Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam islam segala aspek kehidupan memiliki tata cara dan hukum-hukum yang diatur
secara rinci. Ada tiga kategori hukum dalam islam yang berlaku dalam lingkungan masyarakat
muslim, yaitu hukum syariat, hukum fiqih, dan siyasah syar’iyah. Dalam hal ini akan membahas
lebih dalam mengenai siyasah syar’iyah. Kebanyakan orang memandang jika siyasah syar’iyah
sebagai sebuah proses yang tidak pernah selesai. Faktanya, pergulatan sosial dan pergumulan
budaya akan selalu terjadi dalam perjalanan sejarah umat islam.sejalan dengan demikian,
pemecahan atas berbagai masalah ihwal siyasah syar’iyah lebih bersifat konstektual, sehingga
banyak muncul permasalahan yang beragam dengan perbedaan waktu dan tempat.
Siyasah di dalamnya juga mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, manusia
dengan lembaga, dan lembaga dengan lembaga, maupun Negara dengan Negara dengan
ketentuan syariat islam. Mayoritas ulama sepakat mengenai keharusan menyelenggarakan siyasah
berdasarkan syara’. Siyasah atau pemerintahan sudah ada pada masa kepemimpinan Rasulullah.
Seiring berjalannnya waktu, timbul banyak persoalan yang muncul berkaitan dengan oilitik di
dalam Islam, seperti hal nya: bagaimana apabila perempuan berpolitik, isu-isu Ham yang
berkaitan dengan Islam, dang mengetahui beberapa konsep penting pemerintahan Islam
Untuk menghetahui lebih dalam lagi tentang pembelajaran fiqih siyasah atau yang lebih
dikenalm sebagai “politik islam” maka kami akan membahas mengenai fiqih siyasah dalam
makalah dengan rinci dan mudah dipahami.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana fiqih siyasah dalam pemerintahan islam?
b. Bagaimana perempuan berpolitik dan menjadi hakim diperadilan?
c. Bagaimana islam dan terorisme?
d. Bagaiman isu HAM dalam Islam?
e. Apa saja konsep-konsep penting dalam pemerintahan Islam?
C. TUJUAN MASALAH
a. Untuk mengetahui fiqih siyasah dalam pemerintahan Islam
b. Untuk mengetahu perempuan berpolitik dan menjadi hakim diperadilan
c. Untuk mengetahui islam dan terorisme

1
d. Untuk mengetahui isu HAM dalam Islam
e. Untuk mengetahui konsep-konsep penting dalam pemerintahan islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

a. Fiqih siyasah dalam pemerintahan islam


Pengertian
bagi manusia dan menghadirkannya dari berbagai kemudharatan yang mungkin Istilah
fiqih siyasah merupakan tarqib idhafi atau kalimat majemuk yang terdiri dari dua kata, yakni fiqih
dan siyasah. Secara etimologis, fiqih merupakan bentuk mashdar (gerund) dari tasrifan kata
faqiha-yafqohu-fiqhan yang berarti pemahaman yang mendalam dan akurat sehingga dapat
memahami tujuan ucapan atau tindakan tertentu.
Sedangkan secara terminologis, fiqih lebih popular di definisikan sebagai berikut:
“ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat perbuatan yang dipahami dari dalil=dalilnya
secara rinci”.
Sementara mengenai asal kata siyasah, secara terminologis siyasah merupakan bentuk
mashdar dari tasrifan kata sasa—yasusu-siyasatun yang artinya mengatur, mengurus,
mengendalikan, memimpin, dan memerintah. 1 Disamping arti kata tersebut kata siyasah juga
berarti politik dan penetapan suatu bentuk kebijakan. Kata sasa bersinonim dengan kata dabbara
(mengatur), to lead (memimpin), to govern (memerintah), dan policy of government (kebijakan
pemerintah).
Setelah diuraikan definisi fiqih dan diyasah baik secara etimologis maupun
terminologis perlunya juga kiranya dikemukakan definisi fiqih siyasah. Ilmu fiqih siyasah sering
juga disinonimkan dengan ilmu siyasah syar’iyyah. Sebagaimana dijelaskan diatas dapat ditarik
kesimpulan, fiqih siyasah adalah ilmu tata Negara islam yang secara spesifik membahas tentang
seluk beluk pengaturan kepentingan ummat manusia pada umumnya dan Negara pada khususnya
berupa penetapan hukum, peraturan, dan kebijakan oleh pemegang kekuasaan yang bernafaskan
atau sejalan dengan ajaran islam, guna mewujudkan kemaslahatan timbul dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dijalaninya.
Dasar hukum
Al-quran
 Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan ummat , QS. Al-mu’minun: 52.

‫َوإِ َّن هَ ِذ ِه أُ َّمتُ ُك ْم أُ َّمةً َوأَنَاْ َربُّ ُك ْم فَاتَّقُو ِن‬


1
Abdul aziz dahlan, ensiklopedia islam Indonesia, (Jakarta: ikhtiyar baru van hoeve, 1996
), hlm. 109

3
Artinya: “dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan aku
adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku”.

 Kemestian bermusyawarah dan menyelesaikan masalah yang bersifat ijtihadiyyah,


QS. Ali Imran: 159.
‫ك فَاعْفُ َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم‬
َ ِ‫ب الَ ْنفَضُّ وا ِم ْن َحوْ ل‬ ِ ‫فَبِ َما زَ ْه َم ٍة ِّمنَ هَّللا ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم َولَوْ ُك ْنتَ فَظَّا ُغلِيظَ ْالقَ ْل‬
َ‫َاورْ هُ ْم فِى اآلَ ْم ِر فَإِ َذا َعزَ ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمتَ َو ِّكلِ ْين‬
ِ ‫َوش‬
Artinya: “maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersiksap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Allah, Allah mencintai orang
yang bertawakkal”.
Sunnah.
 Keharusan mengangkat pemimpin
Dari abu hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “apabila ada tiga orang keluar untuk
bepergian, maka hendaklah salah seorang diantara mereka menjadi pemimpin mereka”.
(HR. Abu Dawud)

Objek dan ruang lingkup


Terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama dalam menentukan ruang lingkup kajian fiqih
siyasah. Ada yang membagi menjadi lima bidang, empat bidang dan lain-lainnya. Namun
perbedaan ini tidaklah terlalu prinsipil.
Menurut imam al-Marwadi seperti yang dituangkan dalam karangan fiqih siyasahnya yaitu al-
ahkam al-sujthaniyyah, maka dapat diambil kesimpulan ruang lingkup fiqih terbagi menjadi
berikut:
 Siyasah dusturiyah
 Siyasah maliyyah
 Siyasah qadlaiyah
 Siyasah harbiyyah
 Siyasah ‘idariyyah2

