Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kajian fiqih siyasah terus berkembang seiring perkembangan dunia politik


yang semakin pesat dengan munculnya isu-isu politik mutakhir, seperti demokrasi,
civil society, dan hak asasi manusia. Ditambah lagi dengan isu-isu pemikiran
seperti sekularisme, liberalisme dan sosialisme yang mesti mendapat respon dari
Islam. Perkembangan tersebut tentunya menghadirkan banyak pemahaman-
pemahaman baru yang dikembangkan oleh para tokoh fiqih siyasah yang
menciptakan sejumlah perbedaan pemikirinan tentang konsep fiqih siyasah
dimaksud.
Di kalangan umat islam ada yang berpendapat bahwa Islam adalah agama yang
komprehensif. Di dalamnya terdapat sistem politik dan ketatanegaraan, sistem
ekonomi, sistem sosial dan sebagainya. Misalnya Rasyid Ridha, Hasan Al-Banna
dan Al-Maududi meyakini bahwa ”Islam adalah agama yang serba lengkap”. Di
dalam ajarannya antara lain terdapat sistem ketatanegaraan atau politik. Oleh
karenanya dalam bernegara umat Islam hendaknya kembali kepada sistem
ketatanegaraan Islam, dan tidak perlu atau bahkan jangan meniru sistem
ketatanegaraan barat. Sistem ketatanegaraan atau politik Islami yang harus
diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh Nabi Besar Muhammad
SAW dan oleh empat Khulafa al-Rasyidin.
Untuk melakukan kajian tentang fiqih Siyasah secara luas dan mendalam
dalam hubungannya sebagai ilmu untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
yang muncul seiring perkembangan zaman, tentunya harus memahami secara
benar tentang konsep dasar fiqih siyasah dari berbagai sudut pandang. Oleh karena
itu, penulis merasa penting mengangkat masalah kajian Fiqih Siyasah dalam
sebuah makalah yang berjudul “fiqih syiasah ( politik dalam islam)”

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan fiqh Siyasah ?
2. Apa saja kaidah-kaidah fiqh siyasah ?
3. Apa saja bagian –bagian fiqh Siyasah ?
4. Bagaimana hubungan antara fiqh siyasah dengan Islam ?
5. Apa manfaat mempelajari fiqh siyasah ?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud fiqh siyasah
2. Untuk mengetahui kaidah-kaidah fiqh siyasah
3. Untuk mengetahui bagian-bagian fiqh siyasah
4. Untuk mengetahui hubungan fiqh siyasah dengan Islam
5. Untuk mengetahui manfaat mempelajari fiqh siyasah

PEMBAHASAN

D. PENGERTIAN FIQH SIYASAH

Kata “fiqih siyâsah” berasal dari dua kata yaitu kata fiqih dan yang kedua adalah al-
siyâsî. Kata fiqih secara bahasa adalah faham. Ini seperti yang diambil dari ayat Al-
Qur’an yang artinya “kaum berkata: Wahai Syu’aib, kami tidak memahami banyak dari
apa yang kamu bicarakan”.

Secara istilah, menurut ulama usul, kata fiqih berarti: “mengerti hukum-hukum syariat
yang sebangsa amaliah yang digali dari dalil-dalilnya secara terperinci

Sedangkan al-siyâsî pula, secara bahasa berasal dari “‫ ”ساس – يسوس – سياسة‬yang
memiliki arti mengatur (‫دبّر‬/‫)أمر‬, seperti di dalam hadis: “ ‫كان بنو إسرائيل يسوسهم أنبياؤهم أي‬
‫”تتولى أمورهم كما يفعل األمراء والوالة بالرعية‬, yang berarti: “Adanya Bani Israil itu diatur oleh
nabi-nabi mereka, yaitu nabi mereka memimpin permasalahan mereka seperti apa yang
dilakukan pemimpin pada rakyatnya”. Bisa juga seperti kata-kata “ ‫ساس زيد األمر أي‬
‫ ”يسوسه سياسة أي دبره وقام بأمره‬yang artinya: “Zaid mengatur sebuah perkara yaitu Zaid
mengatur dan mengurusi perkara tersebut”. Sedangkan kata mashdar-nya yaitu siyâsah
itu secara bahasa bermakna: “‫ ”القيام على الشيء بما يصلحه‬yang artinya “bertindak pada
sesuatu dengan apa yang patut untuknya”.

