Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA
“ POLITIK DALAM ISLAM”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK III

1. M. ALFIDA JULFI (19129310)

2. INTAN AMALIYA FITRI (19129235)

3. NINING AULIA IDRIS (19129048)

4. WITTRINA DEWI (19129303)

DOSEN PEMBIMBING :

Dra. MAYARNIMAR

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt karena dengan limpahan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah sehingga kami mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul “Politik dalam Islam”.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa, makalah ini tidak akan selesai
dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan , dorongan dan bimbingan dari dosen. Pada
makalah ini yang kami susun ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki maka kami
meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua di dalam
dunia pendidikan . dan mampu menjadi pendidik yang patut di tauladani oleh anak didik.

Bukittinggi ,1 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
C. Tujuan............................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Politik Islam..................................................................... 5
B. Ham dalam islam.......................................................................... 8
C. Demokrasi dalam islam................................................................. 10
D. Konsep masyarakat madani........................................................... 11
E. Karakteristik keislaman pembangun masyarakat madani............. 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................... 13
B. Saran.............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang Islam takkan pernah ada habisnya. Islam mengandung berbagai
kisah dari sejarah zaman lampau hingga masa yang akan datang, termuat juga hukum-
hukum Islam, rahasia alam semseta, serta masih banyak lagi.
Islam mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberlangsungan umat
manusia di dunia. Betapa tidak, semua persoalan manusia di dunia sebagian besar dapat
ditemukan jawabannya dalam Al-Quran. Oleh karenanya, Al-Quran diyakini sebagai
firman Allah yang menjadi sumber ajaran Islam pertama sebelum hadist.
Maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat muslim untuk membaca,
memahami, dan mengamalkan Al-Quran yang merupakan pedoman hidup kita. Dengan
membaca Al-Quran inilah kita dapat memahami dan menerapkan bagaimana politik
dalam islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan politik islam?
2. Apa tujuan dari politik islam?
3. Apa yang dimaksud dengan demokrasi dan HAM dalam islam?
4. Apa itu masyarakat madani?
5. Bagaimana karakteristik islam dalam membangun masyarakat madani?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan politik islam.
2. Mengetahui tujuan dari politik islam.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan demokrasi dan HAM dalam islam.
4. Mengetahui apa itu masyarakat madani.
5. Mengetahui karakteristik islam dalam membangun masyarakat madani.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP POLITIK ISLAM


1. Pengertian Politik
Untuk konsumsi umum sehari-hari, ada kesan miring, bahkan negatif pada makna
yang terkandung dari kata “politik”. Untuk pengertian ini, misalnya, ketika
Prof.Dr.H.M. Amin Rais bertanya kepada salah seorang politikus yang juga seorang
kiyai tentang alasan kepindahan sang tokoh dari satu partai ke partai lain yang sangat
mungkin membuat bingung pengikutnya. Sang tokoh dengan santai menjawab bahwa
politik itu kan urusan dunia, sementara urusan dunia itu hanya permainan saja.
Politik Islam yang disebut juga sebagai “as-Siyāsah asy-Syar’iyyah”. Secara
bahasa terdiri dari dua kata “as-Siyāsah” dan  “asy-Syar’iyyah”. Dalam buku berjudul
“al-Madkhal ilā as-Siyāsah asy-Syar’iyyah” (1993: 13-53) Syekh Abdul ‘Āhmad
menjelaskan pengertian politik Islam beserta bidang kajiannya dengan cukup lugas.
Kata “as-Siyâsah” diderivasi dari kata kerja: ً‫ة‬K‫اس‬
َ َ‫ ِسي‬- ُ‫وْ س‬K‫يَ ُس‬-‫اس‬
َ K‫ َس‬yang maknanya
berkisar pada: mengurusi, mengelola, mengatur sesuatu (sesuai) dengan kemaslahatan
(kepentingan). Menurut pendapat terkuat, kata ini bukanlah kata asing yang diimpor
dari bahasa selain Arab.
Sedangkan kata “asy-Syar’iyyah” secara bahasa berarti dinisbatkan pada syariat.
Kata “Syari’ah” berarti jalan, metode atau cara. Yang dimaksud di sini adalah syariat
Islam. Jadi, yang dimaksud dengan “as-Siyâsah asy-Syar’iyyah” (Politik Islam)
secara bahasa bermakna mengurus sesuatu sesuai kemaslahatan (umat) berdasarkan
syariat Islam.
Adapun makna politik Islam (as-Siyâsah asy-Syar’iyyah ) menurut istilah
‘fuqahā’ (ulama fikih) adalah membina (membangun atau mendasari) hukum sesuai
dengan tuntutan maslahat (kepentingan) umat yang tidak terdapat dalil khusus dan
rinci mengenainya.

5
Dengan ungkapan lain disebutkan bahwa yang dimaksud dengan politik Islam
adalah pemimpin yang mengatur urusan umat mewujudkan (merealisasikan) maslahat
(kepentingan) yang kembali kepada individu dan jemaah (masyarakat).
Dapat di simpulkan, bahwa politik di dalam islam merupakan salah satu sarana
untuk melaksanakan syariat di dalam islam meliputi hukum tertinggi mutlak dari hak
Allah swt, Risalah berarti mengikuti jejak nabi dan hkalifah sebagai wakil utusan dari
Allah swt. Yang telah diatur untuk mengatur tatanan hidup dan kehidupan demi
menjaga kemaslahatan umat Islam.

2. Tujuan Politik Islam


Adapun tujuan lain dari berpolitik di dalam islam adalah :
a. Memelihara keimanan menurut prinsip prinsip yang telah disepakati oleh 'ulama'
salaf daripada kalangan umat Islam.
b. Melaksanakan proses pengadilan di kalangan rakyat dan menyelesaikan masalah
di kalangan orang orang yang berselisih.
c. Menjaga keamanan daerah daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan
aman dan damai
d. Melaksanakan hukuman hukuman yang ditetapkan syara' demi melindungi hak
hak manusia.
e. Menjaga perbatasan negara dengan berbagai persenjataan bagi menghadapi
kemungkinan serangan daripada pihak luar.
f. Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
g. Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat dan sedekah sebagai mana yang
ditetapkan oleh syara'.
h. Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan negara
agar tidak digunakan secara boros ataupun secara kikir.
i. Mengangkat pegawai pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan
negara dan menguruskan hal ehwal pentadbiran Negara.
j. Menjalankan pengaulan dan pemeriksaan yang rapi di dalam hal ehwal amam
demi untuk memimpin negara dan melindungi al Din. 

6
3. Asas-asas sistem politik islam
a) Hakimiah ilahiyah
Memeberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi dalam sistem
politik islam hanyalah hak mutlak dari Allah swt. Tidak mungkin menjadi milik
siapapun selain dari milik Allah swt.

b) Risalah
Jalan kehidupan para rasul di iktiraf oleh islam sebagai sunnah alhuda atau jala-
jalan hidayah. Jalan kehidupan mereka berlandas pada wahyu yang di turunkan
dari Allah untuk diri mereka dan juga untuk umat mereka.Para rasul sendiri
menyampaikan hukum dan syari’at Allah kepada manusia.
Melalui landasan risalah inilah maka para Rasul mewakili kekuasaan tertinggi
Allah kepada manusia.

4. Konsep utama sistem politik islam


a) Imamah (kepemimpinan)
Pengangkatan pemimpin yang amanah dan ketaatan rakyat kepada pemimpin
adalah konsep politik islam yang pokok sesuai yang tercantum di dalam QS.An-
Nisa ayat 58
Ayat ini di tujukan untuk para pemimpin dalam hal pembagian putusan hukum,
dan lain sebaganya.

b) Musyawarah
Berkenan dengan pemilihan ketua Negara dan orang yang menjabat tugas-tugas
utama dalam pendadbiran ummat. Dan juga berkenan dalam penentuan jalan dan
cara pelaksanaan undang-undang yang telah di maktubkan di dalam al-qur’an.
c) Kebebasan
Kebebasan yang di pelihara oleh partai politik islam ialah kebebasan yang
berteraskan kepada ma’ruf dan kebajikan.

7
d) Persamaan
Perasamaan di sinin terdiri dari pada persamaan dalam pendapat dan menuntut
hak-hak ,persamaan dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat-
peringkat yang telah di terapkan dalam undang-undang perlembagaan dan
persamaan berada di bawah taklukan kekuasaan undang-undang.

B. HAM DALAM ISLAM


Apabila kita berbicara tentang dunia Islam, maka yang sering menjadi tolak ukur
adalah pada Hukum Islamnya, karena selama ini dunia Islam identik dengan Hukum
Islam, sehingga sering kali apabila suatu negara Islam yang berlaku dinilai melanggar
hak azasi manusia, maka yang disalahkan adalah Islamnya bukan kesalahan pada
personal pemerintahan yang berkuasa pada saat itu, dan ini tidak adil, kalau kemudian
Islam yang menjadi sasaran terhadap kesalahan-kesalahan tersebut ditandai dengan tidak
adanya satupun kekuasaan (centralizied authority) sebelum lahirnya Nabi Muhammad
saw. Salah satu fakta kuat dan mengikat seluruh pengikut Muhammad adalah faktor
keimanan (faith) yang mampu menyatukan mereka dalam suatu komunitas yang
terorganisasi.

1. Konsep Hak Asasi Manusia (HAM)


Istilah hak-hak asasi manusia merupakan terjemahan dari istilah drots de I’homme
dalam bahasa Prancis, yang berarti, hak manusia, atau dalam bahasa Inggrisnya,
human right. Dalam bahasa Belanda, menselijke rechten.
Sedangkan al-Quran, di mana lebih dari 1400 tahun yang lalu diwahyukan Allah
swt kepada seluruh umat manusia melalui rasul dan utusannya, Nabi Muhammad
saw, merupakan pencerminan nilai-nilai asasi bagi manusia.
Hak asasi manusia (HAM) menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugrahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi

8
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Terkait hak hak asasi manusia dalam Islam (al-huquq al-insaniyyah fil islam),
musyawirin menjelaskannya dengan merujukkan pada ulasan-ulasan yang pernah
disinggung para ulama klasik ketika menjelaskan tentang filosofi hukum Islam.
Keterangan ini antara lain bisa ditemukan kitab-kitab ushul fiqh seperti Al-Mustashfa
min Ilm al Ushul karya Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali. Imam al-Ghazali
menyebutnya maqâshidusy syarî‘ah (pokok-pokok yang menjadi tujuan syariat).

Perbedaan HAM menurut barat dan HAM meurut islam:


 Menurut barat
Bersifat anthroposentris,berpusat pada manusia, sehingga ukuran
kebenarannya adalah menrut manusia. Oleh karena itu, menjadi kemauan
manusia,di biarkan untuk dilaksanakan kendatipun destruktif.
 Menurut islam
Menurut islam bersifat Theosentris, yaitu berpusat kepada Allah
swt, dalam pengertian bukan kepada oknumnya,tetapi kepada ajarannya,
yaitu al-qur’an dan juga sunnah Rasul.

2. Pembagian HAM dalam Islam


a. Hifdhud dîn
Memberikan jaminan hak kepada umat Islam untuk memelihara agama
dan keyakinannya (al-din). Sementara itu Islam juga menjamin sepenuhnya atas
identitas (kelompok) agama yang bersifat lintas etnis, oleh karena itu Islam
menjamin kebebasan beragama, dan larangan adanya pemaksaan agama yang satu
dengan agama lainnya.
b. Hifdhun nafs wal ’irdh
Memberikan jaminan hak atas setiap jiwa (nyawa) manusia, untuk tumbuh
dan berkembang secara layak. Dalam hal ini Islam menuntut adanya keadilan,
pemenuhan kebutuhan dasar (hak atas penghidupan) pekerjaan, hak kemerdekaan,

9
dan keselamatan, bebas dari penganiayaan dan kesewenang-wenangan. Hifdhul
‘aql adalah adanya suatu jaminan atas kebebasan berekspresi, kebebasan mimbar,
kebebasan mengeluarkan opini, melakukan penelitian dan berbagai aktivitas
ilmiah. Dalam hal ini Islam melarang terjadinya perusakan akal dalam bentuk
penyiksaan, penggunaan ekstasi, minuman keras dan lain-lain.

c. Hifdhun nasl
Merupakan jaminan atas kehidupan privasi setiap individu, perlindungan
atas profesi (pekerjaan), jaminan masa depan keturunan dan generasi penerus
yang lebih baik dan berkualitas. Free sex, zinah menurut syara’, homoseksual,
adalah perbuatan yang dilarang karena bertentangan dengan hifdh al-nasl.
d. Hifdhul mâl
Dimaksudkan sebagai jaminan atas pemilikan harta benda, properti dan
lain-lain. Dan larangan adanya tindakan mengambil hak dari harta orang lain,
seperti mencuri, korupsi, monopoli, oligopoli, monopsoni dan lain-lain.

C. DEMOKRASI DALAM ISLAM


Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan prinsip-
prinsipislam ke dalam kebijakan publik dalam kerangka demokrasi Teori politik Islam
menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin harus dipilih oleh rakyat, tunduk
pada syariah dan berkomitmen untuk mempraktekkan "syura", sebuah bentuk konsultasi
khusus yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang dapat ditemukan dalam
berbagai hadits dengan komunitas mereka.
Dalam konsep demokrasi modern, kedalautan rakyat merupakan inti dari
demokrasi, sedang demokrasi islam yakni meyakini bahwa kedaulatan Allah yang
menjadi Inti dari demokrasi.Kedaulatan mutlak menentukan pemilihan khalifah, yaitu
memberikan kerangka kerja seorang khalifah. Konsep demikianlah yang di kembangkan
para cendikiawan belakangan ini dalam mengembangkan teori politik yang di anggap
demokratis.

10
Pandangan Tokoh Ulama Tentang Demokrasi
1. Al Madudi
Beliau adalah tokoh ulama yang menolak dengan tegas suatu demokrasi dalam
negara. Islam tidak memberikan kekuasaan penuh pada rakyat untuk memutuskan
sesuatu. Islam menggunakan dalil yang kuat dalam memutuskan suatu masalah, atau
perkara yang muncul dalam suatu pemerintahan. Lain hal nya dengan demokrasi yang
hukumnya dibuat oleh manusia sehingga cenderung bersifat sekuler.
2. Muhammad Imarah
Beliau adalah tokoh yang tidak menerima demokrasi dengan tegas dan juga tidak
menyetuji adanya sistem demokrasi pada suatu negara. Demokrasi adalah sebuah
sistem kekuasaan yang membuat atau menetapkan hukum di tangan manusia
( rakyat ). Hal ini sangat bertentangan dalam sistem pemerintahan islam yang sudah
dibuat dan di tetapkan Allah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.

D. KONSEP MASYARAKAT MADANI


Masyarakat Madani secara umum ialah msyarakat yang beradap serta menjunjung
tinggi nilai kamanusiaan,demokratis dan juga maju serta menguasai teknologi dan ilmu
pengetahuan.
Secara harfiah, kara madani berasal dari basa arab yang berarti beradab.
Sedangkan dalam bahsa inggris bersal dari kata civilized yang berarti msyarakat yang
hidup dengan moral dan memiliki nilai-nilai dalam sistem social.

Pengetian masyarakat madani menurut para ahli :

a. Muhammad AS Hikam
Semua wilayah kehidupan social yang terorganisir dan memiliki ciri-ciri berupa
kesukarelaan, keswadayaan, keswasembadaan, dan kemandirian yang tinggi di
hadapan Negara, Serta terikat dengan norma dan nilai hukum yang diikuti semua
warnganya.
b. Cohen dan Arato

11
Suatu wilayah interaksi social diantara wilayah ekonomi, politik, serta Negara,
yang di dalamnya membangun sebuah ikatan social.

Di dalam Al-qur’an kehidupan masyarkat madani adalah baldatun thayyibatun wa rabbun


ghafur yang diatikan sebagai negri yang baik di atas ke ridaan Allah swt.

Konsep msyarakat madani di dalam al-qur’an di bagi menjadi tiga jenis :

1. Khairah ummah (masyarakat terbaik)


2. Ummatan wasathan (masyarakat seimbang)
3. Ummah muqtashidah (masyarakat mudarat)

E. KARAKTERISIK KEISLAMAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT MADDANI


1. Islam humanis
Islam yang humanis berarti bahwa ajran islam yang diberikan oleh Rasulullah
adalah kompatibel dengan fitrah manusia.
2. Islam moderat
Adalah keseimbangan ajaran islam yang di terapkan dalam berbagai kehidupan
manusia baik secara vertical maupun horizontal.
3. Islam toleran
Kata toleran dalam ajaran islam berkaitan dengan penganut agama islam sendiri
dan penganut agama lain. Apabila di kaitkan dengan kaum muslimin, maka toleran
berarti kelonggaran, kemudahan, dan fleksibelitas.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Politik di dalam islam merupakan salah satu sarana untuk melaksanakan syariat di
dalam islam meliputi hukum tertinggi mutlak dari hak Allah swt, Risalah berarti
mengikuti jejak nabi dan hkalifah sebagai wakil utusan dari Allah swt. Yang telah diatur
untuk mengatur tatanan hidup dan kehidupan demi menjaga kemaslahatan umat Islam.
Hak asasi manusia (HAM) menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugrahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan prinsip-
prinsipislam ke dalam kebijakan publik dalam kerangka demokrasi Teori politik Islam
menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin harus dipilih oleh rakyat, tunduk
pada syariah dan berkomitmen untuk mempraktekkan "syura", sebuah bentuk konsultasi
khusus yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang dapat ditemukan dalam
berbagai hadits dengan komunitas mereka.
Masyarakat Madani secara umum ialah msyarakat yang beradap serta menjunjung
tinggi nilai kamanusiaan,demokratis dan juga maju serta menguasai teknologi dan ilmu
pengetahuan. Secara harfiah, kara madani berasal dari basa arab yang berarti beradab.
Sedangkan dalam bahsa inggris bersal dari kata civilized yang berarti msyarakat yang
hidup dengan moral dan memiliki nilai-nilai dalam sistem social.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai politik islam, diharapkan kita dapat lebih
memaknai syariat-syariat islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga akan tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

13
DAFTAR RUJUKAN

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat Jakarta: Gramedia, 1996.

Qardlawi, Yusuf, Al-Tarbiyat al-Islamiyat wa Madrasat Hasan al-Banna, diterjemahkan ke


dalam bahasa In donesia oleh Gazali Mukri dengan judul: Sistem Kaderisasi Ikhwanul
Muslimin. Solo: Pustaka Mantiq, 1993.

14

Anda mungkin juga menyukai