Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Alivia Nurluthfiah
Asyifa Nurul Fauziah
Erik Febriab Al Farez
Ana jauharul azhari
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PEMBIDANGAN FIKIH
POLITIK ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Bahasa Indonesia Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang kalimat Bahasa Indonesia bagi para pembaca dan juga para penulis.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Fiqh Siyasah Dusturiah ( Konstitusi )
B. Siyasah Maliyah
C. Siyasah Dauliyah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
I
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Fiqih Siyasah bukan kajian yang baru di antara ilmu pengetahuan yanglainnya,
keberadaan Fiqih Siyasah sejalan dengan perjalan agama Islam itu sendiri. Karena Fiqih
Siyasah ada dan berkembang sejak Islam menjadi pusat kekuasaan dunia. Perjalanan
hijrahnya Rasullulah ke Madinah, penyusunan Piagam Madinah, pembentukan
pembendaharaan Negara, pembuatan perjanjian perdamaian, penetapan Imam, taktik
pertahanan Negara dari serangan musuh yang lainnya. Pembuatan kebijakan bagi
kemaslahatan masyarakat, umat, dan bangsa, dan kemudian pada masa itu semua dipandang
sebagai upaya-upaya siyasah dalam mewujudkan Islam sebagai ajaran yang adil, memberi
makna bagi kehidupan dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Semua proses tersebut
merupakan langkah awal berkembangnya kajian fiqih siyasah, dimana fiqih siyasah
menerima dengan tangan terbuka apa yang datang dari luar selama itu untuk kemaslahatan
bagi kehidupan umat. Bahkan menjadikannya sebagai unsur yang akan bermanfaat dan akan
menambah dinamika kehidupannya serta menghindarkan kehidupan dari kekakuan dan
kebekuan. Begitu luasnya pembahasan tentang kajian fiqih siyasah, maka pemakalah
membuat tema Pembidangan Fiqih Siyasah. Kritik dan saran sangat diharapkan dari
saudara-saudara semuanya agar kedepannya dapat menyelesaikan tugas dengan lebih baik
lagi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan yang akan dibahas meliputi pembidangan fiqih siyasah
adalah:
a) Siyasah Dusturiyah
b) Siyasah Maliyah
c) Siyasah Dauliyah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1.Fiqh Siyasah Dusturiah ( Konstitusi )
Ialah hubungan antara pemimpin di satu tempat atau wilayah dan rakyatnya di pihak
lain serta kelembagaan-kelembagaan yang ada didalam masyrakatnya. Oleh karena itu
biasanya dibatasi hanya membahas persoalan pengaturan dan perundang-undangan yang
dituntut dengan prinsip-prinsip agama dan merupakan realisasi kemasyarakatan manusia
serta memenuhi kebutuhannya.
a) Al QUr’an
Yaitu ayat-ayat yang berhubungan dengan prinsip-psrinsip kehidupan masyarakat.
b) Alhadis
Terutama hadis-hadis yang berhubungan dengan imamah dan kebijaksanaan-
kebijaksanaan Rasul SAW dalam menerapkan hukum dinegeri Arab.
c) Kebijakan-kebijakan Khulafau Rasyidin dalam mengendalikan pemerintahan,
meskipun mereka mempunyai perbedaan didalam gaya pemerintahannya sesuai
dengan pembawaan sifat dan wataknya masing-masing, tetapi ada kesamaan alur
kebijakan yaitu reorientasi.
d) Ijtihad ulam
Dalam mencapai kemaslahtan umat, misalnya haruslah terjamin dan terpelihara
dengan baik.
e) Adat kebiasaan suatu bangsa
Yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Al Qur’an Dan hadits. Ada
kemungkinan adat kebiasaan semacam ini tidak tertulis yang disebut konversi.
Menurut Al Mawardi adalah suatu kedudukan yang diadakan untuk mengganti tugas
kenabian dalam memelihara agama dan mengendalikan dunia.Berikut adalah istilah khalifah
atau imam yang termuat dalam Alqur’an dan hadis. Artinya: “Dia-lah yang menjadikan
kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya
menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak
lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.” (Q.S. Al-Fathir/35:39).
Hak rakyat : hak diberlakukan secara adil, hak kebebasan berpikir, beraqidah, berpendapat,
berbicara, berpendidikan dan memiliki tempat tinggal.Hak imam : hak dibantu, ditaati, dan
mendapatkan imbalan. Kewajiban imam:
Memelihara agama
Menetapkan hukum-hukum diantara orang-orang yang bersengketa
Memerangi orang-orang yang menentang agama islam setelah melakukn dakwah
secara baik-baik
Mengajarkan umat untuk menjaga agama dengan baik.
2) Bai’at
Menurut ibnu khaldun adalah mereka apabila membai’atkan seseorang Amir dan
mengikatkan perjanjian, mereka meletakkan tangan-tangan mereka di tangannya untuk
mengikrarkan perjanjian.
Bisa dikatakan, bai’at itu ketika ada atau ketika terjadi masalah yang berhubungan dengan
pemerintahan kemudian membuat perjanjian untuk tidak mengulangi kasalahan tersebut.
Bai’at dilakukan oleh Ahlul ahli wa al-aqd.
3) Ahl Al-Ahl Wa Al-Aqd (Perwakilan)Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, bahwa ahl
al-ahl wa al-aqdialah :
Dari beberapa uraian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ahl al-ahl wa al-aqd
adalah sebuah pemegang kekuasaan tinggi dalam pemerintahan yang mempunyai wewenang
dan tanggung jawab dalam menjalankan pemerintahannya itu juga berwenang dalam
membuat undang-undang.
4) Wizarah
Wizarah berasal dari kata Al-wizru yang artinya beban. Maka dalam halini seorang
wazir memikul beban pemerintahan yang harus diemban dari seorang imamah. Wazir juga
disebut sebagai pembantu imam dalam menjalankan roda pemerintahan.
2.Wazir tanfidz
Jadi, dengan demikian dapat diartikan bahwa wazir tafwidl adalah perdana menteri (wakil
presiden) sedangkan wazir tanfidz hanya menteri biasa.
2. Siyasah Maliyah
Secara etimologi maliyah berasal dari kata maala – yamiilu – mailun (cenderung, condong).
Dimaknai demikian karena salah satu sifat harta ialah dapat memberikan kecenderungan,
dan kecondongan seseorang untuk menguasai, memiliki, dan mencintainya. Secara
terminologi siyasah maliyah ialah peraturan-peraturan yang mengatur pemasukan,
pengelolaan, dan pengeluaran harta milik negara.
Adapun dasar hukum yang melandasi siyasah maliyah ialah firman Allah, “
Apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul- Nya (dari harta benda)
yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah Untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta
itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu, apa yang diberikan Rasul
kepadamu, terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, tinggalkanlah. Bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”
(QS Al-Hasyr: 7)
Ayat di atas jelas suatu perintah dalam mengelola dan mendistribusikan harta yang
diperoleh dan menjadi pembendaharaan negara secara benar. Pengelolaan dan
pendistribusian harta negara dengan benar dapat memberikan kesejahteraan dan
menghilangkan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
Ruang Lingkup Kajian Siyasah Maliyah
Ruang lingkup dan objek yang menjadi bahasan dalam siyasah maliyah ialah hal-hal yang
berkaitan dengan harta kekayaan negara sebagaimana berikut :
3) Hak Milik
Islam telah menetapkan adanya hak milik perseorangan terhadap harta yang
dihasilkan dengan cara-cara yang telah diatur syariat dan tidak melanggar aturan hukum
yang telah ditentukan. Hak milik dalam lslam mendapatkan perlindungan dengan ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan termasuk dalam pengelolaannya. Penetapan dan adanya
jaminan terhadap hak milik seseorang merupakan ketentuan yang berlaku dengan
berlandaskan kepada ayat-ayat Al Qur‘an yang meliputi beberapa hal. Seperti adanya
ketentuan Memberikan harta anak yatim ketika mereka telah dewasa, adanya larangan dan
hukuman bagi mereka yang mengambil hak orang lain dengan jalan tidak sah, dan adanya
ketentuan hukum waris. Namun, lslam tetap memberikan batasan-batasan yang jelas
terhadap hak milik seseorang. Hal demikian dalam rangka memberikan jalan bagi harta
yang dimiliki menjadi sarana dalam memberikan kemaslahatan secara pribadi dan
kepentingan umum. Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain:
a) Pada hakikatnya, hak milik yang berupa harta merupakan milik Allah.
b) Harta kekayaan yang menjadi hak milik tidak diperkenankan hanya dimiliki oleh se
golongan kecil masyarakat.
c) Selain harta yang menjadi milik perseorangan, ada juga harta atau benda yang
menjadi milik umum dan dipakai demi kepentingan umum seperti jalan, sarana
pendidikan, sarana kesehatan, tempat peribadatan dan pasar.
4) Zakat
Tujuan dikeluarkannya zakat, selain membersihkan harta juga bertujuan untuk dapat
memberikan kesejahteraan sosial. Dengan berpijak pada tujuan tersebut, setiap individu
yang memiliki harta yang telah mencapai ukuran untuk berzakat maka berkewajiban untuk
memberikannya kepada pihak wajib zakat.
Negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam mengelola dan mendistribusikan
zakat dengan tepat sasaran. Kewajiban ini tidak diserahkan saja kepada kesediaan manusia,
tetapi harus dipikul tanggung jawab memungutnya dan mendistribusikannya oleh
pemerintah.
Zakat merupakan kewajiban dan tanggung jawab sosial yang mesti dijalankan demi
kemaslahatan umat.
Ada beberapa jenis zakat yang mesti ditunaikan oleh setiap orang muslim, di antaranya:
5) Al Kharaj
Al kharaj ialah pajak yang mesti dikeluarkan oleh orang-orang kafir yang berada
dalam lindungan negara dan pemerintahan Islam (kafirdzimmi). Pajak yang diberikan,
menjadi perbendaharaan negara yang diatur, dikelola, dan didistribusikan oleh Negara
melalui lembaga-lembaga yang telah resmi ditetapkan pemerintah.
6) Harta Peninggalan
Harta peninggalan yang tidak mempunyai ahli waris menjadi milik negara dan
masuk kas negara (baitul mal). Harta tersebut masuk dan menjadi perbendaharaan negara
yang kemudian di gunakan untuk kepentingan umum
7) Jizyah
Jizyah ialah pajak yang dibebankan Negara Islam kepada orang-orang non-muslim.
Pajak ini sebagai jaminan Negara Islam dalam memberikan perlindungan kepada harta,
kehormatan individu non muslim, dan kebebasan beragama. Orang-orang non muslim wajib
membayar jizyah sedangkan pemerintahan muslim berkewajiban menjamin mereka dalam
segala hal. Adapun ukuran jizyah yang wajib dikeluarkan diserahkan kepada kebijakan
negara, dan jizyah ini hanya dikeluarkan sekali dalam setahun.
8) Ghanimah
Ghanimah ialah harta yang diperoleh melalui perang. Ghanimah merupakan harta
rampasan perang yang menjadi milik Negara dan didistribusikan kepada mereka yang ikut
berperang dan 1/5-nyadiinfakkan untuk kepentingan umum seperti untuk memberikan gaji
pegawai negeri, pembangunan jalan, gedung-gedung, jembatan, rumah sakit, sarana
pendidikan dan sarana umum lainnya.
9) Fa’I
Bea cukai ialah pajak yang dikeluarkan atas masuknya barang ke suatu negara. Bea
cukai mulai diperkenalkan pada masa pemerintahan Umar bin Khathab yang menetapkan
pajak sebesar 10 % untuk barang-barang yang masuk pada suatu negara dipungut oleh
pemerintah setempat. Bea cukai ditetapkan pada prinsip zakat secara umum (telah mencapai
nishab) yang kemudian pajak tersebut merupakan perimbangan jaminan perlindungan yang
diberikan oleh pihak dan pemerintah setempat.
Dengan demikian, pajak bea cukai diterapkan terhadap barang eksport maupun import demi
memberikan kemaslahatan kepada umat
Wakaf ialah harta atau benda yang diberikan kepada orang lain, lembaga, intitusi
yang tidak mengikat. Wakaf adalah perbuatan yang dapat disamakan dengan sedekah biasa.
Wakaf memiliki pahala yang lebih besar karena manfaat yang terus-menerus selama benda
wakaf tersebut masih dapat dipergunakan. Wakaf yang diberikan kepada umum lebih
berguna dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak.
3. Siyasah Dauliyah
Dasar-dasar yang digunakan sebagai landasan para ulama di dalam siyasah dauliyah dan
dijadikan ukuran apakah siyasah dauliyah berjalan sesuai dengan semangat Al Islam atau
tidak, adalah :
1.Kesatuan umat manusia Meskipun manusia ini berbeda suku berbangsa-bangsa, berbeda
warna kulit, berbeda tanah air bahkan berbeda agama, akan tetapi merupakan satu kesatuan
manusia karena sama-sama Allah, sama bertempat tinggal di muka bumi ini, sama-sama
mengharapkan kehidupan yang bahagia, damai dan sama-sama dari Adam. Dengan
demikian, maka perbedaan- perbedaan diantara manusia harus disikapi dengan pikiran yang
positif untuk memberikan kelebihan masing-masing dan saling menutupi kekurangan
masing-Masing. AlQur’an banyak mengisyaratkan kesatuan Manusia ini, diantaranya dalam
Q.S Al Baqoraoh 213 :
Artinya :
Artinya:
“Dan jangan lah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil Itu lebih dekat kepada takwa”. (Q.S. Al
Maidah : 8)
Artinya :
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling Taqwa di antara kamu.” (Q.S. al hujurat 13).
Adapun perbedaan-perbedaan diantara manusia adalah perbedaan tugas dan posisi fungsi
masing-masing di dalam kiprah kehidupan manusia didunia ini, bila di simpulkan bahwa al-
ashlu fi al-insaniyah al-musawah, Yang berarti ”hukum asal di dalam kemanusiaan adalah
sama.
Karena kehormatan inilah maka manusia tidak boleh merendahkan manusia lainnya
dan suatu kaum tidak boleh merendahkan kaum lainnya. Kehormatan manusia ini
berkembang menjadi kehormatan terhadap suatu kaum dan komunitas dan bisa berkembang
menjadi suatu bangsa atau negara. Kerja sama internasional tidak mungkin dikembangkan
tanpa landasan saling hormat-menghormati. Kehormatan kemanusiaan inilah pada pada
gilirannya menumbuhkan harga diri yang wajar baik individu maupun pada komunitas,
muslim atau pun non muslim tanpa harus jatuh kepada kesombongan individual atau
nasionalisme yang ekstrim. Adapun ayat yang menerangkan tentang kehormatan :
Artinya : “dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.”(Q.S. al isra : 70)
“Wahai orang-orang yang beriman jangan lah satu kaum mengolok-olokan kaum lainnya,
bisa jadi yang mengolok-olokan lebih baik dari yang mengolok-olokkan, dan jangan pula
wanita-wanita mengolok-olokkan wanita lain bisa jadi mereka yang lebih baik, dan
janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jagan lah kamu memanggil dengan panggilan
yang buruk.
Hadis dan ayat di atas menunjukan bahwa mencela dan merendahkan manusia lain sama
dengan mencela dan merendahkan diri sendiri.
5.Tasamuh (Toleransi)
Dasar ini tidak mengandung arti harus menyerah kepada kejahatan atau memberi
peluang kepada kejahatan. Allah mewajibkan menolak permusuhan dengan yang lebih baik
akan menimbulkan persahabatan bila dilakukan pada tempatnya setidaknya akan
menetralisir. Adapun ayat Al Qur’an Yang menerangkanya :
Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah(kejahatan itu) dengan cara
yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-
olah telah menjadi Teman yang sangat setia”.(Q.S. fushilat : 34)
Artinya : “Jadilah Engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (Q.S. Ala’raf 199).
Sifat pemaaf merupakan sesuatu yang sangat terpuji dan sebaliknya sifat dendam
merupakan suatu sifat yang tercela, pemaaf yang baik adalah pemaaf disertai dengan harga
diri yang wajar dan bukan pemaaf dalam arti menyerah atau merendahkan diri terhadap
kejahatan-kejahatan.
Kerjasama kemanusiaan ini adalah realisasi dari dasar-dasar yang telah dikemukakan
di atas, kerja sama di sini adalah kerjasama di setiap wilayah dan lingkungan kemanusiaan,
kerjasama ini diperlukan karena, adanya saling ketergantungan baik antara individu maupun
antar Negara dunia ini. Kerja sama merupakan hal yang menguntungkan dalam suasana baik
dan untuk kebaikan bersama. Bukan untuk bermusuhan.
Allah akan memberikan kekuatan pada orang yang mau menolong pada Sesama manusia di
mana saja. Nabi bersabda: “ Allah akan selalu menolong hamba Nya selama hambanya
menolong suadaranya”. HadisIni juga tercermin adanya ukhuwah insaniyah, kesadaran akan
perlunya kerjasama dan tolong menolong dalam segala bentuk dan cara yang disepakati
yang baik, akan menghilangkan nafsu permusuhan, dan saling berebut hidup. Kehidupan
individu dan antar bangsa akan harmonis apabila didasarkan pada kerjasama bukan pada
saling menghancurkan yang satu dengan yang lain.
Kemerdekaan yang sesungguhnya dimulai dari pembebasan diri dari pengaruh hawa
nafsu serta mengendalikannya di bawah bimbingan keimanan dan akal sehat. Dengan
demikian kebebasan bukanlah mutlak, akan tetapi kebebasan yang bertanggung jawab
terhadap Allah, terhadap keselamatan dan kemaslahatan hidup manusia di muka bumi,
kebebasan ini bisa dirincikan lebih jauh seperti ini :
a) Kebebasan berpikir.
b) Kebebasan beragama.
c) Kebebasan menyatakan pendapat.
d) Kebebasan menuntut ilmu.
e) Kebebasan memiliki harta
Perilaku yang baik merupakan dasar moral dalam hubungan antara manusia, antar
umat dan antara bangsa di dunia, selain itu prinsip ini pun diterapakan seluruh makhluk
Allah di muka bumi, termasuk flora dan fauna, alam nabati dan alam hewani, budi baik ini
tercermin antara lain di dalam kasih sayang. Seperti yang ditegaskan di dalam Hadis Nabi :
Artinya:“ Kasih sayangilah yang dibumi, Allah SWT akan menyayangimu.” Memiliki
kehidupan terhadap orang-orang yang lemah, termasuk bangsa yang lemah dan miskin.
seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu sumber hubungan internasional itu adalah
perjanjian antar bangsa. Apabila perjanjian yang telah disahkan dan dibuat kemudian tidak
ditepati, maka kepercayaan akan hilang. Dan apabila sudah terjadi krisis kepercayaan, maka
malapetaka lah yang akan muncul. Inilah dasar-dasar siyasah di dalam hubungan
internasional atau siyasah dauliyah, dasar-dasar tersebut semuanya mengacu kepada
manusia sebagai satu kesatuan umat manusia, atau dengan kata lain dasar-dasar tersebut
dalam rangka hifdzu al-Ummah dalam ruang lingkupnya yang paling luas yaitu seluruh
manusia yang diikat oleh rasa ukhwah insaniyah disamping umat dalam arti komunitas
adalah keluarga sakinah.[10]
Sebagai agama yang menjunjung kedamaian, Islam lebih mengutamakan perdamaian dan
saling membantu dalam kebaikan. Seperti diketahui pula, subjek hukum dalam siyasah
dauliyah adalah Negara. Kita telah mengetahui pula tentang pembagian dunia ini di
kalangan fuqaha. Apabila subjek hukum di dalam siyasah dauliyah adalah negara, maka
sudah tentu negara mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu. Kewajiban terpenting adalah
menghormati hak-hak negara lain dan melaksanakan perjanjian yang telah di buat.
Perjanjian-Perjanjian Internasional
Syarat-syarat mengikat suatu perjanjian dalam siyasah dauliyah adalah sah dan mengikat
apabila memenuhi empat syarat :
REFERENSI
https://syariahalauddin.wordpress.com/2011/11/29/pembidangan-fiqh- https://
sahruddinalfaaljinan.wordpress.com/2012/11/28/makalah-fiqh-siyasah/