Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEORI FLORENCE NIGHTINGLE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Falsafah dan Teori


Keperawatan

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

1. AKBAR PRAMIANTO SOLEH


2. BARKAH MILES ABDULLAH
3. EGA APRIANTI
4. LIZA DWI OLLYVIA
5. POPI MARDIANTI
6. PUTRA RAMADHAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI HUSADA BENGKULU

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, berkah,
bimbingan, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul "Teori Florence Nightingale". Makalah ini disusun guna melengkapi
tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari pihak-pihak yang selalu
memberikan dukungan, arahan serta masukan sehingga penulisan ini bisa
diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menjadi perbaikan di masa yang akan datang

Bengkulu, 15 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Biografi Singkat.........................................................................................3
B. Konsep Teori.............................................................................................6
C. Model Konseptual.....................................................................................9
D. Tahapan Proses Keperawatan....................................................................10
E. Hubungan Teori Florence Nightingale dengan Teori Lain.......................11
F. Aplikasi dan Penerapan.............................................................................12
G. Paradigma..................................................................................................13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Wawancar........................................................................15
B. Analisis Kasus...........................................................................................16
C. Implementasi Teor.....................................................................................16
D. Paradigma Keperawatan............................................................................18
E. Perencanaan Upaya...................................................................................19
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan................................................................................................20
B. Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21

ii
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era modern keperawatan ialah era perkembangan sistematik dari
keperawatan menuju kepada keperawatan sebagai profesi. Bermula dari
pandangan dan pernyataan dari Florence Nightingale yang mempunyai visi
yang sangat maju tentang keperawatan dalam perkembangan teori
keperawatan. (Kusnanto, 2004).

Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan


disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk mendeskripsikan, menjelaskan,
memperkirakan, dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan
yang dilakukan. Teori keperawatan digunakan untuk mengembangkan model
konseptual dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung
makna penerapan struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan
perawat menerapkan cara kerjanya dalam batas kewenangannya sebagai
perawat, Konsep keperawatan merupakan gagasan untuk menyusun kerangka
konseptual atau model keperawatan. Model konseptual keperawatan
merupakan cara pandang terhadap situasi dan kondisi kerja yang melibatkan
perawat di dalamnya.

Model konseptual keperawatan memberikan panduan bagi organisasi


dimana perawat mendapatkan informasi sehingga mereka peka terhadap apa
yang terjadi pada satu waktu dan mengetahui apa yang harus dilakukan
perawat lakukan. Pandangan model dan teori konsep ini merupakan gambaran
bentuk pelayanan keperawatan yang akan diberikan dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia berdasarkan tindakan dan ruang lingkup pekerjaan
dengan arah yang jelas dalam pelayanan keperawatan. Dalam keperawatan
terdapat beberapa model konsep keperawatan berdasarkan pandangan para
ahli di bidang keperawatan, yang memiliki keyakinan, dan nilai-nilai yang
mendasarinya, tujuan yang ingin dicapai serta pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan disana dan salah satunya adalah "Concept Model and
Nursing Theory of Florence Nightingale".

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek-aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan klien berdasarkan teori Florence Nightingale?
2. Bagaimana cara mengaplikasikan teori yang efektif berdasarkan teori
Florence Nightingale?
3. Bagaimana cara mengaplikasikan asuhan keperawatan berdasarkan teori
Florence Nightingale?
4. Bagaimana implementasi konsep teori Florence Nightingale?
5. Bagaimana hubungan perawat dan klien berdasarkan paradigma
keperawatan menurut teori Florence Nightingale?

C. Tujuan
1. Mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap
kondisi klien berdasarkan teori Florence Nightingale.
2. Memberikan gambaran keefektifan pengaplikasian teori untuk klien
berdasarkan teori Florence Nightingale
3. Memberikan gambaran pengaplikasian asuhan keperawatan dengan
penerapan teori Florence Nightingale.
4. Implementasi konsep teori Florence Nightingale
5. Menggambarkan hubungan perawat dan klien berdasarkan paradigma
keperawatan menurut teori Florence Nightingale

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biograpi Singkat
Florence Nightingale lahir tanggal 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dalam
suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Nama depannya, Florence merujuk
kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam
bahasa Inggris. Florence Nightingale memiliki seorang kakak perempuan
bernama Parthenope. Beliau adalah seorang anak bangsawan Inggris yang
kaya, beradab dan bercita-cita tinggi yang bernama William Edward
Nightingale

Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah
milik ayahnya, William Edward Nightingale yang merupakan seorang tuan
tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah
keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Ia
belajar bermacam-macam bahasa yaitu bahasa Latin, Yunani, Perancis, dan
lain-lain. la senang memelihara binatang yang sakit, selain itu ia senang
bersama ibunya mengunjungi orang miskin yang sakit serta rajin beribadah

Pada masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang
kontras Kakaknya, Parthenope, hidup sesuai dengan martabatnya sebagai
putri seorang tuan tanah karena pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan
berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas,
sementara Florence sendiri lebih banyak keluar rumah dan membantu warga
sekitar yang membutuhkan. Pada suatu ketika, pada saat Florence berdoa
dengan hikmat iamen dengar suara Tuhan bahwa dalam hidupnya menanti
sebuah tugas

3
Pada saatitu Florence berusia tujuh belas tahun. Akhirnya Pada tanggal 7
Februari 1837 dia menulis di buku hariannya tentang pengalamannya itu
dengan judul "Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-
Nya. Tetapi pelayanan apa?"

Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita


bukan karena status sosial keluarganya yang kaya tetapi merasa bersemangat
disaat ia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk-gubuk
sekitar rumah keluarganya serta ia sangat gemar mengunjungi pasien-pasien
di berbagai klinik dan rumah sakit. Sebagai keluarga yang berasal dari
kalangan mapan, keinginan Florence untuk berkarier sebagai perawat
mendapat tantangan keras. Ibu dan kakaknya sangat keberatan dengan jalur
yang hendak ditempuh Florence. Sedangkan ayahnya, meski mendukung
kegiatan kemanusiaan yang dilakukan putrinya ini, juga tidak ingin Florence
menjadi perawat. Karena pada masa itu, pekerjaan sebagai perawat memang
dianggap pekerjaan yang hina. Adapun alasannya adalah sebagai berikut:
a. Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga
tentara yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi

b. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam


keadaan terbuka sehingga profesi ini dianggap sebagai profesi yang
kurang sopan untuk wanita baik-baik, selain itu banyak pasien
memperlakukan wanita yang tidak berpendidikan yang berada di ramah
sakit dengan tidak sopan (tidak senonoh).

c. Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki dari pada
perempuan karena alasan-alasan di atas

d. Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak


dibandingkan menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat.

4
Meskipun mengahadapi hambatan dari keluarga dan alasan-alasan
Florence tetap memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi seorang perawat.
Ketika berumur 20 tahun Florence meminta izin kepada orang tuanya untuk
bekerja dirumah sakit dan belajar tentang keperawatan. Akan tetapi orang
tuanya tetap tidak mengizinkannya karena keadaan rumah sakit pada saat itu
sangat memprihatinkan. Walaupun mendapat larangan dari kedua orang
tuanya semangat Florence untuk menjadi perawat tidak hilang

Pada suatu hari nenek Florence sakit dan saat itu Florence mendapat
kesempatan untuk merawat neneknya sampai pada akhirnya beliau
meninggal. Dengan pengalaman merawat neneknya tersebut bertambahlah
pengalaman Florence dalam merawat orang sakit. Florence berpendapat
bahwa ia perlu menuntut ilmu agar dapat menjalankan pekerjaan perawat
dengan baik karena menolong sesama manusia sama halnya dengan
mengabdikan diri kepada Tuhan. Florence bertanya kepada seorang dokter
tamu dari Amerika, Dr. Samuel Howe, "Apakah pantas bagi seorang gadis
Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?" Dr. Samuel
Howe menjawab, "Di Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak.
Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi
seorang wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa
kebaikan bagi orang lain". Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja
Protestan tidak seperti Catholic Sisters of Charity yang memberikan jalan
bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain.
Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan
oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang
dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara
berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim,
sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat
disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa. Florence
sangat tertarik dan bersemangat menanggapi cerita Dr. Howe dan mengatakan
bahwa Kaiserworth adalah tujuannya. Pada bulan Juli 1850 saat ia telah

