Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Ijtihad

a. Ijtihad secara bahasa

Kata ijtihad berasal dari kata jahada,kata ini berarti pencurahan segala kemampuan untuk
memperoleh suatu dari berbagai urusan. Secara bahasa ijtihad berarti sungguh-sungguh atau
kerja keras untuk mendapatkan sesuatu.

b. Ijtihad secara Termologis

Menurut Usul Fiqh, ijtihad adalah pengarahan segenap kesanggupan oleh seorang ahli
fiqih atau mujtahid untuk memperoleh pengetahuan tentang hokum-hukum syara. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi ijtihad adalah untuk mengeluarkan (istimbat) hokum syara, dengan
demikian ijtihad tidak berlaku dalam bidang teologi dan akhlak.

Menurut Fakhrudin al-Razi, ijtihad adalah digunakan sebagai pengarahan kemampuan


untuk memikirkan hal apa saja yang tidak mendatangkan celaan, perkataan apa asaja mencakup
fiqh, ilmu kalam dan tasawuf.

Menurut Dr. Muhammad Musa Towana, ijtihad adalah pengarahan kemampuan diri
seseoarang yang ahli untuk mengeluarkan hokum-hukum syara’ yang pokok dalam lapangan
I’tiqadiyat dari dalil-dalilnya yang terinci dan merenungkan masalh-masalah ijtihad dengan tarjih
dan tajarrud untuk mengetahui hukumnya lewat emanasi dan ilham, sehingga Allah memberi ilmu
kepada mujtahid itu tentang masalah-masalah tersebut.

Menurut Al-Zarkasyi, ijtihad adalah pengarahan segenap kemampuan dalam menemukan


hokum-hukum syariat berdimensi praktik (amaliyyah) dengan jalan menggalinya dari sumber-
sumbernya (istinbath). Definisi mengecualikan aktivitas penggalian hokum-hukum syariat
berdimensi keyakinan. Aktivitas semacam ini tidak dinamakan ijtihad kendati para pakar teologi
menyebutnay juga dengan ijtihad.

Syarat-syarat Mujtahid

Untuk menghindari kesalahan dan jebakan dalam berijtihad sebagaimana dikemukakan


di atas, di butuhkan kejujuran intelektual, ikhlas dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang
seluk beluk masalah ijtihad. Masalah ijtihad sebenarnya bukan masalah mau atau tidak mau,
tetapi persoalan mampu atau tidak mampu. Memaksa orang ynag tidak mampu untuk beijtihad
mengandung bahaya diakrenakan ijtihad harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang bias
membawa ke drajat mujtahid.

Untuk sampai ke drajat mujtahid kata al-Syatibi harus memiliki dua sifat yaitu mampu
memahami maksud-maksud syariat ( maqasid asy-syariah) dan sanggup mengistimbatkan hokum
berdasarkan pemahamannya sendiri terhadap maqasid asy-syariah
Muhammad Musa Towana mengelompokkan syarat-syarat ijtihad dalam bebrapa kelompok,
yaitu :
1. Persyaratan umum (al-syurut al-‘ammah) yang meliputi baligh, berakal sehat, kuat daya
nalarnya, dan beriman atau mukmin
2. Persyaratan pokok (al-syurut al-asasiyyah) yaitu syarat mendasar yang menuntut mujtahid
supaya memiliki kecakapan. Persyaratan ini meliputi mengetahui Al-Quran, memahami
sunnah, memahamu maksud-maksud hokum syariat, dan mengetahui kaidah-kaidah umum
(al-qawa’id al-kulliyat) hukum islam
3. Persyaratan penting (al-syurut al hammah) yaitu beberapa persyaratan yang penting dipunayi
mujtahid. Persyaratan ini meliputi menguasai bahasa arab, mengetahui ilmu usuk al-fiqh,
mengetahui ilmu mantik atau logika, dan mengetahui hukum asal suatu perkara (al-bara’ah
al-asliyah)
4. Persyaratan pelengkap (alsyurut al-takmilliyah) meliputi tidak ad adalil qat’I bagi masalah
yang diijtihadi, mengetahui tempat-tempat khilafiyah atau perbedaan pendapat, dan
memelihara kesalehan dan ketaqwaan diri

Yusuf Qardawi mengemukakan syarat-syarat yang pada umumnya di sepakati oleh para ulama
yang meliputi :

1. Harus mengetahui AlQuran dan Ulum Alquran


2. Mengetahui sunnah dan ilmu hadis
3. Mengetahui bahasa arab
4. Mengetahui tema-tema yang sudah merupakan ijma’
5. Menegetahui usul fiqh
6. Mengetahui maksud-maksud sejarah
7. Mengenal manusia dan alam sekelilingnya
8. Bersifat adil dan takwa

Adapun syarat –syarat tambahan yanhg tidak semua ulama sepakat mengenainya yaitu :
1. Mengetahui ilmu ushuludin
2. Mengetahui ilmu mantik
3. Mengetahui cabang-cabng fiqh

Adapun Syarat-syarat yang hamper selalu di sebut-sebut oleh umunya para ulama usul
adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan soal keilmuan

1. Harus menguasai bahasa arab


2. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang Alquran
3. Mengetahui pengetahuan yang cukup tentang sunnah
Tingkatan-tingakatn Mujatahid

1. Mujtahid Mustaqil adalah mujtahid yang mampu menggali hukum-hukum syariat langsung dari
sumbernya yang terpokok (Alquran dan Sunnah) dan dalam mengistimbangkan hukum dia
mempunyai dasar-dasar istimbat (usul al-istimbat) sendiri, tidak mengikuti usul al-istimbat
mujtahid yang lain. Mujtahid mustaqil ini lazim disebut dengan istikah mujtahid mutlak yakni
mujtahid yang memiliki kesangguapan untuk mengistimbatkan hukum-huklum syariat dari
sumbernya yang terpokok (Alquran dan hadis ) tanpoa terikatr dengan pendapat mujtahid yang
lain.
2. Mujtahid muntasib adalah mujtahid yang dalam mengistimbatkan hukum mengikuti (memilih)
usul al-istimbat imam mazhab tertentu walaupun dalam, masalah-masalah furu’ dia berbeda
pendapat dengan imamnya.
3. Mujtahiud mazhab adalah mujtahid yang menbgikuti imam mazhabvnya baik dalam masalah usul
maupun furu’. Kalauopun dia melakukan ijtihad, ijtihadnya terbatas dalam masalah yang
ketentuan hukumnya tidak dia peroleh dari imam mazhab yang dianutnya.
4. Mujtahid murajjih adalah mujtahid yang tidak mengistimbatkan hukum-hukum furu’ (apalagi
hukum-hukum asal ) akan tetapi dia hanya membandingkan beberapa pendapat mujtahid yang
ada untuk kemudian memilih salah satu pendapat yang dipandang paling kuat (arjah).
5. Mujtahid mustadil adalah ulama yang tidak mengadakan tarjih terhadap pendapat-pendapat yang
ada, akan tetapi dia mengemukakan dalil-dalil berbagai pendapat tersebut dan menerangkan
mana yang patut dipegang (diikuti) tanpa melakukan tarjih terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai