Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS SISTEM POLITIK DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPU : RIFKI ARIF NUGRAHA, M.Pd.

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS SALAH SATU MATA KULIAH


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH : DARUL BAROKAH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)


SYEKH MANSHUR PANDEGLANG
TAHUN 2021
A. PENGERTIAN SISTEM POLITIK DAN SISTEM POLITIK ISLAM
Menurut Ibnu Qoyyim, politik adalah sesuatu kegiatan yang menjadi umat manusia
mendekat kepada hidup maslahat dan menjauhkan dari kerusakan, sedangkan menurut
Abdul Hamid Al-Ghozali, politik memiliki manksa sebagai memerintah dan
menjalankan negara.
Terdapat lima kerangka konseptual dalam memahami makna politik:
1. Sebagian usaha warga negara dalam membicarakan dan mewujudkankebaikan
bersama.
2. Berkaitan dengan penyelenggaraan Negara.
3. Sebagai kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan memepertahankankekuasaan
dalam masyarakat.
4. Digunakan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan umum.
5. Sebagai konflik dalam rangka mencari atau mempertahankan sumber-sumber yang
dianggap penting.

Politik dalam Islam adalah suatu kebijakan untuk mengatur suatu pemerintah yang
berdaulat atau masyarakat dalam bernegara. Pembahasan sistem politik Islam (siyasah)
ada tiga bagian, yaitu :
1. Siyasah Dusturiyah
Ruang lingkup dalam Fiqih Siyasah Dusturiyah (Politik Tata Negara) merupakan
hubungan antara pemimpin disatu puhak dengan rakyatnya dipihak lain, dan
kelembagaan-kelembagaan yang ada didalam masyarakatnya.
Ruang lingkup Fiqih Siyasah Dusturiyah meliputi :
a. Persoalan Imamah (Kepala Negara), Hak Dan Kewajibannya
b. Persoalan Rakyat, Status, dah Hak-Haknya
c. Persoalan Bai’at
d. Persoalan Waliy Al-Ahdi, Sumber Kekuasaan dan Kriteria Imam
e. Persoalan Perwakilan dan Ahl Ai-Hall Wa Al-Aqdi
2. Siyasah Dauliyah
Titik berat pembicaraan Siyasah Dauliyah atau hukum Tata Negara adalah sekitar
hubungan antara negara dan orang-orang yang tercakup dalam hukum internasional.
Materi pokok pembahasan fiqih siyasah dauliyah antara lain :
a. Tawanan perang
Tindakan terhadap tawana perang ada dua, yaitu membebaskan tawanan itu dengan
baik (manna) dan menukarkan tawanan itu dengan tebusan (fida’)
c. Perjanjian damai
Perjanjian yang dilakukan oleh Darussalam dengan negara lainnya salam keadaan
perang itu disebut perjanjian damai atau gencatan senjata.
d. Penyerahan penjahat antar negara Darusalam
Menurut teori fiqih siasah setiap negara yang termasuk darusalam dipandang sebagai
wakil yang mutlak bagi negara lain untuk menjalankanhukum Islam
3. Siyasah Maliyah
Di dalam Siyaasah Maliyah dibicarakan bagaimana cara-cara yang harus diambil
untuk mengharmoniskan orang-orang kaya dan orang-orang miskin agar tidak
terjadi kesenjangan. Dalam Siyasah Maliyah ada beberapa hal yang menjadi
pembahasan, antara lain persoalan hak milik, zakat, harta wakaf, perpajakan, dan
bea cukai.
B. CIRI-CIRI SISTEM POLITIK ISLAM
Mengenai ciri-ciri sistem politik Islam dapat dibatasi oleh tujuh ciri sebagai berikut:
1. Kekuasaan dipegang penuh oleh umat
Mayoritais Ahlu – Sunnah, Mu’taszilah,
Khowarij, dan Najariyah mengatakan :
”Sesungguhnya cara penetapan Imamah atau kepemimpinan adalah melalui
pemilihan dari umat“.
2. Masyarakat ikut berperan dan bertanggung jawab
Penegkan agama, pemakmuran dunia, serta pemaliharaan atas semua kemaslahatan
umum merupakan tanggung jawab umat dan bukan hanya tanggung jawab penguasa
saja. Dalil yang memperkuat hal itu adalah bahwa Al-Qur’an telah berbicira tentang
peran atau (tugas) tersebut kepada umat manusia dalam beberapa ayat, diantaranya.
“Hai orang – orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang – orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan dalil (Qs. Al –
Maidah : 8 ).
3. Kebebasan adalah hak bagi semua orang
Pengekspresian manusia akan kebebasan dirinya merupakan wajah lain dari akidah
Tauhid. Pengucapan dua kalimat Syahadat yang menjadi ikrar pengabdian dirinya
hanya untuk Allah SWT semata, dan juga kebebasan dirinya dari segala macam
kekuasaaan manusia.” Allah SWT telah membuka jalan kepada kita menuju
kehendak – Nya saja , tapi Dia tidak memaksa kita untuk berjalan sesuai dengan
kehendak tersebut . Dia memberikan kebebasan kepada kita untuk memilih. Dengan
demikian , jika menghendaki kita dapat memilih jalan sesuai dengna syari’at ,
sebagaimana kita juga dapat menempuh jalan yang bertentangan dengan perintah-
Nya seta mengabaikan syari’at-Nya . Tetapi kita akan menanggung akibat dari
semua tindakan kita tersebut, karena bagaimanapun wujud pilihan tersebut akan
berakibat kepada kita.
Diantara pengekspresian kebebasan yang terpenting adalah kebebasan memilih dan
berpendapat . Jadi, menurut Al-Qur’an tidak ada paksaan, sebagaimana tertuang
dalam beberapa ayat yang berbunyi :
“ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar dari jalan yang sesat.“ (Qs. Al-Baqarah : 256).
4. Persamaan diantara semua manusia
Sesungguhnya nenek moyang kita adalah satu. Kesemuanya diciptakan min nafsin
wahidah (dari diri yang satu) (Qs. An- Nisa’ : 1). Dan semuanya mendapat
perlindungan dan penghormatan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an tanpa
melihat kepada agama atau ras . Rasulullah SAW sendiri pada khutbah Wada’ telah
mengisyaratkan kepada makna kesatuan asal manusia . Beliau bersabda,”
Ketahuilah, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu, dan ketahuilah bahwa Bapak
kalian juga satu .” Sedangkan di Al- Qur,an juga difirmankan :
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang kaki- laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku – suku
supaya kamu saling mengenal . Ssesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal (Qs. Al-Hujurat : 13) .
5. Kelompok yang berbeda juga memiliki legalitas
Sejak diputuskannya kesatuan dasar kemanusiaan dan ditetapkannya kehormatan
bagi setiap orang didalm Al-Qur’an, setiap orang lain (yang berbeda paham) berhak
mendapatkan perlindungan dan legalitas sebagai manusia, ketika Nabi Muhammad
Saw berdiri sebagai penghoormatan atas seorang mayat yang diusung dihadapan
beliau, dikatakan kepada beliau bahwa mayat yang diusun dihadapan beliau adalh
orang Yahudi, maka beliau menjawab, “ Bukankah ia manusia?” Demikian halnya
ketika Ali bin Abi Thalib r.a mengirim surat kepada gubernurnya di Mesir, Malik Al
Asytar, beliau menulis dalam surattersebut :” Tanamkanlah dalam hatimu kasih
sayang, cinta, dan kelembutan kepada rakyatmu. Sesungguhnya mereka ada dua
golongan, baik meeka sebagai saudara dalam agama, atau mitramu sesama makhluk.
6. Kezaliman mutlak tidak diperbolehkan dan usaha meluruskannya adalah
wajib
Dalam islam, kezaliman tidak hanya termasuk dalam kemungkaran dan dosa
terbesar saja, juga tidak hanya merusak kemakmuran, sebagaimana yang dikatakan
Ibnu Khaldun. Tetapi lebih dari itu, kezaliman merupakan tindakan yang
memperkosa hak Allah SWT dan menghancurkan nilai-nilai keadilan yang
merupakan tujuan dari diutusnya Rasul dan Nabi. Allah SWT berfirman :” Agar
memberi peringatan orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada
orang-orang yang berbuat baik”. (Qs. Al-Ahqaf : 12). Nabi Muhammad SAW
bersabda :” Seutama-utama jihad adalah mengatakan yang hak kepada penguasa
zalim”.
7. Undang-undang di atas segalanya
Legalitas kekuasaan dinegara islam tegak dan berlangsung dengan usaha
mengimplementasikan sistem undang-undang Islam secara keseluruhan, tanpa
membedakan antara hokum-hukumnya yang mengatur tingkah laku seorang muslim
dalam kedudukannya sebagai anak bangsa dan hakim dengan nilai-nilai pokok dan
tujuan -tujuannya yang mulia, yang telah disebutkan didalam Al-Qur’an dan Hadist.
Pada tingkat yang lebih tinggi, norma-norma syariat dan ketundukan semua orang
terhadapnya, baik dari pihak penegak maupun pelaku hukum itu sendiri harus
mendapatkan tempat yang lebih tinggi dari undang-undang, kemandirian referensi
syariat pada kekuasaan negara dan penegak hukum memerikan jaminan penting
dalam melawan kesewenang -wenangan kekuasaan eksekutif, khususnya di negara-
negara berkembang, dimana kekuasaan tersebut adalah pengambil keputusan
parlemen serta menjalankannya demi tercapainya keinginan – keinginan mereka
sendiri .

