Anda di halaman 1dari 17

 PENGERTIAN & KARAKTERISTIK ISLAM

 SUMBER AJARAN ISLAM

DOSEN MATA KULIAH

Ahmadih Rojalih J. Lc.,M.A.,L.L.M.,Ph.D.

Disusun Oleh :

1. Abdul Latif ( 1216215001 )


2. Febriani Larasati ( 1216215004 )
3. Firda Mardiana ( 1216215006 )

UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2016/2017
MAKNA DAN KARAKTERISTIK ISLAM
I. PENGERTIAN ISLAM
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih.
Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang
bermakna dasar “selamat” (Salama)
Pengertian Islam Menurut Bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar
dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata
aslama ini.
‫إسالما يسلم أسلم من مصدر اإلسالم‬
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki
beberapa pengertian, diantaranya adalah:
1. Berasal dari ‘salm’ (‫ )الس َّْلم‬yang berarti damai.
Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya
dan bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.”
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian.Dan ini
merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan
agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian.
Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. 49 : 9)
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat
aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat
aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu
telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya
dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.”
Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat
menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum
muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: (QS. 22 : 39)

Pendidikan Agama Islam Page 1


“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
sesungguhnya mereka telah dianiaya.Dan sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu.”
2. Berasal dari kata ‘aslama’ (‫ )أ َ ْسلَ َم‬yang berarti menyerah
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang
secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.
Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang
Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna
penyerahan ini,
Allah berfirman dalam al-Qur’an: (QS. 4 : 125) “Dan siapakah yang lebih baik
agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah,
sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”
Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan
seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah
berfirman: (QS. 6 : 162)
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik
yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada
Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 : 83) :
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan
suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”
Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri
kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya
Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang
(baca; mutma’inah).
3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 37 : 26) “Bahkan mereka pada hari itu
menyerah diri.”

Pendidikan Agama Islam Page 2


Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena
sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total
menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki,
hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara
total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah
laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain
sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan
yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan,
sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena
Allah dan menggunakan manhaj Allah.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 2 : 208)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada
Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi
segala yang dilarang-Nya.
4. Berasal dari kata ‘saliim’ (‫س ِليْم‬
َ ) yang berarti bersih dan suci
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 26 : 89):
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 37: 84) “(Ingatlah) ketika ia datang
kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang
mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian
jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia
maupun di akhirat.Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan
berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan
membersihkan jiwa manusia.
Allah berfirman: (QS. 5 : 6)

Pendidikan Agama Islam Page 3


“Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak
menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan
kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
5. Berasal dari ‘salam’ (‫سالَم‬
َ ) yang berarti selamat dan sejahtera
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (QS. 19 : 47)
Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan
meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik
kepadaku.”
Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa
umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan.Karena Islam memberikan
kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.
Adapun Pengertian Islam Menurut Istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia
terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu
Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW
guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang
dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan
dunia dan akhirat.’

Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh
ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara poin-poinnya adalah:

1. Islam sebagai wahyu ilahi


Mengenai hal ini, Allah berfirman QS.53 : 3-4 :
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).”
2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW)
Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84)
“Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan
anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari
Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan
hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.”

Pendidikan Agama Islam Page 4


3. Sebagai pedoman hidup
Allah berfirman (QS. 45 : 20):
“Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang meyakini.”
4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW
Allah berfirman (QS. 5 : 49-50)
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan
berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu
dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka
berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka
disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan
manusia adalah orang-orang yang fasik.Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi
orang-orang yang yakin?”
5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus
Allah berfirman (QS. 6 : 153)
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-
jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan
Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”
6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat
Allah berfirman (QS. 16 : 97)
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Pendidikan Agama Islam Page 5


