Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KONTRIBUSI UMAT ISLAM BERPOLITIK

Kelompok 8:

1. Annisa sofie Anjelina


2. Delima Purdi

Dosen Pengampu: Siun Ruhan, M.Pd.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah tentang “Kontribusi

Umat Islam Berpolitik“ dengan lancar.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih banyak kesalahan. Oleh

karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar Makalah ini

dapat lebih baik lagi. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bengkulu, 24 September 2023

Penulis

SISTEM POLITIK ISLAM


A. Pengertian Sistem Politik Islam
Dalam terminologi politik Islam, politik diidentikkan dengan siasat dalam
mengatur. Kedudukannya dalam ilmu Fiqih, siyasah atau politik merupakan pokok
ajaran Islam yang mengatur system kekuasaan dan pemerintahan. Politik sendiri
artinya segala urusan dan tindakan (policy atau kebijakan siasat dan sebagianya)
tenteng pemerintahan suatu negara terhadap Negara lain. Politik dapat juga berarti
kebijakan atau cara bertindak suatu Negara dalam menghadapi atau menangani suatu
masalah.
Dalam ilmu fiqih siyasah disebutkan bahwa garis besar fiqih siyayah itu
meliputi:
1. Siyasah Dustutiyyah (berisi tata Negara dalam Islam)
2. Siyasah Dauliyyah (politik yang mengatur hubungan antara suatu
Negara Islam dengan Negara Islam yang lain atau dengan Negara
lainnya).
3. Siyasah Maaliyyah (mengatur system ekonomi negara)

Sistem kedaulatan bararti kekuasaan tertinggi yang dapat mempersatukan


kekuatan- kekuatan dan aliran-aliran yang berbeda-beda di dalam masyarakat. Dalam
konsepsi Islam. kekuasaan tertinggi adalah Allah SWT. ekspresi kekuasaan Allah
SWT tersebut tertuang dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasul. Oleh karena itu penguasa
tidaklah memiliki kekuasaan yang mutlak. Ia hanyalah wakil Allah di muka bumi
yang berfungsi untuk membumikan atau menerjemahkan, menafsirkan ayat-ayat
Allah dan sifat-sifat-Nya dalam kehidupan yang nyata. Kekuasaan adalah amanah
Allah yang diberikan kepada orang-orang yang berhak memilikinya. Pemegang
amanah haruslah menggunakan kekuasaan itu dengan sebaik- baiknya sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar

B. Prinsip-prinsip Dasar atau Siyasah Dalam Islam


Prinsip-prinsip Dasar atau Siyasah Dalam Islam meliputi:
1. System musyawarah (Al-Syuraa)
Musyawarah dalam istilah Al Qur'an adalah Syuuraa. Dalam QS.Al
Imron :159 "Maka disebabkan rahmat dan Allah-lah engkau bersikap lemah
lembut pada mereka. Sekiranya engkau kasar dank eras mereka niscaya akan
menjauhkan diri darimu karena itu maafkanlah mereka dan mohonkan
ampunan bagi mereka dan bermusyawarahalah dengan mereka tentang urusan
(yang penting) itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad. maka
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menciptakan orang-orang
yang bertawakal."
Pemikiran mengenai konsep musyawarah dapat dijumpai diberbagai
tempat, misalnya di Yunani dan di romawi. Dalam kaitannya orang sudah
mengenal karya Plato yang berjudul Republik yang mengutarakan gagasan-
gagasannya tentang suatu pemerintahan yang adil sesuai dengan kepentingan
mereka yang diperintah dan yang dipimpin orang-orang yang bijaksana.

Contoh kongkrit system demokrasi yang dikenal dalam sejarah adalah


Republik Athena pada abad ke-6 dan ke-5 sebelum maschi. Dalam system itu
rakyat berkumpul untuk bermusyawarah membuat Undang-Undang dan
memilih pimpinan pemerintah. Seorang ahli tafsir dari aliran Syi'ah dalam
menjelaskan sebab-sebab ayat 38 surat As-Syura menyatakan bahwa kaum
Ansor telah melakukan musyawarah ssebelum jaman Islam juga sebelum
kedatangan Nabi SAW ke Madinah.

Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, jelaslah bahwa Al-Qur'an


sebenarnya adalah legitimasi terhadap tradisi yang sudah ada pada waktu itu
dan dianggap baik. Mujadalah atau diskusi merupakan salah satu bentuk
musyawarah. Faktor-faktor dalam musyawarah:
a. Masalah yang diangkat adalah apakah konsep as-syuuraa itu sama
dengan konsep demokrasi dijaman modern
b. Kenyataan bahwa pada jaman sekarang ini bentuk dan system
penyelenggaraan dan pemeritah di negara-negara islam tidak semuanya
republic demokrasi

