Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Fiqih Jinayah Dan Siyasah
Oleh : Kelompok 8
Nabila (2120202072)
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah Swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal.
Berkat rahmat dan karunia-Nya pula, penulis dapat membuat tugas makalah
Mata Kuliah Fiqih Jinayah dan Siyasah. Pembelajaran tentang, “Metode Kajian
Fiqih Siyasah”. Yang InsyaAllah makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Fiqih
Jinayah dan Siyasah, Bapak Sofyan, M.HI. yang telah memberikan arahan
terkait tugas ini. Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin penulis tidak akan dapat
menyelesaikan sesuai dengan format yang telah ditentukan.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama telah menyediakan berbagai kerangka normatif dan
implementatif untuk dijadikan sebagai pedoman umat manusia dalam
berperilaku di muka bumi. Islam tidak memberikan kerangka itu dalam
bentuknya yang paling detail, melainkan memberikan panduan nilai-nilai dan
kerangka aplikasi sesuai dengan problem yang dihadapi umat manusia. Dengan
demikian, Islam tampil sebagai agama yang mampu menjawab segala tantangan
zaman.
Di kalangan umat islam ada yang berpendapat bahwa Islam adalah agama
yang komprehensif. Di dalamnya terdapat sistem politik dan ketatanegaraan,
sistem ekonomi, sistem sosial dan sebagainya. Misalnya Rasyid Ridha, Hasan
Al-Banna dan Al-Maududi meyakini bahwa ”Islam adalah agama yang serba
lengkap”. Di dalam ajarannya antara lain terdapat sistem ketatanegaraan atau
politik. Oleh karenanya dalam bernegara umat Islam hendaknya kembali kepada
sistem ketatanegaraan Islam, dan tidak perlu atau bahkan jangan meniru sistem
ketatanegaraan barat. Sistem ketatanegaraan atau politik Islami yang harus
diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh Nabi Besar Muhammad
SAW dan oleh empat Khulafa’ Ar-Rasyidin.
Hukum Islam itu adalah sebuah hukum yang sangat menyeluruh, dalam arti
hukum Islam dapat mencakup segala aspek kehidupan manusia. Padahal, di satu
sisi, hukum Islam terlihat secara lahirnya hanya dikaitkan dengan hukum
dogmanitas yang seolah-olah bersifat vertikal, bukan horizontal. Ternyata
pandangan ini salah. Karena terbukti hukum Islam secara langsung mengatur
urusan duniawi manusia, sama ada yang muslim maupun yang bukan muslim.
Maka dari sinilah perlunya sebuah disiplin ilmu di dalam hukum Islam yang
dapat mengatur konsep pemerintahan. Karena pemerintahan sangat diperlukan
di dalam mengatur kehidupan manusia. Disiplin ilmu tersebut adalah fiqh
siyasah.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fiqih siyasah ?
2. Bagaimana ruang lingkup fiqih siyasah ?
3. Apa saja objek kajian fiqih siyasah?
4. Apa saja metode kajian fiqih siyasah?
5. Ayat al qur an apa yang menjelaskan tentang fiqih siyasah ?
6. Apa manfaat mempelajari fiqih siyasah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian fiqih siyasah..
2. Untuk mengetahui ruang lingkup fiqih siyasah .
3. Untuk mengetahui objek kajian fiqih siyasah.
4. Agar memahami metode kajian fiqih siyasah.
5. Agar memahami ayat ayat al-qur’an tentang fiqih siyasah.
6. Untuk mengetahui mnfaat mempelajari fiqih siyasah
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Wahbah al-Zuhayli, Ushul al-Fiqh al-islami, Damaskus: Daral-Fikr, 2001, hal.18.
2
H. A. Djazuli, Fiqh Siyâsah, Jakarta: Kencana, 2007, hal. 28.
6
B. Ruang Lingkup Fiqih Siyasah
Ruang lingkup fiqh siyasah dikelompokkan menjadi tiga bagian pokok yaitu:
a. Politik perundang-undangan (siyasah dusturiyyah). Bagian ini meliputi
pengkajian tentang penetapan perundang-undangan (tasriyyah) oleh
lembaga legislative, peradilan (qadla’iyyah) oleh lembaga ludikatif, dan
administrasi pemerintahan (‘idariyyah) oleh birokrasi atau eksekutif.
b. Politik luar negeri (siyasah dauliyyah). Bagian ini mencakup hubungan
keperdataan antara wargahegara yang muslim dengan yang bukan
muslim yang bukan warga Negara. Dibagian ini pula masalah politik
peperangan (siyasah harbiyyah), yang mengatur etika berperang, dasar-
dasar diizinkan berperang, tawanan perang, dan genjatan senjata.
c. Politik keuangan dan moneter (siyasah maliyyah), yang antara lain
membahas sumber-sumber keuangan negara, pos-pos pengeluaran dan
belanja negara, perdagangan internasional, kepentingan atau hak-hak
publik, pajak dan perbankan.3
C. Objek Kajian Fiqih Siyasah
Fikih siyasah adalah bagian ilmu fikih yang mengkhususkan diri pada bidang
muamalah dengan spesialisasi segala hal-ihwal dan seluk beluk tata
pengaturan negara dan pemerintahan. Sebagai sebuah ilmu, fikih siyasah
mempunyai obyek kajian. Objek kajian fikih siyasah menurut Abdul Wahhab
Khallaf ialah membuat peraturan dan perundang-undangan untuk mengurus
negara sesuai dengan pokok-pokok ajaran agama.4
Menurut Hasbi Ash Shiddieqy ialah pekerjaan mukallaf dan segala urusan
pentadbiran (pengaturan) dengan jiwa syariah yang tidak diperoleh dalil
khususnya dan tidak berlainan dengan syariah amma. 5 Menurut Ibn Taimiyah
3
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, hal. 13.
4
Abdul Wahab Khallaf, Al-Siyasah al-Syar’iyyah (Kairo: Dar Al-Anshar, 1977), h. 5.
Dikutip dari J. Suyuthi Pulungan, Fikih Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (cet. V; Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 27.
5
T.M. Hasbi al-Shiddieqy, Pengantar Siyasah Syar’iyah (Yogyakarta: Madah, t.th.),
hal.28.
7
ialah berkaitan dengan memegang kekuasaan, mereka yang memiliki amanah
dan menetapkan hukum yang adil.6
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan obyek pembahasan fikih
siyasah. Namun perbedaan tersebut tidaklah terlalu prinsip, karena
hanya bersifat tekhnis. Di antaranya :
1. Al-Mawardi : Obyek kajian Fikih siyasah mencakup kebijaksanaan
pemerintah tentang peraturan perundang-undangan (siyasah dusturiyah),
ekonomi dan moneter (siyasah maliyah), peradilan (siyasah qadhaiyah),
hukum perang (siyasah harbiyah) dan administrasi negara (siyasah idariyah).7
2. Ibnu Taymiyah : Obyek kajian Fikih siyasah ada 4, yaitu peradilan,
administrasi Negara, moneter dan hubungan internasional.8
3. Hasbi al-Shiddieqy : Obyek kajian fikih siyasah terbagi 8, yaitu : Siyasah
dusturiyah syar’iyyah (politik perundang-undangan), siyasah tasyri’iyyah
syar’iyyah (politik hukum), siyasah qadhaiyah syar’iyyah (politik peradilan),
siyasah maliyah syar’iyyah (politik ekonomi), siyasah idariyah syar’iyyah
(politik administrasi), siyasah dawliyah syar’iyyah (politik hubungan
internasional), siyasah tanfiziyah syar’iyyah (politik pelaksanaan perundang-
undangan) dan siyasah harbiyah syar’iyyah (politik peperangan).
4. Abdul Wahab Khallaf mempersempit obyek kajian fikih siyasah pada 3 hal,
yaitu siyasah dusturiyah (perundang-undangan), siyasah dawliyah (hubungan
internasional) dan siyasah maliyah (keuangan negara).9
Secara garis besar, objek kajian fikih siyasah adalah :
1. Peraturan dan perundang-undangan Negara sebagai pedoman dan landasan
adil dalam mewujudkan kemaslahatan ummat.
2. Pengorganisasian dan pengaturan untuk mewujudkan kemaslahatan
6
Ibnu Taymiyah, Al-Siyasah al-Syar’iyah fi Ishlah al-Ra’I wa al-Ra’iyah (Mesir: Dar
al-Kitab al-Arabiy, t.tp), hal. 4.
7
Al-Mawardy, Al-Ahkam al-Shulthaniyah (Beirut: Dar AlFikr, t.tp)
8
Ibnu Taymiyah, Al-Siyasah al-Syar’iyah fi Ishlah al-Ra’I wa al-Ra’iyah (Mesir: Dar
al-Kitab al-Arabiy, t.tp)
9
Abdul Wahab Khallaf, Al-Siyasah al-Syar’iyyah (Kairo: Dar Al-Anshar, 1977), hal.
4.
8
3. Hubungan antar penguasa dan rakyat serta hak dan kewajiban masing-
masing dalam mencapai tujuan negara.
Dari beberapa uraian ilmuan di atas, tampak obyek kajian fikih siyasah yang
dikemukakan oleh Abdul Wahab Khallaf lebih sederhana.
1. Politik perundang-undangan (siyasah dusturiyah), meliputi pengkajian
tentang penetapan hukum oleh lembaga legislatif, peradilan oleh lembaga
yudikatif dan administrasi pemerintahan oleh birokrasi atau eksekutif.
2. Politik luar negeri (siyasah dawliyah), meliputi hubungan keperdataan
antar warga Negara muslim dengan warga negara non muslim yang berbeda
kebangsaaan (hukum perdata internasional), hubungan diplomatik atar negara
muslim dan non muslim (hubungan internasional).10
3. Politik keuangan dan moneter (siyasah maliyah), meliputi sumber-sumber
keuangan Negara, pospos pengeluaran dan belanja Negara, perdagangan
internasional, kepentingan/hakhak publik, pajak dan perbankan.
10
Hukum perdata internasional menyangkut permasalahan jual beli, perjanjian,
perikatan dan utang piutang yang dilakukan warga Negara muslim dengan warga Negara lain.
Sedangkan hubungan internasional mengatur antara lain politik kebijakan Negara Islam dalam
masa damai dan perang. Muhammad Iqbal, Fikih Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam
(Cet. 2; Jakarta: Yofa Mulia Offset, 2007), h. 13-14
9
masalah yang disebutkan terakhir mempunyai ilat hukum yang sama dengan
masalah yang disebutkan pertama.
Penggunaan al-Qiyas sangat bermanfaat, terutama dalam memecahkan
masalah-masalah baru. Akan tetapi kenyataanya, tidak semua masalah baru
dapat dipecahkan dengan penggunaan Al-Qiyas.Dalam keadaan demikian,
digunakan metode lainnya.
2. Al-Mashalahah al-Mursalah.
4. Al-‘Adah.
Metode ketiga yang banyak digunakan dalam fiqih siyasah adalah al-
‘adah. Adah ini ada dua macam, yaitu : al-adah ash shohihah dan al-‘addah
al-fasidah. Al-‘adah ash sohihah yaitu adat yang tidak menyalahi Syara’,
sedangkan al-‘adah al-fasidah yaitu adat yang bertentangan dengan syara’.
5. Al-Istihsan
10
6. Kaidah-kaidah Kulliyah Fiqhiyah.
Kaidah ini sebagai teori ulama banyak digunakan untuk melihat ketepatan
pelaksanaan fiqih siyasah. Kaidah-kaidah ini bersifat umum. Oleh karena itu
dalam penggunaannya perlu memperhatikan kekecualian-kekecualian dan
syarat-syarat tertentu.11
11
Abd Wahab al-Khalaf, Al-siyasah Wa Al-syariah, Kairo : Dar al-Ansr, 1977,
hal.5
12
J.Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah, Jakarta : Rajawali, 1994, hal. 28.
13
H. A. Djazuli, Opcit. Hal..32.
11
3. Kemestian menaati Allah dan Rasulullah dan ulil amr (pemegang
kekuasaan). Qs. An-nisa’ : 59
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”.
4. Kemestian mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat
Islam. Qs. Al-Hujurat : 9
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”.
5. Kemestian mempertahankan kedaulatan Negara.Qs.Al-Baqarah: 190
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.
6. Kemestian mementingkan perdamaian dari pada permusuhan. Qs. Al-
Anfa:61.
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah
kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
7. Keharusan mengutamakan perdamaian bangsa-bangsa. Qs. Al-Hujurat :
13.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
12
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
14
Abdul Wahab Khallaf, Al-Siyasah al-Syar’iyyah (Kairo Dar Al-Anshar, 1977), h. 5
dan Abdurrahman Taj, al-Siyasat alSyar’iyah wa al-Fikih al-Islamiy (Mishr: Dar al-Ta’lif, 1953),
h. 32.
15
H. A. Djazuli Opcit. Hal..42
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian makalah yang kami buat semoga dengan adanya makalah ini dapat
menembah pengetahuan kita dalam mempelajari tentang hukum Islam terutama
mengenai Fiqh Siyasah, yang tentunya sangatlah penting. Kami menyadari
bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi
tulisan maupun reverensi yang diperlukan. Untuk itu atas saran yang
14
membangun demi kesempurnaan makalah kami berikutnya. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
15
DAFTAR PUSTAKA
Dar al-Fikr.
16
T.M. Hasbi al-Shiddieqy . Pengantar Siyasah Syar’iyah. Yogyakarta: Madah,
t.th.
17