5
berusia 30 tahun, Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman. Setahun
kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang
dengan sikap baru, sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri
dari kehidupannya yang terkekang. Tiga tahun kemudian, dia melaksanakan
pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai pengawas di Institute for the
Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan
pemikiran- pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa
ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk
mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil
para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa institusi
tersebut bukan institusi sekte, institusi tersebut menerima semua pasien dari
semua denominasi dan agama. Disini Florence beragumentasi sengit dengan
komite rumah sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik.
Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini
merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis berbunyi: "Rumah
sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga
Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima
kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk
orang Islam"

B. Konsep Teori
1. Definisi Teori
Teori merupakan kumpalan konsep, definisi, dan usulan yang
memproyeksikan sebuah pandangan sistematis tentang suatu fenomena
dengan merancang hubungan khusus antar-konsep guna menggambarkan,
menjelaskan, memprediksi, dan/atau mengendalikan fenomena yang ada.
(Asmadi, 2008)

Untuk memudahkan alur berpikir mengenai hubungan dan


pengaruh logisantar- konsep serta untuk merealisasikan teori keperawatan
ke dalam praktik, diperlukan suatu model keperawatan. Keperawatan

6
sebagai ilmu dan profesi harus didukung oleh teori dan model konseptual
agar pelayanan keperawatan yang diberikan semakin professional.
(Asmadi, 2008)

Florence Nightingale adalah salah satu perawat pertama untuk


mendokumentasikan dampak lingkungan yang dibangun terhadap pasien.
Selain menulis tentang sanitasi, tingkat infeksi, dan ventilasi, Nightingale
memahami bahwa aspek lingkungan seperti warna, suara, dan cahaya,
bersama dengan kehadiran perawat, memberikan kontribusi untuk
mendapatkan kesehatan Florence Nightingale, yang kita kenal sebagai
perawat yang membangun landasan teori bagi profesi keperawatan,
mengembangkan dan menerbitkan suatu filosofi dan suatu teori tentang
hubungan antara kesehatan dan keperawatan Titik berat teori ini adalah
pada aspek lingkungan. Nightingale meyakini bahwa kondisi lingkungan
yang sehat penting untuk penanganan perawatan yang layak.
(Soemowinoto, 2008)

2. Konsep Mayor Teori Florence Nightingale


Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai
fokus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh
proses penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi
keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan
tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu,
kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat
(jumlah vitamin atau mineral yang cukup), dengan dimulai dari
pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata,
upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik
keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain. Model konsep
ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik keperawatan,
sehingga akhimya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam
tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan adalah

7
kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengarui proses
perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep Florence
Nightingale, pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara
keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan
lingkungan sosial.
a. Lingkungan Fisik (Physical environment)
Merupakan lingkungan dasar alami yang berhubungan
dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek
terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan
mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan
harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus
bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-
banan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan
perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas,
tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan keleluasaan
pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus mendapatkan
penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah.
Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya
mendapat ventilasi.
b. Lingkungan Psikologi (Psychology environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan
yang negatif dapat menyebabkan stres fisik dan berpengaruh buruk
terhadap emosi pasien. Oleh karena itu, ditekankan kepada pasien
menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari,
makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat merangsang
semua faktor untuk dapat mempertahankan emosinya. Komunikasi
dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara
menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau
terputus-putus, Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter
dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan
kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari

8
pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu
muluk muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi
penyakitnya. Selain itu, membicarakan kondisi-kondisi lingkungan
dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para
pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.

c. Lingkungan Sosial (Social environment)


Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama
hubungan spesifik (khusus), kumpulan data-data yang spesifik
dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk
pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus
menggunakan kemampuan observasi (pengamatan) dalam
hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih sekadar data-
data yang ditunjukan pasien pada umumnya. Seperti juga
hubungan komunitas dengan lingkungan sosial dugaannya selalu
dibicarakan dalam hubungan individu pasien yaitu lingkungan
pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah
atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas
yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.

C. Model Konseptional
a. Keperawatan adalah profesi dengan tujuan menemukan dan menggunakan
hukum alam dalam pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan.
Ningtingale menegaskan bahwa keperawatan adalah ilmu dan kiat yang
memerlukan pendidikan formal untuk merawat orang yang sakit.

b. Tujuan tindakan keperawatan adalah memelihara, mencegah infeksi, dan


cedera, memulihkan dari sakit, melakukan pendidikan kesehatan serta
mengendalikan lingkungan.