2
Al marwadi, ali bin Muhammad, al-ahkam al-sulthaniyyah al-diniyyah, (Beirut dar al kutub al-‘alamiyah, 2006)hl.
9

4
Sedangkan menurut imam ibn taimiyyah, di dalam kitabnya yang berjudul al-siyasah al-
syar’iyyah siyasah dibagi menjadi berikut;

 Siyasah qodlaiyyah
 Siyasah maliyyah
 Siyasah ‘idariyyah
 Siyasah dauliyyah/siyasah kharijiyyah

Sementara salah satu ulama terkemuka Indonesia T.M Hasbi, malah membagi ruang lingkup
fiqih siyasah menjadi delapan bidang:

 Siyasah dusturiyyah syar’iyyah


 Siyasah tasyri’iyyah syar’iyyah
 Siyasah qadlaiyyah syar’iyyah
 Siyasah ‘idariyyah syar’iyyah
 Siyasah maliyyah syar’iyyah syar’iyyah
 Siyasah dauliyyah syar’iyyah
 Siyasah tanfidziyyah syar’iyyah
 Siyasah harbiyah syar’iyyah syar’iyyah
Berkenan dengan luasnya objek kajian fiqih siyasah, maka dalam tahap perkembangannya,
dikenal beberapa pembidangan fiqih siyasah yang berkenan dengan pola hubungan antar-manusia
yang menuntut pengaturan siyasah, dalam hal ini siyasah dibedakan menjadi tiga bagian:
 Siyasah dusturiyyah
Siyasah dusturiyyah adalah siyasah yang mengatur hubungan warga Negara
dengan lembaga Negara yang satu dengan warga Negara dan lembaga Negara yang lain
dalam batas-batas administrasi suatu Negara. Permasalahan dalam siyasah dusturiyah
yakni hubungan antara pemimpin di satu pihak dan rakyatnya di pihak lain serta
kelembagaan dalam masyarakatnya. Ruang lingkup pembahasan siyasah dusturiyyah
dibatasi hanya dalam pe,bahasan tentang pengaturan dan perundang-undangan yang
dituntut oleh ihwal kenegaraan dari segi persesuaian dengan prinsip-prinsip agama dan
merupakan realisasi kemaslakhatan manusia serta memenuhi kebutuhannya. 3. sumber
siyasah dusturiyyah juga terdapat dalam al-Quran yang membahas prinsip-prinsip
kehidupan baik dibidang sosial kremasyarakatan.

3
Djazuli,fiqih siyasah, (Jakarta: 2003,hal. 47

5
Dalam beberapa hadist rasulullah juga membahas masalah imamah dan
kebijakan rasulullah dalam menerapkan hukum-hukum di suatu Negara, kebijakan
pemimpin setelah radsulullah wafat, ijtihad para ulama dalam memutuskan hukum, dan
adat kebiasaan suatu Negara yang tidak bententangan dengan prinsip-prinsip al-Quran
dan hadist.4
Imamah merupakan kaidah islamiyah yang paling penting dan terkenal, khususnya
dikalangan madzhab syi’ah. Imamah merupakan kaidah dasar akidah kaum muslimin
umumnya dan khususnya para penganut syi’ah.
 Siyasah dauliyah
Siyasah dauliyah adalah siyasah yang mengatur antar warga Negara dengan
lembaga Negara dari Negara yang satu dengan warga Negara dan lembaga Negara
lainnya. Dalam hal ini Negara tidak boleh melakukan sembarang perang, kecuali dalam
keadaan darurat. Dan apabila terjadi perang orang yang tidak berperang tidak boleh
dianggap musuh, menghentikan perang apabila salah satu pihak meminta untuk berdamai.
Siyasah dauliyah bersubjek pada Negara. Setiap Negara memiliki kewajiban untuk
menghormati hak-hak Negara lain dan melaksanakan perjanjian-perjanjian yang telah
dibuat. Dalam fiqh siyasah perjanjian antar Negara diistilahkan dengan al-ittifaq
(kesepakatan) terdapat syarat-syarat tertentu yang mengikat suatu perjanjian dimana isi
dan objek perjanjian tidak dilarang oleh syariat islam, ditulis dan ditaati. 5
Dalan hubungan antar Negara biasanya terjadi konflik didalam Negara ataupun
luar Negara. Antara negara muslim dengan sesama Negara muslim atau Negara muslim
dengan Negara non muslim. Tidak banyak dari mereka melakukan pelarian ke Negara
tetangga. Dalam Negara muslim dikenal dengan dar al-muslim atau Negara yang tampak
didalamnya hukum-hukum islam atau penduduknya yang bisa melahirkan hukum-hukum
islam. Adapun warga Negara lain yang muslim yang berlindung ke dar al-islam dapat
menerap untuk selamanya, karena dianggap sebagai warga Negara dar al-muslim.
Demikian pula dengan hal nya orang non-muslim yang mencari perlindungan di dar al-
muslim dan kemudian masuk islam. Dengan permohonan suakanya ke dar al-islam dan
berpindahnya ia ke agama islam, maka statusnya pun berubah menjadi warga Negara dar
al-islam tersebut, bukan lagi musta’min (orang peminta keamanan). Mereka yang
mendapat suaka dari dar al-islam harus dilindungi keselamatan jiwa dan hartanya dari

4
Ibid hal 57
5
Manshur ali. 1997 al-syariyah al-islamiyah wal qanun ad duwali al am. Hal 37

6
gangguan dalam maupun luar negri. Sebagai imbangannya ia wajib mematuhi hukum dan
persturan yang berlaku di dar al-islam tersebut.
Sering terjadi dalam hubungan international, Negara asal pelarian politik
meminta kepada Negara yang memberi suaka supaya pelarian tersebut diserahkan
(diekstradisi) kembali ke Negara asalnya. Dalam hal ini, pelarian tersebut tidak dapat
dikembalikan ke Negara asal tersebut, kecuali ada perjanjian sebelumnya antara dua
Negara tentang ekstradisi. Menurut ali mansyur, untuk menyerahkan atau
mengembalikan ke Negara asal haruslah memenuhi empat syarat. Pertama, kejahatannya
bersifat subversive dan sangat membahayakan Negara; kedua, baik Negara asal maupun
Negara pemberi suaka sama-sama memandang bahwa kejahatan yang dilakukan sebagai
tindak pidana, maka dapat dikembalikan ke Negara asalnya; ketiga, pelaku peminta suaka
adalah orang yang memang dapat disershkan oleh pelindung Negara; keempat, sebelum
diserahkan harus ada jaminan dari Negara peminta ekstradisi bnahwa pelaku diproses
dan dihukum sesuai isi tuntutan yang termakhtub dalam perjanjian ekstradisi.
Dalam masalah jarimah (tindak pidana), abu hanifah berpendapat bahwa mereka
hanya diwajibkan mematuhi hukum-hukum yang berhubungan dengan hak-hak manusia
saja (huquq al-‘ibad), yaitu tindak pidana yang secara langsung menimpa manusia
sebagai korban. Adapan masalah yang berhubungan dengan hak-hak Allah (huquq allah),
kepada mereka tidak dikenakan sanksi hukum islam. Mereka akan dikenakan hukuman
apabila melakukan tindak pidana seperti mencuri, mersampok, membunuh, dan menuduh
orang lain berzina. Mereka dapat dikenakan hukuman hudud dan qiyas terhadap
kejahatan-kejahatan tersebut. Namun mereka tidak dijatuhi hukuman hudud lainnya bila
melakukan kejahatan seperti minum khamr dan berzina. Akan tetapi pendapat abu
hanifah ini ditolak oleh abu yusuf murudnya sendiri. Menurutnya siapaum yang meminta
perlindungan ke dar al-islam dan melakukan tindak criminal, kepada mereka juga harus
dijatuhkan hukuman sesuai dengan hukum pidana islam.
 Siyasah maliyyah
Siyasah maliyyah adalah siyasah yang mengatur pemasukan, pengelolaan, dan
pengeluaran uang milik negara 6. Siyasah maliyyah merupakan kajian yang tidak asing
dalam islam, terutama setelah nabi Muhammad SAW dan pengikutnya menetap di
madinah. Siyasah maliyyah merupakan bagian terpenting dalam system pemerintahan
islam. Dalam buku al-siyasah. Ibnu taimiyah banyak menyoroti tentang perekonomian

6
Hasbi ash shiddieqy, 1976. Asas-asas hukum tata Negara menurut syariat islam. Hal 23.

7
Negara yang secara gambling membahas tentang sumber pemasukan dan pendistribuan
keuangan Negara. Menurutnya, sumber keuangan terdiri dari zakat, ghanimah, dan fai.
Sumber-sumber lainnya yang tidak termasuk ghanimah dan zakat dimasukan ke dalam
kategori fa’i. sedangkan prinsip dalam pembelanjaan keuangan Negara berpijak pada
skala prioritas menurut tingkat kemaslahatan yang paling tinggi bagi rakyat yang
alokasinya diberikan dalam bentuk gaji, subsidi, pembangunan, dan lain-lainnya. Dalam
siyasah maliyyah sumber keuangan terbagi menjadi: zakat, ghanimah, al-fa’I, jizyah,
‘usyr al-tijarah, dan pajak serta sumber-sumber lainnya.
b. Wanita berpolitik dan menjadi hakim peradilan
At taubah ayat 71
َ‫صاَل ةَ َوي ُْؤتُونَ ال َّزكَاة‬
َّ ‫َر َويُقِي ُمونَ ال‬ ِ ‫ْض ۚ يَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
ِ ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْنك‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَا ُء بَع‬ ُ ‫َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬
ُ ‫َات بَ ْع‬
ٰ ُ
ِ ‫َوي ُِطيعُونَ هَّللا َ َو َرسُولَهُ ۚ أولَئِكَ َسيَرْ َح ُمهُ ُ•م هَّللا ُ ۗ إِ َّن هَّللا َ ع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ٌم‬

Artinya: “dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang mungkar, melaksanakan solat, menunaikan zakat, dan taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah SWT. Sungguh, Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Dalam ayat ini allah memposisikan masyarakat untuk mengemban sebuah


amanah yang harus diemban oleh setiao mukmin dan mukminah, dan allah menetapkan
bahwa madding-masing dari mereka sebagai penanggung jawab amanah tersebut baik
laki-laki maupun perempuan. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa laki-laki msaupun
perempuan memiliki tanggung jawab terhadap seluruh komponen masyarakat, baik
dibidang politik, ekonomi, managerial, pemikiran maupun sosial kemasyarakatan.
Dalam hal ini kita membahas perempuan yang hedak terjun kedunia politik.
Baik melalui dewan perwakilan rakyat atau organisasi-organisasi kemasyrakatan. Namun
semua itu harus dilakukan dalam lingkuo yang sesuai fitrah perempuan dan tingkat
keilmuan sehingga mereka mampu memahami berbagai persoalan, dan sesuai pula
dengan kemampuan mereka.7
Berawal dari hak kaum wanita untuk menyalurkan suara dalam pemilihan wakil rakyat di
parlemen pemerintahan. Apa lagi pemilu merupakan salah satu cara untuk memilih wakil
rakyat, dan setiap orang pergi ke TPS untuk memilih orang yang bertindak sebagai

7
Muhammad utsman ak katsy, fiqih wanita empat madzhab (Jakarta:gramedia anggota ikapi, 1994) hal 450

8
wakilnya di parlemen yang berytugas memperjuangkan hak-haknya dan membela
aspirasinya atau menyalurkan suaranya guna memilih kepala Negara.
Sementara dalam islam, kaum wanita tidaklah terlarang untuk memilih wakilnya yang
dipandang cakap dan memumpuni guna menyalurkan asirasinya dan memperjuangkan
hak-haknya. Bagi perempuan yang kompeten, mereka memiliki hak untuk mengkritik dan
mengawasi, sebab yang namanya mengkritik dan mengawasi itu didalnya tercangkup
penjelasan berbagai aspek kebenaran dan kesalahan sekaligus peringatan agar tidak
terjerumus dalam kekurangan-kekurangan, atau istilah islam, didalamnya terkandung
amar-ma’ruf nahi munkar. Islam telah menetapkan hal demikian ini sebagai hak kaum
wanita, bahkan merupakan tugas mereka.
Hak mengkritik dan mengawasi itu masuk dalam kerangka “memperhatikan urusan kaum
muslimin” dan rasul telah menetapkan sebagai bentuk afiliasi terhadap jama’atul
muslimin. Dibenarkan pula bagi kaum wanita untuk menjadi pemimpin dalam wilayah
kekuasaan yang bersifat khusus seperti kepala sekolah, kepala rumah sakit, dan lembags-
lembaga sosial, bahkan lembaga-lembaga ekonomi. Adapun wilayah yang dilarang bagi
wanita untuk menjabat adalah yang ksaitannysa dengan wilayatul uzhma (wilayah yang
kekusaannya bersifat menyeluruh) yakni khalifah termasuk di dalamnya presiden, raja,
dan jabatan yang sejenis. Rasulullah bersabda, Artinya: “tidak akan beruntung suatu
kaum yang menyerahkan urusan kekuasaan mereka kepada seorang wanita” (HR.
bukhari, Tirmidzi, Nasa’I, dan Ahmad)
Hadist ini dimaksudkan khusus berkenan dengan wilayatul ammah (wilayah kekuasaan
yang bersifat menyeluruh) dan bukan bersifat wilayatul al-khosoh. Sebab rasul bersabda,
Artinya: “ya allah jadikanlah mereka termasuk rombongan mereka”
Imam bukhari juga mengetengahkan hadist dari anas dimana (anas) berkata: “saat
terjadi perang uhud, banyak para sahabat yang mejauh dari sisi nabi (lantaram serangan
musuh yang begitu hebatnya). Sementara itu aku melihat ‘aisyah binti abu bakar dan
ummu sulaim (ibuku) tersingkap betisnya (lantaran hiruk pikuknya perang) sehingga
tanpa sengaja aku melihat betis keduanya itu. Mereka berdua dengan sigap dan cepat
membawa geriba berisi air dipunggung, untuk selanjutnya menuangkan air ke mulut
pasukan aga tidak haud lalu keduanya kembali lagi (mengambil air).

Muslim mengetengahkan riwayat riwayat yang menyebitkan bahwasannya dalam perang


hunain, ummu sulaim terlihat membawa pisau belati. Nabi lantas bertanya kepadanya: “
untuk apa belati ini?” dia menjawab “akan kugunakan sebagai senjata, jika seseorang dari

9
pasukan musyrikin yang coba-coba berani mendekatiku. Akan aku belah perutnya dengan
belati ini.”

Ibnu saad mengetengahkan dalam thabaqatnya nahwasannya ummu imarah turut terjun
dalam kancak peperangan bersama suami dan dua putranya. Dia berangkat bersama
pasukan islam di permulaan siang dengan mengemban misi memberi minuman kepada
para pasukan yang terluka.
Peran serta kaum wanita dalam peperangan tidak hanya sebatas pada sekedar
berangkat saja, bahkan islam telah memberikan permuliaan tersendiri dalam hal ini pada
mereka, yakni islam telah memberiksn kepada mereka suaka untuk siapa saja yang
dikehendaki dari kalangan non-muslim baik dalam situasi perang maupun situasi damai. 8
Hakim perempuan dalam peradilan
Mayoritas ulama yang menyatakan bahwa salah satu syarat bagi hakim adalah berjenis
kelamin laki-laki. Sementara itu, minoritas ulama madzhab lainnya memperkenankan
perempuan menjadi hakim, seperti ulama dari kalangan madzhab hanafiyyah, hanya saja
kebolehan ini dibatasi hanya pada kasus-kasus perdata. Selain itu ulama yang
memperbolehkan perempuan menjadi hakim adalah ibnu jarir ath-Thabari. Menurutnya,
hakim perempuan dapat mengadili perkara apa saja. Alasannya, karena perempuan dapat
menjadi mufti, maka dapat pula menjadi hakim. Sependapat dengan ath-Thabari, abu said
al-hasan bin abi hasan yasar al-basri dan madzhab zahiriyah juga mebolehkan hakim
perempuan secara mutlak. Menurutnya, perempuan memiliki potensi dan kemampuan
untuk menduduki jabatan yudikatif.9
Sementara itu, pendapat yang menolak hakim perempuan menyandarkan
argumennya pada salah satu hadist Rasulullah yang menyatakan bahwa “tidaklah
beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada perempuan?”.
Berdasarkan hadist tersebut, ulama malikiyah, syafiiyah, dan hanabilah menyimpulkan
bahwa perempuan tidak diperkenankan menjadi hakim. Mereka beranggapan bahwa
perempuan memiliki banyak kelemahan dari berbagai aspek, misalnya kurang
kecerdasan, wawasam, pergaulan, dan mengalami keterbatasan dalam berinteraksi
dengan lawan jenis. Atas dasar itu, mereka juga menyimpulkan bahwa kurangnya akal
perempuan akan menyebabkan kesaksian perempuan bernilai setengah jika dibandingkan
dengan persaksian laki-laki.
8
Ibid hal 454
9
Djazimah muqoddas, kontroversi hakim perempuan pada peradilan islan di Negara-negara muslim, (Yogyakarta:
LKiS printing, 2011), hlm. 2

10
Larangan perempuan menjadi hakim tampaknya sebanding dengan larangan
perempuan menjadi kepala Negara. Para ulama pun memperdebatkan persoalan ini, yang
mana mayoritas ulama melarang perempuan menjadi pemimpin (kepala Negara). 10
Pelarangan perempuan, baik sebagai hakim maupun sebagai kepala Negara, selain
didasarkan pada hadist nabi di atas, juga didasarkan dalam QS. An-nisa: 34

ٌ •َ‫•ات َحافِظ‬
‫•ات‬ ٌ •َ‫ات قَانِت‬ َّ َ‫ْض َوبِ َم••ا أَ ْنفَقُ••وا ِم ْن أَ ْم• َوالِ ِه ْم ۚ ف‬
•ُ ‫الص•الِ َح‬ َ ‫ض• َل هَّللا ُ بَع‬
ٍ ‫ْض•هُ ْم َعلَ ٰى بَع‬ َّ َ‫الرِّجا ُل قَوَّا ُمونَ َعلَى النِّ َسا ِء بِ َما ف‬
َ
‫اض• ِربُوه َُّن ۖ فَ•إِ ْن أَطَ ْعنَ ُك ْم فَاَل تَ ْب ُغ••وا‬
ْ ‫ضا ِج ِع َو‬ َ ‫ب بِ َما َحفِظَ هَّللا ُ ۚ َوالاَّل تِي تَخَافُونَ نُ ُشوزَ ه َُّن فَ ِعظُوه َُّن َوا ْه ُجرُوه َُّن فِي ْال َم‬ ِ ‫لِ ْل َغ ْي‬
‫َعلَ ْي ِه َّن َسبِياًل ۗ إِ َّن هَّللا َ َكانَ َعلِيًّا َكبِيرًا‬

Artinya: “kaum laki-laki adalah pelindung bagi kaum perempuan, karena allah telah
melebihksn sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena
mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan
yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suamimya)
tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu
khawatirkan akan nusyuz, hedaklah kamu beri nasehat kepada mereka, tinggalkanlah
mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika
mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alas an untuk menyusahkannya.
Sungguh Allah Maha Tinggi, Maha Besar”.
Tampaknya ayat di atas selalu dijadikan dasar perempuan tidak diperkenankan berperan
besar dalam ranah public, selain juga disebabkan adanya hadist Nabi melarang
perempuan menjadi imam shalat bagi kaum laki-laki.

ً‫الَتَ ُؤ َم َّن ال َمرْ أَةُ َر ُجال‬

Artinya: “hendaknya tidak sekali-kali wanita menjadi imam bagi seorang laki-laki”. (HR.
Ibnu majjah)
Stigma yang masif di kalangan fuqoha tetap saja menolak perempuan menjadi hakim
disebabkan perempuan dianggap memiliki kelemahan yang melekat pada diri mereka dan
dapat mengakibatkan kegagalan dalam memimpin lembaga-lembaga public.
Hal ini berbeda dengan pendapat ulama konteporer, terlebih lagi, dengan berkembangnya
gerakan emansipasi perempuan yang mulai mempertanyakan kembali keabsahan dalil-
dalil yang digunakan untuk membatasi peran perenpuan pada ranah public tersebut. 11 Jika
10
Ibid hlm. 3
11
Abdul aziz dahlan, ensiklopedia islam Indonesia, (Jakarta: ikhtiyar baru van hoeve, 1996
), hlm. 193

11
dilacak lebih jauh, tampaknya banyak nash syara’ dan bukti-bukti yang menempatkan
perempuan sebagai makhluk yang bermartabat dan terhormat, di antaranya surat ah-
hujurat ayat 13:
َ ‫َر َوأُ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلتَ َع‬
‫ارفُوا ۚ إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم ۚ ِإ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬ ٍ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَ لَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذك‬
Artinya: “: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
Kemudian dalam beberapa hadist hukum juga dinyatakan bahwa kedudukan perempuan
sangat terhormat, sebagaimana di nyatakan dalam sabda nabi yang berbunyi: dari abu
hurairah, “sebaik-baik laki-laki yang beriman adalah orang yang paling baik akhlaknya
dan selalu bersikap lemah lembut kepada istrinya” (HR. tirmidzi). Dalam hadist lain
disebutkan: “surge berada di bawah telapak kaki ibu” (HR. ahmad bin hanbal, an-nasa’I,
ibnu majjah, dan al-hakim).
Dalam buku “kontroversi hakim perempuan pada peradilan islan di Negara-negara
muslim” karya membolehkan perempuan menjadi hakim karena ditemukannya beberapa
kesamaan disertai bukti-bukti pendukung:
 Kesamaan dalam taklif dan pahala12
Surat an-nisa ayat 124
‫ُظلَ ُمونَ نَقِيرًا‬ َ ِ‫َر أَوْ أُ ْنثَ ٰى َوه َُو ُم ْؤ ِم ٌن فَأُو ٰلَئ‬
ْ ‫ك يَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َواَل ي‬ ٍ ‫ت ِم ْن َذك‬
ِ ‫َو َم ْن يَ ْع َملْ ِمنَ الصَّالِ َحا‬
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita
sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak
dianiaya walau sedikitpun.
Surat ali-imran ayat 195

‫ْض ۖ فَالَّ ِذينَ هَا َجرُوا َوأُ ْخ ِرجُوا ِم ْن‬ ُ ‫َر أَوْ أُ ْنثَ ٰى ۖ بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُك ْم ِم ْن بَع‬ ِ ُ‫اب لَهُ ْم َربُّهُ ْم أَنِّي اَل أ‬
ٍ ‫ضي ُع َع َم َل عَا ِم ٍل ِم ْن ُك ْم ِم ْن َذك‬ •َ ‫فَا ْست ََج‬

ٍ ‫ار ِه ْم َوأُو ُذوا فِي َسبِيلِي َوقَاتَلُوا َوقُتِلُوا أَل ُ َكفِّ َر َّن َع ْنهُ ْم َسيِّئَاتِ ِه ْم َوأَل ُ ْد ِخلَنَّهُ ْم َجنَّا‬
‫ت تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِهَا اأْل َ ْنهَا ُر ثَ َوابًا ِم ْن ِع ْن ِد‬ ِ َ‫ِدي‬

ِ ‫هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ ُحسْنُ الثَّ َوا‬


‫ب‬

Artinya: “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman):


"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara

Djazimah muqoddas, kontroversi hakim perempuan pada peradilan islan di Negara-negara muslim, (Yogyakarta:
12

LKiS printing, 2011), hlm 56

12
kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari
sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung
halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah
akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke
dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan
Allah pada sisi-Nya pahala yang baik”.
 Persamaan hukum dalam tindak pidana13
Surat an-nur ayat 2
ِ ‫اح ٍد ِم ْنهُ َما ِمائَةَ َج ْل َد ٍة ۖ َواَل تَأْ ُخ ْذ ُك ْم ِب ِه َما َر ْأفَةٌ فِي ِد‬
‫ين هَّللا ِ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر‬ ِ ‫ال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ لِدُوا ُك َّل َو‬
َ‫ۖ َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَائِفَةٌ ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِين‬
Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan
hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan
orang-orang yang beriman

 Persamaan dalam memiliki hak menggunakan harta


Syariat islam mempersamakan hak antara laki-laki dan perempuan untuk memanfaatkan
dan menggunakan harta milik-nya. Seperti dalam hal jual-beli, hibah, wasiat, sewa-
menyewa, dan hukum muamalah lainnya. Laki-laki dan perempuan sama-sama berhak
atas usaha yang dilakukannya, sepanjang usaha-usaha tersebut sesuai dengan ketentuan
syara’. Seperti yang tercantum di dalam surat an-nisa ayat 32:

َ ‫َصيبٌ ِم َّما ا ْكتَ َس ْبنَ ۚ َواسْأَلُوا هَّللا‬


ِ ‫َصيبٌ ِم َّما ا ْكتَ َسبُوا ۖ َولِلنِّ َسا ِء ن‬
ِ ‫لرِّجا ِل ن‬ َ ‫ض َل هَّللا ُ بِ ِه بَع‬
ٍ ‫ْض ُك ْم َعلَ ٰى بَع‬
َ ِ‫ْض ۚ ل‬ َّ َ‫َواَل تَتَ َمنَّوْ ا َما ف‬

ْ ‫ِم ْن فَضْ لِ ِه ۗ إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُكلِّ ش‬


‫َي ٍء َعلِي ًما‬

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki
ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada
bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
 kesamaan asal penciptaan
surat az zumar ayat 6

13
Ibid hlm. 57

13
‫اج ۚ يَ ْخلُقُ ُك ْم فِي بُطُو ِن أُ َّمهَاتِ ُك ْم َخ ْلقًا ِم ْن بَ ْع ِد‬
ٍ ‫اح َد ٍة ثُ َّم َج َع َل ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا َوأَ ْنزَ َل لَ ُك ْم ِمنَ اأْل َ ْن َع ِام ثَ َمانِيَةَ أَ ْز َو‬ ٍ ‫خَ لَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
ِ ‫س َو‬

َ‫ك ۖ اَل إِ ٰلَهَ ِإاَّل ه َُو ۖ فَأَنَّ ٰى تُصْ َرفُون‬


ُ ‫ث ۚ ٰ َذلِ ُك ُم هَّللا ُ َربُّ ُك ْم لَهُ ْال ُم ْل‬ ٍ ‫خَ ْل‬
ٍ ‫ق فِي ظُلُ َما‬
ٍ ‫ت ثَاَل‬

Artinya: “Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya
isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang
ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang
mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan?”

c. Islam dan terorisme


Terorisme adalah metode yang memiliki inspirasi dari kepanikan atas suatu tindakan
kejahtan yang dilakukan secara berturut-turut, yang dapat digunakan secara individu, grup,
pemilik kekuasaan. Ataupun kelompok pemerintah dengan alasan tertentu, criminal, atau
politik, dimana berlawanan dengan pembunuhan sasaran tindak kekerasan yang dituju
bukanlah sasaran utama.14
Kekerasan sering terjadi dan diidentifikasi sebagai akibat dari perbuatan kelompok teroris.
Yang menjadi persoalan seringkali terorisme di hubungkan dengan Islam. Mendefinisikan
makna terorisme bukan merupakan hal yang mudah. Ada banyak factor yang menyebabkan
terorisme seakan bernilai subjektif tergantung siapa yang mempunyai kepentingan dibalik
fedinisi yang dibuat. Hal ini karena definisi terorisme masih menjadi perdebatan banyak
kalangan. Tindak terorisme sudah berlangsung sejak lama, dan menjadi media penyebar
terror untuk mendapatkan kepentingan.15
Semakin modern, maka terorisme terbagi menjadi bebersapa kategori:
 Separatis nasionalis
 Fundamentalis agama
 Agama baru
 Revolusi sosial

Meskipun demikian, pemahaman tentang terorisme sebagaimana dijelaskan di atas tidak


cukup menggambarkan realita. Seringkali pula terorisme dikaitkan dengan jihad dalam islam.
Jihad adalah perang melawan setan/iblis, baik dilakukan secara personal atau public baik

14
Undang-undang republic Indonesia nomor 5 tahun 2003 jo. Perpu nomor 1 tahun 2002 tentang pemberantasan
tindak pidana terorisme pasal 6.
15
Gonad yumitro, masalah politik dunia islam, (malang: UMM press, 2018), hlm. 74

14
melalui kegiatan sosial atau kekuatan. Ayat berikut menggambarkan konsep jihad yang di
pahami dalam islam, surat al-baqarah ayat 193:

َ‫َوقَاتِلُوهُ ْم َحتَّ ٰى اَل تَ ُكونَ فِ ْتنَةٌ َويَ ُكونَ الدِّينُ هَّلِل ِ ۖ فَإِ ِن ا ْنتَهَوْ ا فَاَل ُع ْد َوانَ ِإاَّل َعلَى الظَّالِ ِمين‬

Artinya: “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan
itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak
ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim

Banyak definisi yang diberikan para ulama, yakni :

Madzhab hanafi sebagaimana dinyatakan dalam kitab badaa’l as-shanaa “secara literal jihad
adalah ungkapan tentang penyerahan seluruh kemampuan, sedangkan menurut pengertian
syariat jihad bermakna pengerahan seluruh kemampuan tenaga dalam peperangan di jalan
Allah, baik dengan jiwa, harta, lisan ataupun yang lain. 16

Madzhab maliki, berpendapat seperti yang termaktub di dalam kitab munah jalil,
“perangnya seorang muslim melawan orang kafir yang tidak mempunyai perjanjian, dalam
rangka menjunjung tinggi kalimsat Allah atau kehadirannya disana (berperang), atau dia
memasuki wilayahnya untuk berperang”.

Ibnu rusyd, ulama kalangan maliki berkata, “setiap orang yang berpayah-payah karena Allah
berarti telah berjihad di jalan Allah, namun sesungguhnya jihad fii sabilillah kalau berdiri
sendiri maka tidak ada maksud lain selain memerangi orang kafir dengan pedang sampai
mereka masuk islam atau menbayar jizyah dalam keadaan hina”.

Madzhab syafi’I mendefinisikan jihad dengan “berperang di jalan Allah”. Imam ibnu hajar
mengatakan, “secara syar’i, adalah mengersahkan kemampuan untuk memerangi orang-orang
kafir, dam kadang-kadang digunakan untuk makna berjihad melawan hawa nafsu dan setan”.

Madzhab hanbali. Seperti yang dituturkan di dalam kitab Al-mughni karya ibnu qudamah
bahwa “jihad tidak memiliki makna selain yang berhubungan dengan peperangan atau
berperang melawan orang kafir, baik fardhu kifayah maupun fardhu ‘ain, ataupun dalam
bentuk sikap berjaga-jaga kaum mukmin terhadap musuh, menjaga perbatasan dan celah-
celah wilayah Islam”. Dengan demikian definisi jihad menurut madzahib di atas “jihad adalah
berperang melawan orang-orang kafir untuk meninggikan kalimat Allah”

16
Ibid.hlm 73

15
Secara sederhana jihad dapat didefisikan sebagai upaya untuk berjuang mengorbsnksan diri
untuk Allah semata, tanpa ada sedikit pun ambisi dan kepentingan yang bersifat personal.
Dalam pembagian tentang jihad, maka beberapa ulsma membagi jihad dalam beberapa:

 Jihad binnafsi (jihad dengan jiwa).


 Jihad bilkalam (jihad dengan lisan).
 Jihad bissaif (jihad dengan pedang).
Padahal jihad islam, ketika berbicara tentang peperangan, maka hal tersebut juga bukan
merupakan perkara yang dengan gampang dan sederhana di umumkan. Ada beberapa aturan
perang yang diperlukan, dan siapa yang berhak untuk mengumumkan perang. Artinya, dalam
islam tidak dengan gampang satu kelompok hanya karena mrelihat persoalan yang dinilai
tidak sesuai dengan islam secara langsung mengumumkan jihad. 17 Diantara beberapa aturan
jihad dalam islam dapat di gambarkan sebagai berikut:
 Tidak boleh membunuh masyarakat sipil yang tidak terlibat dalam peperangan
 Wanita dan anak-anak tidak boleh disakiti
 Tempat ibadah suatu agama tidak boleh dihancurkan
 Sumber air yang menjadi kebutuhan penduduk tidak boleh dihancurkan
 Orang-orang yang sakit dan tua tidak boleh dibunuh
 Semangat untuk melindungi lebih diutamakan dibandingkan dengan semangat balas
dendam
d. Isu HAM di dunia islam
Islam sudah meletakkan fondasi hak asasi manusia (HAM) sejak awal kemunculannya. Salah satu
ajaran islam yang mendeklarasikan tentang HAM adalah nyawa manusia tidak boleh
ditumpahkan, karena termasuk kejahatan besar. Oleh karena itu, orang yang menghilangkan
nyawa orang lain akan dihukum paling berat, yaitu hukuman mati atau qishas. Hak asai manusia
atau HAM adalah term nahasa Indonesia. Dalam bahasa arab disebut al-huquq al-insaniyah,
sedang dalam bahasa inggris adalah human right. Dalam bahasa arab haquq diambil dari bentuk
mufrad haqq dalam al Quran, ditemukan beberapa makna yang digunakan, antara lain:
QS. Yasin 7
َ‫ق ا ْلقَ ْو ُل َعلَ ٰى أَ ْكثَ ِر ِه ْم فَ ُه ْم اَل يُؤْ ِمنُون‬
َّ ‫قَ ْد َح‬
Artinya: “sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan
mereka, karena mereka tidak beriman”18