II. KARAKTERISTIK ISLAM
1. Robbaniyyah
Allah Swt merupakan Robbul alamin (Tuhan semesta alam), disebut juga dengan
Rabbun nas (Tuhan manusia) dan banyak lagi sebutan lainnya. Kalau
karakteristik Islam itu adalah Robbaniyyah, itu artinya bahwa Islam merupakan
agama yang bersumber dari Allah Swt, bukan dari manusia, sedangkan Nabi
Muhammad Saw tidak membuat agama ini, tapi beliau hanya
menyampaikannya. Karenanya, dalam kapasitasnya sebagai
Nabi, beliau berbicara berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadanya, Allah
berfirman dalam Surah An-Najm : 3-4 yang artinya: “Dan tiadalah yang
diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya, ucapan itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” Karena itu, ajaran Islam sangat
terjamin kemurniannya sebagaimana Allah telah menjamin kemurnian Al-Qur’an,
Allah berfirman dalam Surah Al-Hijr : 9 yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah
menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Disamping itu, seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah Swt sebagai
Rabb (Tuhan) dengan segala konsekuensinya, yakni mengabdi hanya kepada-
Nya sehingga dia menjadi seorang yang rabbani dari arti memiliki sikap dan
prilaku dari nilai-nilai yang datang dari Allah Swt, Allah berfirman dalam Surah Al-
Imran : 79 yang artinya: “Tidak wajar bagi manusia yang Allah berikan
kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia,
‘hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah’,
tapi dia berkata, ‘hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu
selalu mengajarkan Al Kitab dan kamu tetap mempelajarinya.”
2. Insaniyyah
Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia, karena itu Islam
merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia.Pada
dasarnya, tidak ada satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa
manusia.Seks misalnya, merupakan satu kecenderungan jiwa manusia untuk
dilampiaskan, karenanya Islam tidak melarang manusia untuk melampiaskan
keinginan seksualnya selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu

Pendidikan Agama Islam Page 6


sendiri.Prinsipnya, manusia itu kan punya kecenderungan untuk cinta pada
harta, tahta, wanita dan segala hal yang bersifat duniawi, semua itu tidak
dilarang di dalam Islam, namun harus diatur keseimbangannya dengan
kenikmatan ukhrawi, Allah berfirman dalam Surah Al-Qashash : 77 yang
artinya:”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di
dunia dan berbuat baikklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan .”
3. Syumuliyah
Islam merupakan agama yang lengkap, tidak hanya mengutamakan satu aspek
lalu mengabaikan aspek lainnya.Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari
konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari urusan pribadi,
keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan
bernegara.Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional
dan mudah diamalkan, tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan
metodologi yang islami.Karena itu, di dalam Islam kita dapati konsep tentang
dakwah, jihad dan sebagainya. Dengan demikian, segala persoalan ada
petunjuknya di dalam Islam, Allah berfirman dalam Surah An-Nahl : 89 yang
artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu al kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri.”
4. Al Waqi’iyyah
Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah (realistis), ini
menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh
manusia atau dengan kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari.
Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar belakang,
kaya, miskin, pria, wanita, dewasa, remaja, anak-anak, berpendidikan tinggi,
berpendidikan rendah, bangsawan, rakyat biasa, berbeda suku, adat istiadat dan
sebagainya.

Pendidikan Agama Islam Page 7


Disamping itu, Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas perkembangan
zaman bahkan Islam menjadi satu-satunya agama yang mampu menghadapi
dan mengatasi dampak negatif dari kemajuan zaman.Ini berarti, Islam agama
yang tidak takut dengan kemajuan zaman.
5. Al Wasathiyah
Di dunia ini ada agama yang hanya menekankan pada persoalan-persoalan
tertentu, ada yang lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau
sebaliknya.Ada pula yang lebih menekankan aspek logika daripada perasaan
dan begitulah seterusnya.Allah Swt menyebutkan bahwa umat Islam adalah
ummatan wasathan (umat yang pertengahan), umat yang seimbang dalam
beramal, baik yang menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan
akal pikiran maupun kebutuhan rohani.
Manusia memang membutuhkan konsep agama yang seimbang, hal ini karena
tawazun (kesimbangan) merupakan sunnatullah.Di alam semesta ini terdapat
siang dan malam, gelap dan terang, hujan dan panas dan begitulah seterusnya
sehingga terjadi keseimbangan dalam hidup ini.Dalam soal aqidah misalnya,
banyak agama yang menghendaki keberadaan Tuhan secara konkrit sehingga
penganutnya membuat simbol-simbol dalam bentuk patung. Ada juga agama
yang menganggap tuhan sebagai sesuatu yang abstrak sehingga masalah
ketuhanan merupakan khayalan belaka, bahkan cenderung ada yang tidak
percaya akan adanya tuhan
sebagaimana komunisme. Islam mempunyai konsep bahwa Tuhan merupakan
sesuatu yang ada, namun adanya tidak bisa dilihat dengan mata kepala kita,
keberadaannya bisa dibuktikan dengan adanya alam semesta ini yang konkrit,
maka ini merupakan konsep ketuhanan yang seimbang.Begitu pula dalam
masalah lainnya seperti peribadatan, akhlak, hukum dan sebagainya.
6. Al Wudhuh
Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya yang jelas (Al
Wudhuh).Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam
memahami dan mengamalkan ajaran Islam, bahkan pertanyaan umat manusia
tentang Islam dapat dijawab dengan jelas, apalagi kalau pertanyaan tersebut