9
c. Alasan tindakan keperawatan yakni menempatkan manusia pada kondisi
yang terbaik secara alami untuk menyembuhkan atau meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit dan luka.

d. Konsep individu adalah kesatuan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan


spiritual yang lengkap dan berpotensi

e. Konsep sehat adalah keadaan bebas dari penyakit dan dapat menggunakan
kekuatannya secara penuh.

f. Konsep lingkungan adalah bagian eksternal yang mempengaruhi


kesehatan.

D. Tahapan Proses Keperawatan


Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam
pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan
terhadap setiap orang. Dalam proses keperawatan, ada lima tahap dimana
tahap-tahap tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan. Tahap-
tahap ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan
yang kontinu, yang mengulangi kembali kontak dengan pasien.
a. Pengkajian pengumpulan data
Data pengkajian Florence N. lebih menitik beratkan pada kondisi
lingkungan (lingkungan fisik, psikis dan sosial).
b. Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental
yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan
lingkungan keseluruhan.
c. Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya:
• Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
• Ventilasi

10
• Pembuangan sampah
• Pencemaran lingkungan
• Komunikasi sosial, dil
d. Diagnosa keperawatan
Berbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara
lain:
• Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
• Penyesuaian terhadap lingkungan.
• Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
e. Implementasi
Upaya dasar mengubah mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan
terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan individu
f. Evaluasi
g. Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan
individu.

E. Hubungan Teori Florence Nightingale dengan Teori Lain


Dibawah ini adalah Teori yang dicetuskan oleh beberapa Ahli yang
dihubungkan dengan Teori Environment:
a. Teori Adaptasi (Roy,1968)
Roy menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk biopsikososial sebagai
satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhannya manusia selalu
dihadapkan berbagai persoalan yang kompleks sehingga dituntut adanya
melakukan adaptasi Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap
kekuatan yang melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks
lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berhasil tidaknya
respon adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang
dijelaskan Florence N. Kemampuan diri sendiri yang alami dapat
bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya berperan penting pada
setiap individu dalam merespon adaptif atad mal adaptif.

11
b. Teori Kebutuhan (Hierarki Maslow)
Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori
Florence Nightingale, sebagai contoh kebutuhan oksigen dapat
dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan yang
aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih. Teori
kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang
berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan

c. Teori Stress (Sarafino, 1994)


Sarafino mendefinisikan Stress sebagai suatu kondisi yang muncul ketika
individu berhubungan dengan lingkungannya, individu merasakan
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan situasional dengan sumber daya
biologis, psikologi, sosial dan spiritual yang dimilikinya. Sarafino juga
mengungkapkan bahwa stres dapat dilihat dari 3 sudut pandang yakni
stress sebagai stimulus, stress sebagai respon dan terakhir stres sebagai
interaksi anatara individu dan lingkungannya. Stress juga dapat
menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak
dapat mengatasi, Florence Nightingale menekankan penempatan pasien
dalam lingkungan yang optimum sehingga akan menimbulkan efek
stressor, misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan
tiba-tiba semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor yang negatif.
Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada
kemampuan koping individu

F. Aplikasi dan Penerapan


Aplikasi Teori Florence Nightingale
a. Individu/manusia
Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam
menghadapi penyakit.
b. Keperawatan
Bertujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk

12
dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi
lingkungan.
c. Sehat/sakit
Fokus pada perbaikan untuk sehat.
d. Masyarakat lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhu, bau, suara dan
cahaya

Penerapan Teori Florence Nightingale


a. Memberikan ruang yang nyaman untuk pasien dengan ventilasi yang baik.
b. Tersedianya air bersih untuk kebutuhan pasien.
c. Menempatkan pasien pada situasi yang tenang dan kondusif.

G. Paradigma
Paradigma Keperawatan Florence Nightingale berorientasi pada
lingkungan. Dia percaya bahwa lingkungan pasien harus diubah untuk
memungkinkan alam untuk bertindak atas pasien. Menurut Florence
Nightingale ada empat komponen paradigma keperawatan sebagai berikut:
a. Manusia
Meskipun sebagian besar tulisan Florence Nightingale merujuk kepada
orang sebagai orang yang menerima perawatan, dia percaya bahwa orang
tersebut adalah makhluk yang dinamis dan kompleks. Florence
Nightingale membayangkan orang karena membandingkan fisik. Untuk
sebagian besar, Florence Nightingale juga menggambarkan seorang
pasien pasif dalam hubungan ini. Namun, ada referensi khusus untuk
pasien melakukan perawatan diri bila mungkin dan khususnya, menjadi
terlibat dalam waktu dan substansi makanan, dengan demikian, pasien
bukan individu yang benar-benar pasif.

