Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu : Dr. Zawawi, M. A.
Disusun oleh :
Kelompok 13
1. Alfan Nur Utomo 4320111
2. Isna Amaliya 4320114
3. Alfina Dita Damayanti 4320115
Aksya B
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Ijtihad dari segi bahasa berasal dari kata ijtihada, yang berarti
bersungguh-sungguh, rajin, giat atau mencurahkan segala kemampuan
(jahada). Jadi, menurut bahasa, ijtihad ialah berusaha untuk berupaya
atau berusaha yang bersungguh- sungguh.
Menurut Dr. Wahbah az Zuhaili, ijtihad adalah perbuatan
istimbath hukum syari`at dari segi dalil-dalilnya yang terperinci di dalam
syari`at.
Imam al Ghazali, mendefinisikan ijtihad dengan ”usaha sungguh-
sungguh dari seorang mujtahid dalam rangka mengetahui hukum-hukum
syari`at”. Sedangkan menurut Imam Syafi`i, arti sempit ijtihad adalah
qiyas.
2.2 Syarat-syarat Mujtahid dan Tingkatannya
Pada dasarnya jika membicarakan syarat-syarat mujtahid, maka
berarti juga membicarakan syarat-syarat ijtihad. Imam al Ghazali
menyatakan mujtahid mempunyai dua syarat :
1. Mengetahui dan menguasai ilmu syara’, mampu melihat yang zhanni
di dalam hal-hal yang syara dan mendahulukan yang wajib.
2. Adil, menjauhi segala maksiat yang mencari sifat dan sikap keadilan
(`adalah).
Sedangkan menurut Asy-Syatibi, seseorang dapat diterima
sebagai mujtahid apabila mempunyai dua sifat :
1. Mengerti dan paham akan tujuan syari`at dengan sepenuhnya,
sempurna dan menyeluruh.
2. Mampu melakukan istimbath berdasarkan faham dan pengertian
terhadap tujuan-tujuan syari`at tersebut.
3
4
Dikatakan oleh Kamal bin Himam dan muridnya Amir al-Haj dalam
tahrir dan penjelasannya: “ Sesungguhnya seorang muqallid (orang yang
bertaqlid) diberi kebebasan untuk mengikuti siapa saja, dan orang awam dalam
setiap perkara ketika bertaqlid terhadap perkataan mutahid (orang yang
berijtihad) akan memudahkan baginya karena mereka tidak mengerti hal-hal
yang dilarang menurut nash atau akal”. Karena Rasulpun menyukai keringanan
yang dibebankan kepada umatnya.
9
2. Pendapat Malikiya
Ijtihad dari segi bahasa berasal dari kata ijtihada, yang berarti
bersungguh-sungguh, rajin, giat atau mencurahkan segala kemampuan
(jahada). Jadi, menurut bahasa, ijtihad ialah berusaha untuk berupaya
atau berusaha yang bersungguh- sungguh. Sedangkan kata taqlid, fi`ilnya
adalah qallada, yuqallida, taqliidan, artinya mengulangi, meniru,
mengikuti. Ulama ushul fiqh mendefinisikan taqlid “penerimaan
perkataan seseorang sedangkan engkau tidak mengetahui dari mana asal
kata itu”.
Talfik sendiri secara bahasa berarti “manyamakan” atau
“merapatkan dua tepi yang berbeda”. Sedangkan menurut istilah, talfiq
ialah mengambil atau mengikuti hukum dari suatu peristiwa atau kejadian
dengan mengambilnya dari berbagai macam madzhab. Ketiganya
memiliki ketentuan atau syarat masing-masing dalam pelaksanaannya.
Sebagian para ulama tidak membolehkan namun sebagian juga ada yang
membolehkan namun memilki syarat dan ketentuan dalam
melaksanakannya. Bagaimanapun perbedaan tersebut seharusnya tidak
menjadikan umat Islam tercerai –berai, namun membuat agama Islam
semakin kokoh.
12
Daftar Pustaka
iii