Di lain pihak, negara-negara yang menyatakan sebagai republic demokrasi


atau demokrasi rakyat belum tentu memiliki tradisi demokrasi. Kenyataan
menunjukan bahwa di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama
Isalam umumnya berada ditangan penguasa yang mengekang demokrasi.
Salah satu pandangan yang moderat adalah bahwa Islam sebenarnya walaupun
dalam prinsipnya mengutamakan sifat pemerintahan jumhurriyah atau
recpublik membenarkan juga pemerintahan mulkiyah (atau kerjaan) jika
rakyat menghendakinya dan dengan catatan kerajaan itu dibawah dasar
permusyawaratan berdasarkan parlementer. Islam mengingkari pemerintah
sewenang-wenang, pemerintahan yang tidak mementingkan permusyawaratan
suara rakyat, walaupun bercorak apa saja Tegasnya Islam menghendaki
pemerintahan yang demokratis ala Islam. Karena itu jika rakyat menghendaki
pemerintahan yang bersifat mulkiyah diperintah oleh raja, maka Islam sekedar
membolehkan, bukan mengutamakan. Dalam hal kerajaan ini, raja tidak
dipandang sebagai orang yang memiliki negera melainkan hanya sebagai
pemangku amanah.
2. Keadilan (al-adl)
Keadilan menurut al-qur'an meliputi lima hal:
a. Keadilan Allah yang bersifat mutlak. Dalam al Qur'an dijelaskan
bahwa allah adalah zat yang menegakkan keadilan(QS.Ali Imron/3:18)
b. Keadilan firmann-nay atau ayat-ayat-Nya tertuang didalam Al Qur'an.
Dinyatakan bahwa Allah SWT telah menurunkan AL-Kitab dalam
neraca keadilan, agar supaya manusia dapat menegakkan keadilan (QS
Al Maida 5:25)
c. Keadilan syariatnya yang dijelaskan oleh rosul-nya. Didalam Al-
Qur'an dinyatakan bahwa agama Allah, agama yang dibawa oleh
Muhammad adalah agama yang benar yang berasal dari agama Nabi
Ibrahim yang lurus (QS. Al An'am/6:161)
d. Kedilan pada alam ciptaannya. Didalam Al-Qur'an diterangkan bahwa
Allah telah menciptakan manusia di dalam keseimbangan, keserasain
yang sangat indah (QS.At-Tin: 4). Juga diterangkan bahwa Allah
menjadikan alam semesta serba berimbang (QS Ar- Ra'd/13-2)

C. KONTRIBUSI UMAT ISLAM TERHADAP POLITIK DI INDONESIA


Islam sebagai sebuah ajaran yang mencakup persoalan spiritual dan politik
telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kehidupan politik di
Indonesia. Pertama, ditandai dengan munculnya partai-partai yang berazaskan Islam,
serta partai nasionalis yang berbasis umat Islam. Kedua, ditandai dengan sikap pro
aktifnya tokoh-tokoh politik Islam dandan umat Islam terhadap keutuhan Negara
kesatuan Republik Indonesia sejak proses awal kemerdekaan hingga zaman reformasi.
Piagam Jakarta merupakan hadiah umat Islam kepada bangsa Indonesia.

Kemerdekaan Indonesia. Tetapi masih tetap dirasakan adanya sesuatu yang


mengganggu kalimat yang menyatakan: "...dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluknya..." telah melewati saat-saat yang cukup kritis, maka pada
tanggal 18 Agustus 1945 wakil-wakil Islam akhirnya usul penghapusan anak kalimat
tersebut dari Pancasila dan Batang tubuh UUD 1945.

Sila pertama yang pertama Ketuhanan mendapat atribut yang fundamental,


sehingga menjadi penting, sebab dengan jalan demikian wakil-wakil umat Islam tidak
akan keberatan dengan politik umat Islam, tetapi pada tahun 1978 mantan Menteri
Agama Alamsyah Ratu Perwira Negara memberi tafsiran itu sebagai hadiah umat
Islam kepada bangsa dan kemerdekaan Indonesia demi menjaga persatuan.
Pernyataan Alamsyah tersebut bisa dibaca dalam konteks politik Indonesia waktu itu,
barangkali dapat di artikan sebagai usaha untuk meyakinkan pihak-pihak tertentu,
bahwa loyalitas umat Islam kepada Pancasila tidak perlu diragukan lagi.
Berkaitan dengan keutuhan Negara, Mohammad Natsir pernah menyeru umat
Islam agar tidak mempertentangkan Pancasila dengan Islam. Dalam pandangan Islam,
rumusan Pancasila bukan merupakan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Al-
Qur'an. Karena nilai-nilai yang terdapat di dalam Pancasila, juga merupakan bagian
dari nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur'an. Demi keutuhan persatuan dan kesatuan
bangsa umat Islam rela menghilangkan tujuh kata dari sila pertama Pancasila yaitu
kata-kata "kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluknya".

Umat Islam Indonesia dapat menyetujui Pancasila dan UUD 1945 setidak-
tidaknya atas dua pertimbangan pertama, nilainya dibenarkan oleh ajaran agama
Islam: dan, kedua. fungsinya sebagai noktah-noktah kesepakatan atas berbagai
golongan, untuk mewujudkan kesatuan politik bersama.

Anda mungkin juga menyukai