Anda di halaman 1dari 13

BAB VIII

SISTEM POLITIK ISLAM


A. Pengertian Sistem Politik Islam
Politik: di identikkan bahasa arab Siyasah,
Dalam Ilmu Fiqih : Siyasah sebagai Pokok ajaran Islam yang
mengatur system Kekuasaan dan Pemerinytahan. Politik sendiri
artinya segala urusan dan tindakan/policy tentang pemerintahan
suatu negara terhadap negara lain.
Fiqih Siyasah meliuti:
1. Siyasah Dusturiyah: adalah tata negara dalam Islam
2. Siyasah Dauliyyah: adalah politik yang mengatur hubungan
antara suatu negara Islam dengan negara Islam lain dan atau
negara lain.
3. Siyasah Maaliyah: mengatur system ekonomi negara
 System kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan
kekuatan-2 dan aliran yang berbeda dalam masyarakat. Dalam Islam
kekuasaan tertingi adalah Allah swt, Oki penguasa (manusia) tidak
mempunyai kekuasaan mutlak, Ia hanyalah wakil Allah dimuka bumi yang
berfungsi untuk menterjemahkan dan menafsirkan Ayat-2 Allah dan sifat-2
nya dalam kehidupan nyata, kekuasaan adalah amanah Allah yang diberikan
kepada orang-2 yang berhak memilikinya. Pemegang amanah haruslah
menggunakan kekuasaan itu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip
dasar yang telah ditetapkan dalam Alqur’an dan sunnah rasul. Allah yang
maha rahman &rahim tidak henti-hentinya memilih dan mengutus hambanya
terbaik untuk menjadi perantara – menjelaskan ayat-2 dan sifat-2 Nya.
 Al-baqarah ayat 30 : Allah telah menunjuk mahluq terbaik yaitu manusia/
Adam sebagai khalifah di bumi, maka peran khalifah adalah memimpin
kehidupan di bumi ini.
 Secara global kehidupan ini terbagi menjadi 3 pola hubungan yaitu :
 1. Hubungan manusia dengan Tuhan
 2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
 3. Hubungan manusia dengan manusia-lainnya
Sebagai pemimpin Rasulullah saw telah menentukan Hubungan
manusia terhadap Tuhannya dengan melaksanakan ibadah, dan
cara melaksanakannya misal shalat, Rasulullah saw bersabda;
shallu kama ro’aitumuni Ushalli ( shalatlah sebagaimana kamu
melihat saya shalat ).
Sebagai pemimpin Hubungan kedua, Ia memimpin manusia ke
arah taqwa, sebagai bekal hidup yang sebaik-baiknya untuk
kembali kepada Allah
Al-baqarah 197 : Carilah bekal kamu sekalian dimuka bumi ini,
maka ketahuilah bahwa bekal yang sebaik-baiknya itu adalah
taqwa.
Sebagai pemimpin hubungan ke tiga, antar manusia Ia
memimpin masyarakat dalam kehidupannya – dalam hal ini akan
menjelmakan unsur-unsur kebudayaan ; meliputi unsur-unsur
sosial, politik ,ekonomi, hukum, seni, ilmu pengetahuan dan
filsafat.
B. Prinsi-prinsip Dasar atau Siyasah dalam Islam – meliputi:
 1. Sistem musyawarah ( Al-Syuraa )
 Alqur’an surat ali Imron: 159...
 Alqur’an surat Asy-Syuraa: 38...
 Istilah Asy-Syuraa dianggap sebagai doktrin kemasyarakatan dan kenegaraan
yang pokok, karena telah jelas nash nya dalam alqur’an dan diperkuat hadits
serta sunnah/keteladanan nabi. Lembaga musyawah sendiri telah ada sejak
zaman Nabi.
 Karya Plato; Republic – berisi gagasan-2 tentang suatu pemerintahan yang adil
sesuai dengan kepentingan mereka, yang diperintah dan dipimpin oleh orang-
2 yang bijaksana.
 Contoh : sistem demokrasi ( demos: rakyat – cratein: pemerintah ) pada
perintah Republic Athena Yunani; abad ke 6 – 5 sm. Dalam sistem itu rakyat
