjangan.
3. Munawir Sjadzali
Lahir di Klaten pada 7 November 1925, adalah Mantan Menteri Agama RI
pada Kabinet Pembangunan Periode 1983-1988. setelah mengikuti pendidikan
Madrasah Menengah Pertama atau Tinggi Islam Mambaul Ulum, Solo,
Belbeliauu melanjutkan studi ke Universitas Exeter, Inggris, dan Universitas
Georgetown Amerika Serikat. Disamping itu Belbeliauu, pernah mengikuti
kursusdiplomatik dan konseler Departemen Luar Negeri. Pada tahun 1944-
1945 menjadi Guru Basar Islam, Gunung Pati, Ungaran, Semarang, dan ikut
serta dalam perjuangan kemerdekaan di berbagai tugas (1945-1949). Pada
tahun (950) bekerja di Departemen Luar Negeri dan di tempatkan pada Seksi
Arab-Timur Tengah. Setelah menyelesaikan tugas belajarnya di Inggris (1953-
1954) Beliau diperbantukan pada Sekretaritt Bersama Konfrensi Asbeliau
Afrika, di Jakarta ( 1954-1955 ), lalu menjadi atase kemudian beliau menjadi
sekretaris tiga pada KBRI di Washington DC, Amerika Serikat ( 1956-199 ),
dan sejak tahun 1959-1976 banyak berada di luar negeri sewaktu bekerja di
Departemen Luar Negeri. Pada tahun 1976-1980 beliau menjadi Duta Besar
Luar Biasa dan berkuasa penuh pada RI untuk Emirat Kuwait merangkap
Bahrain, Qatar, dan Perserikatan Keamiran Arab. Sejak tahun 1980 beliau
diangkat menjadi staf ahli Menteri Luar Negeri di samping juga menjabat
Direktur Jenderal Politik Departemen Luar Negeri (1980-1983). Di antara
karyanya adalah: Islam dan Tata Negara seharah dan Ajara-ajaran, Ijtihad
Kemanusbeliau.