13
b. Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasi
untuk menempatkan pasien dalam kondisi terbaik bagi alam untuk
bertindak. Teori ini memiliki komponen baik fisik maupun psikologis
Komponen fisik dari lingkungan mengacu pada ventilasi, hangat, ringan,
nutrisi, obat-obatan, stimulasi, ruang, suhu, dan aktivitas Komponen
psikologis meliputi menghindari memberikan harapan yang terlalu
menasehati yang berlebihan tentang penyakitnya. Terdapat pula
komponen sosial diantaranya hubungan intrapersonal, interpersonal dan
juga ekstrapersonal

c. Keperawatan
Florence Nightingale percaya keperawatan sebagai panggilan jiwa.
Perawat adalah untuk membantu alam yang menyembuhkan pasien.
Perawat yang menggunakan akal sehat, pengamatan, dan kecerdasan
memungkinkan alam untuk efektif memperbaiki pasien,

d. Kesehatan
Florence Nightingale berpendapat bahwa harus dilakukan pencegahan
dan promosi kesehatan di samping merawat pasien dari sakit hingga
sehat kembali.

14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Wawancara


Kasus
Pada hari Kamis, 24 November 2022 pukul 21.58, saya mewawancarai
narasumber berinisial AA berumur 17 tahun berjenis kelamin perempuan.
Nona AA bertempat tinggal di provinsi Jakarta. Keseharian Nona AA adalah
membantu kedua orang tuanya dan bersekolah di salah satu SMA di daerah
Jakarta dengan minat IPS. Dalam wawancara tersebut, klien menceritakan
bahwa Nona AA mengalami sedikit gangguan pikiran (over thinking) karena
banyak suara dari teman-temannya yang membuat Nona AA tidak nyaman.
Selain itu Nona AA juga bercerita bahwa beliau memiliki kelainan usus buntu
yang sudah akut dan asam lambung ditambah lagi dengan imun tubuh yang
semakin berkurang seperti yang sudah dialami yaitu lemas, sering gemetar
dan panas dingin. Membuat keluarga semakin khawatir dan lebih
memperhatikan kesehatan Nona AA seperti tidak boleh tidur sendirian,
bergadang. dan lebih memperhatikan lingkungan sebagai dukungan dari luar.
Dikarenakan faktor lingkungan dan makanan yang tidak terjaga dan makan
yang tidak terkontrol/ tidak sehat Nona AA tetap memakan makanan yang
sudah dilarang oleh dokter, yang dimana menyebabkan tubuh menjadi tambah
tidak sehat ditambah lagi kurangnya asupan air putih ke dalam tubuh, merasa
depresi, kesel, suka kagetan, tekanan batin, dan fikiran ngawur (karasakan).
Dilingkungan sekitar Nona AA juga sudah terpenuhi dari segi cahaya,
ventilasi,suhu dan tidka ada bau. Harapan dari Nona AA yaitu ingin
kesembuhan, bisa berfikir positif dan lingkungan yang mendukung.

15
B. Analisis Kasus
Kasus
Berdasarkan wawancara bersama bersama Nona AA diperoleh informasi
bahwa Nona AA memiliki riwayat penyakit usus buntu akut. Dilihat dari
riwayat keluarga Nona AA tidak ada salah satu keluarga yang mengalami
riwayat ini. Faktor utama yang dialami Nona AA disebabkan oleh kebiasaan
makan makanan cepat saji (junk food) sehingga dari kebiasaan tersebut
mengakibatkan usus buntu ditambah lagi Nona AA sering telat makan dan
makan makanan yang pedas membuat Nona AA mengalami asam lambung
seperti mengonsumsi mie setiap hari. Dalam wawancara tersebut, klien
bercerita bahwa Nona AA mengalami sedikit gangguan pikiran (over
thinking) karena banyak suara dari teman-temannya yang membuat Nena AA
tidak nyaman. Kondisi usus buntu yang sudah akut ini dialami Nona AA
menimbulkan efek seperti banyaknya fikiran negatif tentang apa yang diderita
Nona AA yang membuat Nona AA depresi, kesal, suka kaget, tekanan batin,
imun tubuh berkurang ditandai dengan lemas gemetar dan panas dingin.
Selain itu Nona AA merasa bahwa kurangnya asupan air putih (depresi)
membuat imun tubuh Nona AA semakin tidak baik. A