17
Ibid.hlm 80
18
Aisyah,hak asasi manusia dalam al-quran,(Makassar, uin alauddin, 2014),hlm. 4

16
Dalam waktu yang lama, ummat islam di berbagai Negara mengalami berbagai persoalan terkait
isu HAM. Di antara beberapa masalah yang muncul tetkait dengan kebebasan untuk melakukan
hubungan seksual diluar nikah, kebebasan berbicara dan mengekspresikan opini politik, sera
berbagai isu yang terkait dengan urusan wanita. Beberapa permasalahan tersebut berkaitan
dengan syariat Islam. HAM adalah hak dasar manusia yang diberikan oleh Allah sebelum
manusia ada sekalipun. Dalam islam, karena manusia merupakan khalifah allah, maka hak
mereka diatur oleh Allah melalui wahyu.19
Karena itu, maka implementasi HAM, termasuk dalam mempertahankan apa yang sudah
diberikan oleh Allah ini perlu dilakukan sesuai dengan tuntunan yang diberikan HAM. Dalam
islam, hak asasi didasarkan atas karamah, kebebasan,humanism, persamaan, kemanfaatan,
pertanggungjawaban, kerjasama, dan keadilan. HAM dalam islam juga berkaitan dengan masalah
hukum. Dalam hal inim hukum islam meliputi syariah yang berasal wahyu (al-Quran dan hadist)
dan fiqih.
e. Konsep-konsep penting dalam pemerintahan islam
 Imamah dan negara
Imamah merupakan kaidah islamiyah yang paling penting dan terkenal,
khususnya dikalangan madzhab syi’ah. Imamah merupakan kaidah dasar akidah kaum
muslimin umumnya dan khususnya para penganut syi’ah. Imamah adalah isim mashdar atau
kata benda dari amama yang artinya “di depan”. Sesuatu yang didepan disebut imam. Itulah
sebabnya, dalam kehidupan sehari-hari, kata imam sering dimaknai untuk menunjuk orang
yang memimpin solat. Arti harfiah dari kata tersebut adalah orang yang berdiri didepan untuk
menjadi panutan orang-orang dibelakangnya. Dengan demikian, imam berarti orang yang
memimpin orang lain.
Sementara itu, imamah adalah lembaga kepemimpinan. 20. hasan Ibrahim dalam
bukunya mengatakan bahwa kata “iman” pada dasarnya merupakan kata pinjaman dari imam
dalam salat. Atas dasar ini orang-oranag Syi’ah menggunakan kata tersebut dengan alasan
karena mereka berkeyakinan bahwa anggota ahlul nait alawi merupakan keluarga yang
dikuduskan. Nabi adalah imam dalam shalat dengan asumsi beliau adalah pemimpin kaum
muslimin. Ketika beliau sakit maka abu bakar lah yang menggantikan nabi untuk mengimami
shalat. Hal ini dijadikan dalil yang sangat penting yang menjadi acuan ahlu sunnah bahwa
abu bakar adalah orang yang berhak untuk menjadi khalifah sesudah rasul wafat. Para
khalifah telah menaruh perhatian besar untuk menjadi imam kaum muslimin dalam shalat,
19
Ibid.hlm 92
20
Ahmad azhar basyir,refleksi atas persoalan keislaman:seputar filsafat, hukum, politik, dan ekonomi,
(bandung,mizan,1994), hlm. 57.

17
karena hal ini adalah sifat dari seorang pemimpin. Sehingga karenanya menjadi iamam dalam
shalat merupakan kewajiban gubernur wilayah dalam daulah islamiyah. 21
Di dalam imamah terdapat dua sistem untuk memilih pemimpin:
Pertama
Imamah dengan sistem nash dan penunjukan. Mujar ibnu syarif, beliau merinci ada tujuh cara
model pengankatan kepala Negara yang dipraktikan dimasa awal pertumbuhan islam,
meliputi metode penunjukan langsung oleh Allah, metode pemilihan ahl al hall wal aqd,
metode penunjukan melalui wasiat, metode pemilihan oleh dewan musyawarah, metode
revolusi atau kudeta, metode pemilihan langsung oleh rakyat, dan metode penunjukan
berdasarkan keturunan.
Namun pada masa khulafaur rasyidin sistem pengankatan khalifah sedikitnya
ada dua cara, yang pertama yaitu dengan sisten nash dan pengangkatan (wasiat dari khalifah
sebelumnya) dan yang kedua pemilihan melalui dengan syura. Sebagaimana kalangan ahlus-
sunnah wal jama;ah berpendapat adanya nash untuk khalifah abu bakar dan nabi sudah
mewasiatkan untuk khalifah abu bakar.
Allamah thaba’thabai memiliki pandangan bahwa seorang imam telah ditunjuk oleh Allah
sepeninggal Rasul dengan tujuan untuk menegakkan budaya dan hukum-hukum agama dan
membimbing ummat di jalan kebenaran. Itulah sebabnya, konsep imamah lebih banyak
ditemui di literature syi’ah. Dan, hal ini kemudian menyebabkan konsep imamah lebih bayak
ditemui dalam wilyah kajian akidah, termasuk salah satu ilmu kalam.
Kedua
Imamah dengan sistem pemilihan (demokrasi/syura). Disebut majelis syura karena
merupakan badan musyawarah atau badan legislatif. Contoh pengangkatan khalifah utsman
bin affan. Umar sebagai khalifah saat itu menetapkan perkara pengangkatan khalifah dibawah
majelis syura yang beranggotakan enam sahabat terkemuka, mereka adalah: utsman bin affan,
ali bin abi thalib, thalhah bin ubaidillah, zubair bin awwam, saad bin abi waqash dan
abdurahman bin auf dikarenakan umar berat hati untuk memilih diantara mereka.
Lalu mereka ber enam bermusyawarah mermbicarakan tentang urusan ini, lalu terpilihlah tiga
kandidat diantara mereka, yakni: ali bin abi thalib, abdurahman bin auf, dan utsman bin affan.
Lalu mereka memberikan khutbah masing-masing. Berdasarkan penjajagan pendapat maka
diperoleh dua calon khalifah yaitu, utsman bin affan dan ali bin abi thalib. Pada akhirnya
dewan musyawarah mengangkat utsman bin affan menjadi khalifah ketiga setelah umar bin

21
Ali syariati, ummah dan imanah; kontruksi sosiologi pengtahuan dalam autensitas ideology dan agama,
(Yogyakarta: rausyan fikr institute, 2012, hlm. 3.

18
khatab. Bila pada khulafaur rasyidin pengangkatan khalifah melalui pemilihan dan baiat,
namun pada masa daulah bani ummayah dan abbasyiyah menggnakan sistem monarki atau
turun menurun.
Sedangkan Negara menurut kamus besar bahasa indonesia adalah organisasi
dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat.
Dalam suatu Negara tentunya ada sebuah organisasi yang mengendalikannya atau yang bisa
disebut pemerintah. Pemerintah disini bertujuan mengatur segala aspek tata cara bernegara
yang baik dan benar hingga terwujudnya kemaslahatan bersama. Negara sendiri bukanlah
tujuan dalam islam, melainkan hanya sebagai alat atau sarana dalam mencapai tujuan
kemaslahatan manusia.
Negara mempuanyai kekuatan dan kekuasaan memaksa agar peraturan-peraturan yang
diciptakan dapat dipatuhi sejauh tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran islam. Sesuai
dengan tujuan Negara menciptakan kemaslahatan bersama, maka Negara mempunyai tugas-
tugas yang penting. Ada tiga tugas penting yang harus dimainkan oleh Negara. Yakni,
menciptakan perundang-undangan yang sesuai dengan ajaran-ajaran islam, melaksanakan
undang-undang, dan mempertahankan hukum dan perundang-undangan yang telah
diciptakan.
 Ahl al-hall wa al-‘aqd
Secara harfiah ahl al-hall wa al aqd berarti orang yang dapat memutuskan dan
mengikat. Para ahli fiqih siyasah merumuskan pengertian ahl al-hall wa al-aqd sebagai
seorang yang memiliki kewenangan untuk memutuskan sesuatu atas nama umat (warga
Negara). Dengan kata lain, ahl al-hall wa al-aqd adalah lembaga perwakilan yang
menampung dan menyalurkan aspirasi atau suara masyrakat. Anggota ahl al-hall wa al-aqd
ini terdiri dari orang-orang yang berasal berbagai profesi. Merekalah yang antara lain
menetapkan dan mengangkat kepala Negara sebagai pemimpin pemerintahan. Al marwadi
dalam bukunya menyebutkan ahl al-hall wa al-aqd dengan ahl al-ikhtiyar, karena merekalah
yang berhak memilih khalifah. Adapun ibn taimiyah menyebutkan ahl syawkah 22.
Sebagian lagi menyebutkan dengan shl al-syura atau ahl al-ijma. Sementara al-baghdadi
menamakan mereka dengan ahl ijtihad. Namun semua mengacu pada pengertian
“sekelompok anggota masyarakat yang mewakili ummat (rakyat) dalam menentukan arah dan
kebijaksanaan pemerintahan demi tercapainya kemaslahatan hidup mereka”. Sejalan dengan
pengertian ini, abdul hamid al-anshari menyebutkan bahwa majelis syura yang menghimpun

22
Dr Muhammad Iqbal, fiqih siyasah: kontesktualisasi doktrin politik islam (Jakarta: prenadamedia group, 2016)
hlm. 158

19
ahl-syura merupakan sarana yang digunakan rakyat atau wakil rakyatnya untuk
membicarakan maslahat-maslahat kemasyarakatan dan kemaslahatan hidup ummat. Dengan
demikian sebenarnya rakyatlah yang berhak untuk menentukan nasibnya serta menentukan
siapa yang akan mereka angkat sebagai kepala Negara sesuai dengan kemaslahatan umum
yang mereka inginkan.
Sebagian ulama memandang pemilihan kepala Negara baru sah apabila dilakukan oleh
jumhur ahl al-hall wa al-aqd.
 Wizarah
Al marwadi dalam kitabnya berpendapat bahwa wizarah “pengurusan rakyat yang diserahkan
kepada kepala Negara, kepala Negara tidak bisa menyelesaikan semuanya tanpa dibantu oleh
wazirnya. Sehingga dengan adanya wazir, kepala Negara lebih terpelihara daripada
kekeliruan dan kesalahan. Oleh karena itu, disebut wazir karena ia rela dan mau memikul
atau menanggung beban orang lain. Sebenarnya konsep wizarah juga terdapat dalam Al-
Quran, dalam surat thaha ayat 108:

‫َواجْ َعلْ لِي َو ِزيرًا ِم ْن أَ ْهلِي‬

Artinya: “dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku”.


Dalam buku siyasah al-sulthaniyyah karya al-marwadi, wizarah dibagi menjadi dua:
Wizarah tafwidh (kementerian delegatori), yaitu menteri yang diakat oleh kepala Negara
untuk diserahi tugas atau wewenang yang dibebabkan kepadanya, mengatur kebijakan dan
keputusan-keputusan. Akan tetapi peran wazir tidak hanya sebatas itu, wazir muga berhak
mengatasi kasus-kasus criminal baik secara langsung atau diwakilkan, memimpin perang.
Dengan kata lain, kewenangan kepala Negara juga kewenangan wazir.
Wizarah tafidh (kementerian eksekutif), yaitu kementerian yang diangkat oleh kepala Negara
untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Hanya saja, kementerian ini tidak punya
wewenang untuk mengambil tindakan sendiri tanpa sepengetahuan kepala Negara.

20
BAB III
KESIMPULAN

Dari beberapa uraian di atas dapat kita simpulkan pengertian fiqih siyasaah dalam islam ilmu
tata Negara islam yang secara spesifik membahas tentang seluk beluk pengaturan
kepentingan ummat manusia pada umumnya dan Negara pada khususnya berupa penetapan
hukum, peraturan, dan kebujakan oleh pemegang kekuasaan yang bernafaskan atau sejalan
dengan ajaran islam, guna mewujudkan kemaslahatan bagi manusia dan menghadirkannya
dari berbagai kemudharatan yang mungkin timbul dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang dijalaninya.
Dalah fiqih siyasah juga ditemukan banyak permasalahan yang muncul. Namun pada
akhirnya masalah tersebut dapat terselasaikan dengan cara pengkajian dari para ulama-ulama.

21
DAFTAR ISI

Ali. manshur al-syariyah al-islamiyah wal qanun: ad duwali al am, 1997


Al marwadi, ali bin Muhammad, al-ahkam al-sulthaniyyah al-diniyyah, Beirut dar al kutub
al-‘alamiyah, 2006
Ash shiddieqy. Habs , Asas-asas hukum tata Negara menurut syariat islam, 197

Aziz. Abdul dahlan, ensiklopedia islam Indonesia, Jakarta: ikhtiyar baru van hoeve, 1996.
Azhar. Ahmad basyir,refleksi atas persoalan keislaman:seputar filsafat, hukum, politik, dan
ekonomi, bandung: mizan,1994.
Djazuli,,fiqih siyasah, Jakarta: 2003
Ensiklopedia tematis dunia islam, pt. ictiar baru van hoeve, jilid 3.

22
Syariati. Ali, ummah dan imanah; kontruksi sosiologi pengtahuan dalam autensitas ideology
dan agama, Yogyakarta: rausyan fikr institute, 2012.
Utsman. muhammad ak katsy, fiqih wanita empat madzhab, Jakarta,:gramedia anggota ikapi,
1994
Undang-undang republic Indonesia
Yumitro. Gonad, masalah politik dunia islam, malang: UMM press, 2018.

23

Anda mungkin juga menyukai