Disusun oleh
Kelomppok 8:
1.Afif Munawwar (12370511151)
2.Anisa Triana (12370520267)
3.Nazirah Lutfiah Widyani (12370521507)
1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Model Penetian Fiqih (Hukun)
dan Model Penelitian Politik tepat pada waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa pula, penulis
mengucapkan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw. Sebagai hamba terbaik
yang patut dicontoh bagi manusia dari segala aspek kehidupannya. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Siti Rahmah, Dr, Dra, Hj, M.Si. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam pengerjaan makalah ini. Makalah ini
masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Karena itu, para pembaca dapat
memberikan saran dan kritik untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Atas saran dan
kritik, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah di antaranya:
a. Apa pengertian dan Karakteristik Hukum?
b. Apa saja model-model Penelitian islam?
c. Bagaimana pengertian dan karakteristik hukum Islam (fiqih) serta hubungannya
dengan syariah dalam konteks kehidupan manusia?
d. Bagaimana perkembangan hukum Islam (fiqih) dari masa Nabi hingga saat ini, dan
apa peran ulama serta metode ijtihad dalam proses pengembangan hukum ini?
e. Bagaimana eksistensi politik dalam Islam, dan sejauh mana pemahaman tentang
hubungan antara Islam dan politik di kalangan masyarakat Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarka masalah yang telh dirumuskan, dapat ditemukan beberapa tujuan penulisan,
yakni:
a. Menjelaskan Konsep Hukum Islam (Fikih)
b. Menggali Perkembangan Hukum Islam (Fikih)
c. Mengenali Model Penelitian di Bidang Fikih
d. Mengkaji Eksistensi Politik dalam Islam
e. Mengidentifikasi Model Penelitian di Bidang Politik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu fiqih adalah ilmu yang berkaitan dengan tingkah laku kehidupan manusia,dan
termasuk ilmu yang harus dipelajari karna dengan ilmu tersebut individu dapat melaksanakan
kewajiban mengabdi kepada allah melalaui ibadah sholat,puasa,haji,dan sebagainya.Ilmu
hukum atau fiqih disebut idealistis bukan karna materi-materi hukum ini sendiri tidak
memiliki pertimbangan praktis yang terkait dengan kebutuhan dimasyarakat juga bukan
bermaksud bahwa praktik hukum peradilan muslim tidak sejalan dengan cita-cita di atas yang
hendak dikatakan ialah bahwa filsafat hukum orang islam pada dasasrnya ialah
pengembangan dan analisa terhadap hukum syariah yang abstrak bukan hukum positif yang
berasal dari forum pengadilan.Ciri hukkum islam dalam artian hukum yang mengatur
kehidupan umat islam adalah pembedaan antara ajaran ideal dan praktek faktual, anatra
syariah seperti yang diajarkan ahli hukum klasik di satu pihak dan hukum positif yang
berlaku dipengadilan dipihak lain.
Fungsi hukum islam tersebut muncullah serangkaian penelitian dan pengembangan
hukum islam penelitian tersebut penting dilakukan agar keberadaan hukum islam atau fiqih
tetap akrab dan fungsional dalam memandu dan memberikan bimbingan kepada umat.
3
Perbedaan antara syariah dan hukum islam, syariah di dasarkan pada nash alquran
dan alsunnah tanpa memerlukan penalaran, sedangkan hukum islam didassarkan pada
dalil-dalil yang di bangun oleh para ulama melalui penalaran atau ijtihad dengan
berpegang pada semangat yang terdapat dalam syariat. Jika syariat bersifat permanen,
kekal, dan abadi maka fiqih bersifat temporer dan dapat berubah. Pada praktiknya syariat
dan fiqih sulit dibedakan karna apabila mengkaji suatu masalah menggunakan nash
alquran dan alsunnah tetapi secara bersamaan juga menggunakan penalaran.
Ahmad Zakir Yamani mengatakan bahwa ciri syariat islam identik dengan ciri
hukum islam, ciri tersebut terbagi menjadi:
a. Syariat islam bersifat luas dan dapat berkembang guna menanggulangi segala
persoalan yang berkembang dan terus berubah.
b. Pada pusaka perbendaharaan hukum islam terdapat dasar-dassar yang mantap
untuk pemecahan-pemecahan yang dapat dilaksanakan secara tepat dan cermat.
Zaki Yamani membagi syariat islam kedalam 2 pengertian, pertama pengertian dalam
bidang yang luas meliputi semua hukum yang disusun dengan teratur oleh para ahli fiqih
dalam pendapat-pendapat fiqihnya mengenai persoalan dimasa mereka atau yang
diperkirakan akan terjadi kemudian, dengan mengambil dalil-dalil yang langsung dari
alquran atau alhadis atau bersumber dari pengambilan hukum seperti ijma’, qiyas,
istibsan, istiblab dan masalib al-mursalab. Kedua pengertian syariat islam secara sempit
terbatas pada hukum-hukum berdalil pasti dan tegas yang tertera dalam alquran hadis
yang sahih atau yang diterapkan dengan ijma’.
Sebagai Guru Besar dalam bidang teologi dan filsafat islam, Harun Nasution juga
mempunyai perhatian terhadap hukum islam. Penelitiannya dalam bidang hukum islam
ini ia tuangkan secara ringkas dalam bukunya islam ditinjau dari berbagai aspeknya jilid
II.
a. Periode nabi, karna segala persoalan dikembalikan kepada nabi untuk menyelesaikan
nya, nabi lah satu-satunya yang menjadi sumber hukum. Secara langsung membuat
4
hukum adalah nabi, tetapi secara tidak langsung tuhan lah pembuat hukum karna
hukum yang dikeluarkan nabi bersumber pada wahyu tuhan.
b. Periode sahabat Untuk para sahabat disamping berpegang pada alquran dan sunnah
juga kepada sunnah para sahabat.
c. Periode Ijtihad atau periode kemajuan islam I (700-100 M) Problema hukum yang
dihadapi semakin beragam sebagai akibat dari semakin bertambahnya daerah islam.
Dengan berbagai macam bangsa masuk islam dengan membawa berbagai macam adat
istiadat, tradisi dan sistem kemasyarakatan.
d. Periode Taklid serta Kemunduran
Di abat ke 4 hijrah bersamaan dengan mulainya masa kemunduran dalam
sejarah kebudayaan islam, berhentilah perkembangan hukum islam. Ijtihad yang
dilakukan di periode ini mengambil bentuk ijtihad dalam mazhab.
Dari uraian tersebut bahwa model penelitian hukum islam yang digunakan oleh harun
nasution adalah penelitian eksploratif, deskriptip dengan menggunakan pendekatan.
5
3. Model Mohammad Atho Mudzbar
Tujuan dari penelitian yg diakukanya adalah untuk mwngetahui materi fatwa yg
dikemukakan majelis ulama Indonesia serta latar belakang social politik yg melatarbelakangi
timbulnya fatwa tersebut. Penelitian ini bertolak dari suatu asumsi bahwa produk fatwa yg
dikeluarkan majelis ulama Indonesia selalu dipengaruhi setting sosio kultural dan sosio
politik, serta fungsi dan status yg harus di mainkan oleh lembaga tersebut.
Hasil penilitian tersebut dituangkan dalam 4 bab:
6
pemerintahan dan sebagainya dan dapat pula berarti segala urusan dan
tindakan. Siasat dan sebagainyamengenai pemerintahan suatu negara.
Selanjutnya sebagai suatu system, politik adalah suatu konsepsi yang berisikan antara
lain ketentuan-ketentuan tentang siapa sumber kekuasaan Negara, siapa pelaksana
kekuasaan tersebut, apa dasar dan bagai mana cara untuk menentukan serta kepada siapa
kewenangan mlaksanakan kekuasaan itu diberikan, kepada siapa pelaksanaan kekuasaan
itu bertanggung jawab dan bagaimana bentuk tanggung jawabnya.
Dalam bahasa arab, politik biasanya di wakili oleh kata al-siyasah dan daulah,
Demikian pula dengan daulah pada mulanya dalam Al-Quran digunakan untuk kasus
penggunaan harta dikalangan orang-orang kaya, yaitu bahwa dengan zakat diharapkan
harta tersebut tidak hanya berputar pada tangan-tangan orang kaya.
7
3. Aliran ketiga, menolak pendapat bahwa Islam adalah suatu agama yang serba lengkap
dan bahwa dalam Islam terdapat sitem kenegaraan. Diantara tokoh-tokoh dari aliran
ketiga ini yang terhitung menonjol adalah Mohammad Husein Haikal, pengarang
yang cukup terkenal dan penulis buku Hayatu Muhammad dan Fi Manzil al-Wahyi.
