Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB VIII

SISTEM POLITIK
ISLAM
Disusun Oleh:

Agus Mahyadi
Ahmad Dhia’ul Khair
A.Pengertian Sistem Politik Islam
Politik di identikkan bahasa arab siyasah, Dalam ilmu fiqih : Siyasah sebagai pokok ajaran islam yang
mengatur sistem kekuasaan dan pemerintahan. Politik sendiri artinya segala urusan dan tindakan
tentang pemerintahan suatu negara terhadap negara lain.
Fiqih Siyasah meliputi :
1. Siyasah Dusturiyah : adalah tata negara dalam islam.
2. Siyasah Dauliyyah : adalah politik yang mengatur hubungan antara suatu negara islam dengan
negara islam lain dan atau negara lain.
3. Siyasah Maaliyah : mengatur sistem ekonomi negara.
Sistem kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan kekuatan-kekuatan dan aliran
yang berbeda dalam masyarakat.Oleh karena itu, penguasa ( manusia ) tidak mempunyai kekuasaan
mutlak, Ia hanyalah wakil Allah dimuka bumi yang berfungsi untuk menterjemahkan dan menafsirkan
Ayat-ayat Allah dan sifat-sifatnya dalam kehidupan nyata, kekuasaan adalah amanah Allah yang
diberikan kepada orang-orang yang berhak memilikinya.Pemegang amanah haruslah menggunakan
kekuasaan itu dengan sebaik-sebaiknya sesuai dengan prinsip dasar yang telah ditetapkan Alqur’an dan
sunnah rasul.
B.Prinsip-Prinsip Dasar atau Siyasah dalam Islam
1. Sistem Musyawarah ( Al-Syuraa )
Istilah Asy-Syuraa dianggap sebagai doktrin kemasyarakatan dan kenegaraan yang pokok, karena
telah jelas nash nya dalam Al-qur’an dan diperkuat hadits serta sunnah/keteladanan nabi. Lembaga
musyawarah sendiri telah ada sejak zaman Nabi.
Contoh : sistem demokrasi, dalam sistem itu rakyat berkumpul untuk bermusyawarah, membuat
undang-undang serta memilih pemimpin pemerintahan.
Seorang ahli tafsir dari aliran Syi’ah menjelaskan asbabun Nuzul Asy-Syuraa: 38 menyatakan bahwa
kaum anshor telah melakukan musyawarah sebelum zaman Islam juga sebelum kedatangan nabi
Muhammad di Yatsrib/Madinah.
Mujadalah atau diskusi merupakan salah satu bentuk musyawarah. Namun konsep Asy-Syuraa itu
sebagai lembaga kenegaraan di zaman modern disebut sebagai demokrasi dan terdapat beberapa
permasalahan.
Kontroversi yang muncul itu disebabkan karena Al-qur’an atau Hadits tidak memberikan ketentuan
secara rinci serta bentuk konkret konsep syuraa itu.
Faktor kedua adalah kenyataan bahwa pada zaman sekarang ini bentuk dan sistem kenegaraan dan
pemerintahan di negara-negara islam tidak semuanya republik-demokratis,
Sistem kerajaan masih terdapat di Saudi Arabia, Maroko, Yordania, Kuwait, Malaysia, dan Brunei
Darussalam.
Beberapa negara kerajaan di barat seperti; Inggris, Belanda, Denmark, Belgia, dan Swedia mungkin
lebih tepat dikatakan bahwa di negara-negara kerajaan tersebut tidak mesti tidak ada demokrasi.
Negara-negara itu adalah kerajaan yang bersifat konstitusional, demokratis, dan berparlemen.
Pada prinsipnya Islam mengutamakan pemerintahan Jumburiyah ( republik ) namun membenarkan
juga pemerintahan Mulkiyah ( kerajaan ) jika rakyat menghendakinya dengan dasar musyawarah dan
bersifat parlementer. Islam mengingkari pemerintahan sewenang-wenang yang tidak mementingkan
permusyawaratan suara rakyat. Tegasnya Islam menghendaki sistem demokratis ala Islam.
2.Keadilan ( Al-’Adlu )
Keadilan menurut Al-qur’an meliputi 5 hal :
a. Keadilan Allah yang bersifat mutlak
b. Keadilan firman-Nya atau ayat-ayat-Nya
c. Keadilan Syari’at-Nya yang dijelaskan oleh rasul-Nya
d. Keadilan pada alam ciptaan-Nya
e. Keadilan yang ditetapkan untuk umat manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
3.Prinsip Kemerdekaan ( Al-Hurriyyah ) – kebebasan yang bertanggung jawab
Kebebasan yang bertanggung jawab pada prinsipnya adalah kebebasan hati nurani, hal ini tidak bisa
dicapai dengan tanpa kenikmatan hidup di dunia, mengabaikan kehidupan dunia dan hanya selalu
menghadap ke arah Tuhan di langit. Allah menciptakan kehidupan ini agar dapat memanfaatkan
dorongan hidup duniawi. Islam telah mulai membebaskan hati nurani manusia dari menyembah apa
saja selain Allah dan dari tunduk kepada siapapun kecuali Allah.
4.Prinsip Persamaan ( Al-Musaawah )
Maksudnya adalah persamaan kemanusiaan. Bahwa kedudukan manusia di hadapan Allah sama tidak
ada diskriminasi baik hak maupun kewajibannya, kecuali hal yang kodrati tertentu antara laki-laki dan
perempuan misalnya soal dispensasi untuk tidak wajib sholat bagi wanita yang sedang haidh, nifas dan
sebagainya. Adapun yang membedakan derajatnya adalah ketaatan dan ketaqwaan.
C. Prinsip-prinsip Hukum Antar Agama atau Hukum Internasional

Hukum Internasional yaitu segala bentuk tata ukuran atau teori-teori tentang sistem hukum
internasional dan hubungan antar bangsa. Teori hukum Islam kontemporer memperkenalkan konsepsi
hukum internasional dalam dua bagian :
1. Hukum internasional mengenai masalah-masalah makro
2. Hukum internasional mengenai masalah-masalah mikro
Pada awalnya islam hanya mengenal satu sistem kekuasaan politik negara yaitu kekuasaan dibawah
Risalah Nabi SAW, lalu berkembang menjadi sistem khilafah/kekhalifahan.
Dalam sistem ini dunia internasional dipisahkan menjadi tiga kelompok kenegaraan, yaitu:
3. Negara islam atau Daarus-Salam, yaitu negara yang ditegakkan atas dasar berlakunya syari’at
Islam dalam kehidupan.
4. Daarul Harbi, yaitu negara Non-Islam yang kehadirannya mengancam kekuasaan negara-negara
islam, serta menganggap musuh warga negaranya yang menganut agama Islam.
5. Daarus-Sulh,yaitu negara Non-Islam yang menjalin persahabatan dengan negara-negara Islam,
yang eksistensinya melindungi warga negara yang menganut agama Islam.
Kekuasaan politik berikutnya mengalami perubahan, tidak hanya mengakui satu sistem khilafah tetapi
telah mengakui keragaman tentang khilafah.Selain itu juga memberi pengakuan atas otonomi negara-
negara bagian kerajaan maupun kesultanan dari Andalusia di Spanyol hingga Asia Tenggara.
Prinsip-prinsip atau kebijaksanaan politik luar negeri dalam islam ( Siyasah Dauliyah ) menurut Ali
Anwar antara lain :
1. Saling menghormati fakta-fakta dan traktat-traktat ( perjanjian ).
2. Kehormatan dan integrasi nasional.
3. Keadilan Universal Internasional.
4. Menjaga perdamaian abadi.
5. Menjaga ketentraman negara-negara lain.
6. Memberikan perlindungan dan dukungan kepada orang-orang islam yang hidup di negara lain.
7. Bersahabat dengan kekuasaan-kekuasaan netral.
8. Kehormatan dalam hubungan internasional.
9. Persamaan keadilan untuk para penyerang.
D. Kontribusi Umat Islam terhadap politik di Indonesia
1. Ditandai dengan munculnya partai-partai yang berazaskan Islam, serta partai nasionalis berbasis
umat Islam.
2. Ditandai dengan sikap pro aktifnya tokoh-tokoh politik Islam dan umat Islam terhadap keutuhan
NKRI sejak proses awal kemerdakaan hingga zaman reformasi saat ini.

Anda mungkin juga menyukai