Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

.


. .
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Maha besar Allah, dzat yang telah membuka
diri untuk menuntun hamba-Nya agar tetap beristiqomah dijalan Allah SWT.
Selawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad saw yang merupakan suri tauladan yang baik bagi umatnya, lewat
ajarannya sehingga dapat kita jadikan sebagai titian hidup.
Makalah ini yang berjudul "Pemerintahan Dalam Islam" yang merupakan
tugas dari Guru Pembimbing. Segala kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
hargai supaya makalah ini menjadi lebih sempurna lagi.
Dengan ini kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberi semangat kami untuk menyelesaikan makalah ini, kami juga berterimakasih
kepada Guru Pembimbing yang telah memberikan tugas tentang apa itu pemeritahan
dalam Islam sehingga kami dapat menyelesikan makalah ini.

Banjarmasin, 02 September 2015

BAB I
________Kelompok 2________
0

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hubungan agama dan politik menjadi topik pembicaraan menarik, baik oleh
golongan yang berpegang kuat pada ajaran agama maupun oleh golongan yang
berpandangan sekuler.
Munculnya masalah tersebut dipandang wajar disebabkan karena risalah Islam
yang dibawa Nabi Muhammad saw adalah agama yang penuh dengan ajaran dan
undang-undang yang bertujuan membangun manusia guna memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
Permasalahan pertama yang dipersoalkan oleh generasi pertama umat islam
sesudah Rasulullah saw Wafat adalah masalah kekuasaan politik atau pengganti
beliau.
Maka dari itu masalah ini akan diuraikan dan dikaji dalam makalah ini
sehingga dapat menambah wawasan para pembaca tentang keIslaman.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan majelis syura?
2. Apakah yang dimaksud dengan ahlul halli wal-aqdi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu majelis syura
2. Mengetahui apa itu ahlul halli wal-aqdi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Islam di Majelis Syura
1. Pengertian Majelis Syura
Syura diambil dari akar kata bahasa Arab (syawara-yusyawiru) yang berarti
menjelaskan, menyatakan, mengajukan, dan mengambil sesuatu. Bentuk-bentuk lain
yang berasal dari kata syawara adalah tasyawara berarti berunding, saling tukar
pendapat: syawir berarti meminta pendapat atau masyarakat. Syura atau Musyawarah
adalah saling menjelaskan dan merundingkan atau saling meminta dan menukar
pendapat mengenai suatu perkara. Jadi, kata syura dan jenisnya dalam bahasa Arab
diterjemahkan menjadi permusyawaratan atau hal bermusyawarah dalam bahasa
Indonesia.
Menurut Lois Ma luf, syura (musyawarah) secara etimologi berarti nasihat,
konsultasi, perundingan, pikiran, atau konsederan pemufakatan. Secara terminologis,
syura berarti terorganisasir dalam masalah-masalah kenegaraan.
2. Syarat-syarat Menjadi Anggora Majelis Syura
Al-Mawardi menyebut orang-orang yang memilih khalifah ini dengan ahlul
ikhtiyar yang harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
1) Keadilan yang memenuhi segala persyaratannya
2) Memiliki ilmu pengetahuan tentang orang yang berhak menjadi imam dan
persyaratan-persyaratannya, serta untuk ijtihad di dalam hukum dan kasuskasus hukum yang harus dipecahkan
3) Memiliki kecerdasan dan kearifan yang menyebabkan ia mampu memilih
imam yang paling maslahat dan paling mampu serta paling tahu tentang
kebijakan-kabijakan yang membawa kemaslahatan bagi umat.
3. Kewajiban Anggota Majelis Syura
Kewajiban majelis syura antara lain :
1) mengangkat dan memberhentikan khalifah
2) mewakili rakyat untuk bermusyawarah dengan khalifah
3) membuat undang-undang bersama khalifah
4) menetapkan garis-garis besar program negara
5) menetapkan anggaran belanja negara
6) merumuskan gagasan untuk mempercepat tercapai nya tujuan negara
7) menghadiri setiap rapat majelis
2

B. Perkembangan Islam di Majelis Ahlul Halli Wal-aqdi


1.

Pengertian Ahlul Halli wal-Aqdi


Pengertian ahlul halli wal-aqdi diartikan dengan orang-orang yang

mempunyai wewenang melonggar dan mengikat. Istilah tersebut dirumuskan para ahli
fikih sebagai sebutan bagi orang-orang yang bertindak sebagai wakil umat untuk
menyuarakan hati nurani mereka.
Lembaga ahlul halli wal-aqdi sangat representatif untuk mengangkat
pimpinan negara dan merumuskan undang-undang. Jadi, majelis syura (majelis ahlu
al-ikhtiyar) dan ahlul halli wal-aqdi; pada dasarnya berkedudukan sama sebagai
lembaga atau majelis yang mengurusi semua urusan rakyat dan pemerintah, termasuk
pengangkatan kepala negara dan sekaligus membuat undang-undang.
2.

Anggota Ahlul Halli wal-Aqdi


Ahlul halli wal-aqdi di negara Indonesia adalah para anggota DPR/MPR dan

DPRD Tk.1 dan 2. Para ulama fiqih menyatakan bahwa anggota ahlul halli wal-aqdi
adalah para alim ulama dan kaum cendikiawan yang dipilih langsung oleh mereka.
Dengan demikian, ahlul halli wal-aqdi harus mencakup dua aspek penting, yaitu;
mereka harus terdiri dari para ilmuwan dan alim ulama, mereka semua harus
mendapat kepercayaan dari rakyat, artinya kepemimpinannya harus berasaskan
demokrasi.
3.

Kriteria Anggota Ahlul Halli wal-Aqdi


Kriteria anggota ahlul hall wal-aqdi, antara lain
1) Jujur dan ikhlas
2) Konsekwen, teratur, dan berdasarkan prosedur yang benar
3) Taqwa kepada Allah SWT
4) Adil, tidak memihak, dan tidak diskriminatif
5) Tajam pemikiran dan luas wawasan
6) Berjuang untuk kepentingan umat
7) Kesetiaan yang tinggi terhadap Islam.

4.

Syarat Anggota Ahlul Halil wal-Aqdi


Para fukaha berpendapat bahwa syarat-syarat untuk menjadi Ahlul Halli

wal-Aqdi bersifat fleksibel (tidak terbatas), antara lain:


1) Adil.
Adil adalah akhlak yang paling utama. Jika seseorang tidak bersifat demikian
maka tidak sah kekuasaannya dan tidak boleh diterima kesaksiannya. Ar-Ridha
3

mendefinisikan sifat adil dalam Al-Mabsuth-nya: adil adalah istiqamah (teguh


pendirian), dan kesempurnaannya tiada akhir. 33 Adil juga berarti menyalahi apa yang
diyakini haram dalam agama, atau dengan kata lain: Bahwa seseorang itu selalu
meninggalkan segala dosa besar dan tidak melakukan dosa-dosa kecil. Kesalahnnya
lebih banyak dari kerusakannya, dan kebenarannya lebih banyak dari kesalahnnya.
Syarat ini sama dengan apa yang disyaratkan oleh undang-undang modern pada
orang-orang terpilih menjadi anggota dewan legislative, dan akan hilang
keanggotaannya bila tidak ada syarat tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 38
Tahun 1972 m tentang majelis Asy-Syab (penyempurnaan Undang-Undang Republik
Arab kairo Mesir Tahun 1972) telah dimasukkan sifat adil ke dalam syarat-syarat yang
akan dipilih menjadi anggota majelis Asy-syab.
2) Mempunyai ilmu pengetahuan
Mempunyai ilmu pengetahuan di sini dapat di artikan bahwa untuk menjadi
anggota ahlul halli wal-aqdi haruslah orang-orang yang memiliki pengetahuan
tentang perundang-undangan dan cukup mengenal kemaslahatan umat. Diharpakan
dengan ilmu pengetahuan itu dapat mengetahui siapa saja yang berhak memegang
tongkat kepemimpinan.
3) Ahli
Ikhtiyar harus terdiri dari para pakar dan ahli manajemen yang dapat memilih
siapa yang lebih pantas untuk memegang tongkat kepemimpinan.
5.

Kewajiban Anggota Ahlul Halli wal-Aqdi


Kewajiban anggota ahlul halli wal-aqdi, antara lain
1) Menjalankan tugas keamanan dan pertahanan, serta urusan lain yang
bertalian dengan kemaslahatan umat;
2) Berhak mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap kepala negara yang
melanggar dan bertentangan dengan perintah agama;
3) Berhak membatasi kekuasaan kepala negara melalui pembentukan undangundang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat terlihat pengertian majelis majelis syura dan
ahlul halli wal-aqdi, majelis syura adalah tasyawara berarti berunding, saling tukar
pendapat, meminta pendapat atau masyarakat, saling menjelaskan, merundingkan atau
saling meminta dan menukar pendapat mengenai suatu perkara.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada
kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya,
karena kami adalah hamba Allah SWT yang tak luput dari salah, khilaf, dan lupa.

DAFTAR PUSTAKA

Qosim, M. Rizal. 2009. Pengalaman Fikih 3. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka


Mandiri
http://ilmu-modern.blogspot.com/2013/04/majlis-syura-dan-ahlul-halli-walaqdi.html
http://digilib.uinsby.ac.id/1655/4/Bab%202.pdf
https://atumaryamitaqiya.wordpress.com/makalah/semester-3/fikih-siyasah/

Anda mungkin juga menyukai