8
berdiam dipulau Jawa dan sangat dipengaruhi mistik Jawa dan pengaruh-
pengaruh Hindu Budha yang tidak tampak. Menurutnya sebagian besar angkatan
bersenjata yang memerintah Indonesia sejak akhir 1960-an, berasal dari golongan
masyarakat ini, sebagai suatu unsur penting dari birokrasi negara.
Berkenaan dengan kondisi keislaman yang demikian itu, pada bagian
pendahuluan penelitiannya itu, Syafi`i Ma`arif mengatakan bahwa yang ingin
ditegaskan ialah bahwa antara Islam cita-cita dan islam sejarah harus ada kaitan
positif dapat dipahami agar gerak maju dari yang real menjadi benar mungkin,
atau agar yang ideal (cita-cita) selalu berada pada posisi yang lebih tinggi. Islam
cita-cita ini, benar apa yang telah diterjemahkan kedalam realitas sejarah pada
masa nabi dan beberapa tahun sesuadah itu, tetap merupakan sumber inspirasi
yang tak habis-habisnya bagi umat Islam sejak saat itu.
Dalam kaitan ini, benar apa yang dikatakan Taufik Abdullah bahwa
sesungguhnya bukanlah sesuatu yang harus dianggap sebagai paradoks jika islam,
sebagai agama wahyu yang universal dan bertolak dari kesempurnaan dan
keabadian doktrin, menampakkan dirinya dalam keragaman, yanng diwarnai oleh
perjalanan sejarah dan situasi sosial kultural dari masyarakat pemeluknya.
Ketegangan antara doktrin yang abadi, dengan manifestasi dalam kehidupan
pribadi dan sosial merupakan faktor utama dari dinamika islam.Pada bukunya
yang lain,Taufik Abdullah mengatakan sikap dan prilaku politik yang memakai
sifat islam bermula dari suatu keprihatinan moral dan doktrinal terhadap keutuhan
komunitas spiritual islam.Tanpa adanya keprihatinan terhadap keberlakuan dan
kelanjutan nilai-nilai spititual yang merupakan dasar dari suatu komunitas
ini,maka tak dapat dipikirkan adanya sikap politik Islam.
Berangkat dari latar belakang pemikiran diatas, Syafi`i Ma`arif berusaha
merumuskan permasalahan penelitiannya, yaitu: Sampai seberapa jauh dan
berapa dalam intelektual muslim dan ulama Islam di Indonesia memahami jiwa
segar dari islam cita-cita sebagai yang terpancar dalam lingkungan sosiologisnya,
yakni lingkungan dimana nabibergerak dan bekerja, bukan dalam ukuran-ukuran
dan lembaga-lembaga yang diciptakan belakangan.
Namun, sungguhpun umat Islam Indonesia belum lagi kukuh dalam
menciptakan suatu dasar yanng lebih kukuh bagi fondasi intelektual keagamaan
mereka, sebagai anggota pinggiran dari pusat dunia Islam, umat Islam Indonesia
barangkali lebih beruntung setidak-tidaknya dalam satu segi. Segi itu ialah
9
kenyataan bahwa mereka belum pernah terlibat secara sungguh – sungguh dalam
kontroversi filosofis-teologis sebagaimana yang ditemukan dikalangan para yuris,
sarjana, filosof, dan teolog muslim abad pertengahan di Timur Tengah dan sampai
batas tertentu di India dan Pakistan. Karena itu, demikian syafi`i ma`arif
mengatakan, lantaran mereka belum terjerat pada suatu tradisi yang sangat
mengikat, cukup beralasan bagi Islam Indonesia untuk memulai suatu langkah
yang segar bagi rekontruksi sosio politik dan moral Islam. Rekontruksi ini
haruslah ditegakkan terutama atas ajaran-ajaran etik Alquran dan Snnah Nabi
yang sejati. Menurutnya disinilah terletak tantangan yang sebenarnya bagi Islam
Indonesia pada waktu yang dekat ini.
Dari uraisn pendahuluan tersebut, terlihat bahwa masalah pokok yg ingin
di teliti oleh Syafi`i Ma`arif adalah ingin melihat seberapa jauh tingkat hubungan
antara ajaran etik Alquran dan Sunnah Nabi yang sejati yaitu dengan kenyataan
empirik dalam sejarah kehidupan perpolitikan umat Islam Indonesia.
Dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan yang handal dan
dengan pendekatan normatif historis tersebut, Syafi`i Ma`arif berhasil
mengeksplorasi perpolitikan umat Islam Indonesia pada abad ke-20.
Hasil penelitiannyaitu, ia tuangkan dalam lima bab yang saling
berhubungan secara organik dan logis.
Bab I Pendahuluan
Pada bagian ini ia mengemukakan pengertian singkat dan tepat tentang
Alquran dan Sunnah Nabi yang bertalian dengan topik kajiannya.
Bab II
Mengemukakan secara hati-hati teori-teori politik yang dirumuskan para
yuris muslim abad pertengahan dan sarjana-sarjana serta pemikir muslim
modern.
Bab III
Bertitik berat pada mendekati Islam Indonesia di abad ke-20, yang tidak
saja bersifat deskriptif historis, tetapi juga analistis evaluatif. Bab ini
dimaksudkan untuk memberikan suatu latar belakang sejarah yanga
komprehensif terhadap topik yang dibicarakan. Penyajian Islam,
menurutnya lebih diberikan pada penyajian Islam sebagai suatu kekuatan
pembebas (a liberating force).
10
Bab IV
Menguraikan secara kritis masalah yang sangat krusial, yaitu pengajuan
Islam sebagai dasar falsafah negara oleh partai-partai Islam dan tantangan
kelompok nasionlis dalam sidang-sidang Majelis Konstituante Republik
Indonesia. Perbenturan ideologi antara kedua kekuatan politik itu sangat
mewarnai iklim demokrasi Indonesia pada bagian akhir tahun 1950-an,
sedangkan dampaknya masih terasa sampai hari ini. Prospek dan
kemungkinan-kemungkinan hari depan Islam di Indonesia juga
dimaksudkan dalam Bab IV. Sedangkan,
Bab V sebagai kesimpulan dari penelitiannya itu.
Penelitian tersebut menurutnya dilakukan dengan alasan karena belum ada studi
yang agak lenkap tentang masalah dasar negara Indonesia ini, baik dalam bahasa
Indonesia maupun dalam bahasa asing. Karena itu, menurutnya,apa yang
disajikan di sini diharapkan akan sedikit memberi kejelasan tentang watak dan
arti Islam dalam sejarah modern Indonesia,terutama dalam hubungannya dengan
perkembangan dan perubahan ppolitik dinegeri ini.
Selanjutnya, Syafi`i Ma`arif mengatakan alasan lain bagi studi ini ialah bahwa
suatu analisa yang mendalam tentang tema pokok dan topik-topik lain dalam esai
ini akan melahirkan tiga hipotensi yang berkaitan secara organik yang perlu
dilacak lebih jauh. Tiga hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
Islam Indonesia, sebagaimana telah disinggungnya pada bagian awal
merupakan suatu adama yang hidup dinamis; ia bergerak perlahan-lahan tapi
nampaknya pasti dari posisi kuantitas keposisi kualitas.
Usaha-usaha untuk mengubah Indonesia menjadi suatu negara Islam,
sekalipun sah menurut Undang-undang Dasar Pada tahun 1950-an,
merupakan usaha prematur dan tidak realistik karena sebuah fondasi
intelektual keagamaan yang kukuh bagi bangunan serupa itu belum lagi
diciptakan. Erat hubungannya dengan masalah ini,ialah kenyataanya bahwa
mayoritas rakyat Indonesia belum memahami betul arti Islam bagi
manusia,baik itu kehidupan individual maupun kehidupan kolektif.
Prospek Islam di Indonesia nampaknya banyak tergantung pada kemampuan
intelektual muslim, para ulama dan pemimpin-pemimpin Islam yang lain
untuk memahami realitas masyarakat mereka, baik di bidang politik,
11
ekonomi, sosial maupun kultural serta menghubungkannya dengan ajaran-
ajaran Islam sebagaimana yang tersurat dan tersirat dalam Alquran dan Al-
sunnah yang sejati.
Dengan mengikuti uraian tersebut, terlihat dengan jelas bahwa model
penelitian politik yang dilakukan Syafi`i Ma`arif sangat baik untuk dijadikan tif
analitis. Pendekatan dan analis yang digunakannya bersumber pada kajian
kepustakaan. Berbagai aspek lainnya yang lazim ada dalam penelitian,yaitu latar
belakang pemikiran,tujuan,kerangka teori serta manfaat dari penelitian ini juga
amat jelas.
12
disesalkan ini sebagian besar ditentukan oleh sumber-sumber bahan yang bisa
diperoleh.Terutama bagi masa Jepang,catatan-catatan tertulis dari pulau-pulau
lain, dengan beberapa pengecualian kecil,tidak dapat diperoleh
peneliti.Sedangkan efek-efek dari masa pendudukan jepang terhadap Islam
Indonesia di Aceh,salah satu daerah Islam di sumatra yang kokoh
keislamannya,telah menjadi pembahasan yang sangat bagus dari monograf
Belanda,nasib masyarakat Islam didaerah-daerah lain nusantara,terutama di
Daerah Pantai Barat Sumatra yang penting itu,masih harus dipelajari secara
terperinci.
Bagian pertama, peneliti memasukkan referensi singkat tentang wilayah
tersebut, dimana hal ini kelihatannya sesuai untuk memperbandingkan dan
mempertentangkannya dengan situasi dijawa, tetapi sayangnya peneliti tidak
sanggup melakukan penelitian bagian ini ke dalam zaman Jepang.
Selanjunya dikatakan dalam buku tersebut, karena aspek politik islam
Indonesia merupakan pokok utama dalam buku tersebut, generalisasi tidak dapat
dihindarkan. Pembahasan seperti ini terpaksa tidak memperdulikan adanya
perbedaan regional yang meliputi Islam bahkan dalam konteks terbatas di Pulau
Jawa, dimana cabang-cabang politiknya, teristimewa dikaresidenan Banten di
Jawa Barat, dinilai harus mendapatkan perhatian tersendiri.
Diantara kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian tersebut adalah
meskipun Islam di daerag lain tak dapat disangkal telah memainkan peranan
utama di dalam perkembangan politik Indonesia, di Jawa-menurut Benda-telah
mendapatkan perwujudan organisatoris paling penting. Disanalah juga, kelopok-
kelompok Islam paling langsung terlibat dalam membentuk politik Indonesia
pada umumnya.
Dari uraian tersebut, terlihat bahwa model penelitian yang dilakukan Harry
J. Benda mengambil bentuk penelitian keputakaan dengan corak penelitian
deskriptif, dengan menggunakan pendekatan analisis sosio historis, sebagaimana
penelitian yang dilakukan Syafi`i Ma`arif tersebut diatas.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Model penelitian dalam bidang Fiqih (Hukum Islam) dan politik di Indonesia
adalah dua pendekatan yang penting untuk memahami peran Islam dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam politik. Fiqih adalah ilmu yang memerinci tindakan manusia,
sedangkan politik melibatkan tata cara pemerintahan dan interaksi sosial dalam
masyarakat. Terdapat berbagai model penelitian, seperti model Harun Nasution, Noel J.
Coulson, dan Mohammad Atho Mudzbar dalam Fiqih, serta penelitian M. Syafi'i Ma'arif
dan Harry J. Benda dalam politik.
Model penelitian dalam Fiqih membantu menjaga relevansi Fiqih sebagai panduan
bagi umat Islam dan mengkaji perkembangan hukum Islam dalam konteks masyarakat.
Sementara itu, penelitian politik membahas hubungan antara Islam dan politik dalam
masyarakat Indonesia, dengan beragam pendekatan seperti analisis historis dan normatif.
Dengan demikian, penelitian dalam bidang Fiqih dan politik merupakan alat penting
untuk memahami pengaruh Islam dalam kehidupan sehari-hari dan dalam ranah politik
Indonesia.
3.2. Saran
Demikian makalah ini dibuat, kami sebagai penulis menyarankan pembaca untuk
memastikan ada keseimbangan dalam perspektif sejarah, sosiologi, dan antropologi
dalam memahami peran Islam dalam masyarakat dan politik Indonesia. Tambahkan
referensi yang sesuai dan pertanyaan yang merangsang pikiran. Gunakan gaya penulisan
yang mudah dimengerti dan sederhana, hindari terminologi teknis yang rumit. Akhiri
dengan kesimpulan yang kuat untuk merangkum temuan utama dan pentingnya topik ini
dalam konteks yang lebih luas.
14