berkumpul untuk bermusyawarah, membuat Undang-undang serta memilih
pemimpin pemerintahan.
 Seorang ahli tafsir dari aliran Syi’ah menjelaskan asbabun Nuzul surat Asy-
Syuraa: 38 – menyatakan bahwa kaum Anshor telah melakukan musyawarah
sebelum zaman Islam juga sebelum kedatangan Nabi Muhammad di
Yatsrib/Madinah.
 Berdasarkan keterangan tersebut jelaslah bahwa alqur’an sebenarnya
adalah Legitimasi terhadap tradisi yang sudah ada pada waktu itu dan
dianggap baik. Nabi pernah bersabda : “Tidak ada seorangpun yang
bermusyawarah kecuali Allah memberikan petunjuk kepada kebenaran” hal
ini sesuai dengan alqur’an surat an-Nahl: 125
 “Ajaklah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah kebijaksanaan dan
tutur kata yang baik dan lakukanlah diskusi atau mujadalah dengan
metode/cara yang lebih baik”
 Mujadalah atau diskusi merupakan salah satu bentuk musyawarah. Namun
konsep Asy-Syuraa itu sebagai lembaga kenegaraan di zaman modern
disebut sebagai demokrasi.
 Permasalahannya adalah:
 1. Apakah demokrasi barat itu cocok dengan konsep Islam ?
 2. Apakah Majlis Syuraa itu sama dengan parlemen dalam demokrasi
barat ?
 3. Apakah keanggotan majelis Syuraa itu harus dipilih oleh rakyat atau
cukup ditunjuk oleh penguasa ? dsb.
 Kontroversi yang muncul itu disebabkan karena Alqur’an atau Hadits tidak
memberikan ketentuan secara rinci serta bentuk konkret konsep syuraa itu.
 Faktor kedua adalah kenyataan bahwa pada zaman sekarang ini bentuk dan
sistem kenegaraan dan pemerintahan di negara-2 Islam tidak semuanya
republik – demokratis, sistem kerajaan masih terdapat di Saudi Arabia,
Maroko, Yordania, Kuwait, malaysia dan Brunai Darussalam. Sementara itu
terbukti bahwa bentuk negara kerajaan tidak selalu menghasilkan hal-hal
yang buruk, sebagaimana bentuk republik demokratis juga tidak selalu
menghasilkan kebaikan bagi rakyatnya.
 Beberapa negara kerajaan di barat seperti; Inggris, Belanda, Denmark,
Belgia dan Swedia mungkin lebih tepat dikatakan bahwa dinegara-2
kerajaan tersebut tidak mesti tidak ada demokrasi. Negara-2 itu adalah
kerajaan yang bersifat konstitusional, demokratis dan berparlemen.
 Dilain pihak negara-2 yang menyatakan sebagai Republik Demokratis atau
demokrasi rakyat belum tentu memiliki tradisi demokrasi.
 Pada prinsipnya Islam mengutamakan pemerintahan Jumhuriyah ( republik )
namun membenarkan juga pemerintahan Mulkiyah ( kerajaan ) jika rakyat
menghendakinya dengan dasar musyawarah dan bersifat parlementer. Islam
mengingkari pemerintahan sewenang-wenang yang tidak mementingkan
permusyawaratan suara rakyat. Tegasnya Islam menghendaki sistem
demokratis ala Islam. Karena itu jika rakyat menghendaki pemerintahan
mulkiyah diperintah oleh raja - Islam membolehkan bukan mengutamakan,
maka raja bukanlah sebagai pemilik negara tapi sekedar pemangku amanah
 Pada proses pemilihan khalifah setelah Nabi wafat ada tiga orang yang
dicalonkan yaitu:
 Abu Bakar – dari unsur muhajirin
 Ubaidah bin Zamroh – dari unsur Anshor
 dari Bani Hasyim tidak begitu jelas siapa ?
 akhirnya terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah, karena bagus Akhlaq dan
kepribadiannya.
 Pengangkatan Umar bin Khottob sebagai khalifah kedua adalah penunjukan
