Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita
yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umat islam
diseluruh dunia dan menunjukkan kita dari jalan gelap gulita menuju jalan terang
benerang yakni agama islam.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi syarat penilaian atau salah satu tugas mata
kuliah. Dalam menyusun makalah ini pula, kami berusaha sebaik mungkin untuk
mendapatkan sumber-sumber dan informasi, baik dari buku-buku yang telah
direkomendasikan oleh dosen ataupun website yang terpercaya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang...............................................................................................................3
B. Rumusan masalah.........................................................................................................3
C. Tujuan penulisan...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian taqlid dan ittiba’..........................................................................................4


B. Hukum taqlid dan ittiba’...............................................................................................5
C. Macam-macam taqlid dan ittiba’..................................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................7
B. Saran ............................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu ushul fiqih merupakan metode dalam menggali dan menciptakan hukum. Ilmu ini
sangat berguna untuk membimbing para mujtahid dalam mengistbatkan hukum syara’
secara benar dan dapat di pertanggung jawabkan hasilnya. Melalui ushul fiqih dapat di
temukan jalan keluar dalam menyelesaikan dalil-dalil yang bertentangan dengan dalil
lainnya.
Dalam ushul fiqih juga di bahas masalah taqlid dan ittiba’. Keduanya memiliki arti
berbeda-beda dan maksudnya juga berbeda. Tetapi keduanya sangat jelas diatur dalam
islam. Ittiba’ ini didasarkan dalam al qur’an surat an-nhl ayat 43 yang artinya:” Dan kami
tidak mengutus sebelum kamu,kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada
mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.
Jangan sampai perbedaan pendapat diantara kita menjadikan jalan untuk saling bercerai
di dalam memperkokoh kuatnya agama islam, maka dari itu sudah seharusnya kita
memahami dan mengetahui tentang taqlid dan ittiba’. Maka pada kesempatan ini makalah
ini akan membahas tentang taqlid dan ittiba’.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian taqlid dan ittiba’?
2. Bagaimana hukum taqlid dan ittiba’?
3. Apa saja macam-macam taqlid dan ittiba’?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian taqlid dan ittiba’.
2. Mengetahui hukum taqlid dan ittiba’.
3. Mengetahui macam-macam taqlid dan ittiba’.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Taqlid dan Ittiba’
1. Taqlid
Kata “Taqlid” berasal dari bahasa arab yakni”qallada”, “yaqallidu”, “taqlidan” yang
artinya meniru. Menurut bahasa taqlid yaitu mengikuti pendapat orang lain tanpa
mengetahui sumber atau alasannya, adapun orang yang di perbolehkan untuk bertaqlid
yaitu orang awam(orang biasa) yang tidak mengerti cara-cara mencari hukum syari’at atau
yang tidak beralasan Al-Qur’an. Hadits, Ijma’, dan Qiyas. Para ulama yang lain seperti al-
ghzali, asy-syaukani, ash-shan’ani dan ulama yang lain juga membuat definisi taqlid,
namun isi dan maksudnya sama dengan definisi yang dibuat oleh ulama ushul, sekalipun
kalimatnya berbeda. Demikian pula dengan definisi yang dibuat oleh muhammad Rasyid
Ridha dalam tafsir al-Manar yaitu” mengikuti pendapat orang-orang yang dianggap
terhormat atau orang yang dipercaya tentang suatu hukum agama islam tanpa meneliti
lebih dahulu benar salahnya, baik buruknya serta manfaat atau mudlarat dari hukum itu”.
Taqlid menurut Majelis Tarjih dan Tajdid ialah” mengikuti perkataan atau pendapat
orang (seperti ulama, syekh, kiyai dan pemimpin) tentang suatu hukum islam tanpa
meneliti lebih dahulu apakah perkataan atau pendapat itu ada dasarnya atau tidak dalam al-
Qur’an dan sunnah maqbulah”. Jika ada dasarnya maka perkataan dan pendapat itu dapat
diterima dan diamalkan. Sebaliknya jika tidak ada dasarny, sedang yang mengatakan atau
yang berpendapat tetap mengatakan bahwa itu adalah ajaran islam, maka pendapat yang
demkian termasuk bid’ah.
2. Ittiba’
Kata ittiba’ berasal dari bahasa arab yakni kata kerja ataufi’il “ittiba’a”, yatbiu”,
ittiba’an”, “muttabi’un”, yang artinya menurut atau mengikuti. Menurut bahasa ittiba’
yaitu menerima perkataan orang lain dengan dalil yang lebih kuat atau mengetahui
alasannya. Menurut bahasa ittiba’ adalah mengikuti atau menurut, sedangkan menurut
istilah ittiba’ adalah mengikuti semua yang diperintahkan atau yang dilarang dan yang
dibenarkan oleh Rasulullah SAW. Salah satu ulama berpendapat bahwa ittiba’ adalah
menerima atau mengikuti pendapat perbuatan seseorang dengan mengetahui dasar
pendapat atau perbuatannya itu.

4
B. Hukum Taqlid dan Ittiba’
1. Ittiba’
Seorang muslim wajib ittiba’ kepada Rasulullah dengan menempuh jalan yang beliau
tempuh dan melakukan apa yang beliau lakukan. Begitu banyak ayat al-Qur’an yang
memerintahkan setiap muslim agar selalu ittiba’ kepada Rasulullah diantaranya firman
Allah:
“katakanlah: “taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
Allah SWT tidak menyukai orang-orang kafir”(QS. Ali-Imran:32)
Demikian juga Allah SWT memerintahkan setiap muslim agar ittiba kepada sabilil
mukminin yaitu jalan para sahabat Rasulullah SAW dan mengancam dengan hukuman
berat kepada siapa saja yang menyeleweng darinya: “Dan barang siapa yang menentang
Rasul sesudah jelas kebenran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang
mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasaina itu dan kami
masukkan ia ke dalam jahanam, dan jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali”, (QS.
An-Nisa:115)
2. Taqlid
a) Taqlid yang haram. Ulama sepakat haram melakukan taqlid ini. Taqlid ini ada 3
macam:
1) Taqlid semata-mata mengikuti adat kebiasaan atau pendapat nenek moyang atau
orang dahulu kala yang bertentangan dengan al-qur’an dan hadits.
2) Taqlid kepada orang atau sesuatu yang tidak diketahui kemampuan dan
keahlianyya, seperti orang yang menyembah berhala, tetapi ia tidak mengetahui
kemampuan, keahlian, atau kekuatan berhala tersebut.
3) Taqlid kepada perkataan atau pendapat seseorang, sedangkan yang bertaqlid
mengetahui bahwa perkataan atau pendapat itu salah.
b) Taqlid yang diperbolehkan
Dibolehkan bertaqlid kepada seorang mujtahid atau beberapa orang mujtahid dalam
hal yang belum ia ketahui hukum Allah dan asulnya yang berhubungan dengan
persoalan atau peristiwa, dengan syarat yang bersangkutan harus selalu berusaha
menyelidiki kebenran masalah yang diikuti itu. Jadi sifatnya semntara, misalnya
taqlid sebagian mujtahid kepada mujtahid yang lain, karena tidak ditemukan dalil
yang kuat untuk pemecahan suatu persoalan. Termasuk taqlidnya orang awam
kepada ulama. Ulama muta’akhiran dalam kaitan bertaqlid kepada iman,
membagikelompok masyarakat kedalam dua golongan:

5
1) Golongn awam atau oarang yang berpendidikan wajib bertaqlid kepada salah
satu pendapat dari keempat madzhab.
2) Golongan yang memenuhi syarat-syarat berijtihad, sehingga tidak dibenarkan
bertqalid kepada ulama-ulama.
c) Taqlid yang diwajibkan. Wajib bertaqlid kepada orang yang perkataanya dijadikan
sebagai dasar hujjah, yaitu perkataan dan perbuatan Rasulullah SAW.
C. Macam-macam Taqlid dan Ittiba’
1. Taqlid
a) Taqlid semata-mata mengikuti adat kebiasaan atau pendapat nenek moyang atau
orang dahulu kala yang bertentangan dengan al qu’an dan hadits.
b) Taqlid kepada orang atau sesuatu yang tidak diketahui kemampuan dan keahiannya,
seperti orang yang menyembah berhala, tetapi tidak mengetahui kemampuan,
keahlian, dan kekuatan berhala tersebut.
c) Taqlid kepada perkataan atau pendapat seorang, sedangkan yang bertaqlid
mengetahui nahwa perkataan atau pendapat itu salah.
2. Ittiba’
a) Ittiba’ kepada Allah dan RasulNya. Ulama sepakat bahwa semua kaum muslimn
wajib mengikuti semua perintah Allah SWT dan Rasul-Nya dan menjauhi larangan-
Nya.
b) Ittiba kepada selian Allah dan Rasul. Ulama berbeda pendapat ada yang
membolehkan ada yang tidak membolehkan. Imimam ahmad bin hambalmenyatakan
bahwa ittiba’ itu hanya dibolehkan kepda Allah, Rasul dan para sahabat saja, tidak
boleh kepada yang lain. Pendapat yang lain membolehkab ittiba’ kepada para
ualama yang dapat dikategorikan sebagai ulama warasatul anbiya(ilama pewaris
nabi).

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. taqlid yaitu mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber atau alasannya,
adapun orang yang di perbolehkan untuk bertaqlid yaitu orang awam(orang biasa) yang
tidak mengerti cara-cara mencari hukum syari’at atau yang tidak beralasan Al-Qur’an.
Hadits, Ijma’, dan Qiyas. Sedangkan ittiba’ adalah mengikuti atau menurut, sedangkan
menurut istilah ittiba’ adalah mengikuti semua yang diperintahkan atau yang dilarang
dan yang dibenarkan oleh Rasulullah SAW.
2. Hukum ittiba’ yaitu Seorang muslim wajib ittiba’ kepada Rasulullah dengan menempuh
jalan yang beliau tempuh dan melakukan apa yang beliau lakukan. Sedangkan taqlid
dibagi menjadi 3 yaitu: taqlid yang diharamkan, taqlid yang diperbolehkan dan taqlid
yang diwajibkan.
3. Macam-macam taqlid yaitu taqlid semata-mata mengikuti pendapat nenek moyang dan
orang terdahulu kala, taqlid kepada orang atau sesuatu yang tidak diketahui
kemampuan dan keahliannya, taqlid kepada orang yang perkataan dan perbuatannya
salah. Sedangkan macam-macam ittiba’ yaitu ittiba kepada Allah dan Rasul, ittiba
kepada selain Allah dan Rasul.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini dengan beberapa buku rujukan dan website
mungkin masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karna itu, penulis memerlukan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dalam rangka menopang kekurangan
dalam daya pikir makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

7
DAFTAR PUSTAKA

- Faragi, Fanfan. 2018. Macam-macam taqlid dan ittiba’.Https://www.studocu.com/id.


- Putra, Aditya Firmansyah. 2020. Pengertian dan hukum taqlid dan
ittiba’.https://adityaputra.blogspot.com.

Anda mungkin juga menyukai