C. NILAI-NILAI DASAR POLITIK DALAM ISLAM


Prinsip-prinsip penggunaan kekuasaan politik :
1. Perintah menunaikan amanah
2. Perintah berlaku adil dalam menetapkan hukum
3. Perintah taat kepada Allah, Rosul, dan Ulul Amri (pemimpin)
4. Perintah  kembali kepada Al-Qur’an dan Sunah
Orang yang mempunyai atau pemegang kekuasaan harus amanah dan berlaku adil,
artinya menggunakan kekuasaan yang dipegang untuk mewujudkan sebuah
masyarakat yang adil dan makmur. Jika ada persoalan yang dihadapi (pemerintah
maupun rakyat), seluruhnya harus dikembalikan kepada dua sumber hukum pokok
yaiutu Al-Qur’an dan Sunah. Barang siapa berpegang kepada keduanya, maka akan
selamat didunia maupun di akhirat. Dan barang siapa meninggalkan keduanya, maka
yang akan diperoleh adalah kesesatan dan kecelakaan baik didunia maupun di
akhirat.
Referensi
Anonim. 2012. Ciri Sistem Politik Islam.
<xa.yimg.com/kq/groups/…/CIRI +CIRI+POLITIK+ISLAM.DOC>. Diakses pada
tanggal 31 Oktober 2012.
Setyawati, R. 2012. Sistem Politik Islam.
<http://rinnaneezt.blogspot.com/2012/05/sistem-politik-islam_09.html&gt;. Diakses
pada tanggal 31 Oktober 2012.
Wijaya, R. 2012. Makalah Sistem Politik Islam.
<http://www.scribd.com/doc/89805236/Makalah-Sistem-Politik-Islam>. Diakses
pada tanggal 31 Oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai