Hukum Tata Negara Islam-Dikonversi
Hukum Tata Negara Islam-Dikonversi
Di susun oleh :
Rio Adetia Nanda Anshari (405)
Fariz Hilmanshani (356)
Adifa Muhammad Rafli (379)
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. 1
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 3
1.3 Tujuan………………………………………………………………... 3
BAB II ISI
2.1 Dasar-dasar HTN Islam………………………………………………. 4
a. Objek dan Metode……………………………………………….. 4
b. Manfaat…………………………………………………………... 6
c. Dasar Hukum…………………………………………………...... 7
d. Fiqih Siyasah…………………………………………………….. 10
e. Agama, Negara dan Hukum……………………………………... 12
2.2 Islam dan Demokrasi…………………………………………………. 14
a. Perbedaan dan Persamaan……………………………………….. 14
b. Kelompok Penerima……………………………………………... 15
c. Menerima Tapi Ada Perbedaan…………………………………. 17
d. Menerima Secara Penuh………………………………………… 18
2.3 Prinsip Negara Hukum dalam Islam dan Supremasi Hukum………… 21
a. Pemahaman Negara Hukum Nomokrasi Islam………………….. 21
b. Prinsip Negara Hukum…………………………………………... 21
c. Nomokrasi Islam, Rechtsstaat, Rule of Law…………………….. 25
d. Prinsip Supremasi Hukum Nabi Muhammad S.A.W……………. 26
2.4 Kepala Negara dalam Islam………………………………………….. 27
a. Iman, Khalifah dan Amir………………………………………… 27
b. Pendapat Para Ahli………………………………………………. 29
c. Syarat Kepala Negara……………………………………………. 30
d. Kewajiban Kepala Negara………………………………………. 31
2.5 Musyawarah Mufakat dalam Islam…………………………………... 33
a. Pengertian Syurah……………………………………………….. 33
b. Kedudukan dan Fungsi………………………………………….. 33
c. Hal-hal Yang Dimusyawarakan…………………………………. 34
d. Politik Islam dalam Bermusyawarah……………………………. 35
e. Konsep Ahlul Halli Wal Aqdi…………………………………… 36
f. Konsep Majelis Syurah………………………………………….. 38
2.6 Konsep Al-Qadha dalam Islam………………………………………. 39
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 43
1
Kata Pengantar
Bismillaahirrahmaanirrahim
Terdorong oleh suatu niat awal untuk menyelesaikan tugas kelompok dalam
pembuatan makalah tentang dasar-dasar Hukum Tata negara Islam atau yang lebih
dikenal Fiqih Siyasah, makalah ini dibuat guna menambah wawasan dari para
pembacanya juga menambah wawasan dari kami yang membuatnya. Di dunia saat
ini ada banyak sekali variasi dari apa yang kita sebut dengan negara, mulai dari
bentuknya, sistem pemerintahannya, bentuk pemerintahan sert supremasi hukum
dari negara tersebut, setiap negara juga berbeda variasinya tetapi dalam agama
Rahmatan lil’alamin atau islam memiliki konsp tersendiri dalam pembahasannya
soal negara yang mana bahasan tersebut sejalan dengan syariat-syariat islam yang
bersumber pada Al – Qur’an, As Sunnah/hadist, dan Ijtihad. Makalah ini
bermaksud menghimpun dasar-dasar dari Hukum Tata Negara Islam atau Fiqih
Siyasah dalam daya jangkau yang dapat ditemukan dan diketahui oleh kami para
pembuat.
Jika setelah membaca makalah kami ini ditemukannya hal yang kurang sempurna
dan kurang berkenan dihati dengan berlapang dadakami para pembuat tulus
menrima segala tegur dan saran dari pembaca yang tentuny akan sangat berguna
bagi kami kedepannya, dan tentunya tegur dan saran yang kami harapkan disini
ialah tegut dan saran yang bersifat membangun, sebab bak kata pepatah “masih
ada langit diatas langit” demikian juga ilmu pengetahuan.
Secara khusus kami sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
teman-teman yang ikut membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi seluruh pembaca
terutama kita mahasiswa yang mendalami bidang hukum ini.
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejarah islam telah mencatat sebuah peristiwa penting sesaat setelah
wafatnya Rasulullah SAW yaitu diangkatnya Abu Bakar al-Shiddiq
sebagai khalifah yang menggantikan Rasulullah SAW peralihan
kepemimpinan dari Rasulullah SAW kepada Abu Bakar sempat
menimbulkan polemik diantara para sahabat. Hal ini terjadi karena Nabi
Muhammmad SAW bukan hanya sebagai Nabi, namun lebih dari itu
beliau menjadi seorang kepala Negara, panglima perang, dan tokoh yang
mempunyai kharisma yang tinggi. Suksesi yang sangat dilematis bagi para
sahabat, karena hanya posisi keduniaan yang dapat digantikan, sementara
posisi kenabian tidak mungkin diganti karena hal itu menjadi hak
prerogatif Allah SWT. Akan tetapi, justru dari masalah ini para sahabat
berpendapat bahwa harus segera ada pemimpin yang menggantikan
Rasulullah SAW yang akan memimpin dan mengendalikan urusan
keagamaan dan Negara, karena urusan agama dan Negara menjadi bagian
yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Maka seorang
Abu Bakar lah yang tampil menjadi pemimpin, pengganti Rasulullah
SAW. Ilustrasi pergantian kepemimpinan ini memberikan gambaran yang
jelas bahwa hubungan antara Negara dan agama tidak bisa dipisahkan.
Oleh karenanya pada kurun setelah para sahabat banyak ditemukan para
mujtahid yang mencoba menformulasikan sebuah konsep Negara menurut
islam. Mengacu pada fakta historis di atas, maka tulisan ini akan
menguraikan dengan singkat tentang konsep tata negara/fiqih siyasah serta
implementasinya dalam perspektif siyasah islamiyyah.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka muncullah rumusan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dasar dari foqih siyasah?
2. Begaimana implementasi fiqih siyasah dalam kehidupan
bernegara?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang konsep dasardari fiqih siyasah.
2. Mengetahui cara pengimlementasian fiqih siyaah didalam
kehidupan bernegara.
3
BAB II
ISI
Dari dua kata berbahasa Arab fiqh dan siyasah. Agar diperoleh pemahaman yang
pas apa yang dimaksud dengan Fiqh siyasah. Dari uraian tentang pengertian
istilah fiqh dan siyasah dari segi etimologis dan terminologis dapat disimpulkan
bahwa pengertian Fiqh siyasah atau Fiqh Syar’iyah ialah ‚ilmu yang mempelajari
hal-hal dan seluk-beluk pengatur urusan umat dan negara dengan segala bentuk
hukum, pengaturan dan kebijaksanaan yang dibuat oleh pemegang kekuasan yang
sejalan dengan dasar-dasar ajaran syariat untuk mewujudkan kemaslahatan umat.1
1
Muhammad Iqbal, Fiqh Siya>sah, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta : Gaya Media
Pratama, 2007), 30
4
itu, tampak bahwa kajian siyasah memusatkan perhatian pada aspek pengaturan.2
a) Al-Ijma’
Al-Ijma’ merupakan kesepakatan (konsensus) para fuqaha (ahli fiqh)
dalam satu kasus. Misalnya pada masa khalifah Umar ra. Dalam
mengatur pemerintahannya Umar ra melakukan musyawarah maupun
koordinasi dengan para tokoh pada saat itu. Hal-hal baru seperti membuat
peradilan pidana-perdata, menggaji tentara, administrasi negara dll,
disepakati oleh sahabat-sahabat besar saat itu. Bahkan Umar ra
mengintruksikan untuk shalat tarawih jama’ah 20 raka’at di masjid,
merupakan keberaniannya yang tidak diprotes oleh sahabat lain. Hal ini
dapat disebut ijma’ sukuti.
b) Al-Qiyas
Dalam fiqh siyasah, qiyas digunakan untuk mencari umum al-ma'na
atau Ilat hukum. Dengan qiyas, masalah dapat diterapkan dalam masalah
lain
pada masa dan tempat berbeda jika masalah-masalah yang disebutkan
terakhir mempunyai ilat hukum yang sama.
c) Al-Mashlahah al-Mursalah
Al-mashlahah artinya mencari kepentingan hidup manusia dan mursalah
adalah sesuatu yang tidak ada ketentuan nash al-Qur'an dan alSunah yang
menguatkan atau membatalkan. Al-mashlahah al-mursalah adalah
pertimbangan penetapan menuju maslahah yang harus didasarkan dan
tidak bisa tidak dengan hasil penelitian yang cermat dan akurat.
2
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 1997), 30.
5
perekayasaan berdasar sadd al-dzari’ah dan fath al-dzari’ah dapat diubah
atau dikuatkan sesuai situasi.
e) Al-‘Adah
Kata Al-‘Adah disebut juga Urf. al-‘Adah terdiri dua macam, yaitu : al-
‘adah al sholihah yaitu adat yang tidak menyalahi syara’ dan al-‘adah
alfasidah yaitu adat yang bertentangan syara’.
f) Al-Istihsan
Al-Istihsan secara sederhana dapat diartikan sebagai berpaling dari
ketetapan dalil khusus kepada ketetapan dalam umum. Dengan kata lain
berpindah menuju dalil yang lebih kuat atau membandingkan dalil
dengan dalil lain dalam menetapkan hukum. Contoh menurut al-Sunnah
tanah wakaf tidak boleh dialihkan kepemilikannya dengan dijual atau
diwariskan, tapi jika tanah ini tidak difungsikan sesuai tujuan wakaf, ini
berarti mubazir. AlQur'an melarang perbuatan mubazir, untuk kasus ini
maka diterapkan istihsan untuk mengefektifkan tanah tersebut sesuai
tujuan wakaf.
Mempelajari fiqih siyasah sangat berguna bagi berbagai kepentingan. Ada dua
kegunaan mendasar yang dapat dipetik dari mempelajari fiqih siyasa, yaitu:
1. Kegunaan akademik, dan
2. Kegunaan praktis.
Kegunaan akademik adalah kegunaan yang berkaitan dengan dunia pendidikan,
khususnya pendidikan ilmu politik yang merupakan bagian dari disiplin ilmu
sosial. Dengan mempelajari figh siyasah, diperoleh hal – hal sebagai berikut:
a. Bertambahnya wawasan pengetahuan di bidang ilmu social, terutama
dalam pengetahuan politik perspektif islam, sehingga akan diperoleh
3
Syaiful Hidayat, TATA NEGARA DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH, halaman 10-11.
6
pula pengetahuan yang berharga ketika melakukan perbandingan
teoretis dengan ilmu politik perspektif Barat pada umumnya
b. Memepelajari akar – akar sejarah politik dan pemerintahan di masa
nabi SAW, hingga KHulafa’Rasyidin berguna untuk menangkap ide
dasar dan perinsip pembangunan politik dan pemerintahannya,
sehingga dapat ditemukan unsur – unsur ideologi yang dapat
diterapkan dalam kehidupan politik di masa kini.
c. Prinsip – prinsip yang diterapkan dalam siyasah syar’iyah dapat
dijadikan pedoman dan strategi pemberlakukan norma – norma
politik pad masa kini. Misalnya penerapan prinsip demokrasi dalam
kehidupan politik multipartai di Indonesia.
d. Memahami Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai sumber siyasah
syar’iyah dapat menambah wawasan pemahaman dan penafsiran
yang lebih luas jika bermaksud mengambil substansi qur’ani
berkaitan dengan perpolitikan di abad modern ini.
e. Mempelajari jatuh bangunnya pemerintahan pada masa lalu,
terutama pada masa kejayaan islam dan kemundurannya merupakan
pelajaran berharga untuk dijadikan cermin akademik tentang bangun
dan runtuhnya kekuasaan di dunia.
f. Berbagai pemikiran ulma’ tentang politik, misalnya dari Al-
mawardi, Al-maududi, Ali Abdul Raziq, dan sebagainya berguna
untuk menambah wawasan dan konsep – konsep mengenai
kekuasaan dan peerintahan dengan acuan siyasah syar’iyah.
7
d. Demikian pula dengan filsafat politik, fiqh siyasah memiliki
keterkaitan yang signifikan, karena tanpa epistemologi politik, fiqh
siyasah tidak akan mengembangkannya jati dirinyasebagai salah satu
disiplin ilmu;
e. Hubungan yang siqnifikan akan dirasakan pula antara fiqh siyasah
dengan sosiologi hukum, ilmu sejarah, dan sejarah peradaban islam,
juga tarikh tasyri’.
Hubungan utama antara fiqh siyasah dan ilmu – ilmu lainnya merupakan
hubungan fungsional sebagai pengetahuan yang saling terkait satu sama lainnya. 4
Dasar hukum mengenai negara telah ada dan diatur dalam agama islam
khususnya dalam ilmu mantiq atau logika. Ilmu mantiq ini memiliki 2 garis
besar yaitu :
8
Q.S. An-Nur ayat 2 (tentang zina)
ِمائَةَ َج ْلدَة َو َل ت َأْخ ْذك ْم ِب ِه َما َرأْفَة ِفي احد ِم ْنه َما َّ الزانِ َية َو
ِ الزانِي فَاجْ ِلدوا ك َّل َو َّ
َطائِفَة ِمن َ عذَا َبه َماَ ْاْل ِخ ِر َو ْل َي ْش َه ْد اّللِ َو ْال َي ْو ِم
َّ ّللاِ ِإ ْن ك ْنت ْم تؤْ ِمنونَ ِب
َّ ِين ِ د
َْالمؤْ ِمنِين
Az-zāniyatu waz-zānī fajlidụ kulla wāḥidim min-humā mi`ata jaldatiw wa
lā ta`khużkum bihimā ra`fatun fī dīnillāhi ing kuntum tu`minụna billāhi
wal-yaumil-ākhir, walyasy-had 'ażābahumā ṭā`ifatum minal-mu`minīn.
Arti: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama
Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang
yang beriman.
صاص فِى ْٱلقَتْلَى ْٱلح ُّر ِب ْٱلح ِر َو ْٱل َعبْد ِب ْٱل َع ْب ِد َ علَيْكم ْٱل ِق
َ بَ َِيَٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنوا كت
وف َوأَدَآَٰء ِإلَ ْي ِه ِ ش ْىء فَٱتِ َباع ِب ْٱل َم ْعر َ ى لَهۥ ِم ْن أ َ ِخي ِه َ َو ْٱْلنثَى ِب ْٱْلنثَى ۚ فَ َم ْن ع ِف
عذَاب أ َ ِليم َ سن ۗ ذَ ِل َك ت َْخ ِفيف ِمن َّربِك ْم َو َرحْ َمة ۗ فَ َم ِن ٱ ْعتَدَى َب ْعدَ ذَ ِل َك فَلَهۥ
َ ِْبإِح
yaa ayyuhaa ladziina aamanuu kutiba 'alaykumu lqisasu fii lqatlaa lhurru
bilhurri wal'abdu bil'abdi waluntsaa biluntsaa faman 'ufiya lahu min
akhiihi syay-un fattibaa'un bilma'ruufi wa-adaaun ilayhi bi-ihsaanin
dzaalika takhfiifun min rabbikum warahmatun famani i'tadaa ba'da
dzaalika falahu 'adzaabun liim
9
َّ اخ ِر َو َل ي َح ِرمونَ َما َح َّر َم
ٱّلل ْ ٱّللِ َو َل ِب ْٱل َي ْو ِم
ِ ٱل َء َّ قَ ِتلوا ٱلَّذِينَ َل يؤْ ِمنونَ ِب
َب َحتَّى ي ْعطوا ْٱل ِج ْزيَةَ َ ق ِمنَ ٱلَّذِينَ أوتوا ْٱل ِكت ِ َو َرسولهۥ َو َل يَدِينونَ دِينَ ْٱل َح
َص ِغرون َ عن يَد َوه ْمَ
qaatiluu ladziina laa yu'minuuna bilaahi walaa bilyawmi l-aakhiri walaa
yuharrimuuna maa harrama laahu warasuuluhu walaa yadiinuuna diina
lhaqqi mina ladziina uutuu lkitaaba hattaa yu'thuu ljizyata 'an yadin
wahum shaaghiruun
Arti : Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak
(pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama
yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab
kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang
mereka dalam keadaan tunduk
Arti: Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah
kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu
mengambil pelajaran (daripadanya).
10
َ َّ َوقَا ِتلوه ْم َحتَّى َل تَكونَ ِفتْنَة َو َيكونَ الدِين كلُّه ِ َّّللِ فَإ ِ ِن انتَ َه ْوا َفإ ِ َّن
ّللا ِب َما
صير ِ َيَ ْع َملونَ ب
Arti : "Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya
agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran),
maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
Fiqih siyasyah terdiri dari 2 kata yang berasal dari bahasa arab dan pengertiannya
seperti yang telah dibahas sedikit di atas adalah ilmu yang mempelajari hal-hal
dan seluk-beluk pengatur urusan umat dan negara dengan segala bentuk hukum,
pengaturan dan kebijaksanaan yang dibuat oleh pemegang kekuasan yang sejalan
dengan dasar-dasar ajaran syariat untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Disini
akan dibahas lebih lanjut mengenai fiqih siyasah atau nama lainnya yang sering
dikenal dengan siyasah syari’ah.
PENGERTIAN
berasal dari kata Syara’a yang berarti sesuatu yang bersifat Syar’i atau bisa
diartikan sebagai peraturan atau politik yang bersifat syar’i. Secara terminologis
menurut Ibnu Akil adalah sesuatu tindakan yang secara praktis membawa manusia
dekat dengan kemaslahatan dan terhindar dari kerusakan. Dari definisi siyasah
yang dikemukakan Ibnu 'Aqail di atas mengandung beberapa pengertian.
11
yang lebih dekat kepada kemaslahatan bersama dan mencegah adanya
keburukan. Hal seperti itu memang salah satu sifat khas dari siyasah yang
penuh cabang dan pilihan.
• Ketiga, siyasah itu dalam wilayah ijtihadi, Yaitu dalam urusan-urusan
publik yang tidak ada dalil qath'i dari al-Qur'an dan Sunnah melainkan
dalam wilayah kewenangan imam kaum muslimin. Sebagai wilayah
ijtihadi maka dalam siyasah yang sering digunakan adalah pendekatan
qiyas dan maslahat mursalah. Oleh sebab itu, dasar utama dari adanya
siyasah Syar’iyyah adalah keyakinan bahwa syariat Islam diturunkan
untuk kemaslahatan umat manusia di dunia dan akhirat dengan
menegakkan hukum yang seadil-adilnya meskipun cara yang ditempuhnya
tidak terdapat dalam al- Qur'an dan Sunnah secara eksplisit.
Dengan kata lain, dapat dipahami bahwa esensi Siyasah Syar’iyyah itu ialah
kebijakan penguasa yang dilakukan untuk menciptakan kemaslahatan dengan
menjaga rambu-rambu syariat. Rambu-rambu syariat dalam siyasahadalah:
12
Dari beberapa definisi di atas, esensi dari Siyasah Syar’iyyah yang dimaksudkan
adalah sama, yaitu kemaslahatan yang menjadi tujuan syara’ bukan kemaslahatan
yang semata-mata berdasarkan keinginan dan hawa nafsu manusia saja. Sebab,
disadari sepenuhnya bahwa tujuan persyarikatan hukum tidak lain adalah untuk
merealisasikan kemaslahatan bagi manusia dalam segala segi dan aspek
kehidupan manusia di dunia dan terhindar dari berbagai bentuk yang bisa
membawa kepada kerusakan, dengan kata lain setiap ketentuan hukum yang telah
digariskan oleh syari’at adalah bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bagi
manusia.
Piagam Madinah disepakati tidak lama sesudah umat muslim pindah ke Yatsrib
yang waktu itu masih tinggi rasa kesukuannya. Oleh karena itu ada baiknya kita
mengetahui motif apa yang menjadi latar belakang hijrahnya umat Muslim
Mekkah ke Madinah yang waktu itu masih bernama Yatsrib. Hal ini penting untuk
kita mengetahui mengapa agama Islam yang lahir di Mekkah itu justru malah
kemudian dapat berkembang subur di Madinah. Dan kemudian mendapat
kedudukan yang kuat setelah adanya persetujuan Piagam Madinah.
Dakwah Nabi di Mekkah dapat dikatakan kurang berhasil. Sampai kepada tahun
kesepuluh kenabian baru sedikit orang yang menyatakan diri masuk Islam.
Bahkan ada beberapa diantaranya yang memeluk agama Islam dengan sepenuh
hati mereka. Sebelum Nabi melaksanakan hijrah, Beliau banyak mendapat
ancaman dari kafir Quraisy. Tidak hanya gangguan psikis yang Beliau alami, tapi
juga diancam secara fisik. Bahkan beberapa kali diancam untuk dibunuh. Tapi
Nabi selalu sabar dalam menghadapi gangguan-gangguan tersebut. Dasar yang
5
Udang Hidayat, POLITIK HUKUM ISLAM DALAM SISTEM HUKUM TATA NEGARA REPUBLIK ISLAM
IRAN, hlm 23-25.
13
dipakai Nabi dalam menghadapi gangguan kaum kafir Quraisy tersebut adalah
surat Fushshilat ayat 34.
Sejak Nabi hijrah ke Madinah dan sesudah menetap di sana dan setelah masjid
dan rumah beliau siap didirikan, tidak lain yang menjadi fikirannya adalah
menyiarkan agama Islam, sebagai tujuan utama beliau. Sebagai seorang
pemimpin, maka beliau merasa punya tanggung jawab besar terhadap diri dan
pengikutnya. Beliau tidak saja harus giat menyiarkan agama Islam, tetapi juga
sebagai seorang pemimpin tidak boleh membiarkan musuh-musuh dari dalam dan
dari luar mengganggu kehidupan masyarakat muslim. Pada tahap ini beliau
menghadapi tiga kesulitan utama :
• Bahaya dari kalangan Quraisy dan kaum Musyrik lainnya di Jazirah Arab.
• Kaum Yahudi yang tinggal di dalam dan di luar kota dan memiliki
kekayaan dan sumberdaya yang amat besar.
• Perbedaan di antara sesama pendukungnya sendiri karena perbedaan
lingkungan hidup mereka.
Dan karena perbedaan lingkungan hidup, maka kaum muslimin Anshar dan
Muhajirin mempunyai latar belakang kultur dan pemikiran yang sangat berbeda.
Hal ini masih di tambah lagi dengan permusuhan sengit yang telah terjadi selama
120 tahun lebih antara dua suku Anshar, yaitu Bani Aus dan Bani Khazraj. Sangat
sulit bagi Nabi mengambil jalan tengah untuk mempersatukan mereka dalam
kehidupan religius dan politik secara damai. Tetapi akhirnya Nabi dapat
mengatasi masalah tersebut secara damai dengan cara yang amat bijaksana.
Mengenai masalah yang pertama dan kedua, beliau berhasil mengikat penduduk
Madinah dalam suatu perjanjian yang saling menguntungkan yang akan di bahas
nanti. Sedangkan untuk mengatasi masalah yang ketiga beliau berhasil
memecahkannya dengan jalan keluar yang amat bijak dan sangat jenius.
14
kekayaannya. Dokumen politik, ekonomi, sosial dan militer bagi segenap
penduduk Madinah, baik Muslimin, Musyrikin, maupun Yahudinya. Secara garis
besar perjanjian itu memuat isi sebagai berikut :
Keharusan orang kaya membantu dan membayar utang orang miskin, kewajiban
memelihara kehormatan jiwa dan harta bagi segenap penduduk, mengakui
kebebasan beragama dan melahirkan pendapat, menyatakan kepastian
pelaksanaan hukum bagi siapa saja yang bersalah, dan tidak ada perbedaan antara
siapapun di depan pengadilan.
b. Bidang militer
Syura’ dan Demokrasi adalah dua konsep yang secara substansi hampir persis
sama, akan tetapi kedua konsep ini memiliki perbedaan karena keduanya lahir dari
historis, kultural dan struktural yang berbeda. Perbedaan ini diperparah lagi
dengan sugesti dan image yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat bahwa syura
identik dengan ajaran Islam yang berasal dari Allah SWT sedangkan demokrasi
merupakan produk manusia (Barat) yang sarat akan kepentingan. Tulisan ini
mencoba melihat bagaimana perbedaan antara syura dan demokrasi dan apakah
perbedaan itu sangat signifikan sehingga apa yang di pikirkan oleh sebagian
masyarakat selama ini benar, bahwa kita harus mengganti sistem demokrasi
dengan syura.
Kalau kita bermaksud membandingkan syura dan demokrasi maka terlebih dahulu
harus diperjelas apa yang dimaksud dengan demokrasi. Dalam bahasa Indosesia;
demokrasi diartikan,
6
Ashadi L. Diab, Vol. 9 No. 2, Juli 2016 Jurnal Al-‘Adl, HUKUM ISLAM DAN KETATANEGARAAN
(Sebuah Transformasi Hukum dalam Masyarakat), hlm 12-15.
15
• Bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta
memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat.
• Gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak
dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
Pembahasan mengenai demokrasi sudah terlalu banyak ditulis dan
diperdebatkan oleh para pakar, namun untuk keperluan tulisan ini,
penulis tidak akan terlalu jauh melangkah memasuki rincian makna dari
demokrasi yang beragam itu.
Namun yang diperlukan disini adalah adakah kesamaan dan perbedaan antara
terminologi syûra dan demokrasi? Kalau sama di mana letak persamaannya dan
kalau berbeda di mana pula letak perbedaannya? Dari segi aplikasi pengangkatan
pimpinan atau penguasa, terdapat persamaan antara syura dan demokrasi?
Kita dapat melihat persamaan melalui bentuk pemimpin yaitu biasa diterjemahkan
dengan khalîfah. Dalam al-Qur’an kata khalîfah dalam bentuk tunggal (mufrad
atau singular) ditemukan dua kali, masing-masing dalam surat al-Baqarah 2:3118
dan surat Shâd 38:2619 . Ayat (QS.2:31) ini menunjuk Adam sebagai khalîfah
sedang ayat (QS.38:26) menunjuk Nabi Daud. Kalau kita perhatikan kedua
redaksi tersebut keduanya hampir mirip. Apa yang dapat diambil dari sini;
pertama, Nabi Adam dan Nabi Daud sama-sama diberi pengetahuan oleh Allah
sebelum diangkat menjadi khlaifah. Hal ini difahami dari redaksi ayat-ayat
tersebut; Wa „allama Adam al-asmâ‟ kullahâ, untuk Adam dan Wa âtâhullah al-
mulka wa al-hikmata wa „allamahu mimma yasâ‟ untuk Daud.
16
Allah yakni masyarakat. Ada pun Nabi Adam, maka di sini wajar apabila
pengangkatannya dilukiskan dalam bentuk tunggal, bukan saja disebabkan karena
ketika itu kekhalifahan dimaksud baru hanya sebatas rencana atau ide tetapi juga
ketika itu tidak ada pihak lain bersama Allah SWT yang terlibat dalam
pengangkatan tersebut.
Kesimpulan: Syura dan demokrasi adalah konsep yang lahir dari historis,
cultural, dan structural yang berbeda. Secara umum kedua konsep ini sama dan
baik untuk mengatur interaksi manusia dengan sesamanya. Kalau pun terdapat
perbedaan maka perbedaan itu lebih disebabkan latar belakang pemahaman dari
masing-masing orang yang hendak memahaminya. Dan seperti yang saya
sampaikan tadi, boleh jadi perbedaan ini disebabkan latar belakang historis dari
sumber kedua konsep tadi. Misalnya kalangan Islam melihat bahwa konsep syura
bersumber dari kitab suci alQur’an dan tradisi Nabi Muhammad SAW.. sementara
konsep demokrasi lahir dari pengalaman Barat mencari identitas diri dalam
berbangsa dan bernegara. Kalau demikian hal maka kesimpulan dari perbandingan
ini adalah kedua konsep ini “serupa tapi tak sama”. 7
Menurut Maududi, beliau sangat meyakini bahwa sistim demokrasi lebih unggul
bila dibanding dengan sistim politik lainnya. Keunggulan ini menurutnya
sekurang kurangnya dalam tiga hal :
7
Jurnal Anggi Wahyu Ari SYURA DAN DEMOKRASI
17
3. Proses demokrasi merupakan cara yang paling pasti, meskipun bukan
yang paling sempurna, yang digunakan manusia untuk melindungi dan
memajukan kepentingan dan kebaikan yang sama-sama mereka miliki
dengan orang lain. 8
8
ISLAM DAN DEMOKRASI Oleh Kiki Muhamad Hakiki
18
pribadi beserta pemikiran mereka yang cemerlang dalam memimpin namun
mudah dijatuhkan oleh parlemen dengan mosi tidak percaya. Sementara
demokrasi terpimpin yang dideklarasikan oleh Soekarno (setelah melihat terlalu
lamanya konstituante mengeluarkan undang-undang dasar baru) telah
memperkuat posisi Soekarno secara absolut. 9
Meski demikian, sejauh ini demokrasi tetap menjadi salah satu konsep yang
paling terkenal dan banyak diterima masyarakat dunia untuk diadopsi sebagai
sistem politik dan pemerintahannya.Sejauh ini, terdapat kecenderungan demokrasi
terfokus pada serangkaian institusi danprosedurpemerintahan yang demokratis.
Roberth Dahl nampak meletakkan demokrasi dalam kaitan dengan berbagai
prosedur serta institusi dengan berbagai prasyarat untuk mendukungnya . Pilihan
untuk menggunakan demokrasi sebagai sistem yang diterapkan pada suatu
wilayah atau komunitas masyarakat di dunia pada dasarnya dilandasi oleh
keinginan untuk menuju kondisi masyarakatyang lebih baik. Dalam hal ini
terdapat jaminan kesetaraan dankebebasan bagi seluruh rakyat dalam berbagai
bidang kehidupan. Kesetaraan sebagai bagian dari suatu sistem sosial diyakini
akan meminimalkan ketimpangan sering menjadi pemicu konflik dan
ketidakadilan.
Untuk itu, demokrasi dapat dinilai dengan mencermati secara intrinsik ide-ide
dasarnya tentang kebebasan dan kesamaan bagi setiap warga yang terjamin secara
hukum. Disamping itu, demokrasi juga dapat dilihat sebagai suatu mekanisme
9
AGAMA DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM Oleh Ibraham
19
dengan berbagai indikatornya yang betujuan untuk memberikan jalan bagi setiap
individu untuk ambil bagian dalam proses penentuan terhadap pengambilan
kebijakan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tujuan untuk
menciptakan kesejahteraan atau standar hidup yang baik bagi masyarakat.Dengan
demikian, prinsip 'rule populer' yang ada dalam demokrasi tidak dimaknai hanya
mayoritas yang berkuasa. Pemaknaannya juga dikaitkan dengan kontrol
rakyatataspenguasaterpilih,persamaan hakdan kebebasan, kebebasan politik dan
kebebasan penindasan, penghormatan terhadap aturan hukum, keadilan
dankeamanan, dalam berbagai bentuknya.10
10
KENISCAYAAN KONFLIK DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI Oleh Sukri
11
Honig, Bonnie, Between Decision and Deliberation: Political Paradox in Democratic
Theory,Journal of Legal Philosophy. 2, 2008, p. 115-136
20
D. PANDANGAN YANG MENERIMA SECARA PENUH
DEMOKRASI DALAM ISLAM
Kedaulatan tertinggi ada ditangan Tuhan. Dengan tetap mengingat prinsip ini jika
mengamati posisi orang-orang posisi orang-orang yang diturunkan untuk
menegakan hukum Tuhan di bumi, wajarlah jika kita menyatakan bahwa mereka
harus dianggap sebagai wakil dari penguasa tertinggi.Islam dengan telah persis
memberikan kedudukan ini kepada mereka. Oleh karenanya Al-Qur’an
menyatakan : “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan , bahwa Dia akan memberikan kekhalifahan kepada
mereka dibelahan bumi ini, sebagaimana Dia telah memberikan kekhalifahan
kepada umat sebelumnya”(QS 24:55) Ayat ini menguraikan secara gamblang teori
Islam mengenai negara ada dua masalah mendasar yang mencuat disini :
Dengan demikian khalifah yang satu sama sekali tidak lebih rendah dengan
khalifah lainnya. Inilah landasan sejati demokrasi dalam Islam, Dari suatu analisis
mengenai konsep kekhalifahan umum ini muncul hal-hal sebagai berikut :
21
dapat membiarkan adanya pembagibagian kelompok yang didasarkan
kepada perbedaan kelahiran dan kedudukan sosial. Semua menikmati
status dan kedudukan yang sama dalam masyarakat semacam itu. Kriteria
superioritas dalam tatanan sosial ini adalh kemampuan pribadi
sebagaimana sabda Rosulullah SAW : “Tidak ada seorangpun yang lebih
mulia kedudukannya dibandingkan dengan orang lainnya kecuali dari segi
kesalehan dan ketaqwaannya. Semua orang adalah keturunan Adam, dan
Adam diciptakan dari tanah”
2) Dalam suatu masyarakat semacam ini, tidak ada seorangpun yang akan
mengalami ketidak mampuan hanya disebabkan oleh perbedaan kelahiran,
status sosial atau propesi yang dengan berbagai cara dapat mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan lahiriyahnya atau merusak perkembangan
kepribadiannya. Setiap orang akan menikmati peluang kemajuan yang
sama. Jalan akan dibiarkan terbuka baginya untuk menciptakan kemajuan
sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan bawaannya dan bakat-bakat
pribadinya tanpa iri hati atas hak-hak orang lain. Dengan demikian, ruang
lingkup yang tak terbatas bagi pencapaian prestasi pribadi selalu menjadi
tonggak suatu masyarakat Islam. Budak dan keturunan-keturunannya
ditunjuk sebagai pejabat militer dan gubernur, dan kaum bangsawan dari
keluarga-keluarga paling terhormat tidak merasa malu untuk mengabdi
kepada mereka.
3) Dalam masyarakat semacam ini, tidak ada ruang bagi kediktatoran seorang
atau kelompok tertentu atas yang lainnya, karena setiap orang adalah
khalifah Tuhan. Tidak ada seorang atau sekelompok orang pun yang diberi
hak istimewa untuk menjadi penguasa mutlak dengan merampas hak-hak
asasi orang kebanyakan. Kedudukan seseorang yang terpilih untuk
melaksanakan urusan-urusan kenegaraan tidak akan melampaui ketentuan
ini sehingga setiap muslim, atau tepatnya khalifah Tuhan, menyerahkan
kekhalifahannya kepada pejabat itu demi penyelenggaraan
pemerintahannya. Disatu pihak, dia akan bertanggung jawab kepada Allah
SWT, dan dilain pihak dia juga akan dimintai tanggung jawabnya kepada
rekan-rekannya yang telah mendelegasikan kekhalifahan kepadanya. Jadi
jika tiba-tiba ia mendaulat diri sebagai penguasa mutlak yang tidak
bertanggung jawab, diktator, maka sebenarnya ia telah berperan sebagai
seorang pemeras dari pada seorang khalifah, karena kediktatoran
merupakan penolakan atas kekhalifahan umum.
4) dalam masyarakat semacam ini, setiap muslim yang telah mencapai cukup
umur, laki-laki maupun wanita, diberi hak untuk mengemukakan
pendapatnya, masing-masing karena masing-masing orang dikalanangan
mereka adalah penjelmaan dari kekhalifahan. Tuhan telah membuat
kekhalifahan ini bersyarat, bukan atas norma kekayaan atau kemampuan
tertentu, tetapi hanya atas iman dan kesalehan. Oleh karenanya semua
22
muslim memiliki kebebasan yang sama untuk mengemukakan
pendapatnya.
disatu pihak berusaha menciptakan demokrasi superlatif ini dan dilain pihak
mengakhiri individualisme yang merongrong kesehatan dan jiwa politik.
Hubungan antara individu dan masyarakat diatur sedemikian rupa seghingga
kepribadian individu tidak merosot, sebagaimana yang terjadi didalam sistim
sosial komunis dan fasis. Individu tidak diperkenankan untuk melampaui batas
samapai sebegitu jauh sehingga menjadi berbahaya bagi masyarakat, seperti yang
terjadi pada demokrasi barat. Dalam Islam, tujuan kehidupan individu sama
dengan tujuan kehidupan kelompok yaitu melaksanakan dan menegakkan hukum
ilahi serta diperolehnya ridho Tuhan. Lagi pula setelah melindungi hak-hak
individu, Islam membebaninya kewajibankewajiban tertentu pada masyarakat.
Dengan cara ini kebutuhankebutuhan individu dan masayarakat diselaraskan
dengan begitu sempurna sehingga individu memperoleh peluang yang
sepenuhpenuhnya untuk mengembangkan potensi-potensinya, dan dengan
demikian memungkinkannya untuk mengembangkan semua bakatnya dalam
melayani masyarakat pada umumnya. Inilah secara ringkas, prinsip-prinsip dasar
dan gambaran penting dari teori politik Islam yang didengungkan oleh Abul A’la
Maududi.12
Istilah nomokrasi adalah pilihan yang paling tepat untuk dipergunakan dalam
penyebutan “negara hukum”, versi syariat Islam, bukan “teokrasi”. Prinsip-prinsip
nomokrasi Islam meliputi prinsip kekuasaan sebagai amanah, prinsip
musyawarah, prinsip keadilan, prinsip persamaan, prinsip pengakuan dan
perlindungan setiap hak-hak asasi manusia, prinsip peradilan yang bebas, prinsip
perdamaian, prinsip kesejahteraan dan prinsip ketaatan rakyat. Negara hukum
Pancasila berlandaskan pada nilai ketuhanan, kemanusiaan, integritas,
musyawarah dan keadilan. Negara hukum Pancasila merupakan hasil dari
hubungan konsepsi kombinatif; Islam, Barat dan Indonesia. Dengan demikian
prinsip yang terdapat negara hukum Pancasila merupakan bagian dari nilai yang
terdapat dalam nomokrasi Islam. Seorang pemikir Islam yang terkenal dan diakui
otoritasnya oleh sarjana Barat yaitu Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun telah
12
AGAMA DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM Oleh Ibraham
23
menentukan tipologi negara dengan menggunakan tolak ukur kekuasaan. Pada
dasarnya ia menggambarkan dua keadaan manusia, yaitu keadaan alamiah dan
keadaan berperadaban. Menurut Ibnu Khaldun, ada dua bentuk negara hukum
yaitu: (1) siyâsah dîniyah, yang diterjemahkan Muhammad Taher Azhari sebagai
nomokrasi Islam dan (2) siyâsah ‘aqliyah sebagai nomokrasi sekuler. Ciri pokok
yang membedakan kedua macam nomokrasi itu ialah pelaksanaan hukum Islam
(syariah) dalam kehidupan negara dan hukum sebagai hasil pemikiran manusia.
Dalam nomokrasi Islam, baik syariah maupun hukum yang didasarkan pada rasio
manusia, kedua-duanya berfungsi dan berperan dalam negara. Sebaliknya, dalam
nomokrasi sekuler manusia hanya menggunakan hukum semata-mata sebagai
hasil pemikiran mereka. 13
13
Zuhraini, KONTRIBUSI NOMOKRASI ISLAM (RULE OF ISLAMIC LAW) TERHADAP NEGARA
HUKUM PANCASILA, AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 1 Juni 2014, hlml 171.
14
Ibid hlm 175.
24
larangan bagi pemegang amanah itu untuk melakukan suatu abuse atau
penyalahgunaan kekuasaan yang ia pegang.
2) Prinsip musyawarah
Musyawarah dapat diartikan sebagai suatu forum tukar-menukar pikiran,
gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam
memecahkan sesuatu masalah sebelum tiba pada suatu pengambilan
keputusan. Dilihat dari sudut kenegaraan, maka musyawarah adalah
prinsip konstitusional dalam nomokrasi Islam yang wajib dilaksanakan
dalam suatu pemerintahan dengan tujuan untuk mencegah lahirnya
keputusan yang merugikan kepentingan umum atau rakyat. Bagaimana
bentuk dan cara musyawarah yang terbaik menurut ukuran masa dan
tempat, maka bentuk dan cara itulah yang digunakan. Baik Alquran
maupun tradisi Nabi sama sekali tidak menentukan hal ini. Ini
mengandung suatu hikmah yang besar bagi manusia. Arinya, musyawarah
sebagi sutu prinsip konstitusional yang digariskan dalam Alquran dan
diteladankan melalui tradsi Nabi tidak perlu berubah. Namun aplikasi dan
pelaksanaannya selalu dapat mengalami perubahan sesuia dengan
perkembangan dan kemajuan masyarakat. Pada masa kini musyawarah
dapat dilaksanakan melalui lembaga pemerintahan yang disebut dewan
perwakilan atau apapun namanya yang sesuai dengan kebutuhan pada
suatu waktu dan tempat. Maka, aplikasi musyawarah dalam nomokrasi
Islam boleh mengikuti bentuk dan cara lembaga-lembaga politik dan
negara yang selalu berubah dan berkembang itu sejauh tidak bertentangan
atau menyimpang dari jiwa Alquran dan tradisi Nabi.
3) Prinsip keadilan
Prinsip keadilan dalam nomokrasi Islam mengandung suatu konsep yang
bernilai tinggi. Konsep itu mencakup tiga kewajiban pokok bagi pemegang
kekuasaan negara yakni; Pertama, kewajiban menerapkan kekuasaan
negara dengan adil, jujur dan bijaksana. Kedua, Kewajiban menerapkan
kekuasaan kehakiman dengan seadil-adilnya. Ketiga, kewajiban untuk
mewujudkan suatu tujuan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera di
bawah keridhaan Allah. Lebih lanjut gambaran penerapan prinsip keadilan
pada masa Rasulullah Saw dapat pula dilihat dalam Konstitusi Madinah.
Tentang keadilan, dengan tegas Konstitusi Madinah merumuskan bahwa
”Seseorang tidaklah bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukan
sekutunya”. Ini berarti kesalahan seseorang tidak menjadi tanggungjawab
orang lain atau sukunya. Hukum adat pra Islam di semenanjung Arab
menganut prinsip tanggungjawab kesalahan anggota klan oleh seluruh
klan. Prinsip ini jelas tidak adil. Karena itu, Nabi Muhammad Saw,
25
sebagai Kepala Negara Madinah mengoreksi prinsip itu dan menggantinya
dengan prinsip keadilan.
4) Prinsip persamaan
Prinsip persamaan dalam nomokrasi Islam memiliki aspek yang luas. Ia
mencakup persamaan dalam segala bidang kehidupan. Persamaan ini
meliputi bidang hukum, politik, ekonomi, sosial dan lain-lain. Persamaan
dalam bidang hukum memberikan jaminan akan perlakuan dan
perlindungan hukum yang sama terhadap semua orang tanpa memandang
kedudukannya, apakah ia dari kalangan rakyat biasa atau dari kelompok
elit. Prinsip ini telah dtegakkan oleh Nabi Muhammad Saw.
26
6) Prinsip peradilan bebas
Dalam nomokrasi Islam seseorang hakim memiliki kewenangan yang
bebas dalam setiap putusan yang dia ambil dan bebas dari pengaruh
siapapun. Hakim bebas pula menentukan dan menetapkan putusannya.
Hakim wajib menerapkan prinsip keadilan dan persamaan terhadap
siapapun. Di dalam Alquran surah al-Nisâ [4] : 57 menegaskan bahwa bila
menetapkan hukum di antara manusia maka hendaklah tetapkan dengan
adil. Prinsip peradilan bebas dalam nomokrasi Islam bukan hanya sekedar
ciri bagi suatu negara hukum, tetapi juga ia merupakan suatu kewajiban
yang harus dilaksanakan olh setiap hakim. Peradilan bebas merupakan
persyaratan bagi tegaknya prinsip keadilan dan persamaan hukum. Dalam
nomokrasi Islam, hakim memiliki kedudukan yang bebas dari pengaruh
siapapun. Hakim bebas menentukan dan menetapkan putusannya. Bahkan
hakim memiliki suatu kewenangan untuk melakukan ijtihad dalam
menegakkan hukum.
7) Prinsip perdamaian
Salah satu pokok yang dibawa Rasulullah melalui ajaran Islam ialah
mewujudkan perdamaian bagi seluruh manusia dimuka bumi. Arti
perkataan Islam itu sendiri kecuali penundukan diri kepada Allah,
keselamatan, kesejahteraan dan juga mengandung suau makna yang
didambakan oleeh setiap orang yaitu perdamaian. Islam adalah agama
perdamaian. Alquran dengan tegas meyeru kepada yang beriman agar
masuk kedalam perdamaian, sebagaimana ditegaskan dalam surah al-
Baqarah [2]: 208 yang menegaskan arti keselamatan dan kedamaian.
Sebab itulah, nomokrasi Islam harus ditegakkan atas dasar prinsip
perdamaian. Hubungan dengan negara-negara lain harus dijalin dan
berpegang pada prinsip perdamaian.
8) Prinsip kesejahteraan
Prinsip kesejahteraan dalam nomokrasi Islam bertujuan mewujudkan
keadilan sosial dan keadilan ekonomi bagi seluruh anggota masyarakat
atau rakyat. Tugas itu dibebankan kepada penyelenggara negara dan
masyarakat. Pengertian keadilan sosial dalam nomokrasi Islam bukan hany
sekedar pemenuhan kebutuhan materiil, akan tetapi mencakup kebutuhan
spiritual. Negara berkewajiban memperhatikan dua macam kebutuhan itu
dan menyediakan jaminan sosial untuk mereka yang tidak mampu.
Alquran telah menetapkan sejumlah sumber dana untuk jaminan sosial
bagi anggota masyarakat dengan berpedoman pada prinsip keadilan sosial
dan keadilan ekonomi. Sumber dana tersebut antara lain: zakat, infaq,
27
sadaqoh, hibah, dan wakaf, dan tidak menutupi kemungkinan bagi
pendapatan negara dari sumber yang lain, seperti pajak, bea dan lain-lain.
Istilah negara hukum sudah sangat populer. Pada umunya istilah tersebut
dianggap sebagai terjemahan yang tepat dari dua istilah, yaitu rechtsstaat dan the
rule of law. Konsep tersebut selalu dikaitkan dengan konsep perlindungan hukum,
sebab ia tidak lepas dari soal-soal perlindungan hak-hak asasi manusia. Tetapi
antara rechtsstaat dan the rule of law itu masing-masing sebenarnya mempunyai
latar belakang dan perlembagaan yang berbeda, meskipun keduanya pada intinya
sama-sama menginginkan perlindungan bagi HAM melalui pelembangaan
peradilan yang bebas dan tidak memihak. Istilah rechtsstaat banyak dianut di
negara-negara Erofa Kontinental yang bertumpu pada sistem civil law. Sedangkan
the rule of law banyak dikembangkan di negara-negara dengan tradisi anglo saxon
yang bertumpu pada sistem common law. Kedua sistem yang masing-masing
menjadi tumpuan kedua konsep tersebut mempunyai perbedaan titik berat dalam
pengoperasiannya. Civil law menitik beratkan administrasi sedangkan common
law menitik beratkan judicial. Sementara itu rechtsstaat dan rule of law dengan
tumpuannya masing-masing mengutamakan segi yang berbeda. Konsep
rechtsstaat mengutamakan prinsip wetmatigheid yang kemudian disamaka
rechtmatigheid, sedangkan the rule of law mengutamakan equality before the law.
28
sama berintikan upaya memberikan perlindunganbagi HAM yang untuk itu harus
diadakan pemisahan atau pembagian kekuasaan dalam negara. Karena dengan itu,
pelanggaran atas HAM dapat dicegah atau diminimalisasi melalui mekanisme
saling mengawasi anatar poros-poros kekuasaan. Tetapi, dalam pelembagaan
dalam dunia peradilannya, keduanya menawarkan lingkungan yang berbeda. Pada
konsep rechtsstaat terdapat lembaga peradilan adminitrasi yang merupakan
lingkungan peradilan yang berdiri sendiri, sedangkan pada konsep rule of law
tidak terdapat peradilan administrasi sebagai lingkungan yang berdiri sendiri.
Sebab di dalam konsep the rule of law semua orang dianggap sama kedudukannya
di depan hukum sehingga bagi warga negara maupun bagi pemerintah harus
disediakan peradilan yang sama.
15
Ibid hlm 183-184.
29
D. PRINSIP SUPREMASI HUKUM oleh MUHAMMAD SAW
Banyak alasan kenapa posisi hukum dalam Islam amat penting, antara Iain
sebagairnana dikemukakan Sam'ani dalam kitabnya Qawati' al-Adillah. Sam'ani
memulai pembahasannya dengan mengatakan bahwa ilmu hukum Islam (ilm al-
fiqh) adalah ilmu yang paling penting dalam Islam (themost noble of the scinces),
sebab ilmu tersebut membahas peristiwa-peristiwa yang selalu muncul, berubah,
berkembang dan tidak pernah berhenti serta tidak ada batasnya. Konsekuensinya,
pengetahuan yang dituntut untuk menangani persoalan tersebut juga tidak terbatas
dan selalu menuntut pengembangan.
Ada konsekuensi laindari prinsipdi atas. Hukum seperti terelaborasi pada sumber
pokok Islam, al-Qur'an, menuntut ketundukan dari semua pihak balk rakyat,
penguasa, bahkan Nabi Muhammad sekalipun. Walaupun Sunnah Nabi pada masa
berikutnya menjadi sumber pokok, tetapi kedudukannya menempati posisi kedua
setelah al-Qur'an, dan hubungannya dengan alQur'an, sebagaimana dijelaskan oleh
Al-Syatii, lebih bersifat subordinate ketimbang complementary. Dengan
demikian, Nabi Muhammad, yang secara sosial dan politik dapat dikatakan
sebagai pimpinan tertinggi dalam pemerintahan Islam, juga harus tunduk dan
patuh atas ketentuanketentuan hukum al-Qur'an. Ini berarti bahwa supremasi
hukum merupakan sifat alami yang melekat dalam ajaran Islam dan harus
ditegakkan untuk siapa saja termasuk para penguasa. bahkan Nabi sekalipun.
Prinsip supremasi hukum yang menuntut ketundukan semua pihak diperkuat oleh
prinsip berikutnya. Hukum Islam merupakan jurists law, lawyers law, atau
hukum para fuqaha. Itu berarti, hukum dalam Islam dirumuskan oleh para ulama
yang pada masa awal Islam identik dengan fuqaha (religious authorit) dan bukan
oleh penguasa (political authority) yang belakangan cenderung bersifat korup
guna mempertahankan kekuasaannya. Karena itu sejarah Islam klasik tidak pernah
menunjukkan adanya hukum yang dirumuskan oleh penguasa. Secara teori,
prinsip ini melahirkan pandangan yang hakiki tentang sifat pluralis, egaliter,
toleran, demokratis, dan sekallgus saling menghargai, yakni sifat-sifat yang
30
seringkali dilambangkan dengan ungkapan yang dikatakan berasal dari Nabi
Muhammad Saw ikhtilafu ummah rahmah (perbedaan merupakan rahmat) dan
didukung pula oleh ayat al Qur'an.16
1) Imam (Imamah)
Imamah adalah ism mashdar atau kata benda dari kata amama yang
artinya “di depan.” Sesuatu yang di depan disebut dengan “imam.” Itulah
sebabnya, dalam kehidupan sehari-hari, kata imam sering dimaknai untuk
menunjuk orang yang memimpin shalat jamaah. Arti harfiah dari kata
tersebut adalah orang yang berdiri di depan untuk menjadi panutan
orang-orang yang dibelakangnya. Dengan demikian, imam berarti orang
yang memimpin orang lain. Sementara itu, imamah adalah lembaga
kepemimpinan.
Secara teknis, hampir tidak ada perbedaan antara khilafah dan imamah
sebagai lembaga kepemimpinan. Namun dalam praktisnya, kata imamah
tidak disandarkan pada proses suksesi sebagaimana yang terjadi dalam
proses khilafah yang sebetulnya lebih bernuansa sosial. Konsep imamah
pada akhirnya lebih cenderung dipahami bersifat doktrinal. Hal ini
ditandai dengan adanya berbagai persyaratan tertentu yang harus dimiliki
seseorang untuk menduduki posisi imam. konsep imamah lebih
bernuansa teologis murni dan doktrinal meskipun dalam praktiknya,
seorang imamjuga merupakan penguasa tertinggi pemerintahan formal
dalam negara yang mengadopsi pola kepemimpinan ini.17
2) Khalifa
16
Akh. MInhaji, Supremasi HUkum Dalam Masyarakat MADANI (perspektip sejarah hukum islam),
UNISIA NO. 41/XXU/IV/2000, hlm 244-245.
17
Moch. Fachruroji, TRILOGI KEPEMIMPINANISLAM:Analisis Teoritik terhadap KonsepKhilafah,
Imamah dan Imarah, Jurnal Ilmu Dakwah Vol 4 No. 12 Juli – Desember 2008, hlm 298-300.
31
sebagai kepala negara dalam Islam sepeninggal Nabi Muhammad
SAW.
3) Amir (Imarah)
Konsep yang terakhir adalah imarah. Imarah berasal dari kata “amr”
yang artinya perintah, persoalan, urusan atau dapat pula dipahami
sebagai kekuasaan. Amir adalah orang yang memerintah, orang yang
menangani persoalan, orang yang mengurus atau penguasa. Itulah
sebabnya muncul ungkapan ulama dan umara.’ Umara’ disini
merupakan istilah untuk menyebut orang-orang yang bertindak sebagai
pemimpin legal-formal dalam suatu negara atau sekumpulan manusia.
18
Moch. Fachruroji, TRILOGI KEPEMIMPINANISLAM:Analisis Teoritik terhadap KonsepKhilafah,
Imamah dan Imarah, Jurnal Ilmu Dakwah Vol 4 No. 12 Juli – Desember 2008, hlm 294-298.
32
“mu’minîn”, sebab kata amir saja belum mewakili peristilahan yang
berhubungan dengan unsur teologis dalam Islam.19
1) Ibnu khaldun
19
Moch. Fachruroji, TRILOGI KEPEMIMPINANISLAM:Analisis Teoritik terhadap KonsepKhilafah,
Imamah dan Imarah, Jurnal Ilmu Dakwah Vol 4 No. 12 Juli – Desember 2008, hlm 300-301.
20
Syaiful Hidayat; Tata Negara Dalam Perspektif Fiqh Siyasah, Tafaqquh; Vol. 1 No. 2, Desember
2013, hlm 4.
21
ibid
33
C. SYARAT KEPALA NEGARA DALAM ISLAM
a. Syarat pertama dan utama seorang kepala negara harus Islam / Muslim.
Syarat ini tidak bisa ditawar-tawar lagi (mutlak) dan tidak bisa
diombang-ambingkan oleh suara. Jika syarat ini tidak bisa dipenuhi,
berarti negara itu tidak dapat dinamakan negara Islam. Sebagaimana
firman Allah dalam Surat an-Nisa ayat 141 yang artinya : “Dan Allah
sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
menguaai orang-orang mukmin”. Dan dalam surat al-Anfal ayat 73 yang
artinya : ”Adapun orang-orang kafir sebagian mereka menjadi pelindung
bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak
melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, nicaya akan
menjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar”. Dari ayat-
ayat di atas jelas sekali bahwa seorang kepala negara itu haruslah orang
Isam dan dalam ayat-ayat di atas juga dikatakan bahwa orang muslim
tidak boleh dipimpin oleh orang selain muslim.
b. Aqil/berakal maksudnya ialah bahwa seorang yang akan menjadi kepala
negaraharuslah sudah baligh dan berakal sehat.
c. Laki-laki, hal ini menjadi kontroversial, kebanyakan ulama berpendapat
bahwa perempuan tidak boleh menjadi kepala negara dan hal ini sesuai
dengan jaman Al-Mawardi, tapi tidak sesuai untuk jaman sekarang
karena pada jaman modern seperti sekarang ini yang lebih dipentingkan
adalah pengetahuannya. Menurut Bapak Muntoha bahwa adanya
persyaratan bahwa kepala negara harus laki-laki itu harus dipahami
secara kontekstual dan temporal serta tidak universal.
d. Merdeka /al-khurriyah, bahwa seorang kepala negara haruslah orang
yang merdeka bukan hamba sahaya, dan hamba sahaya tidak sah menjadi
kepala negara, karena dia adalah milik tuannya sehinga ia tidak memiliki
wewenang untuk mengatur, bahkan terhadap dirinya sendiri. Dengan
demikian tidak layak mengurusi orang lain apalagi menjadi penguasa atas
manusia.
e. Addillah/keadilan dalam arti orang yang konsisten dalam menjalankan
agamanya (bertaqwa dan menjaga muru’ah) dan bisa melaksanakan law
enforcement. Jadi tidak sah orang yang fasik diangkat menjadi kepala
negara.
22
Agustina Nurhayati, KONSEP KEKUASAAN KEPALA NEGARA MENURUT
KETATANEGARAAN ISLAM, hlm 27-28
34
f. Memiliki kadar intelektual yang tinggi yang membuatnya dapat
melakukan ijtihad untuk menghadapi kejadian-kejadian yang timbul dan
untuk membuat kebijakan hukum.Dan mempunyai pengetahuan tentang
soal-soal kenegaraan.
g. Arif bijaksana.
h. Sehat jasmani (Al-islamiyah wal Jismiyah), Al-Mawardi berpendapat
bahwa yang dimaksud sehat adalah sehat dan lengkap pancaindranya
baik pendengaran, penglihatan dan lidah (salamatu al-hawassi) sehingga
ia dapat menangkap dengan benar dan tepat apa yang ditangkap oleh
panca indranya itu, atau Salamatu al-a’dha; memiliki anggota-anggota
badan yang cukup, sehingga tidak menghalangi kesiagapannya untuk
bergerak .
i. Tidak ambisius. Menurut Abu A’la Maududi seorang calon khalifah yang
menunjukkan ambisiusnya, haram untuk dipilih dan harus dibunuh.
j. Keturunan Qurais, masalah ini sudah ada sejak Nabi wafat, saat
melakukan pemilihan terhadap Abu Bakar menjad khalifah yang
pertama. Tapi masalah ini sekarang sudah tidak lagi menjadi persoalan,
karena suatu agama yang demokratis seperti Islam, tidak mengikat
masalah khalifah dengan syarat yang sangat sempit dan ini tidak bisa
dipertahankan. Hadits yang menyatakan bahwa seorang kepala negara
disyaratkan harus suku qurais, tidak dimaksudkan sebagai syarat mutlak
bagi kepala negara yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad saw, sehingga
mengikat umat secara abadi. Akan tetapi justru hadits tentang qurais
tersebut menunjukan bahwa syarat qurais adalah syarat keutamaan yang
ditunjukan melalui kesungguhan solidaritas kelompok mereka. Jadi
hadits tentang qurais tersebut maksudnya adalah untuk menjadi kepala
negara harus mempunyai solidaritas dan wibawa yang sama seperti orang
qurais di jaman Nabi itu.
35
harus mendapat perlindungan yang sama. Perlindungan dalam tingkatan
pasif adalah memberi kebebasan bagi agama-agama itu untuk hidup dan
berkembang dengan sebaik-baiknya. Dan dalam sifat aktif adalah
memberi bantua moril dan materiil. Bahkan sebagai kelanjutannya,
negara dapat mendirikan kementrian agama yang khusus mengurus
masalah – masalah agama.
2) Mengepalai kekuasaan pemerintahan (tanfizu al-Ahkam). Dengan
kekuasaan ini kepala negara aalah merupakan intansi tertinggi dan
kekuasaan eksekutif yang menjalankan pemerintahan. Menerapkan
hukum di antara orang-orang yang bersengketa dan menengahi pihak
yang bertetangan, sehingga keadilan dapat berjalan dan pihak yang dzali
tidak berani melanggar serta yang teraniaya tidak menjadi lemah.
3) Melindungi berjalannya hukum dan Undang-undang (Himayatu al-
Baidha). Hal ini dimaksudkan untuk melindungi seluruh hak-hal rakyat
yang harus dihormati, sehingga rakya bebas meredaka mencari
penghidupannya dan menjaga kewibawaan pemerintah sehingga dapat
mengatur kehidupan umat, membuat suasana aman, tertib serta menjamin
keselamatan jiwa dan harta benda (HANKAMNAS).
4) Menetapkan undang-undang (Iqamatul al-Hudud), salah satunya dengan
menegakan supremasi hukum, agar dapat memelihara hukum-hukum
Allah dari usaha-usaha pelanggaran dan menjaga hak-hak umat dari
tindakan perusakan dan destruktif. Kekuasaan ini adalah kekuasaan
legislatif dalam negara demokrasi. Kepala negra melaksanakannya
dengan bantuan dari parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat).
5) Mengepalai seluruh angkatan perang (Tahzhinu as-Tsugur), mencegah
timbulnya kerusuhan-kerusuhan di tengah masyarakat dengan kekuatan,
sehingga tidak sampai ada permusuhan (Agresi) terhadap kehormatan
atau sampai menumpahkan darah seorang muslim atau non Muslim yang
tunduk pada ketentuan Islam.
6) Menyatakan keadaan perang atau bahaya (Jihadu man’anad), kalau
negara terancam bahaya dari luar karena serbuan musuh atau dari dalam
karena perbuatan pengacau, maka kepala negara mempunyai hak untuk
mengumumkan perang atau keadaan bahaya. Tapi menurut Imam Al-
Mawardi yang dimaksud perang disini perang dalamarti sempit yaitu
jihad melawan musuh Islam setelah lebih dahulu diajak untuk masuk atau
menjadi orang yang berada di bawah perlindungan Islam guna
melaksankaan perintah Allah, menjadikan Islam menang di atas agama-
agama lain.
7) Mengawasi pemungutan iuran negara (Jibayatu al-fai wa ash-Shadaqah),
menjaga hasil rampasan perang dan shadaqah sesuai dengan ketentuan
syari’at baik berupa nash atau jihad dengan tanpa rasa takut. Menurut
pendapat Imam al-Mawardi adalah supaya jangan dibebankan kepada
rakyat tentang pembayaran pajak dan iuran yang memberatkan mereka,
sehingga pemungutan negara harus bebas dari segala ketakutan dan
paksaan.
8) Memberikan anugerah dan pangkat kehormatan (Taqdiru al-Athaya),
menetapkan jumlah hadiah yang dikeluarkan oleh Baitul Mal dengan cara
36
tidka boros dan tidak kikir dan diserahkan tepat pada waktunya. Imam
Mawardi memandangnya sebagai hak yang luas biasa yang hanya boleh
digunakan kepala negara dengan sangat hati-hati tidak boleh secara royal
dan keterlaluan, sesuai dengan kemampuan keuangan negara.
9) Mengangkat pegawai-pegawai sipil dan militer (Istikfau al-umana),
mencari orang-orang yang jujur dan amanat dalam menjalankan tugas-
tugas dan pengaturan harta yang dipercayakan kepada mereka, agar
pekerjaan-pekerjaan tersebut ditangani secara profesional dan harta
kekyaan dipegang oleh orang-orang yang benar-benar jujur.
10) Mencampuri pemerintahan (Mubasyaratu al-umuri binafsih) selalu
memperhatikan dan mengikuti perkembangan serta segala problemnya
agar dapat dijadikan pegangan umat dengan baik dan memelihara agama.
23
23
Agustina Nurhayati, KONSEP KEKUASAAN KEPALA NEGARA MENURUT KETATANEGARAAN
ISLAM,hlm 25-26.
37
berakal, agar dapat mencetuskan solusi yang tepat dan terbaik untuk
diamalkan sehingga tujuan yang diharapkan dapat terealisasikan.24
38
bagi kehidupan manusia lebih dari sekedar kepentingan politik suatu
kelompok maupun negara, karena ia merupakan karakter mendasar
bagi kelompok masyarakat secara keseluruhan. Di lain sisi, esensi
musyawarah sebagai sistem penyusunan hukum merupakan cara untuk
mengetahui dan menghimpun kebenaran pendapat-pendapat melalui
diskusi ilmiah. Cara seperti ini memberikan peluang besar bagi para
peserta untuk berdialog dengan landasan argumentasi ilmiah.
Musyawarah memegang peranan penting sebagai perisai rakyat,
kerena ia merupakan wahana bagi rakyat dalam menyampaikan
kehendak dan pemikirannya, dan musyawarah, dapat menghindarkan
pemimpin dari sikap semena-mena dan menjauhkannya dari
kecenderungan menjadi thagut (pelanggar batas) dan berlaku zalim.25
25
KEDUDUKAN MUSYAWARAH DAN DEMOKRASI DI INDONESIA” OLEH MUHAMMAD HANAFI
39
urusan agama yang sudah ada nash perlu dimusyawarahkan tata cara
pelaksanaannya atau penegakkan hukum itu dalam kehidupan.26
Jika perkatan politik sudah muncul sejak zaman Yunani, maka istilah
siyasah dalam bahasa Arab juga muncul serentak dengan kelahiran
negara Islam di Madinah.Kalau di Yunani istilah politik mempunyai
arti pemerintahan atau kenegaraan.Sedangkan kata siyasah pada
mulanya diartikan sebagai usaha dan ikhtiar untuk mencapai atau
menyelesaikan suatu maslalah.Dan juga bermaksud pengurusan
pemerintahan. Istilah politik menurut para ulama dimaknai dengan
dua arti:
1. Makna umum, yaitu: menangani urusan manusia dan masalah
kehidupan dunia mereka bedasarkan syariat agama. Karena itu
dikenal istilah Khilafat yang berarti perwakilan Rasulullah
untuk menjaga agama dan mengatur dunia.
2. Makna khusus, yaitu pendapat yang dinyatakan pemimpin,
hukum dan ketetapan-ketetapan yang dikeluarkannya, untuk
menjaga kerusakan yang akan terjadi, membasmi kerusakan
yang sudah terjadi atau untuk memecahkan masalah khusus.
Dalam aspek politik perlu dicatat bahwa semasa Nabi, beliau telah
mendirikan tatanan sosial politik Islam di Madinah.Namun setelah
lebih dari tiga abad kemudian, para pemikir hukum baru mulai
merumuskan teori politik mereka secara lebih sistematis.Di antara
mereka yang cukup populer adaIah Al Mawardi dan Al GhazaIi.Pada
umumnya, kepada kedua ulama Sunni itulah yang mengkonstuksikan
pandangan politiknya. Menurut Al Mawardi, konsep politik Islam
didasarkan akan adanya kewajiban mendirikan lembaga kekuasaan,
karena ia dibangun sebagai pengganti kenabian untuk melindungi
26
KEDUDUKAN MUSYAWARAH DAN DEMOKRASI DI INDONESIA” OLEH MUHAMMAD HANAFI
40
agama dan mengatur dunia. Dan juga al Mawardi menulis ada lima
unsur pokok dalam suatu negara, yaitu: Agama sebagai landasan
negara dan persatuan rakyat, wilayah, penduduk, pemerintah yang
berwibawa, dan keadilan dankeamanan.27
27
HUBUNGAN ISLAM DAN POLITIK DI INDONESIA PERSPEKTIF PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA oleh
Ridwan
41
Ahlul Halli wal Aqdi merupakan lembaga perwakilan yang berfungsi
untuk mengadakan sebuah kontrak politik antara rakyat dengan
pemimpin negara (khalifah atau imam).Posisi dari lembaga ini yang
menjadi wakil dari rakyat atau umat menjadikannya mempunyai
kekuasaan yang diberikan rakyat.Kedaulatan berada di tangan rakyat
karena manusia (rakyat) menjadi wakil Tuhan (khalifah) di atas
bumi.Dengan kekuasaan rakyat tersebut diwakilkan dalam Ahlul Halli
wal Aqdi maka lembaga ini mempunyai tugas untuk memilih kepala
negara (khalifah atau imam).Ditinjau dari namanya (Ahlul Halli wal
Aqdi), para pemilih inilah yang melaksanakan kontrak (aqd) dengan
khalifah atau imam (Ahl al-Imamah) melalui mekanisme baiat
(bay’ah).Dengan demikian, menempatkan lembaga permusyawaratan
sebagai forum perwakilan – dengan fungsi bai’at, konsultatif, dan
legislasi – kiranya dapat menjadi solusi atas berbagai kemusykilan
implementasi teori politik Islam.
Erat keterkaitan politik ini karena lembaga Ahlul Halli wal Aqdi
memiliki kuasa untuk menentukan khalifah yang akan memimpin
umat. Proses pemilihan inilah yang merupakan praktek politik dari
Ahlul Halli wal Aqdi. Tidak hanya pada pemilihannya saja, lembaga
ini memiliki hak untuk melakukan baiat kepadakhalifah terpilih.Selain
aspek hubungan lembaga ini dengan kepala negara sebagai aspek
politik.Perlu diperhatikan bahwa dengan rakyat telah memberikan
kekuasaannya kepada Ahlul Halli wal Aqdi maka hal ini merupakan
salah satu wujud politik. Secara filosofis, terbentuknya Ahlul Halli
wal Aqdi dalam memilih khalifah karena menentukan seorang
pemimpin (khalifah) bukanlah perkara mudah yang bisa dilakukan
oleh sembarang orang (rakyat) Sehingga keberadaan Ahlul Halli wal
Aqdi ini penting sebagai sebuah lembaga yang mewakili suara politik
rakyat.
Uraian dari para ulama tentang Ahlul Halli wal Aqdi, menampakkan
hal-hal sebagai berikut:
42
4. Ahlul Halli wal Aqdi tempat konsultasi imam di dalam
menentukan kebijakannya.
5. Ahlul Halli wal Aqdi mengawasi jalannya pemerintahan28
28
KONSEPSI AHLUL HALLI WAL AQDI DALAM TEORI KENEGARAAN ISLAM oleh MAZDAN
MAFTUKHA ASSYAYUTI
43
dalam pandangan ahli agama pun pembentukan suatu organisasi
kemasyarakatan untuk mengatur masyarakat menjadi suatu keharusan.
Pengertian Al-Qadha dalam istilah fiqih berarti lembaga hukum. Juga dapat
berarti perkataanb yang harus diucapkan oleh seseorang yang mempunyai
wilayah umum, atau menerangkan hukum agama atas dasar mengharuskan
orang mengikutinya.
Pengertian Al-Qadha dalam prespektif Islam adsalah Lembaga peradilan
menurut ilmu hukum atau rechspraak dalam bahasa belanda. Secara
teminologis pengetiannya adalah sebagai daya upaya mencari keadilan atau
penyelesaian perkara hukum yang dilakukan menurut peraturan-peraturan dan
lembaga-lembaga tertentu dalam pengadilan.
29
EKSISTENSI PRINSIP SYURA DALAM KONSTITUSIONAL ISLAM oleh: Lukman Santoso, SHI, MH
44
Lembaga Al-Qadha berwenang menyelesaikan perkara-perkara madaniat dan
alahwal asy-syakhsyiah (masalah keperdataan termasuk didalamnya masalah
keluarga) dan masalah jinayat (tindak pidana). Disamping tugas pokok
tersebut, dalam sejarah Peradilan Islam lembaga peradilan Islam pernah juga
mendapat tugas tambahan yang tidak masuk dalam penyelesaian sengketa para
pihak. Misal : menikahkan wanita yang tidak mempunyai wali, pengawasan
baitul mal, mengangkat pengawas anak yatim (pemerintahan Bani Umayah).30
Salam Madkur lebih jauh mengemukakan beberapa definisi. Ada definisi yang
berbunyi “menyampaikan hukum syar’i dengan jalan penetapan. Ada pula yang
menyatakan bahwa al-Qadha’ adalah mencampuri urusan antara makhluk
dengan khaliknya untuk menyampaikan perintah-perintah dan hukum-hukum-
Nya kepada mereka dengan perantaraan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Atau
secara ringkas, menyelesaikan sengketa antara dua pihak dengan
(menggunakan) hukum Allah.
45
untuk dilaluinya. Kemudian, jika dia memberi keterangan, hendaklah anda
memberikan kepadanya haknya. Jika dia tidak mampu memberikan yang
demikian, anda dapat memutuskan perkara yang merugikan haknya, karena
yang demikian itu lebih mantap bagi keuzurannya (tidak ada jalan baginya
untuk me‐ ngatakan ini dan itu lagi), dan lebih menampakkan apa yang
tersembunyi.
g. Memperbaiki putusan yang salah. Janganlah anda dihalangi oleh suatu
putusan yang telah anda putuskan pada hari ini, kemudian anda tinjau
kembali putusan itu lalu anda ditunjuk pada kebenaran untuk kembali pada
kebenaran, karena kebenaran itu suatu hal yang qadim yang tidak dapat
dibatalkan oleh sesuatu. Kembali pada hak, lebih baik daripada terus
bergelimang dalam kebatilan.
h. Kewajiban menggali hukum yang hidup dan melakukan penalaran logis
Pergunakan kekeuatan logis pada suatu kasus perkara yang di‐ ajukan
kepada anda dengan menggali dan memahami hukum yang hidup, apabila
hukum suatu perkara kurang jelas tunjuk‐ kan dalam al‐Qur’an dan Hadits,
kemudian bandingkanlah permasalahan tersebut satu sama lain dan
ketahuilah hukum yang serupa, kemudian ambillah mana yang lebih mirip
dengan kebenaran.
i. Orang Islam haruslah berlaku adil Orang Islam dengan orang Islam lainnya
harus berlaku adil, terkecuali orang yang sudah pernah menjadi saksi palsu
atau pernah dijatuhi hukuman had atas orang yang diragukan tentang asal
usulnya, karena sesungguhnya Allah yang mengendalikan rahasia hamba
dan menutupi hukuman atas mereka, terkecuali dengan keterangan dan
sumpah.
j. Larangan bersidang ketika emosional. Jauhilah diri anda dengan marah,
pikiran kaau, perasaan tidak senang, dan berlaku kasar terhadap para pihak.
Karena kebena‐ ran itu hanya berada di dalam jiwa yang tenang dan niat
yang bersih31
31
EKSISTENSI RISALATUL QADHA UMAR BIN KHATTAB DAN RELEVANSINYA DENGAN PERADILAN
AGAMA DI INDONESIA DI ERA REFORMASI Oleh : Dra. Ramlah, M. Pd.I
46
BAB III
PENUTUP
berdasarakan uraian diatas yang telah kami paparkan dapat ditarik sebuah
kesimpulam yaitu islam yang merupakan sebuah agama tidak hanya mengatur
hubungan antara mnusia atau pribadi dengan Tuhan saja tapi islam juga mengatur
tentang kehidupan bernegara, dalam islam juga memiliki konsepsi tersendiri
mengenai pandangan tentang negara yang dikenal dengan Fiqih Siyasah atau
Hukum Tata Negara Islam. Dalam HTN Islam ini diatur hal-hal menganai kepala
negara, kewajiban kepala negara, musyawarah atau syura dan hal lain sebagainya
yang menyangkut tentang negara. HTN Islam ini sudah ada sejak zaman Nabi
Muhammad SAW, sistem ini diterapkan saat Nabi menjadi Kepala negara negri
Madina, sistem yang dibawah beliau ini tersusun dan terstruktur dengan rapi
sesuai dengan syariat islam, bahkan Robert N. Bellah “mengatakan bahwa konsep
yang ditawarkan Nabi itu amat modern bahkan terlalu modern untuk masanya
sehingga tidak .mampu dilanjutkan oleh masyarakat berikutnya.”
47
DAFTAR PUSTAKA
48
SYURA DAN DEMOKRASI: ANTARA TEORI DAN PRAKTEKNYA
DALAM DUNIA ISLAM” OLEH ANGGI WAHYU ARI
KEDUDUKAN MUSYAWARAH DAN DEMOKRASI DI INDONESIA”
OLEH MUHAMMAD HANAFI
HUBUNGAN ISLAM DAN POLITIK DI INDONESIA PERSPEKTIF
PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA oleh Ridwan
KONSEPSI AHLUL HALLI WAL AQDI DALAM TEORI KENEGARAAN
ISLAM oleh MAZDAN MAFTUKHA ASSYAYUTI
EKSISTENSI PRINSIP SYURA DALAM KONSTITUSIONAL ISLAM oleh:
Lukman Santoso, SHI, MH
LEMBAGA KEKUASAAN KEHAKIMAN DAN PERADILAN ISLAM. Oleh:
DJOKO SUTRISNO, S.H. M.Hum.
EKSISTENSI RISALATUL QADHA UMAR BIN KHATTAB DAN
RELEVANSINYA DENGAN PERADILAN AGAMA DI INDONESIA
DI ERA REFORMASI Oleh : Dra. Ramlah, M. Pd.I
49