Secara terminologis dalam lisan Al-Arab, Siasah adalah mengatur atau memimpin
sesuatu dengan cara membawa kepada kemaslahatan. Sedangkan di dalam Al-Munjid
di sebutkan, Siasah adalah membuat kemaslahatan manusia dengan membimbing
mereka ke jalan yang menyelamatkan. Dan siasah adalah ilmu pemerintahan untuk
mengendalikan tugas dalam negeri dan luar negeri, yaitu politik dalam negeri dan

2
pilitik luar negeri serta kemasyarakatan, yakni mengatur kehidupan atas dasar keadilan
dan istiqomah.1

Sementara itu secara etimologi, mengenai asal kata siyasah terdapat beberapa pendapat
yang berbeda dikalangan ahli fiqih, diantaranya:

1. sebagaimana dianut Al Maqrizy mengatakan bahwa kata siyasah berasal dari


bahasa mongol yakni dari kata yasah yang mendapat imbuhan sin berbaris kasra
diawalnya sehingga dibaca siayasah. Pendapat tersebut didasarkan pada sebuah
kitab undang-undang milik Jenghis Khan yang berjudul ilyasa yang berisi
panduan pengelolaan Negara dan berbagai bentuk hukuman berat bagi pelaku
pindak pidana tertentu.
2. sebagaimana yang dianut Ibn Taghri Birdi, Siyasah berasal dari campuran dari
tigabahasa, yakni bahasa Persia, Turki dan Mongol. Partikel Si dalam Bahasa
Persia berarti 30, yasa dalam bahasa Turki dan Mongol berarti larangan dan
karena itu ia dapat juga dimaknai sebagai hukum atau aturan.
3. sebagaimana dianut Ibnu Manzhur menyatakan siyasah berasal dari Bahasa
Arab, yakni bentuk mashdar dari tashrifan kata sasa-yasusu-siyasatan, yang
semula berarti mengatur, memelihara, atau melatih binatang, khususya kuda.
(“Mujar Ibnu Syarif dan KhamamiZada;2008”).

E. KAIDAH-KAIDAH FIQH SIYASAH


Kaidah-kadiah fiqih yang dapat digunakan untuk mempelajari dan
mengembangkan siyasah antara lain:
 Perubahan hukum dengan sebab berubahnya zaman, tempat, situasi,
adat dan niat
 Kemaslahatan yang umum didahulukan atas kemaslahatan yang
khusus
 Kesulitan membawa kepada kemudahan
 Tindakan atau kebijaksanaan kepala Negara terhadap rakyat
tergantung kepada kemaslahatan.

1
Djazuli, MA. Prof. H. 2003. Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-rambu
Syari’ah. Bandung: Prenada Media.

3
 Apa yang tidak bisa dilaksanakan seluruhnya (secara sempurna)
janganlah ditinggalkan seluruhnya.
Kaidah-kaidah tersebut menegaskan bahwa suatu kebijaksanaan, keputusan,
peraturan, perundang-undangan atau hukum di bidang muamalah yang ditetapkan
pada suatu waktu dan tempat tertentu dapat diubah atau diganti oleh pemegang
kekuasaan/ pemerintah. Perubahan perlu apabila ia tidak lagi relevan dengan
realpolitic. Sebab perubahan zaman, tempat, situasi dan kultur dengan suatu
peraturan dan undang-undang yang lebih sesuai dengan waktu berakhir.
Perubahan atau pergantian tentu tidak asal berubah saja. Tetapi perubahan yang
tetap berorientasi kepada nilai-nilai dan jati diri manusia dan kemanusian.
Muatannya tidak bertentangan secara subtansial dengan nash-nash syariat yang
bersifat universal pada setiap zaman dan tempat. Ia juga harus bersifat transparan,
sehingga dapat mengantisipasi perkembangan zaman yang dihadapi dan mampu
menampung aspirasi masyarakat bagi kemajuan social budaya, ekonomi dan
politik untuk mewujudkan kemaslahatan umat.2
F. KEDUDUKAN FIQH SIYASAH
Secara umum kajian fiqh siyasah terbagi menjadi 2 :
 secara vertikal hubungan manusia dengan Allah, kemudian disebut bidang
’ubudiyyah.
 secara horizontal hubungan antara individu manusia dengan manusia yang
lain bahkan kelompok, kemudian menggunakan istilah mu’amalah.

G. BAGIAN-BAGIAN FIQH SIYASAH


Setelah kita mengetahui tentang pengertian dan penamaan Politik Islam dalam
Islam adalah Fiqih Siyasah. Maka dalam kajian kali ini akan dibahas mengenai
bidang-bidang Fiqih Siyasah. Dan Fiqih Siyasah ini menurut Pulungan (2002,
hal:39) terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

2
Pulungan, MA. Dr. J. Suyuthi. 2002. Fiqh Siyasah: Ajaran Sejarah Dan Pemikiran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

4
1. Siyasah Dusturiyah
Siyasah Dusturiyah menurut tata bahasanya terdiri dari dua suku kata
yaitu Siyasah itu sendiri serta Dusturiyah. Arti Siyasah dapat kita lihat di
pembahasan diatas, sedangkan Dusturiyah adalah undang-undang atau
peraturan. Secara pengertian umum Siyasah Dusturiyah adalah keputusan
kepala negara dalam mengambil keputusan atau undang-undang bagi
kemaslahatan umat.
2. Siyasah Maliyah
Arti kata Maliyah bermakna harta benda, kekayaan, dan harta. Oleh
karena itu Siyasah Maliyah secara umum yaitu pemerintahan yang
mengatur mengenai keuangan negara. Jadi Secara garis besar Siyasah
Maliyah adalah hal-hal yang menyangkut kas negara serta keuangan
negara yang berasal dari pajak, zakat baitul mal serta pendapatan negara
yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
3. Siyasah Dauliyah
Dauliyah bermakna tentang daulat, kerajaan, kekuasaan, wewenang,
serta kekuasaan. Sedangkan Siyasah Dauliyah bermakna sebagai
kekuasaan kepala negara untuk mengatur negara dalam hal hubungan
internasional, masalh territorial, nasionalitas, ekstradisi tahanan,
pengasingan tawanan politik, pengusiran warga negara asing.
4. Siyasah Harbiyah
Harbiyah bermakna perang, secara kamus Harbiyah adalah perang,
keadaan darurat atau genting. Sedangkan makna Siyasah Harbiyah adalah
wewenang atau kekuasaan serta peraturan pemerintah dalam keadaan
perang atau darurat.3
H. HUBUNGAN FIQH SIYASAH DENGAN ISLAM
Islam merupakan agama yang mencakup keseluruhan sendi kehidupan
manusia (syamil). Islam bukanlah sekedar agama kerahiban yang hanya memiliki
prosesi-prosesi ritual dan ajaran kasih-sayang . Islam bukan pula agama yang hanya
mementingkan aspek legal formal tanpa menghiraukan aspek-aspek moral. Politik,
sebagai salah satu sendi kehidupan, dengan demikian juga diatur oleh Islam. Akan
tetapi, Islam tidak hanya terbatas pada urusan politik.

3
HR, Ridwan, 2007, Fiqh Politik Gagasan, Harapan, dan Kenyataan, Yogyakarta: FH UII Press.

5
Ketika seseorang mendengar istilah Islam Politik, tentu ia akan segera
memahaminya sebagai Islam yang bersifat atau bercorak politik. Dalam hal ini,
Islam memang harus memiliki corak politik. Akan tetapi, politik bukanlah satu-
satunya corak yang dimiliki oleh Islam. Sebab jika Islam hanya bercorak politik
tanpa ada corak lainnya yang seharusnya ada, maka Islam yang demikian ialah
Islam yang parsial. Munculnya varian-varian Islam dengan corak politik yang amat
kuat pada dasarnya didorong oleh kelemahan atau bahkan keterpurukan politik
umat Islam saat ini. Karena kondisi sedemikian ini, politik kemudian menjadi salah
satu PR penting umat Islam saat ini, untuk bisa bangkit dari kemundurannya.
Adapun istilah Politik Islam tentu akan segera dipahami sebagai politik ala
Islam atau konsep politik menurut Islam. Istilah ini wajar ada karena memang
dalam kenyataannya terdapat banyak konsep politik yang kurang atau tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Pertanyaan yang selanjutnya muncul ialah “apakah Politik
Islam itu ada? Apakah Islam mempunyai konsep khusus tentang politik, berbeda
dengan konsep-konsep politik pada umumnya?” Yang jelas, sampai batasan
tertentu, Islam memang memiliki konsep yang khas tentang politik. Akan tetapi,
tentu saja Islam tetap terbuka terhadap berbagai konsep politik yang senantiasa
muncul untuk kemudian bisa melengkapi konsep yang sudah dimiliki, sepanjang
tidak bertentangan dengan konsep baku yang sudah ada.
Sifat terbuka Islam dalam masalah politik ini tidak terlepas dari kenyataan
bahwa Islam tidaklah menetapkan konsep politiknya secara amat rinci dalam
segenap masalahnya. Ketidakrincian itu sendiri merupakan bagian dari
kebijaksanaan Allah agar Islam bisa mengembangkan konsep politiknya dari waktu
ke waktu tanpa harus terkungkung oleh rincian-rincian yang sangat mengikat,
sementara kondisi zaman senantiasa berubah dan berkembang. Akan tetapi, tidak
pula berarti bahwa Islam sama sekali tidak memiliki rincian dalam masalah-
masalah politik. Ada masalah-masalah tertentu yang telah ditetapkan secara rinci
dan tidak boleh berubah kapanpun juga, meskipun zamannya berubah. Dalam hal
ini, tidaklah benar pandangan sebagian kalangan yang mengatakan bahwa dalam
masalah politik, Islam hanya memiliki nilai-nilai normatif saja, yang bisa
diturunkan seluas-luasnya tanpa batasan-batasan yang berarti.

6
I. MANFAAT MEMEPELAJARI FIQH SIYASAH
 Mengatur peraturan dan perundang-undangan Negara sebagai pedoman
dan landasan idiil dalam mewujudkan kemashalatan umat.

 Pengorganisasian dan pengaturan untuk mewujudkan kemaslahatan.


 Mengatur hubungan antara pengusaha dan rakyat serta hak dan kewajiban
masing-masing dalam usaha mencapai tujuan Negara.4

4
Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Mujar, 2008, Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik Islam,
Jakarta: Erlangga.

7
PENUTUP
KESIMPULAN
fiqh siyâsah memainkan peranan penting di dalam hukum Islam. Ini
dikarenakan, fiqh siyâsah-lah sebuah disiplin ilmu yang akan mengatur
pemerintah dalam menjalankan hukum Islam itu sendiri bagi masyarakatnya.
Tanpa keberadaan pemerintah yang Islami (dalam hal ini pemerintah yang
menjalankan konsep fiqh siyâsah), maka sangat sulit terjamin keberlakuan hukum
Islam itu sendiri bagi masyarakat muslimnya.Imam al-Ghazâlî juga secara tegas
menjelaskan ini di dalam kitabnya yang berjudul al-`Iqtishâd fî al-`I’tiqâd.
Buktinya, tanpa pemerintah yang minimal peduli dengan fiqh siyâsah, tidak
mungkin akan mengeluarkan salah satu produk hukum Islam sebagai hukum
positif untuk rakyatnya yang muslim. Indonesia misalnya, pada tahun 1974 telah
berhasil melahirkan undang-undang No. 1, tahun 1974 tentang Perkawinan yang
mengatur bahwa semua penduduk asli Indonesia yang beragama Islam untuk
mematuhi peraturan pernikahan tersebut yang terbentuk dari dasar-dasar Islami.
Tanpa ini, tentu konsep fiqh munâkahah tidak dapat diaplikasikan secara positif di
Indonesia.
Setelah membahas secara mendalam, maka kesimpulan yang didapatkan adalah
sebagai berikut:
1. Fiqh siyâsah adalah sebuah disiplin ilmu yang isinya adalah membahas hukum-
hukum pemerintahan dan konsep menjalankan pemerintahan yang
berlandaskan syariat Islam dengan tujuan memberi kemaslahatan bagi
rakyatnya.
2. Ruang lingkup fiqh siyâsah secara keseluruhan dan secara umum, dapat
dikelompokan kepada empat (4) kelompok: 1. Siyâsah dustûriyyah;
2. Siyâsah khârijiyyah; 3. Siyâsah mâliyyah; 4. Siyasah Harbiyah.

8
DAFTAR PUSTAKA
Djazuli, MA. Prof. H. 2003. Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam
Rambu-rambu Syari’ah. Bandung: Prenada Media.
Pulungan, MA. Dr. J. Suyuthi. 2002. Fiqh Siyasah: Ajaran Sejarah Dan Pemikiran.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
HR, Ridwan, 2007, Fiqh Politik Gagasan, Harapan, dan Kenyataan, Yogyakarta: FH
UII Press.
Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Mujar, 2008, Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam, Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai