Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Beberapa Istilah Penting Dalam Sejarah Politik Islam”

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Fikih Siyasah

Dosen Pengampu : Drs. H. Maksun, M.Ag.

Disusun oleh :

1. Ika Nur Aini (1902046063)


2. Fatkhanatun Munawaroh (1902046065)
3. Stania Sasqiyatus Salma (1902046092)

PROGRAM STUDI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul  Beberapa Istilah Penting dalam
Sejarah Politik ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Fikih Siyasah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Beberapa Istilah Penting dalam Sejarah Politik Islam bagi para pembaca dan juga
bagi pemakalah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Maksun, selaku dosen mata kuliah Fikih
Siyasah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Demak, 4 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Beberapa Istilah Penting dalam Sejarah Politik Islam................................................................2
B. Khilafah, Imamah, dan Imarah..................................................................................................2
C. Khalifah, Imam, Amir, Ahlul Halli Wal’ Aqdi dan Baiat..........................................................4
BAB III..................................................................................................................................................8
PENUTUP.............................................................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam berdirinya sebuah negara tentulah diperlukan sebuah sistem pemerintahan.
Sistem pemerintahan yang benar menurut pandangan Islam adalah sistem pemerintahan
yang menggunakan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan dalam semua aspek
kehidupannya.
Dalam sepanjang sejarah berdirinya Islam terdapat beberapa istilah politik penting
yang digunakan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas antara lain :
1. Apa saja istilah-istilah penting dalam sejarah politik islam?
2. Apa definisi dan perbedaan antara khilafah, imamah dan imarah?
3. Apa definisi dan perbedaan antara khalifah, imam, amir, ahlul halli wal’aqdi dan
baiat?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuannya antara lain :
1. Untuk mengetahui istilah-istilah penting dalam sejarah politik islam.
2. Untuk mengetahui definisi dan perbedaan antara khilafah, imamah dan imarah.
3. Untuk mengetahui definisi dan perbedaan antara khalifah, imam, amir, ahlul halli
wal’aqdi dan baiat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Beberapa Istilah Penting dalam Sejarah Politik Islam


Dalam sejarah Islam terlebih setelah wafatnya Nabi, tentu diperlukan seorang
pemimpin yang bisa membimbing orang Islam supaya tetap beriman dan
mengembangkan ke-Islaman ke seluruh dunia. Dalam dunia perpolitikan Islam, terdapat
beberapa istilah penting yang harus kita ketahui, diantaranya : khilafah, imamah, imarah,
khalifah, imam, amir, ahlu halli wal’aqdi, da baiat.

B. Khilafah, Imamah, dan Imarah


 Definisi
1) Khilafah
Arti primer kata khilafah, yang bentuk pluranya khulafa’ dan khalaif yang
berasal dari kata khalaf adalah pengganti, yaitu seseorang yang menggantikan
tempat orang lain dalam beberapa persoalan.1
Khilafah adalah pemerintahan Islam yang tidak dibatasi oleh teritorial
sehingga kekhalifahan Islam meliputi berbagai suku dan bangsa. Pada intinya,
khilafah merupakan kepemipinan umum yang mengurusi agama dan kenegaraan
sebagai wakil dari Nabi Muhammad SAW.
Dalam bahasa Ibnu Khaldun, kekhalifahan adalah kepemimpinan umum bagi
seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum syari’at Islam
dan memikul Islam ke seluruh dunia.
Yusuf Musa menyetir pendapat Ibnu Khaldun tentang definisi khalifah yaitu:
“Al-Khilafah membawa/memimpin masyarakat sesuai dengan kehendak agama
dalam memenuhi kemaslahatan akhiratnya dan dunianya yang kembali kepada
akhirat itu karena hal ihwal keduniaan kembali seluruhnya menurut Allah untuk
kemaslahatan akhirat. Maka kekhalifahan itu adalah kekhalifahan dari pemilik
syara’ di dalam memelihara agama dan mengendalikan dunia.”
Khilafah mula-mula menunjukkan kepada yang mempunyai kekuasaan dalam
kenyataan walaupun tidak berhak, yang pada masa sekarang disebut de facto.
Adapun sistem pemerintahan yang memalingkan diri dari Allah lalu menjadi
sistem yang terlepas, bebas memerintah dirinya sendiri untuk dirinya sendiri
1
J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada), 1999, hal.48.

2
bukanlah khilafah, tapi itu adalah pemberontakan atau kudeta melawan Sang
Penguasa yang hakiki.
2) Imamah
Pada awalnya, imamah adalah suatu istilah yang netral untuk menyebut
sebuah negara. Dalam literatur-literatur klasik, istilah imamah dan khilafah
disandingkan secara bersamaan untuk menunjuk pada pengertian yang sama yakni
negara dalam sejarah Islam.
Imamah adalah kepemimpinan menyeluruh yang berkaitan dengan urusan
keagamaan dan urusan dunia sebagai pengganti fungsi Rasulullah SAW.2
Imam yang baik adalah imam yang mencintai dan mendoakan rakyatnya serta
dicintai dan diidolakan oleh rakyatnya. Sedangkan Imam yang buruk adalah imam
yang membenci rakyatnya dan dibenci serta dilaknat oleh rakyatnya.
Adapun kata-kata imamah ditakrifkan oleh Al-Mawardi dengan :
“Imamah adalah suatu kedudukan atau jabatan yang diadakan untuk mengganti
tugas kenabian di dalam memelihara agama dan mengendalikan dunia.”
Definisi lain dikemukakan oleh Al-Iji sebagai berikut :
“Imamah adalah negara besar yang mengatur urusan-urusan agama dan dunia.
Tetapi lebih tepat lagi apabila dikaitnya bahwa imamah adalah pengganti Nabi di
dalam menegakkan agama.”
Dari definisi diatas tampak jelas para ulama mendahulukan masalah-masalah
agama dan memelihara agama daripada persoalan duniawi. Hal ini diperlukan
untuk membedakan antara lembaga imamah dengan lembaga lainnya.
3) Imarah
Imarah dari fi’il madhi amara yang artinya memerintah. Sedangkan amir
merupakan isim fa’il dengan bentuk jamaknya umara yang artinya pangeran/raja,
putra mahkota.3 Sedangkan Ibn Mandhur dalam Lisan Al-Arabnya menyebutkan
bahwa imarah (pemerintahan) yang disandang atau dimiliki oleh seorang
pemimpin/penguasa manakala ia telah menjadi seorang amir (pemimpin).4

2
Ibid, hal. 45.
3
Kamus Arab-Indonesia, hal. 37
4
Rasuki. Juni 2019. “Dinamika Konsep Kepemimpinan Dalam Islam : dari Khalifah, Imamah sampai Imarah”.
Jurnal Kariman. Vol. 07, No.01, https://ejournal.stit-alkarimiyyah.ac.id/index.php/kariman/article/view/104. 31
Agustus 2020.

3
Secara istilah kata imarah berarti kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin
atau penguasa dalam sebuah pemerintahan, baik itu dimiliki oleh seorang raja atau
putra mahkota atau pimpinan secara umum.
Imarah sebutan untuk jabatan amir dalam suatu negara kecil yang berdaulat
untuk melaksanakan pemerintahan oleh seorang amir. 5 Istilah amir digunakan
untuk gelar bagi jabatan-jabatan penting yang bervariasi dalam sejarah
pemerintahan Islam dengan sebutan yang beragam.6
Gelar amir berasal dari kata amara yang berarti memerintah. Dalam bahasa
Arab amir berarti seorang yang memerintah, seorang komandan militer, seorang
gubernur provinsi atau putra mahkota. Kata amir yang bermakna kepala negara
untuk pertama kalinya digunakan dalam rapat di Saqifah Bani Saidah.
 Perbedaan
Dari definisi diatas, terdapat perbedaan antara ketiganya :
 Khilafah adalah suatu bentuk pemerintahan.
 Imamah adalah suatu bentuk kepemimpinan
 Imarah adalah suatu gelar kepemimpinan.

C. Khalifah, Imam, Amir, Ahlul Halli Wal’ Aqdi dan Baiat


 Definisi
1. Khalifah
Kata khalifah dalam bentuk tunggal terulang dua kali dalam Al-Qur’an yaitu
dalam Al-Baqarah (2): 30 dan Shad (38): 26. Ada dua bentuk plural yang
digunakan oleh Al-Qur’an, yaitu :
a) Khalaif yang terulang sebanyak empat kali, yakni pada Surah Al-An’am(6):
165, Yunus(10): 14, 73 dan Fathir(35): 39.
b) Khulafa’ terulang sebanyak tiga kali pada Surah Al-A’raf(7): 69, 74 dan An-
Naml(27): 62.
Keseluruhan kata tersebut berakar dari kata khulafa’ yang pada mulanya
berarti di belakang. Dari sini kata khalifah seringkali diartikan sebagai pengganti.
Pengertian khalifah jika dilihat dari akar katanya berasal dari kata khalafa
yang berarti di belakang atau menggantikan tempat seseorang sepeninggalnya.
Karena itu kata khalif atau khalifah berarti seorang pengganti. Al-Raghib al-
5
Ibid, hal. 44.
6
Ibid, hal. 63.

4
Isfahani menjelaskan bahwa menggantikan yang lain berarti melaksanakan
sesuatu atas nama yang digantikan, baik bersama yang digantikannya maupun
sesudahnya. Lebih lanjut, Al-Isfahani menjelaskan bahwa kekhalifahan tersebut
dapat terlaksana akibat ketiadaan di tempat, kematian atau ketidakmampuan orang
yang digantikan, dan dapat juga akibat penghormatan yang diberikan kepada yang
menggantikan. Kata al-khalifah juga memiliki arti al-imarat yaitu kepemimpinan
atau al-sulthan yaitu kekuasaan.
2. Imam
Imam berasal dari kata amma yang berarti menjadi ikutan. Kata imam berarti
pemimpin atau contoh yang harus diikuti. Secara istilah imam adalah seorang
yang memegang jabatan umum dalam urusan agama dan dunia sekaligus.
Penyetaraan kata imam dan kata khalifah karena disejajarkan dengan kedudukan
seorang imam shalat jamaah dalam hal kepemimpinan yang harus diikuti
sebagaimana halnya sebutan khalifah muncul dari fungsinya menggantikan
kepemimpinan Rasul bagi umat.7
Istilah imam lebih populer di kalangan umat Islam Syi’ah. Di kalangan Syi’ah
imam ialah shahibul haq asy-syari’iy, yang di dalam undang-undang modern
disebut de jure baik yang langsung memerintah ataupun tidak.
3. Amir
Kata amir secara bahasa Arab artinya urusan. Dalam kamus Inggris diartikan
dengan orang yang memerintah, komandan, kepala dan raja. Atas dasar makna-
makna ini, amir didefinisikan dengan seorang penguasa yang melaksanakan
urusan. Bentuk jamaknya adalah umara yang artinya para penguasa, para
pemimpin dan para komandan. Kata amir tidak digunakan dalam Al-Qur’an, yang
ada ulil amri. Tapi dalam hadits Nabi banyak menggunakan kata amir. Bentuk
amir kurang lebih 40 kali dan bentuk umara kurang lebih 24 kali. Hadits-hadits
tersebut bermaksud untuk mengambarkan pentingnya peranan pemimpin dalam
kehidupan masyarakat dan pemimpin harus benar-benar memperjuangkan
kepentingan rakyatnya.
Istilah amir di masa Rasul dan Khulafaur Rasyidin digunakan sebagai gelar
bagi penguasa daerah atau gubernur, komadan militer serta bagi jabatan-jabatan
penting seperti Amirul Mukminin, Amirul Muslimin dan Amiral-Umara’.

7
Ibid, hal. 59.

5
Secara resmi penggunaan kata amir yang berarti pemimpin komunitas muslim
muncul di pertemuan Balai Saqifah Bani Sa’idah, yaitu pertemuan antara kaum
Ansar dan Muhajirin untuk memusyawarahkan pemimpin umat Islam pengganti
Nabi setelah beliau wafat. Ketika dua golongan itu berdebat kaum Ansar berkata :
“Dari kami seorang amir (pemimpin) dan dari kamu seorang wuzara (para
menteri).” Akhirnya mereka sepakat memilih Abu Bakar. Namun ia tidak digelari
amir melainkan Khalifah Rasul. Gelar amir al-mu’minin yang setingkat dengan
khalifah digunakan oleh Umar bin Khattab, khalifah kedua Khulafah al-Rasyidin.
4. Ahlu Al-Halli Wal’Aqdi
Secara bahasa ahlu adalah orang yang berhak (yang memiliki), hallu adalah
melepaskan, menyesuaikan, memecahkan, dan aqdi adalah mengikat mengadakan
transaksi, dan membentuk. Jadi ahlu al-hall wa al-‘aqd memiliki pengertian orang-
orang yang mempunyai wewenang untuk melonggarkan dan mengikat. Sedangkan
menurut para ahli fikih siyasah, Ahl al-hall wa al-‘aqd adalah lembaga perwakilan
yang menampung dan menyalurkan aspirasi atau suara suatu masyarakat.
Keanggotaan lembaga ini merupakan representasi dari rakyat yang nantinya akan
memperjuangkan aspirasi politik masyarakat karena pemilihannya melalui proses
yang demokratis dan berlangsung secara langsung sehingga rakyat memiliki
kebebasan untuk menentukan pilihannya.
Dalam terminologi politik ahlul halli wal aqdi adalah dewan perwakilan
(lembaga legislatif) sebagai representasi dari seluruh masyarakat (rakyat) yang
akan memilih kepala negara serta menampung dan melaksanakan aspirasi rakyat.8
Beberapa pendapat mengenai Ahlul Halli Wa al-‘Aqdi, yaitu :
a) An-Nawawi dalam Al-Minhaj Ahl Halli waal ‘Aqdi adalah para ulama, para
kepala, para pemuka masyarakat sebagai unsur-unsur masyarakat yang
berusaha mewujudkan kemaslahatan rakyat.9
b) Ar-Razi menyamakan pengertian antara Ahlul halli Wa al-‘Aqd dan ulil amri
yaitu para pemimpin dan penguasa.
5. Baiat
Baiat secara terminologi menurut Ibn Manzur berasal dari kata ba’a yang
berarti “menjual”. Baiat mengandung makna perjanjian, janji setia atau saling
berjanji dan setia. Dalam pelaksanaan baiat selalu melibatkan dua pihak secara

8
Ali Imran Sinaga, Nurhayati, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media), 2018, hal. 192.
9
Muhammad, Dhiya al-Din al-Rayis, Islam dan Khalifah, (Bandung : Pustaka), 1985, hal. 170.

6
suka rela. Maka baiat secara istilah adalah ungkapan perjanjian antara dua pihak
yang seakan-akan salah satu pihak menjual apa yang dimilikinya dan
menyerahkan dirinya dan kesetiannya kepada pihak kedua secara ikhlas dalam hal
urusannya.10
Baiat (mubaya’ah) adalah suatu pengakuan mematuhi dan menaati imam yang
dilakukan oleh ahlul halli wal ‘aqdi dan dilaksanakan sesudah pemusyawaratan.
Informasi dari Al-Qur’an yang berkaitan dengan baiat ada dalam surah Al-
Fath(48) : 10, At-Taubah(9) : 111 dan Al-Mumtahanah(60) : 12.
 Perbedaan
Dari definisi beberapa istilah diatas, terdapat perbedaan yaitu :
 Khalifah yaitu orang yang menggantikan tempat seseorang setelah ditinggalkan.
 Imam yaitu seseorang yang memegang jabatan umum dalam urusan agama dan
dunia. Dalam hal sholat, imam adalah panutan.
 Amir yaitu seorang pemimpin.
 Ahlul Halli Wal ‘Aqdi yaitu dewan perwakilan (lembaga legislatif).
 Baiat yaitu suatu pengakuan untuk mematuhi dan menaati Imam yang dilakukan
oleh ahlul halli wal ‘aqdi dan dilaksanakan sesudah pemusyawaratan.

10
Ibid, hal. 72.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa istilah yang dianggap penting dalam sejarah politik Islam diantaranya
adalah
1. Khilafah adalah pemerintahan Islam yang tidak dibatasi oleh teritorial sehingga
kekhalifahan Islam meliputi berbagai suku dan bangsa.
2. Imamah adalah negara besar yang mengatur urusan-urusan agama dan dunia.
3. Imarah adalah suatu kedudukan atau jabatan yang diadakan untuk mengganti tugas
kenabian di dalam memelihara agama dan mengendalikan dunia.
4. Khalifah adalah di belakang atau menggantikan tempat seseorang sepeninggalnya.
5. Imam adalah seseorang yang memegang jabatan umum dalam urusan agama dan
dunia.
6. Amir adalah seorang penguasa yang melaksanakan urusan.
7. Ahlul Halli Wa al-Aqdi adalah lembaga perwakilan yang menampung dan
menyalurkan aspirasi atau suara suatu masyarakat.
8. Baiat adalah suatu pengakuan untuk mematuhi dan menaati Imam yang dilakukan
oleh ahlul halli wal ‘aqdi dan dilaksanakan sesudah pemusyawaratan.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca untuk tidak menelan mentah-
mentah materi dalam makalah ini tetapi melakukan pencarian referensi lain supaya
pemahamannya tidak hanya berdasar pada makalah ini tetapi dari berbagai sudut
pandang. Semakin banyak sudut pandang akan semakin menambah referensi pengetahuan
kita tentang materi istilah penting dalam sejarah politik Islam.
Apabila telah menelaah makalah ini maka pembaca diharapkan untuk bisa
menyampaikan kekurangan dalam makalah ini kepada penulis untuk dilakukan perbaikan
dalam makalah ini. Sehingga makalah ini dapat menjadi sebuah karya tulis ilmiah yang
baik dan benar.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dhiya al-Din al-Rayis, Muhammad. 1985. Islam dan Khalifah. Bandung: Pustaka.

Sinaga, Ali Imran, dan Nurhayati. 2018. Fiqh dan Ushul Fiqh. Jakarta: Prenada Media.

Suyuthi, J. Pulungan. 1999. Fiqh Siyasah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Rasuki. 2019. Dinamika Konsep Kepemimpinan dalam Islam : dari Khalifah, Imamah sampai
Imarah. Kariman, 07(01), 84.

Anda mungkin juga menyukai