C. Implementasi Teori
Kasus
a. Lingkungan Fisik
Dalam teori Florence Nightingale, lingkungan fisik menjadi salah satu aspek
penting untuk mendukung proses kesembuhan klien. Diketahui Nona AA
memiliki keluhan usus buntu, asam lambung, panas dingin dan over thinking
secara berlebihan tiba-tiba secara tinggi yang salah satunya disebabkan oleh
kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak terutama junk food atau makanan
cepat saji. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari faktor
lingkungan khususnya mengenai nutrisi makanan. Nona AA dengan keluhan
usus buntu dan asam lambung terutama sangat disarankan untuk menghindari
makanan yang pedas, makanan yang mengandung garam tinggi, makanan

16
yang tidak hancur dikunyah dan makanan yang tidak diolah dengan baik.
Makanan yang mengandung penyedap rasa serta bumbu instan lainnya,
seperti mie instan yang dapat memicu usus buntu. Hal ini karena makanan
bergaram tinggi bisa menyebabkan iritasi pada usus. Misalnya, makanan
cepat saji yang tinggi karbohidrat namun rendah serat. Terlalu banyak
konsumsi makanan cepat saji bisa meningkatkan risiko radang usus buntu.
Selain itu, mengonsumsi gula dan makanan manis dalam jumlah banyak juga
bisa menyebabkan sembelit dan meningkatkan risiko infeksi, termasuk infeksi
yang menyebabkan usus buntu. Makanan pedas bisa menjadi pemicu usus
buntu. Hal ini dikarenakan biji cabai yang tidak hancur bisa menyumbat usus
dalam jangka waktu panjang dan menyebabkan radang usus buntu. Namun,
yang perlu dipahami adalah, makanan pedas bukan penyebab utama usus
buntu. Beberapa makanan pedas seperti cabui, paprika pedas, atau saus
sambal bisa memicu kondisi lain yang menyebabkan pencernaan mengalami
gangguan, misalnya rasa sakit parah di daerah antara tulang dada dan pusar
disertai dengan mual dan menjadi gejala awal penyakit usus buntu. Dalam
kondisi seperti ini. Nona AA dapat mengatur pola makan-makanan yang sehat
dan lebih bergizi, selain itu juga diperhatikan untuk memperhatikan cairan
tubuh seperti meminum air putih dua liter sehari. Pastikan tempat tidur
nyaman dan pencahayaan dapat diredupkan untuk membuat suasana yang
mendukung. Nona AA juga dapat memilih tempat yang jauh dari kebisingan
dan dapat menyalakan lilin aroma terapi untuk membantu membuat suasana
lebih tentram. Selain itu jendela yang dibuka dapat membuat sirkusi udara
lebih baik sehingga Nona AA tidak merasa pengap akibat kekurangan
oksigen.

b. Lingkungan Psikologi
Kondisi psikologi juga aspek yang penting untuk mengendalikan perasaan.
Dengan berpikiran positif Nona AA dapat meminimalisir stres sehingga
proses penyembuhan dapat berjalan dengan maksimal. Nona AA dengan
kondisi usas buntu dan asam lambung tidak disarankan untuk berpikiran

17
terlalu berat ataupun stres karena hal ini dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Selain itu menghindari makanan yang mengandung cabai dan lada
akan membuat asam lambung naik, sehingga perut bagian atas menjadi tidak
nyaman. Nona MA juga dapat mendengarkan lantunan ayat suci Al-quran
sebagai cara untuk membuat hati lebih tentram dan damai.

c. Lingkungan Sosial
Nona AA dengan keluhan darah rendah dapat dimungkinkan akan timbul
perubahan emosi. Peran keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan.
Keluarga dapat mengingatkan Nona AA untuk menerapkan pola hidup yang
sehat dan menghindari mengonsumsi makanan yang berpotensi menurunkan
darah rendah. Dukungan dan komunikasi yang terbangun dengan baik akan
menciptakan lingkungan yang nyaman dan mempercepat proses penyembuhan

D. Paradigma Keperawatan
Kasus
• Manusia : Narasumber mengatasi keluhan yang dirasakan dengan
memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya.

