Anda di halaman 1dari 12

USHUL FIQH

“ITTIBA’, TAQLID DAN TALFIQ”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh dari

Dosen pengampu :KM.H.Subhan Juddah, S. Ag.,M.Pd.I.

Disusun oleh:

RESKI AMALIAH

[22420259]

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM AS’ADIYAH SENGKANG

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan karunianya sehingga kami

dapat menyelesaikan penyusunan makalh ini.Shalawat dan salam kita curahkan kepada nabi

Muhammad SAW yang telah memperjuangkan islam,sehingga islam dan ditegakkan dimuka

bumi ini.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh serta untuk

menambah wawasan kita mengenai ‘’Taqlid,Ittiba dan Talfiq’’.Kami berharap semoga

makalah ini menambah wawasan para pembaca.

Namun terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

ii
DAFTAR ISI

Sampul ............................................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................................. ii

Daftar Isi .......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang .................................................................................................................. 1

Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1

Tujuan ............................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Taqlid,Ittiba dan Talfiq ................................................................................. 3

Hukum taqlid,Ittiba dan Talfiq ......................................................................................... 4

Macam-macam Taqlid,Ittiba dan Talfiq ........................................................................... 6

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ....................................................................................................................... 8

Saran ................................................................................................................................. 8

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Ilmu Ushul Fiqih merupakan metode dalam menggali dan menetapkan hukum. Ilmu ini

sangat berguna untuk membimbing para mujtahid dalam mengistibatkan hukum syara’ secara

benar dan dapat di pertanggung jawabkan hasilnya. Melalui ushul fiqih dapat di temukan jalan

keluar dalam menyelesaikan dalil-dalil yang bertentangan dengan dalil lainnya.

Dalam ushul fiqih juga dibahas masalah taqlid, ittiba’

Taqlid,Ibbitida dan talfiq. Ketiganya memiliki arti yang berbeda beda dan maksudnya
juga berbeda. Tetapi ke tiga-tiganya sangat jelas diatur dalam islam. Ittiba’ ini didasarkan

dalam alqur’an surat an-nahl ayat 43:

ِ ‫س ْلنَا مِ ْن قَ ْبلِكَ اِ اَّل ِر َج ااَّل نُّ ْوحِ ْٓي اِلَ ْي ِه ْم فَاسْـَٔلُ ْٓوا ا َ ْه َل‬
َ‫الذ ْك ِر ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ََّل تَ ْعلَ ُم ْون‬ َ ‫َو َما ٓ ا َ ْر‬

43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang

laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang

mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian taqlid, ittiba’, dan talfiq ?

2. Bagaimana hukum taqlid dan talfiq menurut ahlussunnah wal jama’ah ?

3. Apa macam-macam taqlid,ittiba’ dan talfiq ?

1
C.Tujuan Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini kami mempunyai maksud dan tujuan tertentu, yaitu ;

1. Memberi pemahaman tentang pengertian taqlid, ittiba’, tarjih dan talfiq juga hukum dan

perbedaannya.

2. Untuk bahan diskusi pada mata kuliah aswaja ini, dan juga untuk memenuhi atau

melaksanakan tugas kelompok yang di berikan dosen pembimbing

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Taqlid,Ittiba dan Talfiq.

1.Taqlid

Kata “taqlid” berasal dari bahasa arab yakni “qallada”, “yaqallidu”, “taqlidan” yang

artinya meniru.Menurut bahasa taqlid yaitu mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui

sumber atau alasannya, adapun orang yang di perbolehkan untuk bertaqlid yaitu orang awam

(orang biasa) yang tidak mengerti cara cara mencari hukum syari’at atau yang tidak beralasan

Alqur’an, Hadist, Ijma’, dan Qiyas.

2.Ittiba’

Kata ittiba’ berasal dari bahasa arab yakni dari kata kerja atau fi’il “ittaba’a”,

“yattbiu”, “ittiba’an”, “muttabi’un”, yang artinya menurut atau mengikuti.Menurut

bahasa ittiba’yaitu menerima perkataan orang lain dengan dalil yang lebih kuat atau

mengetahui alasannya.

3. Talfiq

Kata “talfiq” yaitu mendatangkan cara (dalam ibadah atau mu’amalah) yang tidak

pernah di nyatakan oleh ulama mujtahid. Maksudnya, bertaqlid kepada madzhab-madzhab

serta mengambil (menggabungkan) 2 pendapat atau lebih dalam satu masalah, yang memiliki

rukun-rukun dan cabang cabang. Sehingga memunculkan suatu perkara gabungan

(rakitan).contoh ; seseorang mentalak 3 terhadap istrinya, kemudian mantan istrinya menikah

dengan anak laki laki berusia 9 tahun untuk tujuan tahlil (menghalalkan kembali pernikahan

dengan suaminya yg pertama).

Dalam hal ini, suami keduanya bertaqlid kepada madzhab asy-syafi’i yg mengesahkan
pernikahan seperti itu. Kemudian ia menggauli wanita tersebut lalu menceraikannya dengan

3
bertalak kepada madzhab imam ahmad tanpa melalui masa ‘iddah, sehingga suaminya yang

pertama boleh menikahinya kembali.

B.Hukum Taqlid,Ittiba dan Talfiq.

1) Taqlid

1).Haram

a. Taqlidnya mujtahid mutlak.

Seseorang yang sudah mencapai derajat sebagai mujtahid mutlak dalam hukum syari’ah

haram baginya untuk bertaqlid kepada mujtahid lain. Sebab, seorang mujtahid mutlak berada

pada urutan tertinggi dari para mujtahid. Di bawahnya masih ada empat sampai lima level

mujtahid. Maka mujtahid mutlak di haramkan untuk bertaqlid dengan sesama mujtahid mutlak.

Kalau ada seorang mujtahid tetapi masih menggantungkan pendapat kepada mujtahid lain,

maka statusnya bukan mujtahid mutlak lagi.

b. Taqlidnya kepada selain taqlid

Orang awam yg tidak punya ilmu dan kurang syarat untuk berijtihad, diharamkan untuk

bertaqlid kepada mereka yg statusnya orang awam juga. Maksudnya dalam hal ini orang awam

yang dia bertaqlid kepadanya hanya boleh berperan sebagai imforman atas fatwa dari mujathid

yg sesungguhnya.

c. Taqlid kepada orang sesat

Kalau taqlid kepada orang shalih tetapi tidak berilmu sudah tidak boleh, apalagi

bertaqlid kepada orang yang sesat dalam agama, hukumnya tentu haram lagi.

4
2)Wajib

Tidak yang wajib hukumnya adalah taqlidnya kita semua sebagai orang awam kepada

para mujtahid yang memang memenuhi syarat ijtihad. Kita sebagai orang awam, tentu tidak

punya satupun syarat untuk jadi mujtahid yg bisa di akui secara layak. Kalaupun satu syarat

tidak kita milliki, apalagi yang semua syaratnya, tentu lebih tidak punya lagi. Dengan keadaan

sebagai orang awam seperti kita ini, maka haramlah kita ini untuk melakukan ijtihad fiqih,

yaitu melakukan istimbath hukum hukum dari sumber syariah islam secara seenaknya sendiri.
3)Boleh
Taqlid yang tidak mengapa untuk di lakukan, tidak merupakan kewajiban, juga bukan
merupakan perkara haram.

2. Ittiba

Adapun bahwa yang dinamakan hukum ittiba bukanlah mengikuti pendapat ulama

tanpa alasan Agama.Adapun orang yang mengambil ataupun mengikuti pendapat ulama

dengan disertai alasan-alasan, dinamakan “Muttabi”.

Hukum ittiba wajib bagi setiap muslim karena ittiba ialah perintah Allah swt
sebagaimana firmannya dalam QS.Al- a’raf ayat 3 perintah Allah, sebagaimana firman-
Nya:

َ‫اِتَّ ِبعُ ْوا َما ٓ ا ُ ْن ِز َل اِلَ ْي ُك ْم ِ ِّم ْن َّر ِِّب ُك ْم َو ََل تَتَّ ِبعُ ْوا ِم ْن د ُْو ِن ٓه ا َ ْو ِل َي ۤا َۗ َء قَ ِلي اًْل َّما تَذَ َّك ُر ْون‬

Artinya:

3. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu

ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.

5
3. Talfiq

1)Haram

Tidak boleh atau di larang, apa yang di nyatakan ulama ushul fiqih sebagai ijma’ yang

melarang memunculkan pendapat ketiga, jika para ulama berbeda pendapat menjadi dua

kelompok mengenai hukum dalam suatu masalah. Jadi, kebanyakan dari mereka menyatakan

tidak boleh memunculkan pendapat ketiga yang dapat melanggar wilayah

kesepakatan.

2)Boleh

a. Tidak adanya nash di dalam alqur’an ataupun as-sunnah yang melarang talfiq ini, setiap

orang berhak berijtihad dan tiap orang berhak untuk bertaqlid dan berijtihad.

b. Dan tidak ada larangan bila kita sudah bertaqlid kepada satu pendapat dari ahli ijtihad

untuk bertaqlid juga kepada ijtihad lain.

C.Macam-Macam Taqlid,Ittiba dan Talfiq

1. Taqlid

a. Taqlid semata-mata mengikuti adat kebiasaan nenek moyang atau orang terdahulu

yang bertentangan dengan Al-Quran dan Hadits.

b. Taqlid kepada orang atau sesuatu yang tidak diketahui kemampuan dan keahliannya

seperti orang yang menyembah berhala tetapi ia tidak mengetahui kemampuan dan

kekuataan berhala tersebut.

c. Taqlid kepada perkataan atau pendapat seseorang sedangkan yang bertaqlid

mengetahui bahwa perkataan atau pendapat itu salah.

6
2. Ittiba
a. Ittiba kepada Allah dan Rasul-nya.
Ulama sepakat bahwa semua kaum muslim wajib mengikuti semua perintah Allah
SWT. Dan menjauhi segala larangannya.
b. Ittiba kepada selain Allah dan Rasul-nya
Ulama berbeda pendapat ada yang membolehkan dan ada yang tidak.Imam Ahmad
bin Hambal menyatakan bahwa ittiba itu hanya dibolehkan kepada Allah swt ,Rasul
dan para sahabat.Pendapat yang lain membolehkan ittiba kepada para ulama yang
dapat dikategorikan sebagai ulama waratsatul anbiyaa(ulama pewaris para nabi).

3. Talfiq

Mengambil pendapat yang paling ringan diantara madzhab-madzhab dalam beberapa

masalah yang berbeda.c

Contoh:Berwudhu ikut Hanafi dan shalat ikut Maliki.

Menurut ulama talfiq seperti ini dibenarkan ,karena dia mengamalkan pendapat yang

berbeda.Talfiq seperti ini dibenarkan dalam bidang ibadah dan muamalat sebagai keringanan

dan rahmat Allah terhadap umat Muhammad.

7
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari pengertian taqlid, ittiba’, dan talfiq di atas maka dapat di simpulkan bahwa yang

di maksud taqlid adalah menerima perkataan orang lain yg berkata, sedangkan si penerima

tersebut tidak mengetahui alasan perkataannya.

Ittiba’ adalah mengambil atau menerima perkataan seorang fakih atau mujtahid, dengan

mengetahui alasannya, serta tidak terikat pada salah satu madzhab dalam mengambil suatu

hukum berdasarkan alasan yang di anggap lebih kuat dengan jalan membanding.

Talfiq adalah mengamalkan suatu hukum yang terdiri dari dua madzhab atau lebih atau

dapat di katakan bahwa talfiq adalah mencampuradukkan hukum yang di tetapkan oleh suatu

madzhab dengan madzhab lain.

Taqlid adalah mengikuti pendapat seorang mujtahid atau ulama tertentu tanpa

mengetahui sumber dan cara pengambilan pendapat tersebut.

B.Saran

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan-

kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan pembaca atau pendengar dapat menyampaikan

kritik dan juga sarannya terhadap penulisan makalah kami ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Koto, alaiddin 2004. Ilmu fiqh dan ushul fiqh. PT.Raja granfindo persada. Jakarta.

Umam, Kairul dan aminudin, H.A.AYAR. 2001. Ushul fiqh II. Pustaka setia. Bandung.

Jumantoro, totok dan Samsul Munir Amin. 2005. Kamus ilmu ushul fiqh. Amzah. Semarang.

Basiq Djalil, 2010. Ilmu ushul fiqh satu dan dua. Edisi pertama. Cetakan ke-1. Jakarta :

kencana.

https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-walisongo-semarang/hadits-

tematik-kpi/taklid-ittiba-dan-tarjid/45002848

https://himaprodiesystais.wordpress.com/2017/01/10/taqlid-ittiba-tarjih-dan-talfiq/

Anda mungkin juga menyukai