2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, berkah,
bimbingan, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul "Teori Florence Nightingale". Makalah ini disusun guna melengkapi
tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari pihak-pihak yang selalu
memberikan dukungan, arahan serta masukan sehingga penulisan ini bisa
diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menjadi perbaikan di masa yang akan datang
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Biografi Singkat.........................................................................................3
B. Konsep Teori.............................................................................................6
C. Model Konseptual.....................................................................................9
D. Tahapan Proses Keperawatan....................................................................10
E. Hubungan Teori Florence Nightingale dengan Teori Lain.......................11
F. Aplikasi dan Penerapan.............................................................................12
G. Paradigma..................................................................................................13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Wawancar........................................................................15
B. Analisis Kasus...........................................................................................16
C. Implementasi Teor.....................................................................................16
D. Paradigma Keperawatan............................................................................18
E. Perencanaan Upaya...................................................................................19
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan................................................................................................20
B. Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21
ii
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era modern keperawatan ialah era perkembangan sistematik dari
keperawatan menuju kepada keperawatan sebagai profesi. Bermula dari
pandangan dan pernyataan dari Florence Nightingale yang mempunyai visi
yang sangat maju tentang keperawatan dalam perkembangan teori
keperawatan. (Kusnanto, 2004).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek-aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan klien berdasarkan teori Florence Nightingale?
2. Bagaimana cara mengaplikasikan teori yang efektif berdasarkan teori
Florence Nightingale?
3. Bagaimana cara mengaplikasikan asuhan keperawatan berdasarkan teori
Florence Nightingale?
4. Bagaimana implementasi konsep teori Florence Nightingale?
5. Bagaimana hubungan perawat dan klien berdasarkan paradigma
keperawatan menurut teori Florence Nightingale?
C. Tujuan
1. Mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap
kondisi klien berdasarkan teori Florence Nightingale.
2. Memberikan gambaran keefektifan pengaplikasian teori untuk klien
berdasarkan teori Florence Nightingale
3. Memberikan gambaran pengaplikasian asuhan keperawatan dengan
penerapan teori Florence Nightingale.
4. Implementasi konsep teori Florence Nightingale
5. Menggambarkan hubungan perawat dan klien berdasarkan paradigma
keperawatan menurut teori Florence Nightingale
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biograpi Singkat
Florence Nightingale lahir tanggal 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dalam
suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Nama depannya, Florence merujuk
kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam
bahasa Inggris. Florence Nightingale memiliki seorang kakak perempuan
bernama Parthenope. Beliau adalah seorang anak bangsawan Inggris yang
kaya, beradab dan bercita-cita tinggi yang bernama William Edward
Nightingale
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah
milik ayahnya, William Edward Nightingale yang merupakan seorang tuan
tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah
keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Ia
belajar bermacam-macam bahasa yaitu bahasa Latin, Yunani, Perancis, dan
lain-lain. la senang memelihara binatang yang sakit, selain itu ia senang
bersama ibunya mengunjungi orang miskin yang sakit serta rajin beribadah
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang
kontras Kakaknya, Parthenope, hidup sesuai dengan martabatnya sebagai
putri seorang tuan tanah karena pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan
berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas,
sementara Florence sendiri lebih banyak keluar rumah dan membantu warga
sekitar yang membutuhkan. Pada suatu ketika, pada saat Florence berdoa
dengan hikmat iamen dengar suara Tuhan bahwa dalam hidupnya menanti
sebuah tugas
3
Pada saatitu Florence berusia tujuh belas tahun. Akhirnya Pada tanggal 7
Februari 1837 dia menulis di buku hariannya tentang pengalamannya itu
dengan judul "Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-
Nya. Tetapi pelayanan apa?"
c. Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki dari pada
perempuan karena alasan-alasan di atas
4
Meskipun mengahadapi hambatan dari keluarga dan alasan-alasan
Florence tetap memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi seorang perawat.
Ketika berumur 20 tahun Florence meminta izin kepada orang tuanya untuk
bekerja dirumah sakit dan belajar tentang keperawatan. Akan tetapi orang
tuanya tetap tidak mengizinkannya karena keadaan rumah sakit pada saat itu
sangat memprihatinkan. Walaupun mendapat larangan dari kedua orang
tuanya semangat Florence untuk menjadi perawat tidak hilang
Pada suatu hari nenek Florence sakit dan saat itu Florence mendapat
kesempatan untuk merawat neneknya sampai pada akhirnya beliau
meninggal. Dengan pengalaman merawat neneknya tersebut bertambahlah
pengalaman Florence dalam merawat orang sakit. Florence berpendapat
bahwa ia perlu menuntut ilmu agar dapat menjalankan pekerjaan perawat
dengan baik karena menolong sesama manusia sama halnya dengan
mengabdikan diri kepada Tuhan. Florence bertanya kepada seorang dokter
tamu dari Amerika, Dr. Samuel Howe, "Apakah pantas bagi seorang gadis
Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?" Dr. Samuel
Howe menjawab, "Di Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak.
Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi
seorang wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa
kebaikan bagi orang lain". Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja
Protestan tidak seperti Catholic Sisters of Charity yang memberikan jalan
bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain.
Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan
oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang
dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara
berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim,
sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat
disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa. Florence
sangat tertarik dan bersemangat menanggapi cerita Dr. Howe dan mengatakan
bahwa Kaiserworth adalah tujuannya. Pada bulan Juli 1850 saat ia telah
5
berusia 30 tahun, Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman. Setahun
kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang
dengan sikap baru, sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri
dari kehidupannya yang terkekang. Tiga tahun kemudian, dia melaksanakan
pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai pengawas di Institute for the
Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan
pemikiran- pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa
ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk
mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil
para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa institusi
tersebut bukan institusi sekte, institusi tersebut menerima semua pasien dari
semua denominasi dan agama. Disini Florence beragumentasi sengit dengan
komite rumah sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik.
Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini
merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis berbunyi: "Rumah
sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga
Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima
kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk
orang Islam"
B. Konsep Teori
1. Definisi Teori
Teori merupakan kumpalan konsep, definisi, dan usulan yang
memproyeksikan sebuah pandangan sistematis tentang suatu fenomena
dengan merancang hubungan khusus antar-konsep guna menggambarkan,
menjelaskan, memprediksi, dan/atau mengendalikan fenomena yang ada.
(Asmadi, 2008)
6
sebagai ilmu dan profesi harus didukung oleh teori dan model konseptual
agar pelayanan keperawatan yang diberikan semakin professional.
(Asmadi, 2008)
7
kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengarui proses
perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep Florence
Nightingale, pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara
keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan
lingkungan sosial.
a. Lingkungan Fisik (Physical environment)
Merupakan lingkungan dasar alami yang berhubungan
dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek
terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan
mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan
harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus
bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-
banan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan
perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas,
tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan keleluasaan
pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus mendapatkan
penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah.
Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya
mendapat ventilasi.
b. Lingkungan Psikologi (Psychology environment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan
yang negatif dapat menyebabkan stres fisik dan berpengaruh buruk
terhadap emosi pasien. Oleh karena itu, ditekankan kepada pasien
menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari,
makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat merangsang
semua faktor untuk dapat mempertahankan emosinya. Komunikasi
dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara
menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau
terputus-putus, Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter
dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan
kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari
8
pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu
muluk muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi
penyakitnya. Selain itu, membicarakan kondisi-kondisi lingkungan
dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para
pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
C. Model Konseptional
a. Keperawatan adalah profesi dengan tujuan menemukan dan menggunakan
hukum alam dalam pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan.
Ningtingale menegaskan bahwa keperawatan adalah ilmu dan kiat yang
memerlukan pendidikan formal untuk merawat orang yang sakit.
9
c. Alasan tindakan keperawatan yakni menempatkan manusia pada kondisi
yang terbaik secara alami untuk menyembuhkan atau meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit dan luka.
e. Konsep sehat adalah keadaan bebas dari penyakit dan dapat menggunakan
kekuatannya secara penuh.
10
• Pembuangan sampah
• Pencemaran lingkungan
• Komunikasi sosial, dil
d. Diagnosa keperawatan
Berbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara
lain:
• Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
• Penyesuaian terhadap lingkungan.
• Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
e. Implementasi
Upaya dasar mengubah mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan
terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan individu
f. Evaluasi
g. Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan
individu.
11
b. Teori Kebutuhan (Hierarki Maslow)
Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori
Florence Nightingale, sebagai contoh kebutuhan oksigen dapat
dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan yang
aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih. Teori
kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang
berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan
12
dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi
lingkungan.
c. Sehat/sakit
Fokus pada perbaikan untuk sehat.
d. Masyarakat lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhu, bau, suara dan
cahaya
G. Paradigma
Paradigma Keperawatan Florence Nightingale berorientasi pada
lingkungan. Dia percaya bahwa lingkungan pasien harus diubah untuk
memungkinkan alam untuk bertindak atas pasien. Menurut Florence
Nightingale ada empat komponen paradigma keperawatan sebagai berikut:
a. Manusia
Meskipun sebagian besar tulisan Florence Nightingale merujuk kepada
orang sebagai orang yang menerima perawatan, dia percaya bahwa orang
tersebut adalah makhluk yang dinamis dan kompleks. Florence
Nightingale membayangkan orang karena membandingkan fisik. Untuk
sebagian besar, Florence Nightingale juga menggambarkan seorang
pasien pasif dalam hubungan ini. Namun, ada referensi khusus untuk
pasien melakukan perawatan diri bila mungkin dan khususnya, menjadi
terlibat dalam waktu dan substansi makanan, dengan demikian, pasien
bukan individu yang benar-benar pasif.
13
b. Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasi
untuk menempatkan pasien dalam kondisi terbaik bagi alam untuk
bertindak. Teori ini memiliki komponen baik fisik maupun psikologis
Komponen fisik dari lingkungan mengacu pada ventilasi, hangat, ringan,
nutrisi, obat-obatan, stimulasi, ruang, suhu, dan aktivitas Komponen
psikologis meliputi menghindari memberikan harapan yang terlalu
menasehati yang berlebihan tentang penyakitnya. Terdapat pula
komponen sosial diantaranya hubungan intrapersonal, interpersonal dan
juga ekstrapersonal
c. Keperawatan
Florence Nightingale percaya keperawatan sebagai panggilan jiwa.
Perawat adalah untuk membantu alam yang menyembuhkan pasien.
Perawat yang menggunakan akal sehat, pengamatan, dan kecerdasan
memungkinkan alam untuk efektif memperbaiki pasien,
d. Kesehatan
Florence Nightingale berpendapat bahwa harus dilakukan pencegahan
dan promosi kesehatan di samping merawat pasien dari sakit hingga
sehat kembali.
14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
B. Analisis Kasus
Kasus
Berdasarkan wawancara bersama bersama Nona AA diperoleh informasi
bahwa Nona AA memiliki riwayat penyakit usus buntu akut. Dilihat dari
riwayat keluarga Nona AA tidak ada salah satu keluarga yang mengalami
riwayat ini. Faktor utama yang dialami Nona AA disebabkan oleh kebiasaan
makan makanan cepat saji (junk food) sehingga dari kebiasaan tersebut
mengakibatkan usus buntu ditambah lagi Nona AA sering telat makan dan
makan makanan yang pedas membuat Nona AA mengalami asam lambung
seperti mengonsumsi mie setiap hari. Dalam wawancara tersebut, klien
bercerita bahwa Nona AA mengalami sedikit gangguan pikiran (over
thinking) karena banyak suara dari teman-temannya yang membuat Nena AA
tidak nyaman. Kondisi usus buntu yang sudah akut ini dialami Nona AA
menimbulkan efek seperti banyaknya fikiran negatif tentang apa yang diderita
Nona AA yang membuat Nona AA depresi, kesal, suka kaget, tekanan batin,
imun tubuh berkurang ditandai dengan lemas gemetar dan panas dingin.
Selain itu Nona AA merasa bahwa kurangnya asupan air putih (depresi)
membuat imun tubuh Nona AA semakin tidak baik. A
C. Implementasi Teori
Kasus
a. Lingkungan Fisik
Dalam teori Florence Nightingale, lingkungan fisik menjadi salah satu aspek
penting untuk mendukung proses kesembuhan klien. Diketahui Nona AA
memiliki keluhan usus buntu, asam lambung, panas dingin dan over thinking
secara berlebihan tiba-tiba secara tinggi yang salah satunya disebabkan oleh
kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak terutama junk food atau makanan
cepat saji. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari faktor
lingkungan khususnya mengenai nutrisi makanan. Nona AA dengan keluhan
usus buntu dan asam lambung terutama sangat disarankan untuk menghindari
makanan yang pedas, makanan yang mengandung garam tinggi, makanan
16
yang tidak hancur dikunyah dan makanan yang tidak diolah dengan baik.
Makanan yang mengandung penyedap rasa serta bumbu instan lainnya,
seperti mie instan yang dapat memicu usus buntu. Hal ini karena makanan
bergaram tinggi bisa menyebabkan iritasi pada usus. Misalnya, makanan
cepat saji yang tinggi karbohidrat namun rendah serat. Terlalu banyak
konsumsi makanan cepat saji bisa meningkatkan risiko radang usus buntu.
Selain itu, mengonsumsi gula dan makanan manis dalam jumlah banyak juga
bisa menyebabkan sembelit dan meningkatkan risiko infeksi, termasuk infeksi
yang menyebabkan usus buntu. Makanan pedas bisa menjadi pemicu usus
buntu. Hal ini dikarenakan biji cabai yang tidak hancur bisa menyumbat usus
dalam jangka waktu panjang dan menyebabkan radang usus buntu. Namun,
yang perlu dipahami adalah, makanan pedas bukan penyebab utama usus
buntu. Beberapa makanan pedas seperti cabui, paprika pedas, atau saus
sambal bisa memicu kondisi lain yang menyebabkan pencernaan mengalami
gangguan, misalnya rasa sakit parah di daerah antara tulang dada dan pusar
disertai dengan mual dan menjadi gejala awal penyakit usus buntu. Dalam
kondisi seperti ini. Nona AA dapat mengatur pola makan-makanan yang sehat
dan lebih bergizi, selain itu juga diperhatikan untuk memperhatikan cairan
tubuh seperti meminum air putih dua liter sehari. Pastikan tempat tidur
nyaman dan pencahayaan dapat diredupkan untuk membuat suasana yang
mendukung. Nona AA juga dapat memilih tempat yang jauh dari kebisingan
dan dapat menyalakan lilin aroma terapi untuk membantu membuat suasana
lebih tentram. Selain itu jendela yang dibuka dapat membuat sirkusi udara
lebih baik sehingga Nona AA tidak merasa pengap akibat kekurangan
oksigen.
b. Lingkungan Psikologi
Kondisi psikologi juga aspek yang penting untuk mengendalikan perasaan.
Dengan berpikiran positif Nona AA dapat meminimalisir stres sehingga
proses penyembuhan dapat berjalan dengan maksimal. Nona AA dengan
kondisi usas buntu dan asam lambung tidak disarankan untuk berpikiran
17
terlalu berat ataupun stres karena hal ini dapat menimbulkan masalah
kesehatan. Selain itu menghindari makanan yang mengandung cabai dan lada
akan membuat asam lambung naik, sehingga perut bagian atas menjadi tidak
nyaman. Nona MA juga dapat mendengarkan lantunan ayat suci Al-quran
sebagai cara untuk membuat hati lebih tentram dan damai.
c. Lingkungan Sosial
Nona AA dengan keluhan darah rendah dapat dimungkinkan akan timbul
perubahan emosi. Peran keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan.
Keluarga dapat mengingatkan Nona AA untuk menerapkan pola hidup yang
sehat dan menghindari mengonsumsi makanan yang berpotensi menurunkan
darah rendah. Dukungan dan komunikasi yang terbangun dengan baik akan
menciptakan lingkungan yang nyaman dan mempercepat proses penyembuhan
D. Paradigma Keperawatan
Kasus
• Manusia : Narasumber mengatasi keluhan yang dirasakan dengan
memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya.
• Kesehatan : Keadaan tubuh yang fit, makanan yang sehat, dan lingkungan
yang nyaman akan mengurangi timbulnya asam lambung dan usus buntu.
18
E. Perencanaan Upaya
Kasus
• Memberikan dukungan ke narasumber.
• Menyarankan untuk tidak terlalu memaksakan diri agar tubuh tidak
terlalu merasa Jelah.
• Memberikan informasi mengenai makanan yang kurang baik untuk
dikonsumsi untuk asam lambung
• Berolahraga dan lebih menerapkan gaya hidup sehat.
• Memperhatikan sirkulasi udara agar tidak merasa pengap,
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model Florence Nightingale menekankan perawatan yang
menghubungkan kesehatan dengan 3 faktor lingkungan yakni lingkungan
fisik, lingkungan psikologi dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik dapat
berupa lingkungan yang ada di sekitar kita seperti ventilasi udara, cahaya,
kenyamanan tempat tinggal, suhu, kebersihan, dan lain-lain. Sedangkan
lingkungan psikologi berfokus pada kondisi psikologi dan cara berpikir dari
klien. Untuk lingkungan sosial berkaitan tentang kehidupan sosial di sekitar
kita. Penerapan teori Florence Nightingale berperan dalam asuhan
keperawatan terhadap klien. Klien dapat menganalisis lingkungan di
sekitarnya sebagai penunjang untuk meningkatkan tingkat kesehatannya
Dengan lingkungan yang nyaman akan meminimalisir masalah kesehatan
yang sedang dihadapi klien.
B. Saran
Narasumber diharapkan dapat memahami kondisi lingkungan dengan baik
sebagai langkah awal untuk melindungi diri. Selain itu, narasumber dapat
memeriksakan diri ke dokter apabila keluhan yang dialami belum mereda
sehingga dapat segera ditindaklanjuti oleh dokter dan mendapatkan
penanganan yang baik oleh tenaga kesehatan yang profesional.
20
DAFTAR PUSTAKA
21