Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh dari
Disusun oleh:
RESKI AMALIAH
[22420259]
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan karunianya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalh ini.Shalawat dan salam kita curahkan kepada nabi
Muhammad SAW yang telah memperjuangkan islam,sehingga islam dan ditegakkan dimuka
bumi ini.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh serta untuk
Namun terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
ii
DAFTAR ISI
Sampul ............................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
Tujuan ............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ....................................................................................................................... 8
Saran ................................................................................................................................. 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ilmu Ushul Fiqih merupakan metode dalam menggali dan menetapkan hukum. Ilmu ini
sangat berguna untuk membimbing para mujtahid dalam mengistibatkan hukum syara’ secara
benar dan dapat di pertanggung jawabkan hasilnya. Melalui ushul fiqih dapat di temukan jalan
Taqlid,Ibbitida dan talfiq. Ketiganya memiliki arti yang berbeda beda dan maksudnya
juga berbeda. Tetapi ke tiga-tiganya sangat jelas diatur dalam islam. Ittiba’ ini didasarkan
ِ س ْلنَا مِ ْن قَ ْبلِكَ اِ اَّل ِر َج ااَّل نُّ ْوحِ ْٓي اِلَ ْي ِه ْم فَاسْـَٔلُ ْٓوا ا َ ْه َل
َالذ ْك ِر ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ََّل تَ ْعلَ ُم ْون َ َو َما ٓ ا َ ْر
43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang
B.Rumusan Masalah
1
C.Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini kami mempunyai maksud dan tujuan tertentu, yaitu ;
1. Memberi pemahaman tentang pengertian taqlid, ittiba’, tarjih dan talfiq juga hukum dan
perbedaannya.
2. Untuk bahan diskusi pada mata kuliah aswaja ini, dan juga untuk memenuhi atau
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.Taqlid
Kata “taqlid” berasal dari bahasa arab yakni “qallada”, “yaqallidu”, “taqlidan” yang
artinya meniru.Menurut bahasa taqlid yaitu mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui
sumber atau alasannya, adapun orang yang di perbolehkan untuk bertaqlid yaitu orang awam
(orang biasa) yang tidak mengerti cara cara mencari hukum syari’at atau yang tidak beralasan
2.Ittiba’
Kata ittiba’ berasal dari bahasa arab yakni dari kata kerja atau fi’il “ittaba’a”,
bahasa ittiba’yaitu menerima perkataan orang lain dengan dalil yang lebih kuat atau
mengetahui alasannya.
3. Talfiq
Kata “talfiq” yaitu mendatangkan cara (dalam ibadah atau mu’amalah) yang tidak
serta mengambil (menggabungkan) 2 pendapat atau lebih dalam satu masalah, yang memiliki
dengan anak laki laki berusia 9 tahun untuk tujuan tahlil (menghalalkan kembali pernikahan
Dalam hal ini, suami keduanya bertaqlid kepada madzhab asy-syafi’i yg mengesahkan
pernikahan seperti itu. Kemudian ia menggauli wanita tersebut lalu menceraikannya dengan
3
bertalak kepada madzhab imam ahmad tanpa melalui masa ‘iddah, sehingga suaminya yang
1) Taqlid
1).Haram
Seseorang yang sudah mencapai derajat sebagai mujtahid mutlak dalam hukum syari’ah
haram baginya untuk bertaqlid kepada mujtahid lain. Sebab, seorang mujtahid mutlak berada
pada urutan tertinggi dari para mujtahid. Di bawahnya masih ada empat sampai lima level
mujtahid. Maka mujtahid mutlak di haramkan untuk bertaqlid dengan sesama mujtahid mutlak.
Kalau ada seorang mujtahid tetapi masih menggantungkan pendapat kepada mujtahid lain,
Orang awam yg tidak punya ilmu dan kurang syarat untuk berijtihad, diharamkan untuk
bertaqlid kepada mereka yg statusnya orang awam juga. Maksudnya dalam hal ini orang awam
yang dia bertaqlid kepadanya hanya boleh berperan sebagai imforman atas fatwa dari mujathid
yg sesungguhnya.
Kalau taqlid kepada orang shalih tetapi tidak berilmu sudah tidak boleh, apalagi
bertaqlid kepada orang yang sesat dalam agama, hukumnya tentu haram lagi.
4
2)Wajib
Tidak yang wajib hukumnya adalah taqlidnya kita semua sebagai orang awam kepada
para mujtahid yang memang memenuhi syarat ijtihad. Kita sebagai orang awam, tentu tidak
punya satupun syarat untuk jadi mujtahid yg bisa di akui secara layak. Kalaupun satu syarat
tidak kita milliki, apalagi yang semua syaratnya, tentu lebih tidak punya lagi. Dengan keadaan
sebagai orang awam seperti kita ini, maka haramlah kita ini untuk melakukan ijtihad fiqih,
yaitu melakukan istimbath hukum hukum dari sumber syariah islam secara seenaknya sendiri.
3)Boleh
Taqlid yang tidak mengapa untuk di lakukan, tidak merupakan kewajiban, juga bukan
merupakan perkara haram.
2. Ittiba
Adapun bahwa yang dinamakan hukum ittiba bukanlah mengikuti pendapat ulama
tanpa alasan Agama.Adapun orang yang mengambil ataupun mengikuti pendapat ulama
Hukum ittiba wajib bagi setiap muslim karena ittiba ialah perintah Allah swt
sebagaimana firmannya dalam QS.Al- a’raf ayat 3 perintah Allah, sebagaimana firman-
Nya:
َاِتَّ ِبعُ ْوا َما ٓ ا ُ ْن ِز َل اِلَ ْي ُك ْم ِ ِّم ْن َّر ِِّب ُك ْم َو ََل تَتَّ ِبعُ ْوا ِم ْن د ُْو ِن ٓه ا َ ْو ِل َي ۤا َۗ َء قَ ِلي اًْل َّما تَذَ َّك ُر ْون
Artinya:
3. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu
ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.
5
3. Talfiq
1)Haram
Tidak boleh atau di larang, apa yang di nyatakan ulama ushul fiqih sebagai ijma’ yang
melarang memunculkan pendapat ketiga, jika para ulama berbeda pendapat menjadi dua
kelompok mengenai hukum dalam suatu masalah. Jadi, kebanyakan dari mereka menyatakan
kesepakatan.
2)Boleh
a. Tidak adanya nash di dalam alqur’an ataupun as-sunnah yang melarang talfiq ini, setiap
orang berhak berijtihad dan tiap orang berhak untuk bertaqlid dan berijtihad.
b. Dan tidak ada larangan bila kita sudah bertaqlid kepada satu pendapat dari ahli ijtihad
1. Taqlid
a. Taqlid semata-mata mengikuti adat kebiasaan nenek moyang atau orang terdahulu
b. Taqlid kepada orang atau sesuatu yang tidak diketahui kemampuan dan keahliannya
seperti orang yang menyembah berhala tetapi ia tidak mengetahui kemampuan dan
6
2. Ittiba
a. Ittiba kepada Allah dan Rasul-nya.
Ulama sepakat bahwa semua kaum muslim wajib mengikuti semua perintah Allah
SWT. Dan menjauhi segala larangannya.
b. Ittiba kepada selain Allah dan Rasul-nya
Ulama berbeda pendapat ada yang membolehkan dan ada yang tidak.Imam Ahmad
bin Hambal menyatakan bahwa ittiba itu hanya dibolehkan kepada Allah swt ,Rasul
dan para sahabat.Pendapat yang lain membolehkan ittiba kepada para ulama yang
dapat dikategorikan sebagai ulama waratsatul anbiyaa(ulama pewaris para nabi).
3. Talfiq
Menurut ulama talfiq seperti ini dibenarkan ,karena dia mengamalkan pendapat yang
berbeda.Talfiq seperti ini dibenarkan dalam bidang ibadah dan muamalat sebagai keringanan
7
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari pengertian taqlid, ittiba’, dan talfiq di atas maka dapat di simpulkan bahwa yang
di maksud taqlid adalah menerima perkataan orang lain yg berkata, sedangkan si penerima
Ittiba’ adalah mengambil atau menerima perkataan seorang fakih atau mujtahid, dengan
mengetahui alasannya, serta tidak terikat pada salah satu madzhab dalam mengambil suatu
hukum berdasarkan alasan yang di anggap lebih kuat dengan jalan membanding.
Talfiq adalah mengamalkan suatu hukum yang terdiri dari dua madzhab atau lebih atau
dapat di katakan bahwa talfiq adalah mencampuradukkan hukum yang di tetapkan oleh suatu
Taqlid adalah mengikuti pendapat seorang mujtahid atau ulama tertentu tanpa
B.Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan-
kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan pembaca atau pendengar dapat menyampaikan
8
DAFTAR PUSTAKA
Koto, alaiddin 2004. Ilmu fiqh dan ushul fiqh. PT.Raja granfindo persada. Jakarta.
Umam, Kairul dan aminudin, H.A.AYAR. 2001. Ushul fiqh II. Pustaka setia. Bandung.
Jumantoro, totok dan Samsul Munir Amin. 2005. Kamus ilmu ushul fiqh. Amzah. Semarang.
Basiq Djalil, 2010. Ilmu ushul fiqh satu dan dua. Edisi pertama. Cetakan ke-1. Jakarta :
kencana.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-walisongo-semarang/hadits-
tematik-kpi/taklid-ittiba-dan-tarjid/45002848
https://himaprodiesystais.wordpress.com/2017/01/10/taqlid-ittiba-tarjih-dan-talfiq/