Dosen Pengampu:
Dr. Alfan Syafi’i, Lc., M.Pd.I.
Disusun Oleh:
Rindra Khairislam
Salman Alfarisi
JURUSAN MUAMALAH
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan
ini penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada penulis, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Fiqih Siyasah ini.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan orang tersayangi, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh
sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah
swt, Rasulullah, orang tua tercinta sekaligus dosen-dosen kampus STISHK yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan
saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Ilmu Fiqih Siyasah
B. Ruang lingkup
C. Bidang Kajian
D. Urgensi
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika siyasah syar’iyyah dipandang sebagai sebuah proses yang tidak pernah
selesai. maka, ia senantiasa terlibat dalam pergulatan sosial dan pergumulan budaya.
nyatanya, fakta seperti itu telah, sedang dan akan berjalan dalam perjalanan sejarah umat
Islam. Sejalan dengan pandangan demikian pemecahan atas berbagai masalah yang
terkait dengan ihwal siyasah syar’iyyah lebih konstektual , sehingga dengan demikian
gejala siyasah syar’iyyah, menampakkan diri dalam sosok yang beragam sesuai dengan
perbedaan waktu dan tempat.1
Siyasah di dalamnya juga mengatur hubungan antara manusia dengan manusia,
manusia dengan lembaga, lembaga dengan lembaga, maupun negara dengan negara
dengan ketentuan syariat Islam. Mayoritas ulama sepakat mengenai keharusan
menyelenggarakan siyasah berdasarkan syara’. Siyasah atau pemerintahan sudah ada
pada masa kepemimpinan Rasulullah saw. Siyasah syar`iyyah dalam Islam yang
berkenaan dengan pola hubungan antar manusia yang menuntut terbagi menjadi tiga,
yaitu siyasah dusturiyah, dauliyah, dan maliyah.2
Karena itu untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang pembelajaran fiqih siyasah
atau yang lebih dikenal ‘Politik Islam’ maka kita harus mengetahui apa fiqih siyasah itu
sendiri, lalu bagaimana urgensinya, ruang lingkup dan bidang kajian ilmu fiqh siyasah.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang urgensi, ruang lingkup dan bidang
kajian ilmu fiqih siyasah supaya lebih memahami apa itu Fiqih Siyasah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Ilmu Fiqh Siyasah?
2. Bagaimana urgensi mempelajari Ilmu Fiqh Siyasah?
3. Apa saja ruang lingkup Ilmu Fiqh Siyasah?
4. Apa saja bidang kajian Ilmu Fiqh Siyasah?
C. Tujuan Penulisan
1
Beni sarbani. 2014. Fiqih siyasah. Hal 5
2
Wahbah Zuhaily. 1997. “Ushul Fiqh”. Kuliyat da’wah al Islami. Hal 13
1. Menjelaskan pengertian tentang Ilmu Fiqh Siyasah.
2. Mengetahui urgensi mempelajari Ilmu Fiqh Siyasah.
3. Mengetahui ruang lingkup Ilmu Fiqh Siyasah.
4. Mengetahui bidang kajian Ilmu Fiqh Siyasah.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata siyasah yang merupakan bentuk masdar atau kata benda abstrak dari kata
sasa ( سياسة- يسوس- )ساسmemiliki banyak makna yaitu mengemudi, mengendalikan,
pengendali, cara pengendalian.3 Sasa juga berarti mengatur, mengurus dan memerintah
atau pemerintahan, politik dan pembuat kebijakan. Selain itu, siyasah juga dapat diartikan
administrasi dan manajemen.4
Berdasarkan beberapa arti di atas , maka tidak keliru jika dikatakan bahwa siyasah
berarti penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan. Karena dalam penyelenggaraan
negara itu sudah pasti ada unsur mengendalikan, mengatur, memerintah, mengurus,
mengolah, melaksanakan administrasi dan membuat kebijakan dalam hubungannya
dengan kehidupan masyarakat.6 Siyasah yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadis Nabi
dikenal dengan istilah Siyasah Syar’iyyah yakni Siyasah yang dihasilkan oleh pemikiran
manusia yang berdasarkan etika, agama, dan moral dengan memperhatikan prinsip-
3
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm.
3
4
Ridwan, Fiqh Politik Gagasan Harapan Dan Kenyataan, (Yogyakarta: FH UII Press, 2007), hlm. 74
5
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah..., hlm. 4
6
Ridwan, Fiqih Politik..., hlm. 75
prinsip umum syari’at dalam mengatur hidup manusia bermasyarakat dan bernegara.
Siyasah syar’iyyah disebut juga politik ketatanegaraan yang bersifat syar’i.
B. Ruang Lingkup
Fiqih siyasah adalah ilmu yang otonom sekalipun bagian dari ilmu fiqih.
Selanjutnya, Hasbi Ash Shiddieqy mengungkapkan bahwa bahasan ilmu fiqih mencakup
individu, masyarakat dan Negara, meliputi bidang-bidang ibadah, muamalah,
kekeluargaan, perikatan, kekayaan, warisan, kriminal, peradilan, acara pembuktian,
kenegaraan dan hukum-hukum internasional, seperti perang, damai dan traktat.7
Sedangkan pengertian siyasah secara istilah menurut Ibn `Aqil sebagai mana
dikutip Ibn al-Qayyim mendefinisikan: “Siyasah adalah segala perbuatan yang membawa
manusia lebih dekat kepada kemaslahatan dan lebih jauh dari kemaksiatan, sekalipun
Rasulullah tidak menetapkannya dan Allah Swt. tidak menentukannya.8
Dari beberapa pengertian di atas, baik secara bahasa maupun istilah, maka dapat
diketahui bahwa objek kajian siyasah meliputi aspek pengaturan hubungan antara warga
negara dengan warga negara, warga negara dengan lembaga negara, lembaga negara
dengan lembaga negara, baik yang bersifat internal suatu negara atau yang bersifat
eksternal suatu negara dalam berbagai bidang.
Berkenaan dengan luasnya objek kajian fikih siyasah, maka dalam tahap
perkembangannya, dikenal beberapa pembidangan fikih siyasah yang berkenaan dengan
pola hubungan antar manusia yang menuntut pengaturan siyasah, dalam hal ini siyasah
dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Siyasah Dusturiyyah adalah siyasah yang mengatur hubungan warga negara
dengan lembaga negara yang satu dengan warga negara dan lembaga negara
yang lain dalam batas-batas administrasi suatu negara.
2. Siyasah Dauliyyah ialah siyasah yang mengatur antara warga negara dengan
lembaga negara dari negara yang satu dengan warga negara dan lembaga
negara dari negara lain.
9
Djazuli, 2003. Fiqh Siyasah, hal. 47
10
Hasbi Ash Shiddieqy, 1976. Asas-Asas Hukum Tata Negara Menurut Syari’at Islam. Hal 23
11
tamamiyah, Ibnu.1988. Al-Siyâsah al-Syar`iyyah fi Ishlâh al-Râ`i wa al-Ra`iyyah. Hal 44
yaitu bagian yang mengurusi data diri tentara dan besaran gajinya, bagian pencatatan
wilayah-wilayah yang berada dalam kekuasaan negara Islam, bagian pencatatan pegawai
negara dan bagian pencatatan baitul mal.12
Ijma’ adalah kesepakatan para mujahid dari umat Islam atas hukum syara’
(mengenai suatu masalah) pada suatu masa sesudah Nabi Muhammad SAW
wafat.Pengertian lain dari Ijma’ sebagaimana diungkapkan oleh Abdul Wahhab Khallaf,
yaitu : “Kesepakatan seluruh mujahid dari kalangan kaum muslimin dalam salah satu
kurun dari kurun-kurun yang banyak sesudah wafat Rasulullah SAW terhadap suatu
peristiwa hukum syara.” Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah kesepakatan semua para
mujtahid dari kaum muslimin dalam suatu masa setelah wafat Rasul Saw atas hukum
syara.
Objek Ijma' ialah semua peristiwa atau kejadian yang tidak ditemukan dasarnya
dalarn al-Qur'an dan Sunnah atau peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan
ibadat ghairu mahdah (ibadat yang tidak langsung ditujukan kepada Allah SWT), bidang
12
Mawardi, Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Habî b al-Bashri al-Baghdadi al-, al-Ahkâm al-
Sulthâniyah,
13
Khalaf, Abdul Wahab. 2005. Ilmu Ushul Fiqih (terjemahan). Hal 77
muamalah, bidang kemasyarakatan atau semua hal-hal yang berhubungan dengan urusan
duniawi tetapi tidak ada dasarnya dalam al-Qur'an dan al-Hadits.
2. Qiyas
3. Istihsan
Istihsan secara sederhana dapat diartikan sebagai berpaling dari ketetapan dalil
khusus kepada ketetapan dalil umum. Dengan kata lain, meninggalkan suatu dalil, beralih
kepada dalil yang lebih kuat, atau membandingkan satu dalil dengan dalil lain untuk
menetapkan hukum. Hal ini dilakukan untuk memilih yang lebih baik demi memenuhi
tuntutan kemaslahatan dan tujuan syariat.
4. Maslahah Mursalah
Kata maslahah berarti kepentingan hidup manusia. Kata Mursalah sesuatu yang
tidak ada ketentuan nash syariat yang menguatkan atau membatalkanya. Maslahah
mursalah yang disebut juga istihlah secara terminologi menurut ulama-ulama usul, adalah
maslahah yang tidak ada ketetapannya dalam nash yang membenarkannya atau
membatalkannya. Metode ini adalah salah satu cara dalam menetapkan hukum yang
berkaitan dengan masalah-masalah yang ketetapannya tidak sama sekali disebutkan
dalam nash dengan pertimbangan untuk mengatur kemaslahatan hidup manusia.
14
Satria, Efendi, M.Zain. 2005. Ushul Fiqh. Hal 55
Prinsipnya menarik manfaat dan menghindarkan kerusakan dalam upaya memelihara
tujuan hukum yang lepas dari ketetapan dalil syara.
a. masalah itu bersifat esensial atas dasar penelitian, observasi dan melalui
analisa dan pembahasan yang mendalam, sehingga penetapan hukum terhadap
masalah benar-benar memberi manfaat dan menghindarkan mudharat,
b. Masalah itu bersifat umum bukan kepentingan perorangan, tapi bermanfaat
untuk orang banyak,
c. Masalah itu tidak bertentangan dengan nash dan terpenuhinya kepentingan
hidup manusia serta terhindar dari kesulitan.15
5. Istishab
Menurut Ibnu Qayyim, istishab ialah menyatakan tetap berlakunya hukum yang
telah ada dari suatu peristiwa, atau menyatakan belum adanya hukum suatu peristiwa
yang belum pernah ditetapkan hukumnya. Sedangkan menurut Asy Syatibi, istishab ialah
segala ketetapan yang telah ditetapkan pada masa lampau dinyatakan tetap berlaku
hukumnya pada masa sekarang.16
6. Urf
Kata ‘Urf berarti adat istiadat atau kebiasaan. ‘Urf adalah apa yang dikenal oleh
manusia dan menjadi tradisinya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, dan atau
meninggalkan sesuatu. Pengertian ini dinamakan juga adat. Para ulama juga tidak
membedakan antara ‘urf dan adat. Sebab definisi adat adalah apa yang telah dikenal oleh
15
Alaiddin, Koto. 2004 . Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih. Hal 95
16
Ibnu Qayyimal-Jauziyah,1991. I`lâmal- Muwaqqi`în`anRabbal-`Âlamîn. Hal 197
manusia dan menjadi suatu kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan mereka baik berupa
perkataan maupun perbuatan.
Fiqih membagi ‘urf menjadi dua unsure yaitu ‘urf shahih (adat yang baik) dan ‘urf
fasid (adat yang merusak). ‘Urf shahih adalah apa yang telah dikenal oleh manusia dan
tidak bertentangan dengan dalil syara, tidak menghalalkan yang haram dan tidak pula
membatalkan yang wajib. Sedang ‘Urf fasid adalah apa yang telah dikenal oleh manusia,
tetapi bertentangan dengan syara’ atau menghalalkan yang haram dan membatalkan yang
wajib.
D. Urgensi
Sesuai dengan perspektif fiqh siyasah seorang faqih diharapkan mampu
memberikan responden menunjukkan jalan keluar dari setiap perubahan yang terjadi
dalam masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi tanpa harus
kehilangan identitasnya.
Selain itu seorang faqih yang mendalami fiqh siyasah tidak akan bingung dalam
menghadapi perbedaan pendapat ulama. Ia dapat mentarjih pendapat ulama tersebut.
Selain itu membantu memahami hadis-hadis yang memiliki kaidah yang bersifat global
dan universal, serta hadis yang mempunyai kaidah kondisional dan situasional setempat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas dapat kita simpulkan pengertian fiqh siyasah adalah
ilmu tata negara Islam yang secara spesifik membahas tentang seluk-beluk pengaturan
kepentingan umat manusia pada umumnya dan negara pada khususnya, berupa penetapan
hukum, peraturan, dan kebijakan oleh pemegang kekuasaan yang bernafaskan atau
sejalan dengan ajaran Islam, guna mewujudkan kemaslahatan bagi manusia dan
menghindarkannya dari berbagai kemudaratan yang mungkin timbul dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dijalaninya.
Ruang lingkup fiqh siyasah ada tiga yaitu:
1. Politik perundang-undangan (siyasah dusturiyyah).
2. Politik luar negeri (siyasah dauliyyah).
3. Politik keuangan dan moneter (siyasah maliyyah).
Metode kajian fiqh siyasah yaitu meliputi:
1. Al-Qiyas
2. Al-Mashlahah al-Mursalah
3. Ijma’
4. Maslahah mursalah
5. Urf
6. istishab
Ada beberapa manfaat mempelajari ilmu fiqh siyasah ini antara lain yaitu seorang
yang menguasai fiqh siyasah mampu hidup sesuai dengan kehendak syariah, sekalipun
tanpa undang-undang buatan manusia. Selain itu juga dapat memahami sistem politik
islami yang tentunya sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2007).
Ridwan, Fiqh Politik Gagasan Harapan Dan Kenyataan, (Yogyakarta: FH UII Press, 2007)
Hasbi Ash Shiddieqy. 1976. Asas-Asas Hukum Tata Negara Menurut Syari’at Islam. Jakarta:
Matahari Masa.
Mawardi, Abu al-Hasan Ali ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Habî b al-Bashri. al-Baghdadi
al-, al-Ahkâm al-Sulthâniyah, Mesir: Musthafâ al-Babiy al-Halabiy.
Khalaf, Abdul Wahab. 2005. Ilmu Ushul Fiqih (terjemahan) . Jakarta . Rineka Cipta.