Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMBIDANGAN FIKIH POLITIK

Dosen Pengampu : IRMAN AFFANDIE, S. Pd.,M.Si

Disusun untuk memenuhi tugas kuliah

Mata kuliah: Pengantar Ilmu Fikih

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

Alivia Nurluthfiah
Asyifa Nurul Fauziah
Erik Febriab Al Farez
Ana jauharul azhari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM K.H RUHIAT CIPASUNG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PEMBIDANGAN FIKIH
POLITIK ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Bahasa Indonesia Selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang kalimat Bahasa Indonesia bagi para pembaca dan juga para penulis.

Kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknik penulisan


maupun materi, mengingat kemampuan yang di miliki kami. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Aamiin.

Tasikmalaya, 17 November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Fiqh Siyasah Dusturiah ( Konstitusi )
B. Siyasah Maliyah
C. Siyasah Dauliyah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
I
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Fiqih Siyasah bukan kajian yang baru di antara ilmu pengetahuan yanglainnya,
keberadaan Fiqih Siyasah sejalan dengan perjalan agama Islam itu sendiri. Karena Fiqih
Siyasah ada dan berkembang sejak Islam menjadi pusat kekuasaan dunia. Perjalanan
hijrahnya Rasullulah ke Madinah, penyusunan Piagam Madinah, pembentukan
pembendaharaan Negara, pembuatan perjanjian perdamaian, penetapan Imam, taktik
pertahanan Negara dari serangan musuh yang lainnya. Pembuatan kebijakan bagi
kemaslahatan masyarakat, umat, dan bangsa, dan kemudian pada masa itu semua dipandang
sebagai upaya-upaya siyasah dalam mewujudkan Islam sebagai ajaran yang adil, memberi
makna bagi kehidupan dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Semua proses tersebut
merupakan langkah awal berkembangnya kajian fiqih siyasah, dimana fiqih siyasah
menerima dengan tangan terbuka apa yang datang dari luar selama itu untuk kemaslahatan
bagi kehidupan umat. Bahkan menjadikannya sebagai unsur yang akan bermanfaat dan akan
menambah dinamika kehidupannya serta menghindarkan kehidupan dari kekakuan dan
kebekuan. Begitu luasnya pembahasan tentang kajian fiqih siyasah, maka pemakalah
membuat tema Pembidangan Fiqih Siyasah. Kritik dan saran sangat diharapkan dari
saudara-saudara semuanya agar kedepannya dapat menyelesaikan tugas dengan lebih baik
lagi.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan yang akan dibahas meliputi pembidangan fiqih siyasah
adalah:

a) Siyasah Dusturiyah
b) Siyasah Maliyah
c) Siyasah Dauliyah

C. Tujuan

a) Mengetahui Siyasah Dusturiyyah


b) Mengetahui Siyasah Maliyyah
c) Mengetahui Siyasah Dauliyyah

BAB II

PEMBAHASAN
1.Fiqh Siyasah Dusturiah ( Konstitusi )

Ialah hubungan antara pemimpin di satu tempat atau wilayah dan rakyatnya di pihak
lain serta kelembagaan-kelembagaan yang ada didalam masyrakatnya. Oleh karena itu
biasanya dibatasi hanya membahas persoalan pengaturan dan perundang-undangan yang
dituntut dengan prinsip-prinsip agama dan merupakan realisasi kemasyarakatan manusia
serta memenuhi kebutuhannya.

Sumber-sumber fiqh dusturiyah :

a) Al QUr’an
Yaitu ayat-ayat yang berhubungan dengan prinsip-psrinsip kehidupan masyarakat.
b) Alhadis
Terutama hadis-hadis yang berhubungan dengan imamah dan kebijaksanaan-
kebijaksanaan Rasul SAW dalam menerapkan hukum dinegeri Arab.
c) Kebijakan-kebijakan Khulafau Rasyidin dalam mengendalikan pemerintahan,
meskipun mereka mempunyai perbedaan didalam gaya pemerintahannya sesuai
dengan pembawaan sifat dan wataknya masing-masing, tetapi ada kesamaan alur
kebijakan yaitu reorientasi.
d) Ijtihad ulam
Dalam mencapai kemaslahtan umat, misalnya haruslah terjamin dan terpelihara
dengan baik.
e) Adat kebiasaan suatu bangsa
Yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Al Qur’an Dan hadits. Ada
kemungkinan adat kebiasaan semacam ini tidak tertulis yang disebut konversi.

Fiqh siyasah dusturiah mencakup bidang-bidang sebagai berikut :

1) Imamah, Hak dan Kewajibannya.

Menurut Al Mawardi adalah suatu kedudukan yang diadakan untuk mengganti tugas
kenabian dalam memelihara agama dan mengendalikan dunia.Berikut adalah istilah khalifah
atau imam yang termuat dalam Alqur’an dan hadis. Artinya: “Dia-lah yang menjadikan
kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya
menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak
lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.” (Q.S. Al-Fathir/35:39).

Hak rakyat : hak diberlakukan secara adil, hak kebebasan berpikir, beraqidah, berpendapat,
berbicara, berpendidikan dan memiliki tempat tinggal.Hak imam : hak dibantu, ditaati, dan
mendapatkan imbalan. Kewajiban imam:

 Memelihara agama
 Menetapkan hukum-hukum diantara orang-orang yang bersengketa
 Memerangi orang-orang yang menentang agama islam setelah melakukn dakwah
secara baik-baik
 Mengajarkan umat untuk menjaga agama dengan baik.

2) Bai’at

Menurut ibnu khaldun adalah mereka apabila membai’atkan seseorang Amir dan
mengikatkan perjanjian, mereka meletakkan tangan-tangan mereka di tangannya untuk
mengikrarkan perjanjian.

Bisa dikatakan, bai’at itu ketika ada atau ketika terjadi masalah yang berhubungan dengan
pemerintahan kemudian membuat perjanjian untuk tidak mengulangi kasalahan tersebut.
Bai’at dilakukan oleh Ahlul ahli wa al-aqd.

3) Ahl Al-Ahl Wa Al-Aqd (Perwakilan)Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, bahwa ahl
al-ahl wa al-aqdialah :

 Pemegang kekuasaan yang mempunyai wewenang memilih dan Membai’at imam.


 Mengarahkan masyarakat pada kemaslahatan.
 Mempunyai wewenang membuat undang-undang
 Tempat konsultasi orang yang mempunyai keluhan tentang pemerintahan.
 Mengawasi jalannya pemerintahan.

Dari beberapa uraian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ahl al-ahl wa al-aqd
adalah sebuah pemegang kekuasaan tinggi dalam pemerintahan yang mempunyai wewenang
dan tanggung jawab dalam menjalankan pemerintahannya itu juga berwenang dalam
membuat undang-undang.

Menurut Abd kadir adalah :

 Al-sultan Al-Tanjhidiyah (eksekutif)


 Al-sultan Al-Tasyri’iyah (Legislatif)
 Al-sultan Al-Qadha’iyah (Yudikatif)
 Al-sultan Al-Maaliyah (Bank Sentral)
 Al-sultan Al-Mu’raqabah (Konsultatif)

4) Wizarah

Wizarah berasal dari kata Al-wizru yang artinya beban. Maka dalam halini seorang
wazir memikul beban pemerintahan yang harus diemban dari seorang imamah. Wazir juga
disebut sebagai pembantu imam dalam menjalankan roda pemerintahan.

Wazir dibagi menjadi dua, yaitu:

1.Wazir taf widl


 Boleh ikut campur dalam masalah peradilan
 Boleh mengangkat pejabat tinggi
 Punya kekuasaan mengumumkan perang
 Punya wewenang mengeluarkan uang

2.Wazir tanfidz

 Tidak bisa ikut campur dalam masalah peradilan


 Tidak boleh mengangkat pejabat tinggi
 Tidak mempunyai kekuasaan mengumumkan perang
 Tidak mempunyai wewenang mengeluarkan uang.

Jadi, dengan demikian dapat diartikan bahwa wazir tafwidl adalah perdana menteri (wakil
presiden) sedangkan wazir tanfidz hanya menteri biasa.

2. Siyasah Maliyah

Merupakan kajian dan pembahasan yang kaitannya dengan kemaslahatan dalam


masalah kepengurusan harta. Setidaknya ada tiga faktor yang erat kaitannya dalam hal ini:
rakyat, harta, dan kekuasaan (penyelenggara pemerintahan).

Secara etimologi maliyah berasal dari kata maala – yamiilu – mailun (cenderung, condong).
Dimaknai demikian karena salah satu sifat harta ialah dapat memberikan kecenderungan,
dan kecondongan seseorang untuk menguasai, memiliki, dan mencintainya. Secara
terminologi siyasah maliyah ialah peraturan-peraturan yang mengatur pemasukan,
pengelolaan, dan pengeluaran harta milik negara.

