Anda di halaman 1dari 4

RESUME FIQIH JINAYAH

Kelompok 1

FIQIH JINAYAH dan FIQIYAH SIYASAH


Fiqih jinayah merupakan ilmu tentang hukum syara yang berkaitan dengan masalah
perbuatan yang dilarang, yang hukumnya diambil dari dalil – dalil yang terperinci. Sedangkan
fiqih siyasah merupakan ilmu yang mempelajari ihwal dan seluk beluk pengaturan urusan
umat dan negara dengan segala bentuk hukum, peraturan, dan kebijaksanaan yang dibuat oleh
pemegang kekuasaan yang sejalan dengan dasar – dasar ajaran dan ruh syariat untuk
mewujudkan kemaslahatan umat.
Fiqih jinayah berbicara tentang bentuk – bentuk tindakan kejahatan yang dilarang
Alloh SWT. Manusia yang melakukan hal yang dilarang tersebut, maka akan mendapatkan
dosa, dan akibat dari dosa itu, akan dirasakannya azab Alloh SWT di akhirat. Sedangkan fiqih
siyasah ada dan berkembang sejak islam menjadi pusat kekuasaan dunia, perjalanan hijrahnya
rasulullah ke Madinah, penyusunan piagam Madinah, pembentukan pembendaharaan negara,
pembuatan perjanjian perdamaian, taktik pertahanan negara, pembuatan kebijakan bagi
kemaslahatan masyarakat, umat dan bangsa.

 Dasar hukum dari fiqih jinayah dan siyasah yaitu :


1. Fiqih jinayah
a. Q.S Al- Baqoroh ayat 179 yang artinya : “Dan dalam Qishash itu ada ( jaminan
kelangsungan ) hidup bagimu. Hai orang – orang yang berakal, supaya kamu
bertaqwa”
b. Q.S An- Nisa ayat 65 yang artinya : “maka demi tuhanmu, mereka ( pada
hakekatnya ) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.”
c. Q.S Al- Hijr ayat 9 yang artinya : “Sesungguhnya kami lah yang menurunkan Al-
Qur’an dan sesungguhnya kami benar – benar memeliharanya.”
d. Q.S An- Nisa ayat 10 yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang memakan
harta anak yatim secara zalim, sesungguhnya mereka itu menelan api sepenuh
perutnya dan mereka akan masuk kedalam api yang menyala-nyala.”
2. Fiqih siyasah
Dasar Al-Qur’an al karim:
a. Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan umat, sebagaimana tertuang
dalam al-qur’an :
Ayat 52 : “sesungguhnya umat kamu ini umat yang satu dan aku Tuhan kamu
bertakwalah kamu kepada-Ku.”
Ayat 46 : “Janganlah bercerai-berai (bertengkar), kamu akan gagal, dan hilang
kekuatanmu.”
b. Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan dan menyelenggarakan masalah
yang bersifat ijtihad dalam al-qur’an mengisyaratkan bahwa umat islam terkait
keharusan untuk mengatasi persoalan:
Ayat 38 : “Dan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah diantara mereka.”
c. Kemestian menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil, sebagaimana
tertuang dalam Al-Qur’an.”
Ayat 58 : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil.”
d. Kemestian menanti alloh dan rasulullah, dan Uli al-Amr ( pemegang kekuasaan):
Ayat 59 : “Hai orang-orang yang beriman , taatilah alloh dan rasul-Nya dan orang-
orang yang memegang kekuasaan diantara kamu.”
e. Kemestian mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat islam:
Ayat 9 : “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka
damaikanlah keduanya.”
f. Kemestian mempertahankan kedaulatan negara, dan larangan melakukan agresi
dan invasi.”
Ayat 190 : “Dan perangilah dijalan alloh orang-orang yang memerangi kamu,
tetapi janganlah kamu melampaui batas.”
g. Kemestian mementingkan perdamaian dari pada permusuhan
Ayat 61 : “Apabila mereka condong kepada perdamaian, hendaklah kamu pun
condong kepadanya dan bertakwalah kepada alloh.”
RUANG LINGKUP FIQIH JINAYAH
1. Hudud
Hudud yang artinya menahan (menghukum) menurut istilah, hudud berarti sanksi bagi
orang yang berbuat zina, contohnya hukum didera bagi pelaku zinah, hukum perintah
merajam pelaku zina sudah bersuami / beristri.

2. Qishash/Diyat
Hukum qishash sendiri merupakan pembalasan yang setimpal (sama) atas
pelanggaran yang bersifat pengerusakan badan, atau menghilangkan nyawa manusia.
Sedangkan diyat adalah denda yang wajib dikeluarkan baik berupa uang atau barang oleh
seseorang yang terkena hukum diyat, karena adanya pengampunan. Pembunuhan yang
dijatuhkan hukum diyat salah satunya adalah seseorang yang telah menghilangkan nyawa
seseorang secara tidak sengaja/ karena kesalahan tertentu.
3. Ta’zir
Hukum Ta’zir disebut juga sebagai hukuman ringan yang hukumannya tidak
ditetapkan dalam al-qur’an. Menurut hukum islam sendiri, hukum ta’zir diperuntukan
bagi seseorang yang melakukan jinayah atau sebuah kejahatan yang tidak / belum
memenuhi syarat untuk dihukum ataupun tidak memenuhi syarat membayar diyat
sebagai hukum ringan untuk menebus dosanya sebagai akibat dari perbuatannya.

Menurut pandangan saya pribadi dari pengertian hukum Ta’zir diatas dapat disebutkan salah
satu contohnya adalah hukuman bagi para santri dipondok pesantren, dimana sesuai dengan
kesalahannya, hukuman diperoleh. Dan cenderung tidak terdapat dalam al-qur’an atas
hukuman santri dipondok.

RUANG LINGKUP SIYASAH


1. Fiqih Siyasah Dusturiyyah
Yang mengatur tentang hubungan antara warga negara dengan lembaga negara yang satu
dengan warga dan lembaga negara yang lain dalam batas-batas administratif suatu negara
2. Fiqih Siyasah Dawliyyah
Yang mengatur antara warga negara dengan lembaga negara dari negara yang satu
dengan warga negara dan lembaga negara dari negara yang lain
3. Fiqih Siyasah Maliyyah
Yang mengatur tentang pemasukan, pengelolaan, dan pengeluaran uang milik negara.
Mengapa kita harus mempelajari fiqih jinayah ?
Jawabannya adalah karena dalam kehidupan, fiqih jinayah sangat penting dipelajari karena
terdapat tujuan pokok dalam mempelajari fiqih jinayah yaitu
1. Untuk memahami bagaimana menjaga kemaslahatan manusia berdasarkan nash/ tuntutan
al-qur’an
2. Menghindari dari kerusakan khususnya agama, jiwa, akal, dan harga diri

Hubungan Fiqih Siyasah dengan Ilmu lain


a. Fiqih siyasah berhubungan dengan ilmu ushul fiqih dan kaidah-kaidah yang terdapat
didalamnya.
b. Dibutuhkan pula ilmu tafsir beserta metode tafsir untuk memahami bahasa-bahasa
yang digunakan sumber ajaran islam yang dimaksudkan dan relevan dengan
perkembangan fiqih siyasah.
c. Demikian pula dengan filsafat politik, fiqih siyasah memiliki keterkaitan yang
signifikan, karena tanpa epistemologi politik, fiqih siyasah tidak akan
mengembangkannya jati dirinya sebagai salah satu disiplin ilmu.

Anda mungkin juga menyukai