Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ISLAM DISIPLIN ILMU

KONSEP NEGARA DALAM HUKUM ISLAM

Dosen Pengampu:
Dr. Deddy Effendy, S.H., M.H.
Jejen Hendar, S.H., M.H.

Disusun oleh:

Syifa Anggita Ahimsa Putri (10040020061)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2022
DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...............................................................................................................3

BAB II.................................................................................................................................4

PEMBAHASAN.................................................................................................................4

BAB III..............................................................................................................................11

PENUTUP.........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

3
BAB II

PEMBAHASAN

Pada masa Rasulullah telah menyelesaikan tugasnya untuk mempersatukan umat


Islam selanjutnya beliau mempersatukan umat Madinah ke dalam suatu dalam
persaudaraan kenegaraan yang bebas untuk ditempati dalam Negara Madinah
berdasarkan Perjanjian al-‘Aqabah I dan II serta Piagam Madinah. Menurut
Ridwan H.R. pengertian negara pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafur
Rasyidin telah memenuhi unsur negara dalam arti sempit, yaitu : pertama, warga
negara yang terdiri dari masyarakat Muslim dan kaum Zimmi; kedua, punya
wilayah baik darat, udara, dan laut yang semula hanya kota madinah, setelah fathu
Makkah meliputi Semenanjung Arabia; dan ketiga, ada pemerintahan yang
dilekatkan pada kewenangan syariat Islam oleh orang-orang Islam yang ada di
wilayah itu.1

Sejak masa awal perkembangan Islam, setidaknya masyarakat muslim hanya


mengenal dua konsep teritorial politik religius yaitu dar al-Islam (wilayah damai)
yaitu wilayah kaum Muslimin yang menerapkan hukum Islam dan dar al-harb
(wilayah non-muslim) yaitu negara yang menerapkan syariat kufur.2

Pada jaman Yunani Kuno manusia sudah menyadari arti pentingnya negara bagi
manusia, tetapi bentuk negara yang ada dalam pandangan mereka tidak lebih luas
dari negara-negara kota (Haricahyono, 1986).

Negara merupakan organisasi masyarakat yang berkuasa untuk mengatur


kehidupan masyarakat, organisasi masyarakat yang lebih luas disebut bangsa. 3

1
Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum., Politik Hukum : Studi Perbandingan dalam
Praktik Ketatanegaraan Islam dan Sistem Hukum Barat, Kencana, Jakarta, 2016, hlm. 41.
2
Dr. Abdul Chalik, Islam, Negara dan Masa Depan Ideologi Politik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2017, hlm. 188.
3
Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum., Politik Hukum : Studi Perbandingan dalam
Praktik Ketatanegaraan Islam dan Sistem Hukum Barat, Kencana, Jakarta, 2016, hlm. 36.

4
Adapun dalam pandangan Islam, menurut Husain Haikal, Al-Quran tidak
memberikan konsep mengenai negara. Menurut Al-Jurjani dalam kitabnya al-
Ta’rifat :

‫َاْلَو َطُن اَأْلْص ِلُّي ُهَو َم ْو ِلُد الَّرُج ِل َو اْلَبَلُد اَّلِذ ي ُهَو ِفيِه‬

Artinya : Al-wathan al-ashli yaitu tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana
ia tinggal di dalamnya. (Ali Al-Jurjani, al-Ta’rifat, Beirut, Dar Al-Kitab Al-Arabi,
1405 H, halaman 327).

Islam adalah agama universal yang ajarannya mengandung prinsip-prinsip


kehidupan termasuk politik dan ketatanegaraan. 4 Mayoritas masyarakat Muslim
berpendapat bahwa Islam merupakan agama lengkap yang ajarannya mencakup
semua bidang kehidupan, termasuk politik. Namun ajarannya bersifat umum,
sehingga pelaksanaan konkritnya harus melalui interpretasi ijtihad. Islam tidak
memberikan petunjuk langsung dan rinci bagaimana umat Islam mengurus
persoalan negara. Tidak menjelaskan bagaimana bentuk negaranya, sistem
pemerintahannya, proses pelaksanaannya, dan lain-lain. Sehingga diperlukan
ijtihad politik di dalam diri umat Islam yang melihat sejarah Islam sebagai
referensi. Sistem negara menurut hukum Islam akan selalu berpegang teguh
terhadap Al-Quran dan as-Sunnah dalam menjalankan negaranya. Sesuai dengan
Q.S. Al-Qashash : 85

ِ‫َّن اَّلِذ ي َفَرَض َع َلْيَك اْلُقْر آَن َلَر اُّد َك ِإَلى َم َع اٍد‬

Artinya: “Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-


hukum) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.”

Menurut pandangan Islam suatu negara terbentuk bukan hanya adanya kontrak
sosial manusia, namun Islam memandang secara esensi mengenai fungsi manusia
sebagai khalifah Allah di bumi yang memikul kekuasaan legislatif dan kedaulatan
tertinggi sebagai amanah. Sesuai dengan Q.S. Al-Maidah (5) : 48

4
Hal 101 buku lsipk

5
‫َز َل ٱُهَّللۖ َو اَل َتَّتِب ْع‬ll‫َو َأنَز ْلَنٓا ِإَلْيَك ٱْلِكَٰت َب ِبٱْلَح ِّق ُمَص ِّد ًقا ِّلَم ا َبْيَن َيَد ْيِه ِم َن ٱْلِكَٰت ِب َو ُمَهْيِم ًنا َع َلْي ِهۖ َف ٱْح ُك م َبْيَنُهم ِبَم ٓا َأن‬
‫َأْهَو ٓاَء ُهْم َع َّم ا َج ٓاَء َك ِم َن ٱْلَح ِّقۚ ِلُك ٍّل َجَع ْلَنا ِم نُك ْم ِش ْر َع ًة َوِم ْنَهاًجاۚ َو َلْو َش ٓاَء ٱُهَّلل َلَجَع َلُك ْم ُأَّم ًة َٰو ِح َد ًة َو َٰل ِكن ِّلَيْبُل َو ُك ْم‬
‫ِفى َم ٓا َء اَتٰى ُك ْم ۖ َفٱْسَتِبُقو۟ا ٱْلَخْيَٰر ِتۚ ِإَلى ٱِهَّلل َم ْر ِج ُع ُك ْم َجِم يًعا َفُيَنِّبُئُك م ِبَم ا ُك نُتْم ِفيِه َتْخ َتِلُفوَن‬

Artinya : Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa


kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu.

Ada beberapa tokoh intelektual Islam yang membahas konsep negara Islam,
seperti :

1. Al-Mawardi

Al-Marwadi menegaskan bahwa kepemimpinan negara merupakan


instrument untuk meneruskan misi kenabian guna memelihara agama dan
mengatur dunia5. Sehingga negara sangat diperlukan dalam hukum Islam
guna menerapkan peraturan bagi masyarakat sehingga tercipta rasa
nyaman, aman, dan mencapai tujuan bersama.

2. Abu Nashr Al- Farabi

Menurut Al-Farabi manusia tidak sama antara satu dengan yang lain
karena beberapa faktor. Sehingga mempengaruhi perilaku pola pikir dan
kebiasaan bernegara. Al-Farabi berpendapat bahwa negara yang berhasil

5
Hal 102 lsipk

6
menyatukan keberagaman masyarakat dalam kesatuan untuk mencapai
tujuan negara. Menurut Al-Farabi konsep negara terbagi menjadi dua :

- Al-Madinah al-Fadhilah

- Al-Madinah al-Jahilah.

3. Al-Maududi

Menurut Al-Maududi (1998:168) pengakuan negara terhadap kepemimpinan


dan kekuasaan Allah dan rasul-Nya di bidang perundang-undangan mutlak
adanya. Dasar kenegaraan menurut Islam :

a. Islam merupakan agama yang paripurna, lengkap dengan cara dan


petunjuk untuk mengatur kehidupan manusia, termasuk kehidupan
berpolitik.

b. Kekuasaan tertinggi atau kedaulatan, adalah hanya kepada Allah, maka


rakyat hanya sebagai pelaksana-pelaksana perintah Allah di muka bumi.

c. Sistem politik Islam merupakan suatu sistem yang Universal dan tidak
mengenal batas-batas dan ikatan-ikatan geografi bahasa dan kebangsaan.

4. Ibnu Tamiyah

Menurut Ibnu Tamiyah, mendirikan negara bukanlah didasarkan pada


perintah syara’, pertimbangan negara ada hanya bersifat maslahat.
Penegakan negara bukanlah salah satu perintah agama atau asas dalam
Islam, melainkan kebutuhan praktis saja.6

Tahir Azhary7, menjelaskan ada beberapa prinsip monokrasi dalam negara Islam,
yaitu kekuasaan sebagai amanah, prinsip musyawarah, menegakan keadilan,
perlindungan terhadap hak asasi manusia, peradilan yang bebas, perdamaian,
kesejahteraan, dan ketaatan masyarakat kepada pemerintah.
6
Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum., Politik Hukum : Studi Perbandingan dalam
Praktik Ketatanegaraan Islam dan Sistem Hukum Barat, Kencana, Jakarta, 2016, hlm. 42-43.
7
Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum., Politik Hukum : Studi Perbandingan dalam
Praktik Ketatanegaraan Islam dan Sistem Hukum Barat, Kencana, Jakarta, 2016, hlm. 46.

7
Negara menurut hukum Islam merupakan negara yang berada di bawah kekuasaan
pemerintah Muslim dan menggunakan hukum Islam. Beberapa cendikiawan
Muslim sepakat bahwa identitas negara Islam dapat dilihat dari beberapa segi,
antara lain: Pertama, apabila dilihat dari segi hukum yang berlaku, jika terlihat
dalam negara itu uang berlaku hukum Islam, maka negara itu negara Islam, kedua,
apabila dilihat dari segi keamanan negara, jika warganya dapat menjalankan
syariat agama Islam dengan baik, maka negara itu negara Islam, ketiga, dilihat
dari segi pemegang kekuasaan negara, jika penguasanya bertindak adil, amanah,
jujur, dan selalu menerapkan musyawarah dengan petunjuk syara’ maka negara itu
negara Islam.8 Negara menurut hukum Islam berdiri atas landasan akidah Islam.
Akidah Islam tidak boleh lepas dari negara dan tidak diperbolehkan memiliki
pikiran, konsep, atau hukum yang bukan dari akidah Islam. Negara menurut
hukum Islam tidak berbentuk monarki dan Islam tidak mengakui sistem monarki
dengan segala bentuknya, tidak berbentuk kekaisaran, tidak berbentuk negara
federasi yang membagi wilayah otonom. Melainkan sistem kesatuan yang
mencakup seluruh negeri. Menurut Muhammad Iqbal, negara Islam lebih tepat
disebut dengan nomokrasi Islam sebab kepala negara menjalankan pemerintahan
tidak berdasarkan mandat Tuhan, namun berdasarkan hukum-hukum syariat yang
diturunkan oleh Tuhan kepada manusia melalui Rasulullah SAW, sejauh
disebutkan secara tegas oleh syariat, maka penguasa tinggal melaksanakan saja
apa yang disebut dalam nash. 9

8
Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum., Politik Hukum : Studi Perbandingan dalam
Praktik Ketatanegaraan Islam dan Sistem Hukum Barat, Kencana, Jakarta, 2016, hlm. 48.
9
Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum., Politik Hukum : Studi Perbandingan dalam
Praktik Ketatanegaraan Islam dan Sistem Hukum Barat, Kencana, Jakarta, 2016, hlm. 45.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan. 2016. Politik Hukum : Studi Perbandingan dalam
Praktik Ketatanegaraan Islam dan Sistem Hukum Barat. Jakarta: Kencana.
Drs. Muchtar Affandi. 1986. Ilmu-Ilmu Kenegaraan. Bandung: Lembaga
Penerbitan Fakultas Sosial Politik Universitas Padjadjaran.
Dr. Abdul Chalik. 2017. Islam, Negara dan Masa Depan Ideologi Politik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
LSIPK
Pertiwi Dian, Jamal Mirdad, Mami Nofrianti. “Mengulik Konsep Negara Menurut
Pemikir Islam Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern”. Jurnal Pemerintahan
dan Politik Islam 2. no. 22 (2021)

10

Anda mungkin juga menyukai