Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN KELAS DI SD

“ Tindakan Preventif dan Kuratif Dalam Menanggulangi Pelanggaran Disiplin”

Oleh :

Kelompok 6

1. Muhammad Farhan 19129135


2. Nikmah Khairani 19129046
3. Rini Lestari 19129158
4. Vionita Sari 19129299
5. Winda Rachma Indriyana 19129302

Dosen Pengampu : Dra. Zaiyasni, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Tindakan Preventif dan Kuratif Dalam Menanggulangi Pelanggaran
Disiplin” ini dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Manajemen Kelas di SD, yaitu Ibu Dra. Zaiyasni, S.Pd, M.Pd . Serta kepada teman- teman
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Bukittinggi, 22 November 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................


B. Rumusan Masalah ...............................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bentuk Pelanggaran Disiplin Kelas .....................................................................


B. Melakukan Tindakan Preventif ............................................................................
C. Melakukan Tindakan Kuratif ...............................................................................

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................

DAFTAR RUJUKAN .....................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam penyelengaraan disiplin kelas terkadang terjadi permasalahan atau
pelangaran disiplin. Penyebab pelanggaran dsiplin kelas itu sangat unik, bersifat sangat
pribadi, kompleks dan kadang-kadang mempunyai latar belakang yang mendalam lain
dari pada sebab-sebab yang nampak. Ketidak teraturan atau pelanggaran disiplin selama
proses belajar mengajar dapat disebabkan juga oleh masalah yang ditimbulkan oleh
para peserta didik namun ada pula yang disebabkan oleh masalah umum. Disiplin kelas
perlu terpelihara dengan sebaik baiknya.
Cara pemeliharaan disiplin kelas tersebut dengan menanggulangi masalah-
masalah atau pelanggaran yang muncul seiring penyelenggraan disiplin kelas. Dalam
praktek penyelenggaraan penanggulangan pelanggaran disiplin kelas tersebut pendidik
tidak boleh sembarangan menerapkan cara untuk menanggulangi masalah-masalah
pelanggaran disiplin kelas. Kesalahan dalam penanggulangan pelanggaran disiplin
akan berpengaruh negatif terhadap keadaan kelas.
Kesalahan dalam penanggulangan pelanggaran disiplin akan memperburuk
keadaan bukannya memperbaiki pelanggraan disiplin yang telah terjadi. Oleh kareana
itu, pendidik perlu menerapkan cara penanggulangan pelanggaran disiplin kelas dengan
penuh hati-hati, demokratis serta edukatif.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, adapun rumusan masalah
yaitu :
1. Apa bentuk dari pelanggaran disiplin kelas?
2. Apa saja yang dilakukan dalam tindakan preventif dalam menanggulangi
pelanggaran disiplin kelas?
3. Apa saja yang dilakukan dalam tindakan kuratif dalam menanggulangi
pelanggaran disiplin kelas?
C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan yang ingindicapai adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui bentuk dari pelanggaran disiplin kelas.
2. Mengetahui tindakan preventif dalam menanggulangi pelanggaran disiplin kelas
3. Mengetahui tindakan kuratif dalam menanggulangi pelanggaran disiplin kelas
BAB II

PEMBAHASAN

A. PELANGGARAN DISIPLIN KELAS


Disiplin kelas adalah sikap siswa yang terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, dan keteraturan berdasarkan acuan
nilai moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup
perubahan berfikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan standar sosial. Menurut Wini
(2020 : 7-8),Pelanggaran disiplin kelas yang dilakukan oleh peserta didik di dalam kelas
itu sangat unik, bersifat sangat pribadi, kompleks dan kadang-kadang mempunyai latar
belakang yang mendalam lain dan sebab-sebab yang tampak walaupun demikian
memang ada yang bersifat umum misalnya:
1. Kebosanan dalam kelas merupakan sumber pelanggaran disiplin. Siswa tidak tahun
apalagi yang harus mereka kerjakan karena yang dikerjakan itu ke itu saja. Harus
diusahakan agar peserta didik tetap sibuk dengan kegiatan bervariasi dengan taraf
perkembangannya.
2. Perasaan kecewa dan tertekan karena peserta didik dituntut untuk bertingkah laku
yang kurang wajar sebagai anak.
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengenalan atau status.

Pelanggaran disiplin dapat terjadi karena hal-hal berikut:

1. Disiplin sekolah yang kurang direncanakan dengan baik dan mantap


2. Perencanaan yang baik tetapi implementasinya kurang baik dan kurang dimonitor
oleh Kepala Sekolah
3. Penerapan disiplin yang tidak konsisten dan tidak konsekuen
4. Kebijakan kepala sekolah yang belum memprioritaskan peningkatanpemantapan
disiplin sekolah
5. Kurang kerjasama dan dukungan guru-guru dalam perencanaan implementasi
disiplin sekolah
6. Kurangnya dukungan dan partisipasi orang tua dan menangani disiplin sekolah,
secara khusus siswa yang bermasalah
7. Siswa di sekolah tersebut banyak yang berasal dari siswa bermasalah dalam disiplin
diri, mereka cenderung melanggar dan mengabaikan tertib sekolah
8. Tulus tuu 2004 53
Nurvadila (2020) menjelaskan Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin siswa yang
kerap kali terjadi antara lain: bolos, tidak mengerjakan tugas dari guru, mengganggu
kelas yang sedang belajar, menyontek, tidak memperhatikan pelajaran yang sedang
dijelaskan oleh guru, berbicara dengan teman sebelahnya saat pelajaran berlangsung,
terlambat hadir kesekolah. Pelanggaran disiplin kelas atau sekolah yang terjadi seperti
contoh yang diatas harus ditanggulangi dengan baik dan tepat. Nurvadila (2020)
menjelaskan dalam penanggulangan pelanggaran disiplin, beberapa hal berikut ini perlu
mendapat perhatian:

1. Adanya tata tertib.


Dalam mendisiplinkan siswa, tata tertib sangat bermanfaat untuk
membiasakannya dengan standar prilaku yang sama dan diterima oleh individu lain
dalam ruang lingkupnya. Dengan standar yang sama ini, diharapkan tidak ada
diskriminasi dan rasa ketidak adilan pada individuindividu yang ada di lingkungan
tersebut. Disamping itu, adanya tata tertib, para siswa tidak dapat lagi bertindak dan
berbuat sesuka hatinya.
2. Konsisten dan konsekuen.
Masalah umum yang muncul dalam disiplin adalah tidak konsistennya
penerapan disiplin. Ada perbedaan antara tata tertib yang tertulis dengan
pelaksanaan di lapangan. Dalam sanksi atau hukuman ada perbedaan antara
pelanggar yang satu dengan yang lain. Sugeng Prijodarminto dalam Tulus Tu’u,
dalam bukunya peran disiplin pada prilaku dan prestasi siswa, mengatakan: Dalam
menegakkan disiplin bukanlah ancaman atau kekerasan yang di utamakan. Yang
diperlukan adalah ketegasan dan keteguhan di dalam melaksanakan pereturan. Hal
itu merupakan modal utama dan syarat mutlak untuk mewujudkan disiplin.
3. Hukuman.
Hukuman bertujuan mencegah tindakan yang tidak baik atau tidak diinginkan.
4. Kemitraan dengan orang tua.
Pembentukan individu berdisiplin dan penanggulangan masalahmasalah
disiplin tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga tanggung jawab
orang tua atau keluarga. Keluarga atau orang tua merupakan pendidik pertama dan
utama yang sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan dan pengembangan prilaku
siswa. Karena itu, sekolah sangat perlu bekerja sama dengan orang tua dalam
penanggulangan masalah disiplin.
Dalam menanggulangi gangguan disiplin yang dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :

1. Pengenalan siswa
Makin baik guru mengenal siswa makin besar kemungkinan guru mencegah
pelanggaran disiplin. Sebaliknya anak yang frustasi karena merasa tidak mendapat
perhatian guru dengan semestinya sangat mungkin terjadinya siswa tersebut
melanggar disiplin sekolah. Setiap siswa pada dasarnya mempunyai daya atau
tenaga untuk mengontrol dirinya. Siswa yang tidak diperhatikan orang tua dan
gurunya kurang dapat mengontrol dirinya sendiri biasanya kurang menghargai
otoritas dan mereka tidak menyukai dan membencinya.
a. Pengenalan terhadap mereka dan latar belakangnya merupakan usaha
penanggulangan pelanggaran disiplin. Berbagai alat dapat digunakan,
misalnya: “interest-inventory” merupakan cara sederhana yang dilakukan guru.
Alat ini berupa sejumlah pertanyaan misalnya tentang buku yang disenangi,
hoby, favorit, aktivitas yang dikerjakan siswa, acara yang disenangi dari siaran
televisi, guru yang paling disenangi, dan sebagainya.
b. “sosiogram” yang dibuat dengan maksud untuk melihat bagaimana persepsi
para siswa dalam rangka hubungan sosio-psikologis dengan teman-temannya.
c. “feedback letter” dimana siswa diminta untuk membuat satu karangan atau satu
surat tentang perasaan mereka terhadap sekolahnya; apa yang disukai pada saat
pertama kali masuk sekolah, pada saat pelajaran berlangsung, pada saat
istirahat, keadaan lingkungan sekolah, pada saat pulang sekolah dan sebagainya
2. Melakukan tindakan korelatif
Dalam kegiatan melakukan tindakan disiplin kelas, tindakan tepat dan
segera dapat diperlukan. Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya
dilakukan guru bila terjadi masalah pelanggaran disiplin. Guru yang bersangkutan
dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan perbuatan sesuai setepat
mungkin. Guru harus segera mengingatkan siswa terhasdap peraturan dan tata tertib
(yang dibuat dan diterapkan bersama) dan konsekuensinya, kemudian
melaksanakan sanksi yang seharusnya berlaku.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk memonitor efektivitas aturan tata tertib.
Setelah jangka waktu tertentu guru bersama murid dapat meninjau kembali aturan
sekolah tersebut untuk memodifikasi dan diperbaiki. Bagaimana cara melakukan
dimensi tindakan ini, beberapa hal dibawah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
bagi guru.
a. Lakukan tindakan dan bukan ceramah
Bila ada seorang siswa melakukan tindakan yang dapat mengganggu
kelas lakukan kegiatan menghentikan kegiatan tersebut secara tepat dan segera.
Cara bertindak atau memberikan ceramah tentang kesalahan yang dibuat siswa
pada saat itu akan membuat siswa malah menjadi bingung. Pesan-pesan non-
verbal atau body languange, baik berupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis, dan
sebagainya dapat membantu dalam penegakkan disiplin kelas.
b. Jangan tawar menawar (do not bargain)
Bila terjadi pelanggaran yang dilakukan seorang siswa dan melibatkan
atau menyalahkan siswa lainnya guru harus segera melakukan tindakan untuk
menghentikan gangguan tersebut. Tidak ada untungnya kalau pada saat itu guru
membuka forum diskusi untuk membicarakan tentang peraturan dan mencari
siapa yang bersalah. Sekali lagi segera hentikan penyimpangan tingkah laku
siswa dengan tindakan.
c. Gunakan “kontrol” kerja
Mungkin sekali banyak hal yang belum tercangkup dalam tata tertib
terjadi dalam kelas. Kewajiban guru adalah mencoba menghindarkan hal
tersebut dengan melakukan kontrol sosial. Misalnya dengan membuat ruangan
tapal kuda sehingga guru dapat langsung berhadapan muka dengan para siswa,
dan sekaligus dapat mengontrol tingkah laku mereka. Pendekatan dengan siswa
sangat diperlukan karena kalau mereka merasa dekat dengan guru akan
memperkecil kesempatan mereka untuk berbuat “nakal” dan melanggar tata
tertib sekolah.
d. Nyatakan peraturan dan konsekuensinya
Bila ada siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekolah,
komunikasikan kembali apa aturan yang dilanggarnya secara jelas dan
kemukakan akibatnya bila peraturan yang telah dibuat dan disepakati bersama
itu dilanggar. Konsekuensi itu dilakukan secara bertahap dimulai dari peringatan,
teguran, memberi tanda cek, di suruh menghadap kepala sekolah dan atau
dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yang dilakukannya di
sekolah.
Bila ada tindakan siswa yang mengganggu suasana proses belajar
mengajar, segera hentikan gangguan tersebut, kemudian usahakan memahami
alasan mengapa siswa tersebut bertindak demikian. Kemudian kepadanya
harapan kita sebagai guru dan teman-teman lain yang akan terganggu
konsentrasinya dan nyatakan tingkah laku bagaimana yang diharapkan dari siswa
yang bersangkutan. Tindakan guru hendaknya cukup tegas dan berwibawa dan
hendaknya hindarkan hal-hal tindakan yang menyebabkan siswa yang
menyebabkan siswa mendapat malu di depan teman-temannya.
3. Melakukan tindakan penyembuhan
Upaya tindakan penyembuhan terhadap perilaku siswa yang tidak disiplin
dapat dilakukan di antaranya:
a. Mengidentifikasi para siswa yang mendapat kesulitan untuk menerima
konsekuensi dari pelanggaran yang dibuatnya
b. Membuat rencana paling tepat tentang langkah-langkah yang akan ditempuh
dalam mengadakan kontrak dengan siswa
c. Menetapkan waktu pertemuan dengan siswa tersebut yang disetujui bersama
oleh guru dan siswa yang bersangkutan
d. Bila saatnya bertemu dengan siswa tiba, jelaskan maksud pertemuan
tersebut, dan jelaskan pula manfaat yang diperoleh oleh siswa maupun
sekolah
e. Tunjukkan kepada siswa bahwa guru pun bukan orang yang sempurna tidak
lepas dari kekurangan, tetapi yang penting guru dan siswa harus tumbuh
kesadaran untuk bersama-sama belajar untuk saling memperbaiki diri
f. Guru membawa murid kepada masalahnya itu memahami tata tertib dan
menjauhi pelanggaran terhadap peraturan yang diberlakukan di sekolah
g. Bila pertemuan yang diadakan dan siswa tidak responsif maka guru dapat
melaksanakan diskusi pada saat yang lain tentang masalah yang dihadapi

B. TINDAKAN PREVENTIF ATAU USAHA YANG BERSIFAT PENCEGAHAN


Menurut Partiwi dkk ( (2017), pelanggaran disiplin kelas dapat ditanggulangi
dengan berbagai upaya. Darmadi (2012) dalam Partiwi (2017) menjelaskan bahwa
salah satu penanggulangan pelanggaran disiplin kelas adalah dengan penanggulangan
preventif. Pengendalian preventif, merupakan usaha yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan terhadap norma dan nilai sosial yang berlaku di masyarakat.
Dengan demikian pengendalian ini dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan
dengan maksud untuk melakukan pencegahan sedini mungkin guna menghindari
kemungkinan terjadinya tindakan penyimpangan.
Pengendalian preventif dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran. Dengan
demikian, tujuan dari pengendalian preventif adalah untuk mencegah terjadinya
pelanggaran terhadap sistem nilai dan sistem norma yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat (kelas). Adapun langkah-langkah pencegahan (preventif ) sebagai berikut:
1. Peningkatan Kesadaran Diri Sebagai Guru
Langkah peningkatan kesadaran diri sebagai guru merupakan langkah yang
strategis dan mendasar, karena dengan dimilikinya kesadaran ini akan
meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar
bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai
guru akan tampak pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian
yang harmonis dan berwibawa. Penampakan sikap seperti itu akan menumbuhkan
respon dan tanggapan positif dari pesefrta didik.
2. Peningkatan Kesadaran Peserta Didik
Interaksi positif antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran
terjadi apabila dua kesadaran (kesadaran guru dan peserta didik) bertemu.
Kurangnya kesadaran peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah
tersinggung, yang pada gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan
tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dapat mengganggu kondisi optimal
dalam rangka pembelajaran.
Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu
melaksanakan hal-hal tersebut :
a. memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai peserta didik,
b. memperhatikan kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta didik,
c. menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormati dan
keterbukaan antara guru dan peserta didik.
3. Sikap Polos Dan Tulus Dari Guru
Guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap peserta didik. Sikap ini
mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya tidak boleh berpura-
pura bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap dan tindak laku seperti itu sangat
mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi dan
tindakan gurumerupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh
peserta didik. Kalau stimuli itu positif maka respon atau reaksi yang akan muncul
adalah negatif. Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan atau keluhan
para siswa,akrab dengan guru akan membukakemungkinan terjadi interaksi dan
komunikasi wajar antara guru dan peserta didik.
4. Mengenal dan Menemukan Alternatif Pengelolaan
Untuk mengenal dan menemukan arternatif pengelolaan, langkah ini
menuntut guru :
a. Melakukan tindakan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku peserta
didik baik individual maupun kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik
baik individual maupun kelompok tersebut termasuk penyimpangan yang
disengaja dilakukan peserta didik yang hanya sekedar untuk menarik perhatian
guru atau teman-temannya.,
b. Mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Guru hendaknya
berusaha menggunakan pendekatan manajemen yang dianggap tepat untuk
mengatasi suatu situuasi atau menggantinya guru lainnya yang gagal atau
berhasil sehingga dirinya memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani
berbagai manajemen kelas.
c. Mempelajari pengalaman guru-guru lainnya baik yang gagal atau berhasil
sehingga dirinya mempunyai alternative yang bervariasi dalam berbagai
problem pengelolaan manajemen kelas di sekolah dasar.
5. Menciptakan Kontrak Sosial
Penciptaan kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan “standar tingkah
laku” yang diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas bserta
keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Pemenuhan kebutuhan
tersebut sifatnya individual maupun kelompok dan memenuhi tuntutan dan
kebutuhan sekolah. Standar tinkah laku ini dibentuk melalui kontrak sosial antara
sekolah/guru dan peserta didik norma atau nilai yang turunnya dari atas dan tidak
dari bawah, jadi sepihak, maka akan terjadi bahwa norma itu kurang dihormati dan
ditaati.
Oleh sebab itu, dalam rangka mengelola kelas norma berupa kontrak sosial
(tata tertib) dengan sangsinya yang mengatur kehidupan didalam kelas,
perumusannya harus dibicarakan atau disetujui oleh guru dan peserta didik.
Kebiasaan yang terjadi dewasa ini bahwa aturan-aturan sebagai standar tingkah laku
berasal dari atas (sekolah/guru). Para peserta didik dalam hal ini hanya menerima
saja apa yang ada. Mereka tidak memiliki pilihan lain untuk menolaknya.
Konsekuensinya terhadap kondisi demikian memungkinkan timbulnya persoalan-
persoalan dalam pengelolaan kelas katrena pesertan didik tidak merasa turut
membuat serta memiliki peraturan sekolah yang sudah ada tersebut.
Wulandari (2015) menjelaskan bahwa bentuk upaya preventif dalam
menanggulangi pelanggaran disiplin kelas adalah sebagai berikut :
a) Menyusun tata tertib yang harus di patuhi oleh peserta didik dan hukuman
bagi siapa yang melanggar peraturan tersebut.
b) Melakukan sosialisasi dan pengenalan tata tertib dan aturan melewati
pembinaan wali kelas.
c) Mengenalkan peraturan yang ada di sekolah maupun di kelas dengan media
yang menarik , misalnya memadukan tulisan dan juga gambar yang memuat
tata tertib yang harus di patuhi.
d) Pihak sekolah melakukan penyusunan peraturan sekolah yang mendisiplinkan
setiap peserta didik dan mencegah peserta didik melakukan perbuatan negatif
yang melanggar peraturan sekolah.

