MANAJEMEN KELAS DI SD
Oleh :
Kelompok 6
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Tindakan Preventif dan Kuratif Dalam Menanggulangi Pelanggaran
Disiplin” ini dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Manajemen Kelas di SD, yaitu Ibu Dra. Zaiyasni, S.Pd, M.Pd . Serta kepada teman- teman
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam penyelengaraan disiplin kelas terkadang terjadi permasalahan atau
pelangaran disiplin. Penyebab pelanggaran dsiplin kelas itu sangat unik, bersifat sangat
pribadi, kompleks dan kadang-kadang mempunyai latar belakang yang mendalam lain
dari pada sebab-sebab yang nampak. Ketidak teraturan atau pelanggaran disiplin selama
proses belajar mengajar dapat disebabkan juga oleh masalah yang ditimbulkan oleh
para peserta didik namun ada pula yang disebabkan oleh masalah umum. Disiplin kelas
perlu terpelihara dengan sebaik baiknya.
Cara pemeliharaan disiplin kelas tersebut dengan menanggulangi masalah-
masalah atau pelanggaran yang muncul seiring penyelenggraan disiplin kelas. Dalam
praktek penyelenggaraan penanggulangan pelanggaran disiplin kelas tersebut pendidik
tidak boleh sembarangan menerapkan cara untuk menanggulangi masalah-masalah
pelanggaran disiplin kelas. Kesalahan dalam penanggulangan pelanggaran disiplin
akan berpengaruh negatif terhadap keadaan kelas.
Kesalahan dalam penanggulangan pelanggaran disiplin akan memperburuk
keadaan bukannya memperbaiki pelanggraan disiplin yang telah terjadi. Oleh kareana
itu, pendidik perlu menerapkan cara penanggulangan pelanggaran disiplin kelas dengan
penuh hati-hati, demokratis serta edukatif.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, adapun rumusan masalah
yaitu :
1. Apa bentuk dari pelanggaran disiplin kelas?
2. Apa saja yang dilakukan dalam tindakan preventif dalam menanggulangi
pelanggaran disiplin kelas?
3. Apa saja yang dilakukan dalam tindakan kuratif dalam menanggulangi
pelanggaran disiplin kelas?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan yang ingindicapai adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui bentuk dari pelanggaran disiplin kelas.
2. Mengetahui tindakan preventif dalam menanggulangi pelanggaran disiplin kelas
3. Mengetahui tindakan kuratif dalam menanggulangi pelanggaran disiplin kelas
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengenalan siswa
Makin baik guru mengenal siswa makin besar kemungkinan guru mencegah
pelanggaran disiplin. Sebaliknya anak yang frustasi karena merasa tidak mendapat
perhatian guru dengan semestinya sangat mungkin terjadinya siswa tersebut
melanggar disiplin sekolah. Setiap siswa pada dasarnya mempunyai daya atau
tenaga untuk mengontrol dirinya. Siswa yang tidak diperhatikan orang tua dan
gurunya kurang dapat mengontrol dirinya sendiri biasanya kurang menghargai
otoritas dan mereka tidak menyukai dan membencinya.
a. Pengenalan terhadap mereka dan latar belakangnya merupakan usaha
penanggulangan pelanggaran disiplin. Berbagai alat dapat digunakan,
misalnya: “interest-inventory” merupakan cara sederhana yang dilakukan guru.
Alat ini berupa sejumlah pertanyaan misalnya tentang buku yang disenangi,
hoby, favorit, aktivitas yang dikerjakan siswa, acara yang disenangi dari siaran
televisi, guru yang paling disenangi, dan sebagainya.
b. “sosiogram” yang dibuat dengan maksud untuk melihat bagaimana persepsi
para siswa dalam rangka hubungan sosio-psikologis dengan teman-temannya.
c. “feedback letter” dimana siswa diminta untuk membuat satu karangan atau satu
surat tentang perasaan mereka terhadap sekolahnya; apa yang disukai pada saat
pertama kali masuk sekolah, pada saat pelajaran berlangsung, pada saat
istirahat, keadaan lingkungan sekolah, pada saat pulang sekolah dan sebagainya
2. Melakukan tindakan korelatif
Dalam kegiatan melakukan tindakan disiplin kelas, tindakan tepat dan
segera dapat diperlukan. Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya
dilakukan guru bila terjadi masalah pelanggaran disiplin. Guru yang bersangkutan
dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan perbuatan sesuai setepat
mungkin. Guru harus segera mengingatkan siswa terhasdap peraturan dan tata tertib
(yang dibuat dan diterapkan bersama) dan konsekuensinya, kemudian
melaksanakan sanksi yang seharusnya berlaku.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk memonitor efektivitas aturan tata tertib.
Setelah jangka waktu tertentu guru bersama murid dapat meninjau kembali aturan
sekolah tersebut untuk memodifikasi dan diperbaiki. Bagaimana cara melakukan
dimensi tindakan ini, beberapa hal dibawah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
bagi guru.
a. Lakukan tindakan dan bukan ceramah
Bila ada seorang siswa melakukan tindakan yang dapat mengganggu
kelas lakukan kegiatan menghentikan kegiatan tersebut secara tepat dan segera.
Cara bertindak atau memberikan ceramah tentang kesalahan yang dibuat siswa
pada saat itu akan membuat siswa malah menjadi bingung. Pesan-pesan non-
verbal atau body languange, baik berupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis, dan
sebagainya dapat membantu dalam penegakkan disiplin kelas.
b. Jangan tawar menawar (do not bargain)
Bila terjadi pelanggaran yang dilakukan seorang siswa dan melibatkan
atau menyalahkan siswa lainnya guru harus segera melakukan tindakan untuk
menghentikan gangguan tersebut. Tidak ada untungnya kalau pada saat itu guru
membuka forum diskusi untuk membicarakan tentang peraturan dan mencari
siapa yang bersalah. Sekali lagi segera hentikan penyimpangan tingkah laku
siswa dengan tindakan.
c. Gunakan “kontrol” kerja
Mungkin sekali banyak hal yang belum tercangkup dalam tata tertib
terjadi dalam kelas. Kewajiban guru adalah mencoba menghindarkan hal
tersebut dengan melakukan kontrol sosial. Misalnya dengan membuat ruangan
tapal kuda sehingga guru dapat langsung berhadapan muka dengan para siswa,
dan sekaligus dapat mengontrol tingkah laku mereka. Pendekatan dengan siswa
sangat diperlukan karena kalau mereka merasa dekat dengan guru akan
memperkecil kesempatan mereka untuk berbuat “nakal” dan melanggar tata
tertib sekolah.
d. Nyatakan peraturan dan konsekuensinya
Bila ada siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekolah,
komunikasikan kembali apa aturan yang dilanggarnya secara jelas dan
kemukakan akibatnya bila peraturan yang telah dibuat dan disepakati bersama
itu dilanggar. Konsekuensi itu dilakukan secara bertahap dimulai dari peringatan,
teguran, memberi tanda cek, di suruh menghadap kepala sekolah dan atau
dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yang dilakukannya di
sekolah.
Bila ada tindakan siswa yang mengganggu suasana proses belajar
mengajar, segera hentikan gangguan tersebut, kemudian usahakan memahami
alasan mengapa siswa tersebut bertindak demikian. Kemudian kepadanya
harapan kita sebagai guru dan teman-teman lain yang akan terganggu
konsentrasinya dan nyatakan tingkah laku bagaimana yang diharapkan dari siswa
yang bersangkutan. Tindakan guru hendaknya cukup tegas dan berwibawa dan
hendaknya hindarkan hal-hal tindakan yang menyebabkan siswa yang
menyebabkan siswa mendapat malu di depan teman-temannya.
3. Melakukan tindakan penyembuhan
Upaya tindakan penyembuhan terhadap perilaku siswa yang tidak disiplin
dapat dilakukan di antaranya:
a. Mengidentifikasi para siswa yang mendapat kesulitan untuk menerima
konsekuensi dari pelanggaran yang dibuatnya
b. Membuat rencana paling tepat tentang langkah-langkah yang akan ditempuh
dalam mengadakan kontrak dengan siswa
c. Menetapkan waktu pertemuan dengan siswa tersebut yang disetujui bersama
oleh guru dan siswa yang bersangkutan
d. Bila saatnya bertemu dengan siswa tiba, jelaskan maksud pertemuan
tersebut, dan jelaskan pula manfaat yang diperoleh oleh siswa maupun
sekolah
e. Tunjukkan kepada siswa bahwa guru pun bukan orang yang sempurna tidak
lepas dari kekurangan, tetapi yang penting guru dan siswa harus tumbuh
kesadaran untuk bersama-sama belajar untuk saling memperbaiki diri
f. Guru membawa murid kepada masalahnya itu memahami tata tertib dan
menjauhi pelanggaran terhadap peraturan yang diberlakukan di sekolah
g. Bila pertemuan yang diadakan dan siswa tidak responsif maka guru dapat
melaksanakan diskusi pada saat yang lain tentang masalah yang dihadapi
1. Seorang guru menegur dan menasihati siswanya karena ketahuan menyontek pada
saat ulangan bertujuan untuk memberi penyadaran kepada perilaku dan memberi
efek jera.
2. Suka penyelewengan waktu belajar untuk kegiatan-kegiatan yang kurang
bermanfaat, seperti, omong kosong sambil merokok. Akibat konsentrasi pikirannya
menjadi lemah karena kurang tidur atau istirahat, suka melamunkan impian-impian
kosong, kecanduan dan sebagainya. Tindak preventif adalah menjaga keharmonisan
hubungan antar sivitas akademika dengan melibatkannya dalam kesibukan-
kesibukan kecil sampai kesibukan besar yang menghasilkan sukses, sehingga tidak
menimbulkan rasa patah semangat atau kebencian-kebencian kepada tugas-tugas,
khususnya tugas-tugas akademik. Secara tindak kuratif atau harus dilakukan
penyembuhan terhadap pelaku.
3. Suka membolos atau meninggalkan pelajaran mengakibatkan siswa ketinggalan
pelajaran, atau kehilangan bagian penting dari pelajaran, lebih-lebih bila pelajaran
itu bersifat prerekuisit (misalnya matematika), maka kerugian-kerugian itu akan
semakin menjadi "momok" dari studinya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Secara preventif
Dianjurkan kepada para guru agar meningkatkan profesionalitasnya dalam
PBM sehingga pengajaran lebih menarik minat belajar siswa, baik secara
metodologis maupun karena penggunaan multimedia serta alat peraga yang populer
dan inovatif-kreatif. Sesungguhnya bila PBM semakin menarik, kecenderungan
untuk membolos semakin kecil. Sebaliknya PBM yang membosankan
meningkatkan hasrat membolos bagi para siswa.
2. Secara Kuratif
a. Dianjurkan kepada guru agar dapat melakukan deteksi sedini mungkin terhadap
kebiasaan membolos para siswanya, dengan melakukan pendekatan edukatif
kepada para pembolos serta meningkatkan disiplin pengajarannya, disertai
introspeksi dan retrospeksi terhadap cara pengajaran masing-masing.
b. Diskusi dengan guru-guru mata pelajaran sejenis serta guru-guru senior pakar
sangat diperlukan. Jangan hanya melakukan tindakan sepihak dengan
melemparkan kesalahan kepada siswa selalu, mungkin sistem instruksional
guna sendiri yang perlu direvisi dan ditingkatkan.
c. Strategi pembuatan soal tes serta sistem evaluasinya perlu ditinjau kembali.
d. Dekatilah siswa-siswa Anda agar dapat mengungkapkan problema-problema
yang perlu dipecahkan, yang merupakan kendala belajar/PBM.
e. Bersikap angkuh atau menakutkan atau bersikap "angker" di hadapan siswa
bukanlah merupakan sikap guru yang ideal. Tindak bijaksana secara edukatif
perlu dipelihara demi menciptakan iklim sosioemosional yang positif, dan
tindakan ini bukan merupakan tindak yang menurunkan wibawa guru
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
DAFTAR RUJUKAN
Hasanah, Nurul. 2014. Usaha (Preventif, Kuratif, Dan Persuasif) Pengelolaan Kelas .
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Renika Cipta.
Destia, Rahman. (2012). Manajemen Kelas yang Berbasis Psikologi Pendidikan. [online]
Partiwi, dkk. (2017). Model Pengendalian Sosial Pelanggaran Disiplin Sekolah di SMA
Negeri 8 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. 6(5).
Wini. (2020). Peran Guru dalam Menangani Pelanggaran Disiplin Siswa di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 02 Tembilahan Kota. Jurnal Azatiza. 1(1), hal , 7-8.