GURU PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyusun tugas makalah agama mengenai amal ma’ruf
nahi munkar dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas makalah ini penulis buat untuk memberikan ringkasan serta melengkapi tugas
agama. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan
makalah agama mengenai amal ma’ruf nahi munkar. Penulis menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang
akan menjadi bahan makalah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.
Mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
. . . . ., 30 November 2022
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………3
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………………...4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………5
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………..5
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………………..6
2.1 Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar……………………………………………………6
2.2 Sejarah Amar Ma’ruf Nahi Munkar……………………………………………………….7
2.3 Hukum Amar Ma’ruf Nahi Munkar………………………………………………………8
2.4 Bagaimana keutamaan Amar Ma’ruf Nahi Munkar………………………………………9
2.5 Rukun-Rukun Amar Ma’ruf Nahi Munkar………………………………………………12
2.6 Syarat-Syarat Amar Ma’ruf Nahi Munkar……………………………………………….14
2.7 Kaidah Penting Dan Prinsip Dasar Dalam Ber-Amar Ma’ruf Nahi Munkar…………….15
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………….20
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………20
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………….21
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian amar ma’ruf nahi munkar?
2. Bagaimana sejarah amar ma’ruf nahi munkar?
3. Apa hukum amar ma’ruf nahi munkar?
4. Bagaimana keutamaan amar ma’ruf nahi munkar?
5. Apa saja rukun-rukun amar ma’ruf nahi munkar?
6. Apa saja syarat-Syarat amar ma’ruf nahi munkar?
7. Bagaimana kaidah penting dan prinsip dasar dalam ber-amar ma’ruf nahi munkar?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian amar ma’ruf nahi munkar
2. Untuk mengetahui sejarah amar ma’ruf nahi munkar
3. Untuk mengetahui hukum serta dalil mengenai amar ma’ruf nahi munkar
4. Untuk mengetahui keutamaan amar ma’ruf nahi munkar
5. Untuk mengetahui rukun-rukun amar ma’ruf nahi munkar
6. Untuk mengetahui syarat-Syarat amar ma’ruf nahi munkar
7. Untuk mengetahui kaidah penting dan prinsip dasar dalam ber-amar ma’ruf nahi
munkar
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan hendaklah ada, di antara kamu, segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada perbuatan yang ma’ruf, dan mencegah dari kemungkaran.
Merekalah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Ali Imron : 104)
7
(organisasi)adalah membangun tatanan sistem sosial yang berbasis Islam, baik sistem
perekonomian sampai sistem ketatanegaraan hal ini dilakukan pada periode Madinah.
Nabi Muhammad Saw. dalam menjalankan pemerintahan selalu memperhatikan
nilai-nilai akhlak yang mulia, dengan begitu tegas beliau memerintahkan untuk
menegakkan perintah amar ma”ruf nahi munkar di segala bidang termasuk juga dalam hal
perekonomian. Karena beliau sendiri, selalu melakukan pengawasan terhadap pedagang-
pedagang di pasar, apakah mereka dalam hal transaksi atau jual beli sudah menerapkan
amar ma„ruf nahi munkar, melakukan suatu pelanggaran atau tidak, jika terdapat suatu
pelanggaran terhadap mereka Nabi Muhammad Saw. langsung menegur dan melaragnya.
Tugas yang begitu berat ini beliau jalankan, baik beliau sebagai nabi maupun sebagai
kepala negara
ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Maksud dari ayat ini, hendaklah ada
sebagian umat ini yang menegakkan perkata ini.”
Dan firman-Nya,
هّٰلل
ِ ف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُوْ نَ بِا ِ ۗ َولَوْ ٰا َمنَ اَ ْه ُل ْال ِك ٰت
َب لَ َكان ِ ْاس تَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو ْ ُك ْنتُ ْم خَ ْي َر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج
ِ َّت لِلن
ََخ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْال ٰف ِسقُوْ ن
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
8
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara
mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
)QS. Ali Imron : 110(
Dalil As-Sunnah
Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang artinya
Dari Abu Sa’id Al Khudri -radhiyallahu ‘anhu- berkata, saya mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang melihat
kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak
mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu
hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.”
(HR. Muslim no. 49)
Hadits ini adalah hadits yang jami’ (mencakup banyak persoalan) dan sangat penting
dalam syari’at Islam, bahkan sebagian ulama mengatakan, “Hadits ini pantas untuk
menjadi separuh dari agama (syari’at), karena amalan-amalan syariat terbagi dua : ma’ruf
(kebaikan) yang wajib diperintahkan dan dilaksanakan, atau mungkar (kemungkaran)
yang wajib diingkari, maka dari sisi ini, hadits tersebut adalah separuh dari syari’at.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”.
[An-Nahl/16:36]
9
ُوف َوالنَّاهُونَ َع ِن ْال ُمن َك ِر
ِ َّاجدونَ اآل ِمرُونَ بِ ْال َم ْعر
ِ التَّاِئبُونَ ْال َعابِ ُدونَ ْال َحا ِم ُدونَ السَّاِئحُونَ الرَّا ِكعُونَ الس
﴾ سورة التوبة١١٢﴿ ََو ْال َحافِظُونَ لِ ُحدُو ِد هّللا ِ َوبَ ِّش ِر ْال ُمْؤ ِمنِين
Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji
(Allah), yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma`ruf
dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan
gembirakanlah orang-orang mu’min itu. [At-Taubah/9:112]
َ ُوا هّللا ِ ْض يَْأ ُمرُونَ بِ ْال ُمن َك ِر َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال َم ْعر
ْ ُوف َويَ ْقبِضُونَ َأ ْي ِديَهُ ْم نَس ُ َْال ُمنَافِقُونَ َو ْال ُمنَافِق
ُ ات بَ ْع
ٍ ضهُم ِّمن بَع
﴾ سورة التوبة٦٧﴿ َفَنَ ِسيَهُ ْم ِإ َّن ْال ُمنَافِقِينَ هُ ُم ْالفَا ِسقُون
﴾ يُْؤ ِمنُونَ بِاهّلل ِ َو ْاليَوْ ِم١١٣﴿ َت هّللا ِ آنَاء اللَّ ْي ِل َوهُ ْم يَ ْس ُج ُدونِ ب ُأ َّمةٌ قَآِئ َمةٌ يَ ْتلُونَ آيَا
ِ ُوا َس َواء ِّم ْن َأ ْه ِل ْال ِكتَا
ْ لَ ْيس
َك ِمنَ الصَّالِ ِحين َ ت َوُأوْ لَـِئ
ِ ار ُعونَ فِي ْال َخي َْرا ِ اآل ِخ ِر َويَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر
ِ ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُمن َك ِر َويُ َس
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus,
mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang
mereka juga bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari
penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang
10
munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu
termasuk orang-orang yang saleh. [Ali-Imran/3:113-114]
d. Diantara bentuk dari kebaikan umat ini, adalah amar ma’ruf dan nahi munkar.
Allah Ta’ala berfirman :
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
[Ali Imran/3:110]
e. Dapat meneguhkan kedudukan umat di muka bumi. Allah Ta’ala berfirman
ُُوف َونَهَوْ ا ع َِن ْال ُمن َك ِر َوهَّلِل ِ عَاقِبَة
ِ صالَةَ َوآتَ ُوا ال َّز َكاةَ َوَأ َمرُوا بِ ْال َم ْعر
َّ ض َأقَا ُموا ال
ِ ْالَّ ِذينَ ِإن َّم َّكنَّاهُ ْم فِي اَألر
ور ُأل
ِ ا ُم
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah
kembali segala urusan. [Al-Hajj/22:41]
f. Bahwa ia termasuk sebagai sebab-sebab turunnya pertolongan Allah. Allah
Ta’ala berfirman :
11
g. Betapa besarnya keutamaan penegakkan perkara amar ma’ruf dan nahi munkar
ini. Allah Ta’ala berfirman :
اس َو َمن يَ ْف َعلْ َذلِكَ ا ْبتَغَاء
ِ َّح بَ ْينَ الن ٍ َُوف َأوْ ِإصْ ال
ٍ ص َدقَ ٍة َأوْ َم ْعر َ ِير ِّمن نَّجْ َواهُ ْم ِإالَّ َم ْن َأ َم َر ب
ٍ ِالَّ خَ ْي َر فِي َكث
ً ت هّللا ِ فَ َسوْ فَ نُْؤ تِي ِه َأجْ راً َع ِظيما
ِ ضاَ َْمر
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-
bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat
ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang
berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi
kepadanya pahala yang besar.
[an-Nisa/4:114]
h. Termasuk faktor yang dapat menggugurkan dosa-dosa, sebagaimana beliau
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
“Fitnah (bencana) seorang pria terletak pada istrinya, hartanya, dirinya, anaknya
dan tetangganya. Puasa, shalat, sedekah, amar ma’ruf dan nahi munkar dapat
menggugurkannya.”
[HR. Ahmad].
i. Pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan (upaya) memelihara lima
perkara urgen (adh-dharuriyah al-khams), yaitu menjaga agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta.
12
a. Mukallaf, mukallaf di sini lebih diartikan sebagai syarat untuk
melaksanakan perintah amar ma’ruf nahi munkar, artinya dalam
melakukan perintah tersebut tidak diberatkan kepada hanya orang yang
dewasa, seorang anak kecil yang belum dewasa diperbolehkan untuk
menjalankannya, walaupun dalam pandangan syariat usianya belum
mencapai umur yang sempurna.
b. Beriman.
c. Adil, artinya orang-orang yang fasik tidak diperintahkan untuk
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
d. Harus mendapat izin dari pemerintah setempat.
e. Mampu dalam melaksanakan perintah amar ma’ruf nahi munkar.
2) Muhtasab’alaih
Muhtasab’alaih adalah orang yang disuruh mengerjakan yang baik dan dilarang
mengerjakan yang jahat. Syarat Muhtasab’alaih adalah orang yang melakukan
perbuatan kemungkaran tersebut mempunyai sifat ketika dia melakukan tindakan
mungkar, maka perbuatan tersebut pantas dinilai dengan perbuatan yang munkar.
3) Muhtasab fih
Syarat-syarat muhtasab fih yang harus dipenuhi sebagai berikut:
a. Apa yang dilakukannya memang benar-benar perbuatan yang menyalahi
aturan dalam konteks syari‘at Islam.
b. Kejadian kemungkaran tersebut benar-benar terjadi, bukan hanya sekedar
prasangka.
c. Kemungkaran yang terjadi terlihat jelas oleh muhtasib.
d. Perbuatan mungkar yang terjadi bukan semerta-merta hasil dari ijtihad.
Akan tetapi, kemungkaran tersebut telah disepakati oleh seluruh umat
Islam.
4) Nafsu al-ihtisab
Maksud dari nafsu al-ihtisab adalah hakikat dalam sebuah bentuk pengawasan
terhadap perbuatan yang mungkar. Dalam melakukan tindakan nafsu al-ihtisab
ada tahapan-tahapan yang harus dilalui di antaranya:
a. Mencari kebenaran pada tindakan kemungkaran yang terjadi.
13
b. Menasehati serta memberitahu kepada pelaku yang telah membuat
kemungkaran dengan cara yang tanpa menyakiti hati mereka.
c. Mencela perbuatan mereka dengan kata-kata yang keras apabila mereka
tidak mendengarkan nasehat yang lembut dan mencemooh kan yang
disampaikan.
d. Melakukan perlawanan apabila dalam keadaan yang darurat.
14
5) Bersedia Berkorban
Bersedia berkorban, baik mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta maupun
perasaan dan bersedia melaksanakan tugas pengimplementasian amar ma„ruf nahi
munkar secara teratur dan berkesinambungan.
2.7 Kaidah Penting dan Prinsip Dasar Dalam Ber-Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Ada berapa kaidah penting dan prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam amar ma’ruf
dan nahi mungkar, jika tidak diindahkan niscaya akan menimbulkan kemungkaran yang
lebih besar dan banyak:
1) Mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadah
Seseorang yang beramar ma’ruf dan nahi mungkar ia harus memperhatikan dan
mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadat dari perbuatannya tersebut, jika
maslahat yang ditimbulkan lebih besar dari mafsadatnya maka ia boleh
melakukannya, tetapi jika menyebabkan kejahatan dan kemungkaran yang lebih
besar maka haram ia melakukannya, sebab yang demikian itu bukanlah sesuatu
yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, sekalipun kemungkaran
tersebut berbentuk suatu perbuatan yang meninggalkan kewajiban dan melakukan
yang haram.
2) Karakteristik orang yang ber-Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar.
a. Berilmu
Amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah ibadah yang sangat mulia, dan
sebagaimana yang dimaklumi bahwa suatu ibadah tidak akan diterima
oleh Allah kecuali apabila ikhlas kepada-Nya dan sebagai amal yang
saleh, suatu amalan tidak akan mungkin menjadi amal saleh kecuali
apabila berlandaskan ilmu yang benar. Karena seseorang yang beribadah
tanpa ilmu maka ia lebih banyak merusak daripada memperbaiki, karena
ilmu adalah imam amalan, dan amalan mengikutinya. Ilmu di sini
mencakup ilmu tentang kebaikan dan kemungkaran itu sendiri, bisa
membedakan antara keduanya dan berilmu tentang keadaan yang
diperintah dan yang dilarang.
b. Lemah lembut dan penyantun ( Ar-Rifq dan Al Hilm )
15
Seorang yang beramar ma’ruf dan nahi mungkar hendaklah mempunyai
sifat lemah lembut dan penyantun, sebab segala sesuatu yang disertai
lemah lembut akan bertambah indah dan baik, dan sebaliknya jika
kekerasan menyertai sesuatu maka akan menjadi jelek, sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang artinya
“Sesungguhnya tidaklah lemah lembut ada pada sesuatu kecuali akan
menghiasinya, dan tidaklah dicabut (hilang) dari sesuatu kecuali akan
membuatnya jelek.”
(HR. Muslim no. 2594)
“Sesungguhnya Allah Maha Penyantun, Ia menyukai sifat penyantun
(lemah lembut) dalam segala urusan, dan memberikan dalam lemah
lembut apa yang tidak diberikan dalam kekerasan dan apa yang tidak
diberikan dalam selainnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
c. Sabar
Hendaklah seseorang yang beramar ma’ruf dan nahi mungkar bersifat
sabar, sebab sudah merupakan sunnatullah bahwa setiap orang yang
mengajak kepada kebenaran dan kebaikan serta mencegah dari
kemungkaran pasti akan menghadapi bermacam bentuk cobaan, jika ia
tidak bersabar dalam menghadapinya maka kerusakan yang ditimbulkan
lebih banyak dari kebaikannya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala tentang wasiat Luqman terhadap anaknya,
َ ِك اِ َّن ٰذل
ك ِم ْن ع َْز ِم ااْل ُ ُموْ ِر َ ۗ َصاب ِ ْي اَقِ ِم الص َّٰلوةَ َوْأ ُمرْ بِ ْال َم ْعرُو
َ َف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َواصْ بِرْ ع َٰلى َمٓا ا َّ َٰيبُن
“Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat
yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu
termasuk perkara yang penting.”
(QS. Luqman : 17)
3) Syarat perbuatan yang wajib diingkari
16
Tidak semua kemungkaran dan kesalahan yang wajib diingkari, kecuali perbuatan
dan kemungkaran yang memenuhi persyaratan berikut ini:
a. Perbuatan tersebut benar suatu kemungkaran, kecil atau besar
Nahi mungkar tidak khusus terhadap dosa besar saja, tetapi mencakup
juga dosa kecil, dan juga tidak disyaratkan kemungkaran tersebut
berbentuk maksiat, barang siapa yang melihat anak kecil atau orang gila
sedang meminum khamr maka wajib atasnya menumpahkan khamr
tersebut dan melarangnya, begitu juga jika seseorang melihat orang gila
melakukan zina dengan seorang perempuan gila atau binatang, maka wajib
atasnya mengingkari perbuatan tersebut sekalipun dalam keadaan
sendirian, sementara perbuatan ini tidak dinamakan maksiat bagi orang
gila.
b. Kemungkaran tersebut masih ada.
Kemungkaran tersebut betul ada tatkala seorang yang bernahi mungkar
melihatnya, apabila si pelaku telah selesai melakukan kemungkaran
tersebut maka tidak boleh diingkari kecuali dengan cara nasihat, bahkan
dalam keadaan seperti ini lebih baik ditutupi, sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang artinya
“Barangsiapa yang menutupi (kesalahan) seorang muslim, maka Allah
akan menutupi (dosa dan kesalahan)nya di dunia dan akhirat.”
(HR. Muslim)
17
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-
cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima
tobat, Maha Penyayang.”
(QS. Al Hujuraat : 12)
18
b. Menasehati penguasa atau pemimpin dengan sembunyi
Imam Ibnu An Nahhas berkata,
“Dan ia memilih pembicaraan bersama penguasa di tempat yang
tersembunyi dari pembicaraan di hadapan orang banyak, bahkan ia
menginginkan kalau bisa berbicara dan menasihatinya dalam keadaan
tersembunyi tanpa ada orang ketiga.”
Setelah dijelaskan metode Ahlussunnah dalam mengingkari kemungkaran
baik yang muncul dari masyarakat umum atau dari penguasa atau
pemimpin, ada baiknya di akhir lembaran ini disebutkan sebagian metode
yang salah yang bertentangan dengan nash-nash syar’i dan prinsip-prinsip
Ahlussunnah Wal jama’ah dan manhaj salaf dalam mengingkari
kemungkaran, di antaranya:
- Angkat senjata, kudeta dan provokasi untuk melawan pemerintah.
- Melakukan demonstrasi yang merupakan metode yang paling
disukai oleh mayoritas manusia di zaman sekarang ini, sementara
ini adalah metode yang dicetuskan oleh orang-orang Yahudi.
- Dengan membeberkan kesalahan pemerintah di depan masyarakat
umum, atau lewat media massa.
- Dengan menggunakan kekerasan dan main hakim sendiri.
- Sengaja memata-matai suatu kemungkaran yang tersembunyi
untuk diingkari.
- Mengingkari kemungkaran yang menyebabkan munculnya
kemungkaran yang lebih besar.
- dll.
19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Amar ma’ruf nahi munkar adalah suatu ajaran dan perbuatan yang mengajak atau
menyerukan kepada seseorang atau kelompok, agar mereka berbuat kebaikan dan
mencegah segala bentuk keburukan sesuai dengan ajaran agama Islam untuk mendapat
ridho Allah Swt. Amar ma’ruf nahi munkar dalam agama islam dijadikan sebagai salah
satu ajaran pokok, karena didalamnya terdapat tugas penting untuk ditegakkan dan sangat
vital pada setiap diri priadi seseorang hamba yang beriman kepada Allah Swt. Amar
ma'ruf nahi mungkar merupakan kewajiban yang dibebankan Allah Subhanahu wa Ta'ala
kepada umat Islam sesuai kemampuannya. Ditegaskan oleh dalil Al Qur'an dan As-
Sunnah serta Ijma' para Ulama.
Diantara keutamaan amar ma’ruf antara lain adalah: merupakan profesi dan tugas
agung para rasul ‘alaihimus salam, ia termasuk sebagai ciri-ciri orang-orang beriman,
amar ma’ruf dan nahi munkar termasuk karakteristik orang-orang shalih, diantara bentuk
dari kebaikan umat ini, adalah amar ma’ruf dan nahi munkar, dapat meneguhkan
kedudukan umat di muka bumi, termasuk sebagai sebab-sebab turunnya pertolongan
Allah, termasuk faktor yang dapat menggugurkan dosa-dosa, dan merupakan (upaya)
memelihara lima perkara urgen (adh-dharuriyah al-khams)
Dalam melakukan perintah amar ma’ruf nahi munkar terdapat rukun-rukun yang
harus dipenuhi, di antara rukun tersebut: Muhtasib, Muhtasab’alaih, Muhtasab fih, dan
Nafsu al-ihtisab. Amar ma’ruf nahi munkar adalah misi yang sangat bernilai tinggi bagi
orang Islam, di dalamnya terdapat beberapa syarat-syarat untuk menjadi pelaksana amar
ma„ruf nahi munkar adalah sebagai berikut: menguasai Ilmu Agama, memiliki Sifat
Wara‘, memiliki sifat lemah lembut, memiliki sifat sabar, serta bersedia untuk berkorban.
Ada berapa kaidah penting dan prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam amar ma’ruf
dan nahi mungkar, jika tidak diindahkan niscaya akan menimbulkan kemungkaran yang
lebih besar dan banyak.
20
DAFTAR PUSTAKA
Badarussyamsi, dkk. 2020. Amar Ma„ruf Nahi Munkar: Sebuah Kajian Ontologis. TAJDID.
Vol.19, No. 2.
Hidayatullah, Muh Gufron. 2020. Konsep ‘Amar Makruf Nahi Mungkar Dalam Al-Qur’an
Purwono, eko san M. Wahid Nur Tualeka. 2015. Amar Ma’ruf Nahy Munkar dalam Perspektif
Wahab, Muhbib Abdul. Kontekstualisasi Amar Ma’ruf Nahi Munkar. UIN Syarif Hidayatullah.
Sabir, Muhammad. 2015. Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar (Suatu Pendekatan Hadis Dakwah
21