C. TINDAKAN KURATIF ATAU USAHA YANG BERSIFAT PENYEMBUHAN


Dalam upaya untuk menanggulangi (kuratif) terhadap pelanggaran disiplin kelas
dilaksanakan dengan penuh hati-hati, demokratis, dan edukatif .Cara-cara
penanggulangan dilakukan secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis
gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau
kelompok.Langkah tersebut mulai dari tahap pencegahan sampai kepada tahap
penyembuhan, dengan tetap bertumpu kepada penekanan subtansinya bukan pribadi
peserta didik.
Di samping itu, para guru harus tetap menjaga perasaan kecintaan terhadap
peserta didik, bukan karena rasa benci atau emosional Memelihara disiplin adalah suatu
proses. Karena ia proses, maka memelihara disiplin akan terdiri dari serangkaian
tahapan yang harus diperhatikan oleh para penegak disiplin. Menurut Johar Permana
(dalam Abdul Majid 2013:122) mengemukakan ada 5 langkah-langkah kegiatan
Tindakan Penyembuhan (Kuratif) yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah
Pada langkah ini, guru mengenal atau mengetahui masalah-masalah
pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah tersebut guru
mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang
membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.
2. Menganalisis masalah
Pada alngkah ini, guru menganalisi penyimpangan peserta didik dan
menyimpulkan latar belakang yang membuat peserta didik melakukan
penyimpangan tersebut. Setelah diketahui sumber penyimpangan guru kemudian
melanjutkan usahana untuk menentukan alternative-alternatif penanggulangan atau
penyembuhan penyimpangan tersebut.
3. Menilai alternatif-alternatif pemecahan, menilai dan melaksanakan salah satu
alternative pemecahan
Pada langkah ini guru menilai dan memilih alternatif berdasarkan sejumlah
alternative pemecahan masalah yang telah disusun. Artinya alternatif mana yang
paling tepat untuk menanggulangi penyimpangan tersebut
4. Melaksanakan alternatif yang telah ditetapkan
Setelah ditetapkan alternatif yang tepat maka langkah selanjutnya adalah
melaksanakan alternatif tersebut.
5. Mendapatkan balikan
Langkah ini didahului dengan langkah monitoring yaitu kegiatan untuk
mendapatkan data yang merupakan balikan untuk menilai apakah pelaksanaan dari
alternatif pemecahan yang dipilih telah mencapai sasaran sesuai dengan yang
direncanakan atau bahkan terjadi perkembangan baru yang lebih baik, semua ini
merupakan dasar untuk melakukan perbaikan program. Kegiatan kilas balik seperti
itu dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan peserta didik.
Dengan pertemuan tersebut perlu dijelaskan tujuan peetemuan dan manfaat
pertemuan. Manfaat pertemuan perlu dijelaaskan karena untuk memberikan
kesadaran pada peserta didik bahwa pertemuan yang dilakukan diusahakan dengan
penuh ketulusan, semata- mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun
sekolah. Selain itu perlu disikapi pengendalian perilaku guru dalam pertemuan
tersebut. Tunjukkan kepada peserta didik bahwa guru bukan orang yang sempurna
atau tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan.
Sehingga antara peserta didik diperoleh kesadaran untuk bersama-sama
belajar saling memperbaiki dan saling mengingatkan, yang semuanya itu untuk
kepentingan bersama. Informasi yang diperoleh dari balikan ini merupakan bahan
yang sangat berguna untuk menilai program, dan akhirnya merupakan dasar
melakukan perbaikan program.

Menurut Ahmad Rohani (2010:162) mengemukakan langkah-langkah


implementasi yang dapat dilakukan dalam tindakan penyembuhan (Kuratif) sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi peserta didik yang mendapat kesulitan untuk menerima dan
mengikuti tata tertib atau menerima konsekuensi dan pelanggaran yang dibuatnya
2. Membuat rencana yang diperkirakan paling tepat tentang langkah-langkah yang
akan ditempuh dalam mengadakan kontrak dengan peserta didik.
3. Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik tersebut yang disetujui bersama
oleh guru dan peserta didik yang bersangkutan
4. bila saatnya pertemuan dengan peserta didik jelaskanlah maksud diperoleh baik
oleh peserta didik maupun oleh sekolah
5. Tunjukkanlah kepada peserta didik bahwa guru pun bukan orang yang sempurna
dan tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal. Akan tetapi
yang penting antara guru dan peserta didik harus ada kesadaran untuk bersama-
sama belajar saling memperbaiki diri, saling mengingatkan bagi kepentingan
bersama.
6. Bila pertemuan yang diadakan dan ternyata peserta didik responsif maka guru bisa
mengajak peserta didik untuk melaksankan diskusi tentang masalah yang
dihadapinya
7. Pertemuan guru dan peserta didik harus sampai kepada pemecahan masalah dan
sampai kepada “kontak individual” yang diterima peserta didik dalam rangka
memperbaiki tingkah laku peserta didik tentang pelanggaran yang dibuatnya
8. Melakukan kegiatan tindak lanjut.

Contoh kasus tindakan kuratif beserta penyelesainnya:

1. Seorang guru menegur dan menasihati siswanya karena ketahuan menyontek pada
saat ulangan bertujuan untuk memberi penyadaran kepada perilaku dan memberi
efek jera.
2. Suka penyelewengan waktu belajar untuk kegiatan-kegiatan yang kurang
bermanfaat, seperti, omong kosong sambil merokok. Akibat konsentrasi pikirannya
menjadi lemah karena kurang tidur atau istirahat, suka melamunkan impian-impian
kosong, kecanduan dan sebagainya. Tindak preventif adalah menjaga keharmonisan
hubungan antar sivitas akademika dengan melibatkannya dalam kesibukan-
kesibukan kecil sampai kesibukan besar yang menghasilkan sukses, sehingga tidak
menimbulkan rasa patah semangat atau kebencian-kebencian kepada tugas-tugas,
khususnya tugas-tugas akademik. Secara tindak kuratif atau harus dilakukan
penyembuhan terhadap pelaku.
3. Suka membolos atau meninggalkan pelajaran mengakibatkan siswa ketinggalan
pelajaran, atau kehilangan bagian penting dari pelajaran, lebih-lebih bila pelajaran
itu bersifat prerekuisit (misalnya matematika), maka kerugian-kerugian itu akan
semakin menjadi "momok" dari studinya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Secara preventif
Dianjurkan kepada para guru agar meningkatkan profesionalitasnya dalam
PBM sehingga pengajaran lebih menarik minat belajar siswa, baik secara
metodologis maupun karena penggunaan multimedia serta alat peraga yang populer
dan inovatif-kreatif. Sesungguhnya bila PBM semakin menarik, kecenderungan
untuk membolos semakin kecil. Sebaliknya PBM yang membosankan
meningkatkan hasrat membolos bagi para siswa.
2. Secara Kuratif
a. Dianjurkan kepada guru agar dapat melakukan deteksi sedini mungkin terhadap
kebiasaan membolos para siswanya, dengan melakukan pendekatan edukatif
kepada para pembolos serta meningkatkan disiplin pengajarannya, disertai
introspeksi dan retrospeksi terhadap cara pengajaran masing-masing.
b. Diskusi dengan guru-guru mata pelajaran sejenis serta guru-guru senior pakar
sangat diperlukan. Jangan hanya melakukan tindakan sepihak dengan
melemparkan kesalahan kepada siswa selalu, mungkin sistem instruksional
guna sendiri yang perlu direvisi dan ditingkatkan.
c. Strategi pembuatan soal tes serta sistem evaluasinya perlu ditinjau kembali.
d. Dekatilah siswa-siswa Anda agar dapat mengungkapkan problema-problema
yang perlu dipecahkan, yang merupakan kendala belajar/PBM.
e. Bersikap angkuh atau menakutkan atau bersikap "angker" di hadapan siswa
bukanlah merupakan sikap guru yang ideal. Tindak bijaksana secara edukatif
perlu dipelihara demi menciptakan iklim sosioemosional yang positif, dan
tindakan ini bukan merupakan tindak yang menurunkan wibawa guru
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
DAFTAR RUJUKAN

Hasanah, Nurul. 2014. Usaha (Preventif, Kuratif, Dan Persuasif) Pengelolaan Kelas .

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Renika Cipta.

Destia, Rahman. (2012). Manajemen Kelas yang Berbasis Psikologi Pendidikan. [online]

Nurvadilla. (2020). Peranan Guru dalam Menangani Pelanggaran Disiplin Siswa di


Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Islamiyah Kuala Lahang Kecamatan Gaung. Jurnal
Azatiza. 1(1).

Partiwi, dkk. (2017). Model Pengendalian Sosial Pelanggaran Disiplin Sekolah di SMA
Negeri 8 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. 6(5).

Sugara Harahap, Robin. (2014). Disiplin di Kelas dan Permasalahannya. [online]

Wini. (2020). Peran Guru dalam Menangani Pelanggaran Disiplin Siswa di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 02 Tembilahan Kota. Jurnal Azatiza. 1(1), hal , 7-8.

Abdul, Majid. 2013. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ahmad, Rohani. 2010. Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai