Disusun Oleh :
Kelompok 9
Dosen Pengampu :
Dr. Arzam, M.Ag
FAKULTAS SYARIAH
1444 H/ 2023 M
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Ushul Fiqh Lanjutan.
Adapun makalah ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini banyak kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa yang
menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan
manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan ilmu fiqhadalah
dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat diumpamakanseperti
sebuah pabrik yang mengolah data-data dan menghasilkan sebuah produkyaitu
ilmu fiqh1.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pengertian dari taqlid, ittiba dan talfiq ?
2. Apa saja dasar hukum dari taqlid, ittiba dan talfiq ?
3. Apa saja syarat-syarat taqlid ?
4. Bagaimana konsep dan praktik taqlid, ittiba dan talfiq ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari taklid,ittiba dan talfiq.
2. Untuk mengetahui hukum taqlid, ittiba dan talfiq.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat taqlid
4. Untuk mengetahui konsep dan praktik taqlid, ittiba dan talfiq
1
Irwansyah Sapputra, Jurnaqfl Syariah Hukum Islam: Perkembangan Ushul Fiqh,Vol. 1,No.1, maret 2018, hlm.
39
BAB II
PEMBAHASAN
A. Taqlid
1. Pengertian Taqlid
Mengenai hukum taqlid ini terbagi kepada dua macam, yaitu taqlid yang
diperbolehkan dan taqlid yang dilarang atau haram.4
b. Taqlid yang dilarang atau haram, yaitu bagi orang-orang yang sudah
mencapai tingakatanan-nazhr atau yang sanggup mengkajihukum-hukum
syariat. Ada beberapa taqlid yang dilarang ini antaralain :
2
Yusuf Al-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Peninggalan Ulama Salaf ,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2003), hlm. 87.
3
Nazar Bakry,Fiqh dan Ushul Fiqh, cet. 4, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003),hlm. 61.
4
Khairul Umam dan A. Achyar Aminudin,Ushul Fiqih II , cet. 2, (Bandung: PustakaSetia, 2001), hlm. 155.
1) Taqlid terhadap orang-orang yang tidak kita ketahui apakah merekaahli
atau tidak tentang suatu hal yang kita ikuti tanpa pamrih.
2) Taqlid terhadap seseorang yang telah memperoleh hujjah dan dalil
bahwa pendapat orang yang kita taqlid itu bertentangan dengan ajaran
Islamatau sekurang-kurangnya dengan al-Quran dan Hadis. Namun,
boleh bertaqlid terhadap suatu pendapat,garis-garis hukum tentang soal-
soal dari seorangmujtahid yang betul-betul mengetahui hukum-hukum
Allah dan Rasul.
3) Taqlid buta, yaitu memahami suatu hal dengan cara mutlaq
danmembabi buta tanpa memperhatikan ajaran al-Quran dan Hadis,
sepertimenaqlid orang tua atau masyarakat walaupun ajaran tersebut
bertentangan dengan ajaran al-Quran dan Hadis. Firman Allah SWT
dalam surah Al-Baqarah ayat 170 :
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya
mengikuti apa yangtelah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami". "(Apakah merekaakan mengikuti juga), walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk?". (Q.S. Al-Baqarah (2) : 170)
Syarat orang yang bertaqlid ialah orang awam atau orang biasayang
tidak mengerti cara-cara mencari hukum syara. Ia boleh mengikuti pendapat
orang lain yang lebih mengerti hukum-hukum syara danmengamalkannya.
Type equation here.Adapun orang yang pandai dan sanggup menggalisendiri
hukum-hukum syara maka ia harus berijtihad sendiri kalau baginya masih
cukup. Namun, kalau waktunya sempit dan dikhawatirkanakan ketinggalan
waktu untuk mengerjakannya yang lain (dalam soal-soal ibadah), maka
menurut suatu pendapat ia boleh mengikuti pendapatorang pandai lainnya.
B. Ittiba
1. Pengertian Ittiba
Ittiba artinya menurut atau mengikut. Menurut istilah agama yaitu
menerima ucapan atau perkataan orang serta mengetahui alasan-
alasannya(dalil), baik dalil itu al-Quran maupun Hadis yang dapat dijadikan
hujjah. Imam Syafii mengemukakan pendapat bahwa ittiba berarti mengikuti
pendapat-pendapat yang datang dari Nabi Muhammad SAW dan para sahabat
atau yang datang dari tabiin yang mendatangkan kebajikan.
3. Tujuan Ittiba
Dengan adanya ittiba diharapkan agar setiap kaum muslimin, sekalipun ia
orang awam, ia dapat mengamalkan ajaran agama Islam dengan penuh keyakinan
pengertian, tanpa diselimuti keraguan sedikitpun. Suatu ibadah atau amal jika
dilakukan dengan penuh keyakinan akan menimbulkan keikhlasan dan
kekhusukan. Keikhlasan dan kekhusukan merupakan syarat sahnya suatu ibadah
atau amal yang dikerjakan.
5
Khairul Umam dan A. Achyar Aminudin,Ushul Fiqih II ,..., hlm. 156.
6
Dede Rosyada, Metode Kajian Hukum Dewan Hisbah Persis, (Jakarta: Logos, 1999),hlm. 25
C. Talfiq
1. Pengertian Talfiq
Talfiq menurut arti harfiahnya adalah tambal sulam. Ia diumpamakan
seperti tindakan manambal sulam potongan-potongan kain untuk dijadikan
sepotong baju yang utuh, atau seperti kita mengumpulkan beragam hal dari
berbagai tempat dan kemudian disusun untuk dijadikan sesuatu bentuk
yangutuh. Sedangkan talfiq menurut istilah ialah mengambil pendapat dari
seorang mujtahid kemudian mengambil lagi dari seorang mujtahid lain, baik
dalam masalah yang sama maupun dalam masalah yang berbeda. Dengan kata
lain talfiq itu adalah memilih pendapat dari berbagai pendapat yang berbeda
dari kalangan ahli fiqh. 7Atau definisi lainnya yaitu menyelesaikan suatu
masalah(hukum) menurut hukum yang terdiri atas kumpulan (gabungan) dua
mazhab atau lebih. 8
2. Hukum Talfiq
Fuqaha dan Ahli Ushul mengenai hukum talfiq ini, yakni boleh
atautidaknya seseorang berindah mazhab, baik secara keseluruhan
maupunsebagian mereka terbagi kepada tiga pendapat10.Pendapat tersebut adalah
sebagai berikut :
7
M Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, cet 4, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002),hlm. 89.
8
Khairul Umam dan A. Achyar Aminudin,Ushul Fiqih II ,..., hlm. 164
9
Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, cet. 7, (Jakarta: PT BulanBintang, 1995), hlm. 177.
10
Khairul Umam dan A. Achyar Aminudin,Ushul Fiqih II ,.., hlm. 165.
dipilihnya adalah dalil yang dipandangnya lemah. Pertimbanganrasio dalam
kondisi seperti itu menghendaki orang yang bersangkutan untukmengamalkan
dalil yang dipandangnya kuat dan memertahankannya. Atasdasar ini maka talfiq
hukumnya haram. Golongan ini dipelopori oleh sebagiandari ulama Syafiiyah
terutama Imam Al-Quffal Syasyi.
11
M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab,..., hlm. 91.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengertian taqlid, ittiba’ dan talfiq di atas maka dapat di simpulkan
bahwa yang di maksud taqlid adalah menerima perkataan orang lain yg berkata,
sedangkan si penerima tersebut tidak mengetahui alasan perkataannya.
B. Saran
Kita sebagai kaum Muslim sekaligus Mahasiswa sebenarnya sangat penting
bagi kita semua untuk mempelajari ushul fiqh lanjutan selain ini adalah salah satu
mata kuliah yang penting. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan pembaca
atau pendengar dapat menyampaikan kritik dan juga sarannya terhadap penulisan
makalah kami ini.
i
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Miftahul dan Haq, Ahmad Faisal. 1997.Ushul Fiqh Kaidah-Kaidah Penetapan Hukum
Islam.Surabaya: Citra Media.
Bakry, Nazar. 2003. Fiqh dan Ushul Fiqh, cet. 4. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.
Hanafi, Ahmad. 1995.Pengantar dan Sejarah Hukum Islam, cet. 7. Jakarta: PTBulan Bintang.
Koto, Alaiddin. 2011. Ilmu Ushul Fiqh dan Ushul Fiqh. Jakarta: PTRajaGrafindo.
Saputra, Irwansyah. 2018. Jurnal Syariah Hukum Islam: Perkembangan Ushul Fiqh. Vol. 1.
No. 1