Pendidikan Agama Islam Page 8


mengarah pada maksud merusak ajaran Islam itu sendiri. Dalam masalah
aqidah, konsep Islam begitu jelas sehingga dengan aqidah yang mantap,
seorang muslim menjadi terikat pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
Konsep syari’ah atau hukumnya juga jelas sehingga umat Islam dapat
melaksanakan peribadatan dengan baik dan mampu membedakan antara yang
haq dengan yang bathil, begitulah seterusnya dalam ajaran Islam yang serba
jelas, apalagi pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah Saw
7. Al Jam’u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah
Di dalam Islam, tergabung juga ajaran yang permanen dengan yang fleksibel (al
jam’u baina ats tsabat wa al muruunah). Yang dimaksud dengan yang permanen
adalah hal-hal yang tidak bisa diganggu gugat, dia mesti begitu, misalnya shalat
lima waktu yang mesti dikerjakan, tapi dalam melaksanakannya ada ketentuan
yang bisa fleksibel, misalnya bila seorang muslim sakit dia bisa shalat dengan
duduk atau berbaring, kalau dalam perjalanan jauh bisa dijama’ dan diqashar
dan
bila tidak ada air atau dengan sebab-sebab tertentu, berwudhu bisa diganti
dengan tayamum. Ini berarti, secara prinsip Islam tidak akan pernah mengalami
perubahan, namun dalam pelaksanaannya bisa saja disesuaikan dengan situasi
dan konsidinya, ini bukan berarti kebenaran Islam tidak mutlak, tapi yang
fleksibel adalah teknis pelaksanaannya. Dengan demikian, menjadi jelas bagi
kita bahwa, Islam merupakan satu-satunya agama yang sempurna dan
kesempurnaan itu memang bisa dirasakan oleh penganutnya yang setia

Pendidikan Agama Islam Page 9


SUMBER AJARAN ISLAM
I. AL-QUR’AN
Secara harfiyah, Al-Quran artinya “bacaan” (qoroa, yaqrou, quranan),
sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 75:17-18:
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan
‘membacanya’.Jika Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah ‘bacaan’
itu”.
Al-Quran adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad Saw, berisi ajaran tentang keimanan (akidah/tauhid/iman),
peribadahan (syariat), dan budi pekerti (akhlak)
Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang
diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-
Naas.
Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan terbesar pula
dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya.Al-Quran membenarkan Kitab-
Kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Ayat-ayat yang tutun ketika Nabi Muhammad masih berdiam di Mekkah di sebut
ayat-ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang turun sesudah Nabi Muhammad
pindah ke Medinah dinamakan ayat-ayat Madaniyah

II. HADITS
Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti "adat-istiadat"
atau "kebiasaan" (traditions). Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan
penetapan/persetujuan serta kebiasaan Nabi Muhammad Saw.
Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam dijelaskan Al-Quran dan
sabda Nabi Muhammad Saw.
Macam-macam As-Sunnah:
 ditinjau dari bentuknya
1. Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah

Pendidikan Agama Islam Page 10


2. Sunnah fi’liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
3. Sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah terhadap
pernyataan ataupun perbuatan orang lain
4. Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan
dikerjakan tapi tidak sampai dikerjakan
 ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya
1. Mutawir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak
2. Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak sampai (jumlahnya)
kepada derajat mutawir
3. Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.
 Ditinjau dari kualitasnya
1. Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah
2. Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari segi
hafalan pembawaannya yang kurang baik.
3. Dhaif, yaitu hadits yang lemah
4. Maudhu’, yaitu hadits yang palsu.
 Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya
1. Maqbul, yang diterima.
2. 2. Mardud, yang ditolak.

III. IJTIHAD
Ijtihad adalah berpikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu
masalah yang tidak secara jelas disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Pelakunya disebut Mujtahid.
Kedudukan Ijtihad sebagai sumber hukum atau ajaran Islam ketiga setelah Al-
Quran dan As-Sunnah, diindikasikan oleh sebuah Hadits (Riwayat Tirmidzi dan
Abu Daud) yang berisi dialog atau tanya jawab antara Nabi Muhammad Saw dan
Mu’adz bin Jabal yang diangkat sebagai Gubernur Yaman.

Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu

Pendidikan Agama Islam Page 11


1. Ijma’, yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat.
Sedangkan menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi
Muhammad SAW sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu
perkara dengan cara musyawarah.
2. Qiyas,yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya.
Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk
membandingkan suatu perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok
masalah atau sebab akibat yang sama.
3. Istihsan, yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya
yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk
mencegah kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu
perkara yang menurut logika dapat dibenarkan.
4. Mushalat Murshalah, yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun
menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan
manusia.
5. Sududz Dzariah, yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan
menurut istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh
atau haram demi kepentingan umat.
6. Istishab, yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah
ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum
tersebut.
7. Urf, yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa
perkataan maupun perbuatan.

Pembagian Hukum Islam

Para Ulama membagi hukum Islam ke dalam dua bagian, yaitu hokum taklifi dan
hokum wad’i. Hukum taklifi adalah tuntunan Allah Swt. yang berkaitan dengan perintah
dan larangan. Hukum wad’I adalah perintah Allah Swt. yang merupakan sebab, syarat,
atau penghalang bagi adanya sesuatu.

Hukum taklifi terbagi ke dalam lima bagian berikut :

Pendidikan Agama Islam Page 12


a. Wajib (fardu), yaitu aturan Allah Swt. yang harus dikerjakan, dengan
konsekuensi bahwa jika dikerjakan akan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan
akan berakibat dosa. Seperti perintah wajib shalat, puasa, zakat fitrah, dan
sebagainya
b. Sunnah (mandub), yaitu tuntutanuntuk melakukan sesuatu perbuatan dengan
konsekuensi jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan
karena berat untuk melakukannya tidaklah berdosa. Misalnya ibadah salat
rawatib, puasa Senin–Kamis, dan sebagainya.
c. Haram (tahrim), yaitu larangan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan atau
perbuatan. Konsekuensinya adalah jika larangan tersebut dilakukan akan
mendapatkan pahala, dan jika tetap dilakukan, akan mendapatkan dosa dan
hukuman. Akibat yang ditimbulkan dari mengerjakan larangan Allah Swt. ini
dapat langsung mendapat hukuman dunia, ada pula yang dibalasnya di akhirat
kelak. Misalnya larangan meminum minuman keras/narkoba/khamr, larangan
berzina, larangan berjudi dan sebagainya.
d. Makruh (Karahan), yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan. Makruh
artinya sesuatu yang dibenci atau tidak disukai. Konsekuensi hokum ini adalah
jika dikerjakan tidaklah berdosa, akan tetapi jika ditinggalkan akan mendapatkan
pahala. Misalnya adalah mengkonsumsi makanan yang beraroma tidak sedap
karena zatnya atau sifatnya.
e. Mubah (al-Ibahah), yaitu sesuatu yang boleh untuk dikerjakan dan boleh untuk
ditinggalkan. Tidaklah berdosa dan berpahala jika dikerjakan ataupun
ditinggalkan. Misalnya makan roti, minum susu, tidur di kasur dan sebagainya

Macam-macam hukum wadh’i yaitu :

a. Sebab
Menurut bahasa sebab adalah sesuatu yang dapat menyampaikan kepada
sesuatu yang lain berarti jalan yang dapat menyampaikan kepada suatu tujuan.
Menurut istilah sebab adalah suatu sifat yang dijadikan syar’i sebagai tanda
adanya hukum.

Pendidikan Agama Islam Page 13


Dengan demikian, terlihat keterkaitan hukum wadh’i (dalam hal ini adalah sebab)
dengan hukum taklifi, sekalipun keberadaan hukum wadh’i itu tidak menyentuh
esensi hukum taklifi. Hukum wadh’i hanya sebagai petunjuk untuk pelaksanaan
hukum taklifi.
b. Syarat
Hukum wad'i yang kedua adalah syarat. Syarat secara bahasa yaitu, “sesuatu
yang menghendaki adannya sesuatu yang lain” atau “sbagai tanda”. Sedangkan
menurut istilah Ushul fiqh sprti dikemukakan oleh Abdul Karim Zaidan syarat
adalah: “sesuatu yang tergantung kepadanya ada ssuatu yang lain, dan berada
di luar dari hakikat sesuatu itu”. Seperti: wudhu adalah syarat bagi sahnya sholat
apabila ada wudhu maka sholatnya sah, namun adanya wudhu belom pasti
adanya sholat, adanya pernikahan merupakan syarat adanya talaq, jika tidak ada
pernikahan maka tentu saja talaq tidak akan terjadi.
Para ulama Ushul Fiqh membagi syarat kepada dua macam:
 Syarat syar’i, yaitu syarat yang datang langsung dari syari’at sendiri.
Contoh,semua syarat yang ditetapkan olh syar’i dalam perkawinan, jual
beli,hibah, dan wasiat.
 Syarat ja’li, yaitu syarat yang datang dari kemauan orang mukalaf itu
sendiri. Cotoh Syarat yang ditetapkan suami untuk menjatuhkan talaq
kepada istrinya dan ketetapan majikan untuk memerdekakan budaknya.
Artinya jatuhnya talaq atau merdeka itu tergantung pada adanya syarat,
tidak adanya syarat pasti tidak akan ada talaq atau merdeka. Bentuk
kalimat talak adalah sebab timbulnya talaq, tetapi jika telah memenuhi
syarat.
c. Mani’ (penghalang)
Yaitu sifat yang keberadaannya menyebabkan tidak ada hukum atau tidak ada
sebab. Misalnya, hubungan suami istri dan hubungan kekerabatan
menyebabkan timbulnya hubungan kewarisan (waris mewarisi). Apabila ayah
wafat, istri dan anak mendapatkan pembagian warisan dari harta suami atau
ayah yang wafat, sesuai dengan pembagianmasing-masing. Akan tetapi, hak
mewarisi ini bisa terhalang apabila anak atau istri yang membunuh suami atau

Pendidikan Agama Islam Page 14


ayah yang wafat tersebut. (H.R. Bukhari dan Muslim). Perbuatan membunuh itu
merupakan mani’(penghalang untuk mendapatkan pembagian warisan dari
orang yang dibunuh. Di sisi lain, adanya pembunuhan menyebabkan
dilaksanakan hukuman qishash bagi pelaku pembunuhan. Akan tetapi, dalam
hubungan ayah dan anak atau istri dengan suami dalam kasus pembunuhan di
atas, maka hubungan keturunan (perkawinan) menjadi penghalang
dilaksanakannya hukuman qishash.

Pendidikan Agama Islam Page 15


Referensi :

1. Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam, Pustaka Bandung,


1978
2. Drs. Nasruddin Razak, Dienul Islam, Maarif Bandung, 1998
3. Zainab Al-Ghazali, Menuju Kebangkitan Baru, Gema Insani Press
Jakarta, 1995
4. H. Djarnawi Hadikukusam, ijtihad, dalam Amrullah Achmad dkk.
(Editor), Perspektif Ketegangan Kreatif dalam Islam, PLP2M
Yogyakarta, 1985

Pendidikan Agama Islam Page 16

Anda mungkin juga menyukai