Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“PERKAWINAN WANITA HAMIL”

Di susun oleh:
FADHLAN AMRULLAH (1902046074)
ALIFIATUN KAMILAH (1902046077)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW dengan perjuangan beliau
yang telah membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju zaman terang
benderang karena ilmu dari agama islam, makalah ini dibuat guna memenuhi salahatu
tugas presentasi mata kuliah “HUKUM PERDATA ISLAM INDONESIA”.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hukum
perdata islam Indonesia dan hukum islam memandang perkawinan wanita hamil, kami
menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak memerlukan kritik dan saran
agar kedepannya kami mampu membuat makalah yang lebih baik dan bermanfaat,
maka dari itu kami mengharapkan banyak kritik dan saran dari semua pihak.
Kemudian kami haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 19 February 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
BAB I ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... 5
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................................. 5

BAB II ..................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 5

A. PENJELASAN HUKUM PERNIKAHAN WANITA HAMIL MENURUT


HUKUM POSITIF MAUPUN HUKUM ISLAM ................................................ 5
BAB III ................................................................................................................................... 8
PENUTUP................................................................................................................................ 8
A. KESIMPULAN ............................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 8

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Negara kita memiliki peraturan baik yang mengikat maupun tidak, peraturan yang
tertulis maupun tidak, maka dari itu peran hukum ada dalam setiap tingkah laku
Bersama negara, masyarakat, individu antar individu dan antar sesame makhluk hidup.
Dalam pergaulan islam kita diajarkan untuk memilih teman dalam bergaul terlebih
dengan wanita yang bukan mahram agar terhindar dari hal-hal yang tidak kita dan
orang tua kita inginkan, dunia remaja adalah dunia yang penuh dengan tantangan
karena sifat remaja sendiri yang ingin mencoba hal-hal yang baru agar dapat dikatakan
tidak ketinggalan dalam pergaulan.
Pengaruh globalisasi yang berkiblat pada dunia barat kemudian masuk ke indonesia
sangat cepat dan mudah ini memberi dampak negative yang sangat besar jika remaja
itu tidak dibekali dengan ilmu, iman dan taqwa,
Diawali dengan tatapan muka lalu pertemuan karena saling suka kemudian
menjalin hubungan asmara yang mereka sebut cinta padahal hanya nafsu belaka
kemudian berujung pada perbuatan yang melanggar norma hal ini dapat terjadi karena
perkembangan zaman yang sangat canggih semakin mendukung untuk terjadinya
pergaulan bebas yang semakin terbuka.
Akibat persetubuhan diluar nikah yang mereka dedikasikan untuk cinta akhirnnya
mengakibatkan kehamilan diluar nikah, karena kehamilan diluar nikah itu menjadi aib
bagi mereka dan salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menikahkan wanita yang
hamil tersebut karena terkadang sang wanita tidak tega untuk menggugurkan
kandungannya.
Semua konsekuensi diatas merupakan permasalahan yang harus ditanggung oleh
pasanagan perkawinan hamil zina dan akan membawa dampak psikologis bagi
pasangan tersebut karena rumah tangga yang mereka bangun tidak berdasarkan
persiapan yang matang1.

1
Zarina Anaris Karim B, Perkawinan Hamil Zina dalam Mencapai Keutuhan Rumah Tangga,
(Yogyakarta : skripsi, 2008), hlm 23.

4
B. RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana penjelasan pasal 53 dalam kompilasi hukum Islam tentang


perkawinan wanita hamil diluar nikah?.
2) Bagaimana penjelasan hukum islam tentang perkawinan wanita hamil di
luar nikah.

C. TUJUAN PENULISAN

1) Mengetahui penjelasan pasal 53 dalam kompilasi hukum islam tentang


perkawinan wanita hamil di luar nikah.
2) Memahami penjelasan hukum islam tentang perkawinan wanita hamil di
luar nikah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENJELASAN HUKUM PERNIKAHAN WANITA HAMIL MENURUT
HUKUM POSITIF MAUPUN HUKUM ISLAM
Menurut prespektif masyarakat indonesia hamil di luar nikah merupakan suatu aib
dan hal tabu yang harus ditutupi dan perbuatan ini masuk dalam kategori zina besar
yang harus dihukum dengan kriteria islam, maka dari itu pasal 53 kompilasi hukum
islam ada untuk menutupi aib keluarga yang muncul dengan segera melangsungkan
perkawinan
Dalam kompilasi hukum islam pasal 53 dijelaskan bahwa wanita yang hamil diluar
nikah dapat dikawinkan langsung dengan pria yang menghamilinya tanpa menunggu
kelahiran anaknya dan tidak perlu perkawinan ulang ketika anak yang dalam
kandungan telah lahir, dengan pasal 53 dalam kompilasi hukum islam berarti jelas
bahwa secara admnisitratif perkawinan wanita hamil sah dan boleh dilakukan dengan
Batasan yang menikahi adalah pria yang menghamilinya tersebut sesuai dengan firman
Allah SWT dalam QS An-Nur (24:3) yang artinya “laki-laki yang berzina tidak
mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik dan
perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau
laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin”
Dari ayat diatas dapat kita simpulkan bahwa hukum bolehnya perkawinan wanita
hamil bagi laki-laki adalah laki-laki yang menghamili wanita itu sendiri, karenal laki-
laki yang menghamili perempuan tersebut adalah jodoh yang ideal bagi wanita yang
hamil di luar nikah.

5
Pengidentifikasian dengan laki-laki musyrik mununjukkan keharaman wanita yang
hamil tadi merupakan isyarat larangan bagi laki-laki yang baik-baik untuk mengawini
mereka (QS Al-Baqoroh 2:221), isyarat tersebut dikuatkan lagi dengan kalimat penutup
ayat wa hurrima dzalika ‘ala al-muslimin. Jadi bagi selain laki-laki yang
menghamilinya diharamkan untuk menikahinya2
Terdapat beberapa hal yang memotivasi terjadinya perkawinan wanita hamil karena
zina diantaranya:
1. Untuk menutupi aib, karena sebelum terjadi kehamilan laki-laki ini sudah
berulang kali untuk mengajak wanita tersebut untuk menikah tapi wanita ini
tidak mau dengan berbagai macam alasan, pada mulanya laki-laki yang
menghamili ini tidak mau bertanggung jawab sebab jengkel atas penolakan-
penolakan dari sang wanita dan sempat menghilang tapi karena untuk menutup
aib dan mungkin masih cinta dia kembali lagi untuk menutup aib dan mau
menikahi wanita yang dihamiliinya tersebut.3
2. Harus bertanggung jawab dengan perbuatan yang dilakukannya, karena telah
menghamili wanita tersebut, meskipun pada awalnya mereka tidak ingin
sampai kehamilan ini terjadi, mungkin karena seringnya Bersama sehingga hal-
hal yang tidak diinginkan terjadi.4
3. Untuk menutup malu karena merupakan aib bagi keluarga, baik bagi keluarga
laki-laki terlebih keluarga perempuan.5

Dalam agama islam sendiri menikahkan wanita hamil hukumnya masih berbeda-
beda dalam prespektif ulama’, ada yang menyelesaikannya dengan penuh kehati-hatian
ada juga yang tegas melarang, yang dimaksud dengan perkawinan hamil ialah kawin
dengan wanita yang telah hamil di luar nikah baik yang mengawininya laki-laki yang
menghamilinya atau bukan.
Berikut perbedaan pendapat ulama’ tentang pernikahan wanita hamil karena zina,
pertama ulama’ hanafiyyah membolehkan pernikahan wanita hamil jika yang
mengawininya adalah laki-laki yang menghamilinya juga, karena wanita yang hami di
luar nikah bukan termasuk golongan wanita yang haram untuk dinikahi sesuai QS An-
nisa’: 22, 23, 24.

2
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.
135-136
3
Wahyu Wibisana, “perkawinan wanita hamil di luar nikah”,
http://jurnal.upi.edu/file/03_PERKAWINAN_WANITA_HAMIL_DILUAR_NIKAH_-_Wahyu1.pdf (diakses
pada 20 februari 2020, pukul 14:24)
4
ibid
5
ibid

6
Kedua ulama’ syafi’iyah berpendapat bahwa sah menikahi wanita yang hamil di
luar nikah baik yang menikahinya itu laki-laki yang menghamilinya sendiri atau bukan
laki-laki yang menghamilinya, alasannya yaitu mereka wanita yang hamil di luar nikah
bukan termasuk golongan wanita yang haram dinikahi dan tidak terikat terikat
perkawinan lain atau dalam masa iddah6
Ketiga, ulama’ mailikyah berpendapat bahwa wanita yang hamil di luar nikah bai
katas dasar suka sama suka atau diperkosa, hamil atau tidak, ia wajib istibra’. Bagi
wanita merdeka dan tidak hamil maka istibra’nya tiga kali haid, sedangkan bagi wanita
budak istibra’nya cukup sekali haid saja, tapi bila ia hamil baik wanita merdeka atau
budak istibra’nya sampai melahirkan. Dengan demikian ulama’ malikiyyah
berpendapat bahwa hukumnya tidak sah menikahi wanita hamil akibat zina, meskipun
yang menikahi itu laki-laki yang menghamilinya, apalagi ia bukan yang
menghamilinya. Bila akad nikah tetap dilangsungkan dalam keadaan hamil, akad
tersebut fasid dan wajib difasakh.7
Keempat, ulama’ hambaliah berpendpat bahwa tidak sah menikahi wanita yang
hamil di luar nikah, baik dengan laki-laki yang menghamilinya ataupun bukan, kecuali
memenuhi dua syarat pertama, telah habis masa iddah bila akad dilangsungkan dalam
keadaan hamil maka tidak sah pernikahannya, kedua telah bertaubat dari perbuatan
zinanya tersebut.8

6
Abdul Rohman Ghozali, fiqh munakahat, Jakarta : perdana media group, kencana, 2008, hlm. 124
7
Memed Hamaidillah, status hukum akad nikah wanita hamil dan anaknya , Jakarta: Gema Insani
Press, 2002, hlm. 37
8
ibid

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam prespektif empat
imam madzhab terdapat dua kelompok. Kelompok pertama membolehkan perkawinan
wanita hamil yaitu mereka yang bermadzhab imam Hanafi dan imam syafi’i, kelompok
kedua yaitu yang melarang perkawinan wanita hamil mereka yang bermadzhab imam
malik dan imam ahmad bin hambal, sedangkan menurut hukum positif wanita hamil
dapat langsung dikawinkan dengan laki-laki yang menghamilinya.

DAFTAR PUSTAKA

Zarina Anaris Karim B, Perkawinan Hamil Zina dalam Mencapai Keutuhan Rumah
Tangga, (Yogyakarta : skripsi, 2008), hlm 23.
Ghozali, A.R. (2008). Fiqh munakahat, Jakarta : Perdana Media Group Kencana.
Hamaedillah, M. (2002). Status hukum akad nikah wanita hamil dan anaknya,
Jakarta: Gema Insani Press.
Kompilasi hukum islam
Wibisono, Widya. 2017. Perkawinan Wanita Hamil.
http://jurnal.upi.edu/file/03_PERKAWINAN_WANITA_HAMIL_DILUAR_NIKAH
_-_Wahyu1.pdf (diakses pada 20 februari 2020, pukul 14:24)

Anda mungkin juga menyukai