Politik disebutkan berasal bahasa Arab yang berarti siyasah. Dalam kamus
Lisanul Arab disebutkan bahwa kata siyasah memiliki makna mengurus sesuatu
dengan sesuatu yang membuatnya baik atau berarti mengurusi suatu perkara
sampai pada akhirnya menjadi baik. Politik dijelaskan menurut Ibnu Qayyim
dibagi menjadi dua macam, yaitu politik yang diwarnai dengan suatu kezaliman
sehingga politik tersebut diharamkan dan yang kedua ialah politik yang diwarnai
dengan keadilan yang mana merupakan bagian dari suatu syariat Islam. Politik
jika kita lihat dari sisi yang buruk bisa membuat masyarakat memberikan
kesimpulan bahwa politik tersebut itu kejam dan para politikus oleh masyarakat
dianggap sebagai ahli tipu muslihat yang sangat kental dengan perbuatan makar,
dusta, dan licik. Namun, bila ditinjau dari sudut pandang yang berbeda, ada pula
politik yang syar’i.
Para pakar Siyasah berbeda pendapat tentang kedudukan politik dalam
Syari’at Islam. Pendapat pertama menyatakan bahwa Islam adalah suatu agama
yang serba lengkap; di dalamnya terdapat pula antara lain sistem ketatanegaraan
atau politik.
Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam
pengertian Barat. Artinya agama tidak ada hubungannya dengan urusan
kenegaraan. Menurut kelompok ini, Nabi Muhammad SAW hanyalah seorang
Rasul, seperti Rasul-Rasul yang lain yang bertugas menyampaikan risalah tuhan
kepada segenap alam. Nabi Muhammad saw tidak mendapatkan tugas untuk
mendirikan dan memimpin suatu negara.
Aliran ketiga menolak bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap
yang terdapat di dalamnya segala sistem kehidupan termasuk sistem
ketatanegaraan. Tetapi juga menolak pendapat yang menyatakan bahwa Islam
214
215
1. Siyasah dusturiyah atau dalam fikih modern disebut Hukum Tata Negara.
Siyasah dusturiyyah secara global membahas hubungan pemimpin politik
dengan rakyatnya serta institusi-institusi yang ada di negara itu sesuai
dengan kebutuhan rakyat untuk kemaslahatan dan pemenuhan rakyat itu
sendiri.
2. Siyasah dauliyah atau biasa disebut Hukum Internasional dalam Islam.
Siyasah dauliyah adalah sistem politik yang mengatur hubungan antar
negara dalam berbagai aspeknya; ekonomi, politik, budaya, militer, dan
lain-lain. Bisa juga disebut sebagai hukum internasional dalam Islam.
3. Siyasah maaliyah yaitu hukum yang mengatur tentang pemasukan,
pengelolaan, dan pengeluaran uang milik negara.
Siyasah maaliyah adalah sistem politik yang mengatur sumber-sumber
keuangan negara, cara pendistribusian, dan penggunaannya, pertanggung
jawaban, dan lembaga yang mengurus dan mengawasinya. Sebagaimana
dalam rumah tangga muslim tidak boleh ada sumber-sumber kehidupan
yang tidak halal, demikian juga di negara Islam tidak boleh ada sumber-
1
Zainuddin Ali,dkk. Pendidikan Agama Islam Kontemporer, (Ciputat: YAMIBA, 2015),
hlm. 179
216
sumber kekayaan negara yang tidak halal. Barang yang tidak halal akan
membawa ketidakberkahan.
C. Nilai-nilai Dasar Sistem Politik Islam dalam Al-qur’an
Al-qur’an sebagai sumber ajaran utama dan pertama agama Islam
mengandung ajaran tentang nilai-nilai dasar yang harus diaplikasikan dalam
pengembangan sistem politik Islam. Nilai-nilai dasar tersebut adalah:2
1. Keharusan mewujudkan persatuan dan kesatuan umat sebagaimana
tercantum dalam Q.S Al-mu’minuun: 52:
Terjemahnya:
Terjemahnya:
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat (Q.S An-
Nisaa [4]:5)”.
Didalam kata khalifah, tersirat adanya amanah. Yakni amanah dari pihak
yang di gantikan yang mengharuskan adanya pertanggung jawaban kepada
pemberi amanah.4
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
4
Ridwan, Fiqih Politik: Gagasan, harapan dan kenyataan, (Yogyakarta: FH UII Press,
2007), hlm. 17
218
Terjemahnya:
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu
melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar
Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan,
dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang Berlaku adil (Q.S Al-hujuraat [49] :9)”.
6. Keharusan mempertahankan kedaulatan negara dan larangan melakukan
agresi dan invasi. Q.S Al-baqaarah: 190:
Terjemahnya:
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (Q.S Al-
baqaarah[2] :190)”.
7. Keharusan mementingkan perdamaian daripada permusuhan. Q.S al-
Anfaal : 61 :
Terjemahnya:
219
Terjemahnya:
“Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu
(terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang kamu perbuat (Q.S An-Nahl [16]: 91)”.
(demokrasi) mengandung makna sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakya dan
unuk rakyat.
Secara terminologi demokratis adalah sistem pemerintahan yang
menjadikan rakyat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi. Dengan kata lain
demokrasi adalah pemerintahan ditangan rakyat, dengan pengertian, pemerintahan
dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat, dan pemerintahan untuk rakyat.
Sebuah pemerintahan dipandang demokratis jika terpenuhi beberapa syarat
sebagai berikut:
1. Terselenggaranya Pemilihan Umum yang bebas dan rahasia.
2. Perlindungan konstitusi.
3. Badan kehakiman yang independen (bebas dan tidak memihak).
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat melalui lisan, tulisan, dam
kegiatan.
5. Kemerdekaan untuk berserikat, berorganisasi dan beroposisi.
6. Supremasi hukum.
Di al-Qur’an telah dijelaskan dalam Q.S An-Nisaa : 59:
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya (Q.S An-Nisaa [4] : 59)”.
Dalam tradisi politik Islam dikenal dengan kata syura atau musyawarah
yang artinya bahwa untuk menyelesaikan urusan yang besar harus melibatkan
semua warga negara.
222
DAFTAR PUSTAKA