Disusun Oleh :
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan panulisan makalah ini yang berjudul “Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dan
Jihad”.
Sholawat beriringkan salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita
Muhammad SAW, karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kita dapat
menuntut ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara
penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat
berkarya dengan lebih baik di masa yang akan datang.
Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.
Amiin Yarabbal ‘alamin.
Tim
Penyusun
DAFTAR ISI
B. Jihad
1. Pengertian Jihad ………………………………………………………………….. 12
2. Syarat-Syarat Jihad……………………………………………………………….. 14
3. Rukun Jihad………………………………………………………………………. 15
4. Macam-Macam Jihad…………………………………………………………….. 16
5. Pendapat Ulama’…………………………………………………………………. 17
6. Pendapat Yang Kuat……………………………………………………………… 18
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan ....................................................................................................…… 14
2. Saran ................................................................................................................….. 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………..……………………………….. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf
dan Nahi Munkar. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan pilar dasar dari pilar-pilar
akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah
merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang
mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya.
Sesungguhnya diantara peran-peran terpenting dan sebaik-baiknya amalan yang
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, adalah saling menasehati, mengarahkan
kepada kebaikan, nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. At-
Tahdzir (memberikan peringatan) terhadap yang bertentangan dengan hal tersebut,
dan segala yang dapat menimbulkan kemurkaan Allah Azza wa Jalla, serta yang
menjauhkan dari rahmat-Nya.Perkara al-amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil
munkar (menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang kemungkaran) menempati
kedudukan yang agung. Dimana para ulama menganggapnya sebagai rukun keenam
dari rukun Islam.
2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan amar ma’ruf nahi munkar?
b. Apa yang dimaksud dengan jihad?
ََن ا ْل ُمن َك ِر َوأُ ْوالَئِ َك ُه ُم ا ْل ُم ْفلِ ُحون ِ َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةُُ يَ ْدعُونَ إِلَى ا ْل َخ ْي ِر َويَأْ ُمرُونَ ِبا ْل َم ْع ُر
ِ وف َويَ ْن َه ْونَ ع
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka
adalah orang-orang yang beruntung“.[Al-Imran:104].
Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini,”Maksud dari ayat ini, hendaklah ada
sebagian umat ini yang menegakkan perkata ini”.[3]
Dan firman-Nya.
Umar bin Khathab berkata ketika memahami ayat ini,”Wahai sekalian manusia,
barang siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah
darinya”.[4]
Dalil Sunnah
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika
tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan
itu selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim].
3. Kaidah Penting dan Prinsip Dasar dalam ber- Amar Ma’ruf Nahi
Munkar
A. Mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadah
Ini adalah kaidah yang sangat penting dalam syari’at Islam secara umum dan
dalam beramar ma’ruf dan nahi mungkar secara
khusus, maksudnya ialah seseorang yang beramar ma’ruf dan nahi mungkar ia
harus memperhatikan dan mempertimbangkan antara maslahat dan mafsadat dari
perbuatannya tersebut, jika maslahat yang ditimbulkan lebih besar dari
mafsadatnya maka ia boleh melakukannya, tetapi jika menyebabkan kejahatan
dan kemungkaran yang lebih besar maka haram ia melakukannya, sebab yang
demikian itu bukanlah sesuatu yang di perintahkan oleh Allah Ta’ala, sekalipun
kemungkaran tersebut berbentuk suatu perbuatan yang meninggalkan kewajiban
dan melakukan yang haram.
Sekalipun amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan kewajiban setiap orang yang
mempunyai kemampuan untuk itu sesuai dengan maratib (tingkatan-tingkatan), akan
tetapi orang yang melakukan hal itu harus memiliki kriteria berikut ini:
1. Berilmu.
2. Lemah lembut dan penyantun.
3. Sabar
C. Syarat perbuatan yang wajib diingkari
1. Perbuatan tersebut benar suatu kemungkaran, kecil atau besar.
Amar Ma’ruf Nahi mungkar tidak khusus terhadap dosa besar saja, tetapi
mencakup juga dosa kecil, dan juga tidak disyaratkan kemungkaran tersebut
berbentuk maksiat, barang siapa yang melihat anak kecil atau orang gila sedang
meminum khamr maka wajib atasnya menumpahkan khamr tersebut dan
melarangnya, begitu juga jika seseorang melihat orang gila melakukan zina dengan
seorang perempuan gila atau binatang, maka wajib atasnya mengingkari perbuatan
tersebut sekalipun dalam keadaan sendirian, sementara perbuatan ini tidak dinamakan
maksiat bagi orang gila.
Sebagai contoh: Seseorang yang telah selesai minum khamr kemudian mabuk, maka
tidak boleh diingkari kecuali dengan cara menasihati apabila ia telah sadar. Dan ini
(menutupi kesalahan dan dosa seorang muslim) tentunya sebelum hukum dan
permasalahan tersebut sampai ke tangan pemerintah atau pihak yang berwenang, atau
orang tersebut seseorang yang berwibawa dan tidak dikenal melakukan kemungkaran
dan keonaran, apabila permasalahan tersebut telah sampai ke tangan pemerintah
dengan cara yang syar’i, dan orang tersebut dikenal melakukan kerusakan,
kemungkaran dan keonaran, maka tidak boleh ditutupi dan diberi syafaat. Adapun
kemungkaran yang diperkirakan akan muncul dengan tanda-tanda dan keadaan
tertentu, maka tidak boleh diingkari kecuali dengan cara nasehat lewat ceramah
agama, khutbah dll.
Tidak boleh memata-matai suatu kemungkaran yang tidak jelas untuk diingkari,
seperti seseorang yang menutupi maksiat dan dosa di dalam rumah dan menutup
pintunya, maka tidak boleh bagi seorang pun memata-matai untuk mengingkarinya,
karena Allah ta’ala melarang kita untuk memata matai, Allah ta’ala berirman:
Sebagai contoh: Jika anda melihat seseorang memakan daging unta kemudian ia
berdiri dan langsung shalat, jangan diingkari, sebab ini adalah permasalahan
khilafiyah.
Di antara contoh permasalahan yang khilafiyah yang tidak berarti, dan sebagai sarana
untuk berbuat suatu yang diharamkan: Nikah mut’ah (kawin kontrak) dan ini adalah
suatu cara untuk menghalalkan zina, bahkan sebagian ulama mengatakan ini adalah
perzinaan yang nyata. Dalam hal ini ulama Ahlus sunnah sepakat tentang haramnya
nikah mut’ah kecuali kaum Syi’ah (Rafidhah), dan khilaf mereka di sini tidak ada
harganya sama sekali.
B. JIHAD
A. Pengertian Jihad
Kata jihad berasal dari kata “jahada” atau ”jahdun” ( )ج ْه ٌد
َ yang berarti “usaha” atau
“juhdun” ( ) ُج ْه ٌدyang berarti kekuatan.
Pengertian jihad secara istilah sangat luas, mulai dari mencari nafkah hingga
berperang melawan kaum kuffar yang memerangi Islam dan kaum Muslim.
Dalam istilah syariat, jihad berarti mengerahkan seluruh daya kekuatan memerangi
orang kafir dan para pemberontak.
B. Syarat-Syarat Jihad
1. Islam
Syarat pertama dan utama untuk berjihad harus beragama Islam. Tidaklah
Allah mensyariatkan orang untuk berjihad kecuali bila orang itu mengakui tidak ada
tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Dalam kata lain, hanya
mereka yang beragama Islam saja yang diperintah untuk berjihad dalam rangka ibadah
kepada Allah.
Orang kafir tidak diberi izin oleh imam atau pimpinan jihad
2. Baligh
Syarat kedua untuk berjihad haruslah orang yang waras dan berakal sehat.
Orang yang tidak berakal seperti gila, tidak waras, ayan, idiot, berpenyakit syaraf, atau
lemah ingatan adalah termasuk orang-orang yang tidak ada pensyariatan jihad atas
mereka, karena kekurangan yang ada pada mereka.
Dan orang yang tidak berakal ini bebas tidak menjalan semua perintah Allah, baik
masalah shalat, puasa, haji, dan seterusnya hingga juga tidak diwajibkan atas mereka
ibadah jihad fi sabilillah.
3. Berakal
Syarat ketiga adalah bulughah, dimana hanya mereka yang sudah baligh saja
yang diperintahkan untuk ikut serta dalam jihad fi sabilillah.
Mereka yang masih kanak-kanak bahkan yang belum cukup umur, masih belum
diperkenankan untuk melaksanakan perintah Allah SWT yang satu ini.
4. Laki-laki
Syarat keempat adalah laki-laki. Hanya laki-laki saja yang Allah perintahkan
untuk berjiad di jalan Allah. Sedangkan para wanita tidak diberlakukan kewajiban
berjihad di medan tempur menghadang musuh-musuh Allah secara terbuka.
Walau pun bukan berarti wanita tidak diberi peran dalam jihad. Namun maksudnya
wanita tidak diperkenankan untuk maju ke front terdepan dalam pertempuan fisik secara
langsung.
5. Sehat dan Kuat berperang
Jihad adalah perang dan perang adalah adu kekuatan pisik. Hanya orang yang
jasadnya kuat dan sehat saja yang diizinkan untuk bertempur melawan musuh secara
langsung.
Orang yang badannya lemah, kurus kering, kurang makan atau kurang gizi, tidak diberi
izin untuk ikut berjihad. Bagaimana dia bisa menjatuhkan lawan, sementara badannya
sendiri penyakitan, tidak mampu berdiri sendiri.
C. Rukun Jihad
D. Macam-Macam Jihad
Jihad terbagi menjadi empat:
1. Jihad melawan jiwa dan hawa nafsu (Jihad an-nafs): yaitu berjihad melawan hawa
nafsu untuk belajar agama, mengamalkan, berdakwah terhadapnya dan bersabar
terhadap cobaan yang dihadapinya.
2. Jihad melawan setan (jihad asy-syaitan): y yaitu berjihad untuk melawan apa yang
disebarkan oleh syetan berupa keraguan dan syahwat kepada seorang hamba.
3. Jihad melawan orang-orang yang dzalim dan pelaku bid’ah dan kemungkaran,
yaitu: berjihad melawan mereka dengan menggunakan tangan (kekuatan) jika
mampu, dan jika tidak maka menggunakan lisan atau hati, sesuai dengan kondisi
dan maslahat yang terbaik bagi Islam dan kaum muslimin.
4. Jihad melawan orang kafir dan munafik: yaitu berjihad melawan mereka dengan
menggunakan hati, lisan, harta atau jiwa.
5.
Markus Wheaton Youth Jersey
E. Pendapat Ulama’
1. Madzhab Hanafi
Menurut mazhab Hanafi, sebagaimana yang dinyatakan dalam kitab Badaa’i’ as-
Shanaa’i’, “Secara literal, jihad adalah ungkapan tentang pengerahan seluruh
kemampuan, sedangkan menurut pengertian syariat, jihad bermakna pengerahan
seluruh kemampuan dan tenaga dalam berperang di jalan Allah, baik dengan jiwa,
harta, lisan ataupun yang lain.
2. Madzhab Maliki
Adapun definisi jihad menurut mazhab Maaliki, seperti yang termaktub di dalam kitab
Munah al-Jaliil, adalah perangnya seorang Muslim melawan orang Kafir yang tidak
mempunyai perjanjian, dalam rangka menjunjung tinggi kalimat Allah Swt. atau
kehadirannya di sana (yaitu berperang), atau dia memasuki wilayahnya (yaitu, tanah
kaum Kafir) untuk berperang. Demikian yang dikatakan oleh Ibn ‘Arafah.
3. Madzhab Syaafi’I
Madzhab as-Syaafi’i, sebagaimana yang dinyatakan dalam kitab al-Iqnaa’,
mendefinisikan jihad dengan “berperang di jalan Allah” Al-Siraazi juga menegaskan
dalam kitab al-Muhadzdzab; sesungguhnya jihad itu adalah perang.
4. Madzhab Hambali
Sedangkan madzhab Hanbali, seperti yang dituturkan di dalam kitab al-Mughniy,
karya Ibn Qudaamah, menyatakan, bahwa jihad yang dibahas dalam kitaab al-Jihaad
tidak memiliki makna lain selain yang berhubungan dengan peperangan, atau
berperang melawan kaum Kafir, baik fardlu kifayah maupun fardlu ain, ataupun
dalam bentuk sikap berjaga-jaga kaum Mukmin terhadap musuh, menjaga perbatasan
dan celah-celah wilayah Isla.
F. Pendapat Yang Kuat
Bahwa hukum jihad adalah farduh kifayah dan farduh ‘ain berdasarkan madzhab
hambali.
Jihad mempunyai arti banyak yang diungkapkan oleh para ulama-ulama yaitu
meninggikan kalimat allah dan menjadikan agama seluruhnya hanya untuk Allah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memerintahkan suatu kebajikan dan melarang suatu kemungkaran (Amar
Ma’ruf Nahi Mugkar) adalah perintah agama, karena itu ia wajib dilaksanakan oleh
setiap umat manusia sesuai dengan kemampuan dan kekuatannya.
Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum
memperbaiki orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan berbenah diri,
sebab cara Amar Ma’ruf yang baik adalah yang diiringi dengan keteladanan.
Jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh menurut syariat Islam. Jihad
dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan agama Allah
atau menjaga agama tetap tegak, dengan cara-cara yang sesuai dengan garis
perjuangan para Rasul dan Al-Quran.\
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan keslahan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya. Dari segi isi juga
masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para
pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA
https://ahmadfadholi13.wordpress.com/2013/05/16/makalah-jihad/
http://dwinurazizah20.blogspot.com/2016/04/syarat-dan-rukun.html
https://muhammadazzikra15.blogspot.com/2016/10/dasar-hukum-jihad.html
https://auliafatya09.wordpress.com/2015/02/06/makalah-amar-maruf-
nahi-munkar/
https://www.dakwatuna.com/2008/01/15/355/jihad-jalan-
kami/#axzz66bsRv2vw