Dasar Hukum Siyasah Maliyah

Adapun dasar hukum yang melandasi siyasah maliyah ialah firman Allah, “

Apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul- Nya (dari harta benda)
yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah Untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta
itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu, apa yang diberikan Rasul
kepadamu, terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, tinggalkanlah. Bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”

(QS Al-Hasyr: 7)

Ayat di atas jelas suatu perintah dalam mengelola dan mendistribusikan harta yang
diperoleh dan menjadi pembendaharaan negara secara benar. Pengelolaan dan
pendistribusian harta negara dengan benar dapat memberikan kesejahteraan dan
menghilangkan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
Ruang Lingkup Kajian Siyasah Maliyah

Ruang lingkup dan objek yang menjadi bahasan dalam siyasah maliyah ialah hal-hal yang
berkaitan dengan harta kekayaan negara sebagaimana berikut :

1. Prinsip Mengenai Harta


Harta merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupan di
dunia. Harta merupakan salah satu sarana dalam mencapai kebahagiaan hidup. Islam
telah menggaris bawahi bahwa harta yang diperoleh harus dapat menjadi perantara
kesuksesan dunia dan akhirat. Dengan demikian, setiap usaha dan hasilnya harus
berorientasi untuk mencapai ridha Allah. Harta mempunyai prinsip-prinsip yang
tidak boleh diabaikan oleh yang mencari dan memiliki harta. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain:
 Pertama, harta yang didapatkan melalui usaha manusia pada hakikatnya ialah rezeki
yang diberikan Allah kepada manusia, untuk itu harta tersebut mutlak milik Allah.
 Kedua, Manusia memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh harta dengan
usahanya.
 Ketiga, Harta yang didapatkan manusia merupakan harta yang dapat dimanfaatkan
kepada kemaslahatan dunia dan akhirat. Dengan demikian, setiap harta yang dimiliki
hendaklah dikelola dan dapat didistribusikan bagi mereka yang membutuhkan.
Sehingga, tidak dapat dibenarkan menumpuk harta dan membelanjakannya di jalan
yang batil.
 Keempat, Harta merupakan hasil dari sebuah usaha yang dilakukan, dengan kata lain
bahwa harta tidak akan didapatkan dengan Cuma-Cuma namun harus melalui usaha
dan perjuangan yang keras. Untuk itu, Islam sangat menjunjung tinggi orang yang
mempunyai etos kerja dan sangat mencela orang yang malas dan tidak mau bekerja
dalam mencari karunia Allah.

2. Harta, Negara, dan Tanggung Jawab Sosial


Dengan harta manusia dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya. Dalam
sebuah negara, harta dipandang sebagai sarana untuk mengembangkan dan men
sejahterakan kehidupan rakyat demi tercapainya tatanan bangsa yang adil, makmur dan
sentosa. Dengan demikian Negara mempunyai peran yang sangat sentral dalam mengelola
dan mendistribusikan harta yang dimilikinya, Islam telah mewajibkan sebuah Negara untuk
mengelola dan mendistribusikan harta dengan semestinya sehingga akan tercapai
kesejahteraan sosial yang merata. Hal ini tercermin dalam aturan yang diterapkan terhadap
harta rampasan perang. Harta tersebut selain untuk orang yang berperang, juga
didistribusikan bagi mereka yang membutuhkan dan bagi kepentingan umum dengan kadar
dan ukuran yang telah ditentukan.
Negara mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mengelola dan mendistribusikan
harta demi kepentingan umum, karena negara mempunyai kewajiban untuk menjamin anak-
anak yatim dan orang-orang miskin.
Jaminan sosial dalam hal ini meluas sampai pada tataran pemberian modal dan bantuan bagi
mereka yang mengalami kebangkrutan. Negara berkewajiban membantu mereka yang
mengalami kemunduran usaha sehingga dapat memulai dan melanjutkan kembali usahanya.
Harta, rakyat, dan pengelola yang dalam hal ini ialah pemerintah yang memberikan
kebijakan-kebijakan merupakan tiga elemen dasar dalam mengharmonisasikan kehidupan
berbangsa dan bernegara, stabilitas nasional, dan menghindarkan kesenjangan-kesenjangan
sosial. Jaminan sosial yang ada adalah jaminan yang berangkat dari tanggung jawab
individu sampai pada lingkup yang lebih luas, yaitu negara berlandaskan kepada prinsip-
prinsip dasar keadilan sosial. Adapun keadilan-keadilan sosial tersebut adalah:
a) Adanya kebebasan rohani dalam penyembahan kepada Allah SWT Sebagai satu satunya
Tuhan yang patut disembah. Dialah yang memiliki kekuasaan, yang menghidupkan dan
mematikan, sertahanya Dialah yang memberikan karunia dan rezeki kepada manusia.
b) Adanya persamaan semua manusia. Kesamaan manusia artinya bahwa manusia
memiliki kesamaan di dalam penciptaan, kehidupan dan kematiannya. Semua manusia
merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, memiliki persamaan dan hanya
dibedakan dengan kadar ketakwaan di hadapan Allah.
c) Adanya tanggung jawab sosial yang terdapat dalam setiap individu yang kemudian
meluas menjadi tanggung jawab sosial. Tanggung jawab tersebut meliputi berbagai aspek,
manusia sebagai makhluk pe makmur bumi, manusia sebagai hamba Allah, dan manusia
sebagai individu-individu yang menciptakan interaksi positif dalam kehidupan yang
maslahat.

3) Hak Milik

Islam telah menetapkan adanya hak milik perseorangan terhadap harta yang
dihasilkan dengan cara-cara yang telah diatur syariat dan tidak melanggar aturan hukum
yang telah ditentukan. Hak milik dalam lslam mendapatkan perlindungan dengan ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan termasuk dalam pengelolaannya. Penetapan dan adanya
jaminan terhadap hak milik seseorang merupakan ketentuan yang berlaku dengan
berlandaskan kepada ayat-ayat Al Qur‘an yang meliputi beberapa hal. Seperti adanya
ketentuan Memberikan harta anak yatim ketika mereka telah dewasa, adanya larangan dan
hukuman bagi mereka yang mengambil hak orang lain dengan jalan tidak sah, dan adanya
ketentuan hukum waris. Namun, lslam tetap memberikan batasan-batasan yang jelas
terhadap hak milik seseorang. Hal demikian dalam rangka memberikan jalan bagi harta
yang dimiliki menjadi sarana dalam memberikan kemaslahatan secara pribadi dan
kepentingan umum. Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain:

a) Pada hakikatnya, hak milik yang berupa harta merupakan milik Allah.
b) Harta kekayaan yang menjadi hak milik tidak diperkenankan hanya dimiliki oleh se
golongan kecil masyarakat.
c) Selain harta yang menjadi milik perseorangan, ada juga harta atau benda yang
menjadi milik umum dan dipakai demi kepentingan umum seperti jalan, sarana
pendidikan, sarana kesehatan, tempat peribadatan dan pasar.

4) Zakat

Zakat secara etimologi berarti pembersihan dan pertumbuhan. Secara terminologi


adalah sebagian harta yang wajib diberikan kepada orang-orang tertentu dengan syarat-
syarat yang telah ditentukan. Harta yang wajib diberikan sebagiannya adalah harta yang
sudah mencapai nisab. Dinamakan zakat karena harta yang dikeluarkan dapat
membersihkan semua harta yang dizakati dan memelihara pertumbuhannya.

Tujuan dikeluarkannya zakat, selain membersihkan harta juga bertujuan untuk dapat
memberikan kesejahteraan sosial. Dengan berpijak pada tujuan tersebut, setiap individu
yang memiliki harta yang telah mencapai ukuran untuk berzakat maka berkewajiban untuk
memberikannya kepada pihak wajib zakat.

Negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam mengelola dan mendistribusikan
zakat dengan tepat sasaran. Kewajiban ini tidak diserahkan saja kepada kesediaan manusia,
tetapi harus dipikul tanggung jawab memungutnya dan mendistribusikannya oleh
pemerintah.

Zakat merupakan kewajiban dan tanggung jawab sosial yang mesti dijalankan demi
kemaslahatan umat.

Ada beberapa jenis zakat yang mesti ditunaikan oleh setiap orang muslim, di antaranya:

a) Zakat hasil bumi (usyur), perniagaan, dan peternakan.


b) Zakat emas, perak, dan zakat fitrah.
c) Zakat harta terpendam dan harta karun, dan zakat pertambangan.

5) Al Kharaj

Al kharaj ialah pajak yang mesti dikeluarkan oleh orang-orang kafir yang berada
dalam lindungan negara dan pemerintahan Islam (kafirdzimmi). Pajak yang diberikan,
menjadi perbendaharaan negara yang diatur, dikelola, dan didistribusikan oleh Negara
melalui lembaga-lembaga yang telah resmi ditetapkan pemerintah.

6) Harta Peninggalan

Harta peninggalan yang tidak mempunyai ahli waris menjadi milik negara dan
masuk kas negara (baitul mal). Harta tersebut masuk dan menjadi perbendaharaan negara
yang kemudian di gunakan untuk kepentingan umum

7) Jizyah

Jizyah ialah pajak yang dibebankan Negara Islam kepada orang-orang non-muslim.
Pajak ini sebagai jaminan Negara Islam dalam memberikan perlindungan kepada harta,
kehormatan individu non muslim, dan kebebasan beragama. Orang-orang non muslim wajib
membayar jizyah sedangkan pemerintahan muslim berkewajiban menjamin mereka dalam
segala hal. Adapun ukuran jizyah yang wajib dikeluarkan diserahkan kepada kebijakan
negara, dan jizyah ini hanya dikeluarkan sekali dalam setahun.

8) Ghanimah
Ghanimah ialah harta yang diperoleh melalui perang. Ghanimah merupakan harta
rampasan perang yang menjadi milik Negara dan didistribusikan kepada mereka yang ikut
berperang dan 1/5-nyadiinfakkan untuk kepentingan umum seperti untuk memberikan gaji
pegawai negeri, pembangunan jalan, gedung-gedung, jembatan, rumah sakit, sarana
pendidikan dan sarana umum lainnya.

9) Fa’I

Fa’i ialah harta yang didapatkan dan menjadi pembendaharaan negara

Melalui jalan damai. Harta ini dimanfaatkan untuk kepentingan umum.

10) Bea Cukai

Bea cukai ialah pajak yang dikeluarkan atas masuknya barang ke suatu negara. Bea
cukai mulai diperkenalkan pada masa pemerintahan Umar bin Khathab yang menetapkan
pajak sebesar 10 % untuk barang-barang yang masuk pada suatu negara dipungut oleh
pemerintah setempat. Bea cukai ditetapkan pada prinsip zakat secara umum (telah mencapai
nishab) yang kemudian pajak tersebut merupakan perimbangan jaminan perlindungan yang
diberikan oleh pihak dan pemerintah setempat.

Dengan demikian, pajak bea cukai diterapkan terhadap barang eksport maupun import demi
memberikan kemaslahatan kepada umat

11) Harta Wakaf Untuk Umat

Wakaf ialah harta atau benda yang diberikan kepada orang lain, lembaga, intitusi
yang tidak mengikat. Wakaf adalah perbuatan yang dapat disamakan dengan sedekah biasa.
Wakaf memiliki pahala yang lebih besar karena manfaat yang terus-menerus selama benda
wakaf tersebut masih dapat dipergunakan. Wakaf yang diberikan kepada umum lebih
berguna dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak.

Dari uraian di atas, wakaf dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

 Wakaf untuk kepentingan segolongan orang


 Wakaf untuk kepentingan umum. Wakaf yang diberikan untuk kepentingan umum
merupakan wakaf yang dapat membangun dan men sejahterakan rakyat. Wakaf pada
masa sekarang telah diatur dan dikelola oleh Negara. Hal ini menjadi sesuatu yang
penting dan memerlukan pengelolaan yang profesional agar wakaf untuk
kepentingan umum dapat digunakan dengan semestinya.

3. Siyasah Dauliyah

Dauliyah bermakna tentang daulat, kerajaan, kekuasaan, wewenang, serta kekuasaan.


Sedangkan Siyasah Dauliyah Bermakna sebagai kekuasaan kepala negara untuk mengatur
negara dalam hal hubungan internasional, masalah territorial, nasionalitas, ekstradisi
tahanan, pengasingan tawanan politik, dan pengusiran warga negara asing. Dari pengertian
di atas dapat dilihat bahwa Siyasah Dauliyah Lebih mengarah pada pengaturan masalah
kenegaraan yang bersifat luar negeri, serta kedaulatan negara. Hal ini sangat penting guna
kedaulatan negara untuk pengakuan dari negara lain. Adapun orientasi masalahnya
berkaitan dengan:

a) Penentuan situasi damai atau perang (penentuan sifat darurat kolektif


b) Perlakuan terhadap tawanan.
c) Kewajiban suatu negara terhadap negara lain
d) Aturan dalam perjanjian internasional
e) Aturan dalam pelaksanaan peperangan

Dasar-Dasar Siyasah Dauliyah

Dasar-dasar yang digunakan sebagai landasan para ulama di dalam siyasah dauliyah dan
dijadikan ukuran apakah siyasah dauliyah berjalan sesuai dengan semangat Al Islam atau
tidak, adalah :

1.Kesatuan umat manusia Meskipun manusia ini berbeda suku berbangsa-bangsa, berbeda
warna kulit, berbeda tanah air bahkan berbeda agama, akan tetapi merupakan satu kesatuan
manusia karena sama-sama Allah, sama bertempat tinggal di muka bumi ini, sama-sama
mengharapkan kehidupan yang bahagia, damai dan sama-sama dari Adam. Dengan
demikian, maka perbedaan- perbedaan diantara manusia harus disikapi dengan pikiran yang
positif untuk memberikan kelebihan masing-masing dan saling menutupi kekurangan
masing-Masing. AlQur’an banyak mengisyaratkan kesatuan Manusia ini, diantaranya dalam
Q.S Al Baqoraoh 213 :

Artinya :

“Manusia adalah umat yang satu.” (Q.S. Al baqoroh : 213)

2.Al Adalah (keadilan)

Di dalam siyasah dauliyah hidup berdampingan dengan damai baru terlaksana


apabila didasari kan kepada keadilan baik antara manusia maupun di antara berbagai negara,
bahkan perang pun terjadi karena salah satu pihak merasa di perlakukan secara tidak adil.
Oleh karena itu ajaran islam mewajibkan penegakan keadilan baik terhadap diri
sendiri ,keluarga, tetangga, baik terhadap musuh sekalipun kita wajib bertindak adil.
Adapun ayat yang berbicara tentang keadilan:

Artinya:

“Dan jangan lah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil Itu lebih dekat kepada takwa”. (Q.S. Al
Maidah : 8)

3.Al Musawah (Persamaan)


Manusia memiliki hak-hak kemanusiaan yang sama, untuk mewujudkan keadilan
adalah mempersamakan manusia di hadapan hukum kerjasama internasional sulit
dilaksanakan apabila tidak di dalam kesederajatan antarnegara dan antar bangsa. Demikian
pula setiap manusia adalah subyek hukum, penanggung hak Dan kewajiban yang sama.
Semangat dari Al Qur’an dan Hadis Nabi serta Perilaku para sahabat yang membebaskan
budak adalah untuk mewujudkan persamaan kemanusiaan ini. Karena perbudakan
menunjukan adanya ketidak sederajatan kemanusian. Uraian tentang perbudakan yang
dikehendaki oleh islam dengan baik antara lain telah ditulis oleh Amir Ali. Hak hidup, hak
memiliki dan kehormatan kemanusiaan harus sama-sama dihormati dan dilindungi. Satu-
satunya ukuran kelebihan manusia terhadap manusia lainnya adalah ketaqwaannya. Adapun
ayat yang menerangkan tentang persamaan :

Artinya :

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling Taqwa di antara kamu.” (Q.S. al hujurat 13).

Adapun perbedaan-perbedaan diantara manusia adalah perbedaan tugas dan posisi fungsi
masing-masing di dalam kiprah kehidupan manusia didunia ini, bila di simpulkan bahwa al-
ashlu fi al-insaniyah al-musawah, Yang berarti ”hukum asal di dalam kemanusiaan adalah
sama.

4.Karomah Insaniyah ( kehormatan manusia)

Karena kehormatan inilah maka manusia tidak boleh merendahkan manusia lainnya
dan suatu kaum tidak boleh merendahkan kaum lainnya. Kehormatan manusia ini
berkembang menjadi kehormatan terhadap suatu kaum dan komunitas dan bisa berkembang
menjadi suatu bangsa atau negara. Kerja sama internasional tidak mungkin dikembangkan
tanpa landasan saling hormat-menghormati. Kehormatan kemanusiaan inilah pada pada
gilirannya menumbuhkan harga diri yang wajar baik individu maupun pada komunitas,
muslim atau pun non muslim tanpa harus jatuh kepada kesombongan individual atau
nasionalisme yang ekstrim. Adapun ayat yang menerangkan tentang kehormatan :

Artinya : “dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.”(Q.S. al isra : 70)

Dan juga dalam hadis rasulullah yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman jangan lah satu kaum mengolok-olokan kaum lainnya,
bisa jadi yang mengolok-olokan lebih baik dari yang mengolok-olokkan, dan jangan pula
wanita-wanita mengolok-olokkan wanita lain bisa jadi mereka yang lebih baik, dan
janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jagan lah kamu memanggil dengan panggilan
yang buruk.

Hadis dan ayat di atas menunjukan bahwa mencela dan merendahkan manusia lain sama
dengan mencela dan merendahkan diri sendiri.
5.Tasamuh (Toleransi)

Dasar ini tidak mengandung arti harus menyerah kepada kejahatan atau memberi
peluang kepada kejahatan. Allah mewajibkan menolak permusuhan dengan yang lebih baik
akan menimbulkan persahabatan bila dilakukan pada tempatnya setidaknya akan
menetralisir. Adapun ayat Al Qur’an Yang menerangkanya :

Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah(kejahatan itu) dengan cara
yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-
olah telah menjadi Teman yang sangat setia”.(Q.S. fushilat : 34)

Artinya : “Jadilah Engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (Q.S. Ala’raf 199).

Sifat pemaaf merupakan sesuatu yang sangat terpuji dan sebaliknya sifat dendam
merupakan suatu sifat yang tercela, pemaaf yang baik adalah pemaaf disertai dengan harga
diri yang wajar dan bukan pemaaf dalam arti menyerah atau merendahkan diri terhadap
kejahatan-kejahatan.

6.Kerja Sama Kemanusiaan

Kerjasama kemanusiaan ini adalah realisasi dari dasar-dasar yang telah dikemukakan
di atas, kerja sama di sini adalah kerjasama di setiap wilayah dan lingkungan kemanusiaan,
kerjasama ini diperlukan karena, adanya saling ketergantungan baik antara individu maupun
antar Negara dunia ini. Kerja sama merupakan hal yang menguntungkan dalam suasana baik
dan untuk kebaikan bersama. Bukan untuk bermusuhan.

Allah akan memberikan kekuatan pada orang yang mau menolong pada Sesama manusia di
mana saja. Nabi bersabda: “ Allah akan selalu menolong hamba Nya selama hambanya
menolong suadaranya”. HadisIni juga tercermin adanya ukhuwah insaniyah, kesadaran akan
perlunya kerjasama dan tolong menolong dalam segala bentuk dan cara yang disepakati
yang baik, akan menghilangkan nafsu permusuhan, dan saling berebut hidup. Kehidupan
individu dan antar bangsa akan harmonis apabila didasarkan pada kerjasama bukan pada
saling menghancurkan yang satu dengan yang lain.

7.Kebebasan, Kemerdekaan / Al-huriyah

Kemerdekaan yang sesungguhnya dimulai dari pembebasan diri dari pengaruh hawa
nafsu serta mengendalikannya di bawah bimbingan keimanan dan akal sehat. Dengan
demikian kebebasan bukanlah mutlak, akan tetapi kebebasan yang bertanggung jawab
terhadap Allah, terhadap keselamatan dan kemaslahatan hidup manusia di muka bumi,
kebebasan ini bisa dirincikan lebih jauh seperti ini :

a) Kebebasan berpikir.
b) Kebebasan beragama.
c) Kebebasan menyatakan pendapat.
d) Kebebasan menuntut ilmu.
e) Kebebasan memiliki harta

8.Perilaku Moral Yang Baik

Perilaku yang baik merupakan dasar moral dalam hubungan antara manusia, antar
umat dan antara bangsa di dunia, selain itu prinsip ini pun diterapakan seluruh makhluk
Allah di muka bumi, termasuk flora dan fauna, alam nabati dan alam hewani, budi baik ini
tercermin antara lain di dalam kasih sayang. Seperti yang ditegaskan di dalam Hadis Nabi :

)‫أرحموا هل االرض يرحمكم من في الساء (راوه ابو دود‬

Artinya:“ Kasih sayangilah yang dibumi, Allah SWT akan menyayangimu.” Memiliki
kehidupan terhadap orang-orang yang lemah, termasuk bangsa yang lemah dan miskin.
seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu sumber hubungan internasional itu adalah
perjanjian antar bangsa. Apabila perjanjian yang telah disahkan dan dibuat kemudian tidak
ditepati, maka kepercayaan akan hilang. Dan apabila sudah terjadi krisis kepercayaan, maka
malapetaka lah yang akan muncul. Inilah dasar-dasar siyasah di dalam hubungan
internasional atau siyasah dauliyah, dasar-dasar tersebut semuanya mengacu kepada
manusia sebagai satu kesatuan umat manusia, atau dengan kata lain dasar-dasar tersebut
dalam rangka hifdzu al-Ummah dalam ruang lingkupnya yang paling luas yaitu seluruh
manusia yang diikat oleh rasa ukhwah insaniyah disamping umat dalam arti komunitas
adalah keluarga sakinah.[10]

Pembagian Siyasah Dauliyah

Siyasah dauliyah dibagi menjadi dua yaitu :

1.Hubungan-hubungan internasional di waktu damai Sebagai agama yang menjunjung


kedamaian, Islam lebih mengutamakan perdamaian dan kerja sama dengan beberapa Negara
saja. Islam diturunkan sebagai rahmat untuk alam semesta, karena itu Allah tidak
membenarkan ummat Islam melakukan peperangan, apalagi mengekspansi Negara lain
kecuali dalam kondisi sangat terdesak dan membela diri Konsekuensi dari asas bahwa
hubungan internasional dalam Islam adalah perdamaian saling membantu dalam kebaikan,
maka:

a) Perang tidak dilakukan kecuali dalam keadaan darurat.


b) Orang yang tidak ikut berperang tidak boleh diperlakukan sebagai musuh.
c) Segera menghentikan perang bila salah satu pihak cenderung kepada damai.
d) Memperlakukan tawanan perang dengan cara manusiawi.

Kewajiban Suatu Negara Terhadap Negara Lain.

Sebagai agama yang menjunjung kedamaian, Islam lebih mengutamakan perdamaian dan
saling membantu dalam kebaikan. Seperti diketahui pula, subjek hukum dalam siyasah
dauliyah adalah Negara. Kita telah mengetahui pula tentang pembagian dunia ini di
kalangan fuqaha. Apabila subjek hukum di dalam siyasah dauliyah adalah negara, maka
sudah tentu negara mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu. Kewajiban terpenting adalah
menghormati hak-hak negara lain dan melaksanakan perjanjian yang telah di buat.

Perjanjian-Perjanjian Internasional

Syarat-syarat mengikat suatu perjanjian dalam siyasah dauliyah adalah sah dan mengikat
apabila memenuhi empat syarat :

a) Yang melakukan perjanjian memiliki kewenangan.


b) Kerelaan.
c) Isi perjanjian dan objeknya tidak dilarang oleh syariat islam
d) Penulisan perjanjian

2.Hubungan-Hubungan Internasional Diwaktu Perang Seperti yang sudah disinggung di


muka bahwa perang bisa terjadi dalam kondisi darurat, artinya bentuk hukum asal (azimah)
sesuai dengan kaidah-kaidah fiqh. Kaum muslimin sendiri pada umumnya manusia dahulu
dan sekarang tidak menyenangi perang, tetapi bisa terjadi dengan sebab untuk
mempertahankan diri. Aturan perang dalam Islam antara lain :

a) Pengumuman perang telah diterangkan bahwa Islam tidak membenarkan peperangan


yang bertujuan menaklukan suatu negara, atau perluasan wilayah dan mendiktekan
kehendak, perang yang diajarkan dalam Islam adalah perang untuk menolak
serangan musuh.
b) Etika dan aturan perang dalam siyasah dauliyah
1. Dilarang membunuh anak-anak
2. Dilarang membunuh wanita-wanita yang tidak ikut perang serta
memperkosanya
3. Dilarang membunuh orang yang sudah tua tersebut tidak ikut berperang
4. Tidak memotong dan merusak pohon-pohon, sawah, dan ladang
5. Tidak merusak binatang ternak kecuali untuk dimakan
6. Tidak menghancurkan gereja, biara, dan tempat beribadat lainnya
7. Dilarang mencincang mayat musuh, bahkan bangkai binatang tidak boleh
dicincang
8. Dilarang membunuh para pendeta dan para pekerja yang tidak ikut perang
9. Bersikap sabar, berani, dan ikhlas dalam perang
10. Tidak melampaui batas-batas aturan hukum dan moral dalam peperangan

REFERENSI

https://syariahalauddin.wordpress.com/2011/11/29/pembidangan-fiqh- https://
sahruddinalfaaljinan.wordpress.com/2012/11/28/makalah-fiqh-siyasah/

Anda mungkin juga menyukai