• Lingkungan: Dengan menjaga pola makan, mengurangi makanan cepat saji,


dan menjaga pola makan tepat waktu agar tubuh tidak terlalu terforsir maka
jam makan pada narasumber akan lebih baik sehingga dapat meminimalisir
adanya asam lambung.

• Kesehatan : Keadaan tubuh yang fit, makanan yang sehat, dan lingkungan
yang nyaman akan mengurangi timbulnya asam lambung dan usus buntu.

Keperawatan: Memberikan dukungan dan semangat kepada narasumber dan


mengingatkan untuk memperhatikan aspek lingkungan seperti pola makan,
kebutuhan tubuh, istirahat, pikiran yang positif akan membuat narasumber
nyaman dan mengurangi keluhan yang ada.

18
E. Perencanaan Upaya
Kasus
• Memberikan dukungan ke narasumber.
• Menyarankan untuk tidak terlalu memaksakan diri agar tubuh tidak
terlalu merasa Jelah.
• Memberikan informasi mengenai makanan yang kurang baik untuk
dikonsumsi untuk asam lambung
• Berolahraga dan lebih menerapkan gaya hidup sehat.
• Memperhatikan sirkulasi udara agar tidak merasa pengap,

19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model Florence Nightingale menekankan perawatan yang
menghubungkan kesehatan dengan 3 faktor lingkungan yakni lingkungan
fisik, lingkungan psikologi dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik dapat
berupa lingkungan yang ada di sekitar kita seperti ventilasi udara, cahaya,
kenyamanan tempat tinggal, suhu, kebersihan, dan lain-lain. Sedangkan
lingkungan psikologi berfokus pada kondisi psikologi dan cara berpikir dari
klien. Untuk lingkungan sosial berkaitan tentang kehidupan sosial di sekitar
kita. Penerapan teori Florence Nightingale berperan dalam asuhan
keperawatan terhadap klien. Klien dapat menganalisis lingkungan di
sekitarnya sebagai penunjang untuk meningkatkan tingkat kesehatannya
Dengan lingkungan yang nyaman akan meminimalisir masalah kesehatan
yang sedang dihadapi klien.

Dari dua narasumber dapat disimpulkan bahwa keadaan lingkungan yang


menjadi titik fokus pada teori Florence Nightingale memiliki korelasi yang
baik untuk proses penyembuhan narasumber. Pemenuhan lingkungan fisik
seperti pencahayaan, jauh dari kebisingan, tempat yang nyaman, lingkungan
psikologi seperti pengelolaan tingkat stres, dan lingkungan sosial seperti
dukungan yang baik dari keluarga dapat dijadikan solusi sebagai penanganan
pertama dan untuk meminimalisir hal-hal buruk sebelum dibawa ke fasilitas
kesehatan.

B. Saran
Narasumber diharapkan dapat memahami kondisi lingkungan dengan baik
sebagai langkah awal untuk melindungi diri. Selain itu, narasumber dapat
memeriksakan diri ke dokter apabila keluhan yang dialami belum mereda
sehingga dapat segera ditindaklanjuti oleh dokter dan mendapatkan
penanganan yang baik oleh tenaga kesehatan yang profesional.

20
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, (2008). Konsep Dasar keperawatan, Jakarta: EGC


Budiono. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Pusdik SDM Kesehatan Jakarta
Selatan Hidayat (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak huku 1. Jakarta:
Salemba Medika. Kusnanto, (2004). Pengantar Profesi & Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Lestari. L... & Ramadhaniyati, 2018. Falsafah Dan Teori Keperawatan. 128. Dari
pustakapelajar.co.id
Resti, K. 2019. Aplikasi Model Teori Nightingale Dalam Asuhan Keperawatan.
Diakses pada 14 November 2021. Dari
https://www.scribd.com/document/434418882/Aplikasi-Model-Teori-
Nightingale- Dalam-Asuhan-Keperawatan
Soemowinoto Sarmoko. (2008). Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan suatu
epistomologi UNMU
Sarafino, (1994). Health Psychology Biopsychosocial Interaction. USA: John
Wiley & Sons.

21

Anda mungkin juga menyukai