Abu Bakar namun atas persetujuan umat. Pada pidatonya Abu Bakar
mengatakan :
 “Barang siapa menyeru kepada suatu kepemimpinan tanpa musyawarah
maka tidaklah halal baginya untuk menerimanya”
 Pengangkatan Utsman bin Affan sebagai khalifah ke tiga, Umar telah
membentuk formatur terdiri 6 orang tokoh Ahlul khalli wal Aqdi.
 Pada pengangkatan Ali bin Abi thalib prosesnya beda, beliau selalu
dicalonkan sebagai khalifah karena kecendikiaannya dan dari suku yang
berpengaruh Bani Hasyim. Pada pidato pengangkatannya Ali mengatakan:
“Baiatku tidak akan terjadi secara rahasia dan tidak akan berlangsung
kecuali atas dasar kerelaan kaum muslimin”.
 2. Keadilan ( Al-‘Adlu )
 Keadilan menurut Alqur’an meliputi lima hal :
 a. Keadilan Allah yang bersifat mutlak “ Allah adalah dzat yang
menegakkan keadilan ( Ali Imran:18 ).
 b. Keadilan firman-Nya atau ayat-ayat-Nya; “ Allah telah menurunkan Al-
Kitab dalam neraca keadilan, agar supaya manusia dapat menegakkan
keadilan ( Al-Maidah : 25 ).
 c. Keadilan Syari’at-Nya yang dijelaskan oleh rasul-Nya. “ Bahwa agama
Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah agama yang benar yang
berasal dari agama Nabi Ibrahim yang lurus”. ( Al-An’am : 161 ).
 d. Keadilan pada alam ciptaan-Nya, “ Bahwa Allah telah menciptakan
manusia didalam keseimbangan, keserasian yang sangat indah“-At-Tin:6
 “Bahwa Allah menjadikan alam semesta serba berimbang“. (Ar-Ra’du: 2).
 e. Keadilan yang ditetapkan untuk manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam Alqur’an diserukan agar supaya orang-2 yang
beriman dapat menegakkan keadilan semata-mata karena Allah dan
tidak terpengaruh oleh kepentingan pribadi.
 3. Prinsip kemerdekaan ( al-Hurriyyah ) – kebebasan yang bertanggung
jawab.
 kebebasan yang bertanggung jawab pada prinsipnya adalah kebebasan hati
nurani, hal ini tidak bisa dicapai dengan tanpa kenikmatan hidup di dunia,
mengabaikan kehidupan dunia dan hanya selalu menghadap ke arah Tuhan
di langit. Allah menciptakan kehidupan ini agar dapat memanfaatkan
dorongan hidup duniawi. Islam telah mulai membebaskan hati nurani
manusia dari menyembah apa saja selain Allah dan dari tunduk kepada
siapapun kecuali Allah. Surat Albaqoroh: 155 menyatakan – tidak ada
paksaan untuk memeluk Islam karena sudah jelas yang haq dan yang batil,
dst maka dengan kebebasan tersebut manusia boleh memilihnya dengan
segala resiko jika tidak mau beriman – Islam.
 4. Prinsip persamaan ( al-Musaawah )
 Maksudnya adalah persamaan kemanusiaan. Bahwa kedudukan manusia di
hadapan Allah sama tidak ada diskriminasi baik hak maupun kewajibannya,
kecuali hal yang kodrati tertentu antara laki-laki dan perempuan misalnya
soal dispensasi untuk tidak wajib sholat bagi wanita yang sedang haidh,
nifas dsb. Adapun yang membedakan derajatnya adalah ketaatan dan
ketaqwaannya.
 C. Prinsi-prinsip Hukum Antar Agama atau Hukum internasional
 Al-Ahkam al-Dauliyyah = Hukum Internasional : yaitu segala bentuk tataa
ukuran atau teori-2 tentang sistem hukum internasional dan hubungan antar
bangsa. Teori hukum Islam kontemporer memperkenalkan konsepsi hukum
internasional dalam dua baagian:
 1. Al-Ahkam al-Dauliyyah al-Ammah – Hukum internasional mengenai
masalah-2 makro
 2. Al-Ahkam al-Dauliyyah al-Khossoh – Hukum internasional mengenai
masalah-2 mikro
 Pada awalnya Islam hanya mengenal satu sistem kekuasaan politik negara
yaitu kekuasaan dibawah Risalah Nabi saw, lalu berkembang menjadi
sistem khilafah/ kekhalifahan. Dalam sistem ini dunia internasional
dipisahkan menjadi tiga kelompok kenegaraan, yaitu:
 1. Negara Islam atau Daarus-Salaam, yaitu negara yang ditegakkan atas
dasar berlakunya syari’at Islam dalam kehidupan.
 2. Daarul Harbi, yaitu Negara non-Islam yang kehadirannya mengancam
kekuasaan negara-2 Islam, serta menganggap musuh warga negaranya
yang menganut agama Islam.
 3. Daarus-Sulh, yaitu Negara non-Islam yang menjalin persahabatan dengan
negara-2 Islam, yang eksistensinya melindungi warga negara yang
menganut agama Islam.
 Antara Daarus-Salaam dengan Daarus-Sulh terdapat persepsi yang sama
tentang batas kedaulatannya, untuk saling menghormati dan bahkan
menjalin kerja sama dengan dunia internasional. Keduanya saling
terikat oleh konvensi untuk tidak saling menyerang dan hidup
bertetangga secara damai.
 Sementara hubungan Antara Daarus-Salaam dengan Daarul-Harbi
selalu diwarnai oleh sejarah yang hitam, masing-2 selalu
memperhitungkan akan terjadi konflik. Islam melarang umatnya
mendahului perang, namun diperbolehkan berperang dalam rangka
mempertahankan diri atau sebagai tindakan balasan, Perang dalam
rangka menghadapi serangan musuh adalah syah secara hukum bahkan
dinilai sebagai jihad. Dan secara etika harus melindungi tawanan,
wanita, orang tua, anak-2, orang-2 cacat, tempat ibadah dan sarana-
prasarana ekonomi rakyat.
 Kekuasaan politik berikutnya mengalami perubahan, tidak hanya
mengakui satu sistem khilafah tetapi telah mengakui keragaman
tentang khilafah. Selain itu juga memberi pengakuan atas otonomi
negara-2 bagian kerajaan maupun kesultanan dari Andalusia di Spanyol
hingga Asia Tenggara.
Prinsip-prinsip atau kebijakan politik luar negeri dalam Islam ( Siyasah
Dauliyyah ) menurut Ali Anwar antara lain :
 1. Saling menghormati fakta-2 dan traktat-2 ( perjanjian ).
 Q S Al-Anfal : 58 Q S At-Taubah :47 Q S An-Nahl : 91 Q S Al-Isra’ : 34
 2. Kehormatan dan Integrasi nasional. Q S An-Nahl : 92
 3. Keadilan Universal Internasional Q S Al-Maidah : 8

 4. Menjaga perdamaian abadi

 5. Menjaga ketentraman negara-negara lain Q S An-Nisa’ : 89 – 90

 6. Memberikan perlindungan dan dukungan kepada orang-orang


Islam yang hidup di negara lain. Q S Al-Anfal : 72
 7. Bersahabat dengan kekuasaan-2 netral QS Al-Mumtahanah : 8–9

 8. Kehormatan dalam hubungan internasional Q S Arrahman : 60

 9. Persamaan keadilan untuk para penyerang Q S Al-Anfal : 126

Asy-Syuraa : 40
D. Kontribusi Umat Islam terhadap politik di Indonesia
1. Ditandai dengan munculnya partai-2 yang ber azaskan
Islam, serta partai nasionalis berbasis umat Islam.
2. Ditandai dengan sikap pro aktifnya tokoh-2 politik Islam
dan umat Islam terhadap keutuhan NKRI sejak proses awal
kemerdekaan hingga zaman reformasi saat ini. Piagam
Jakarta merupakan hadiah umat Islam kepada bangsa
Indonesia. – penghapusan anak kalimat : ... dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-2 nya –
diganti dengan Yang Maha Esa, pada pancasila dan batang
tubuh UUD 45

Anda mungkin juga menyukai