Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN POLITIK Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud

proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Perkataan politik berasal dari bahasa Latin politicus dan bahasa Yunani politicos, artinya (sesuatu yang) berhubungan dengan warga negara atau warga kota. Kedua kata itu berasal dari kata polis maknanya kota. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), pengertian politik sebagai kata benda ada tiga. Jika dikaitkan dengan ilmu artinya (1) pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang sistem pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan); (2) segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan atau terhadap negara lain; dan (3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah). Karena maknanya yang banyak itu, dalam kepustakaan ilmu politik bermacam-macam definisi tentang politik. Keaneka macaman definisi itu, disebabkan karena setiap sarjana ilmu politik hanya melihat satu aspek atau satu unsur politik saja. Menurut Miriam Budiardjo (1993:8,9) ada lima unsur sebagai konsep pokok dalam politik, yaitu (1) negara, (2) kekuasaan, (3) pengambilan keputusan, (4) kebijaksanaan (kebijakan), dan (5) pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat. Kelima unsur politik yang dikemukakannya itu berdasarkan definisi politik yang dirumuskannya. Rumusan yang berbeda dikemukakan oleh Deliar Noer. Dengan mempergunakan dua pendekatan yakni (1) pendekatan nilai dan (2) pendekatan perilaku, Deliar mengatakan bahwa "politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk atau susunan masyarakat." Dari rumusan ini kelihatan bahwa hakikat politik adalah perilaku manusia baik berapa aktivitas maupun sikap, yang bertujuan mempengaruhi atau mempertahankan tatanan suatu masyarakat dengan mempergunakan kekuasaan (Abd. Muin Salim, 1994:37). PENGERTIAN POLITIK DALAM ISLAM Di dalam Islam, kekuasaan politik kait mengait dengan al-hukm. Perkataan al-hukm dan kata-kata yang terbentuk dari kata tersebut dipergunakan 210 kali dalam Al-Qur'an. Dalam bahasa Indonesia, perkataan al-hukm yang telah dialihbahasakan menjadi hukum intinya adalah peraturan, undang-undang, patokan atau kaidah, dan keputusan atau vonis (pengadilan). Di dalam bahasa Arab, kata tersebut yang berpola masdar (kata benda yang diturunkan dari kata kerja) dapat dipergunakan dalam arti perbuatan atau sifat. Dengan demikian, sebagai perbuatan hukum bermakna membuat atau menjalankan keputusan dan sebagai kata sifat kata itu merujuk pada sesuatu yang diputuskan yakni keputusan atau peraturan perundang-undangan .

seperti dikenal dalam bahasa Indonesia mengenai (sebagian) arti perkataan hukum. Kalau makna perbuatan itu dikaitkan dengan kehidupan masyarakat, arti perbuatan dalam hubungan ini adalah kebijaksanaan (kebijakan) atau pelaksanaan perbuatan sebagai upaya pengaturan masyarakat. Wujud kekuasaan politik menurut agama dan ajaran Islam adalah sebuah sistem politik yang diselenggarakan berdasarkan dan menurut hukum Allah yang terkandung dalam Al-Qur'an (Abd. Muin Salim, 1994:161,293). Pertama adalah hukum (yang ditetapkan) Tuhan dan kedua adalah hukum buatan manusia. Hukum buatan manusia harus bersandar dan tidak boleh bertentangan dengan hukum Tuhan yang terdapat Tujuan hidup manusia hanya dapat terwujud jika manusia mampu mengaktualisasikan hakikat keberadaannya sebagai makhluk utama yang bertanggung jawab atas tegaknya hukum Tuhan dalam pembangunan kemakmuran di bumi untuk itu Al-Qur'an yang memuat wahyu Allah, menunjukkan jalan dan harapan, yakni : (1) agar manusia mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah (sifat asal atau kesucian)nya, (2) mewujudkan kebajikan atau kebaikan dengan menegakkan hukum, (3) memelihara dan memenuhi hak-hak masyarakat dan pribadi, dan pada saat yang sama memelihara diri atau membebaskan diri dari kekejian, kemunkaran dan kesewenang-wenangan. Untuk itu di perlukan sebuah sistem politik sebagai sarana dan wahana (alat untuk mencapai tujuan). Al-Qur'an tidak menyebutkan dengan tegas bagaimana mewujudkan suatu sistem politik. Di dalam beberapa ayat, Al-Qur'an hanya menyebut bahwa kekuasaan politik hanya dijanjikan (akan diberikan) kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Di sisi lain keberadaan sebuah sistem politik berkaitan pula dengan ruang dan waktu. Ini berarti bahwa sistem politik adalah budaya manusia sehingga keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari dimensi kesejarahan. Karena itu pula lahirnya sistem politik Islami harus dihubungkan dengan sebuah peristiwa bersejarah. Yang dimaksud adalah perjanjian atau bai'at keislaman yang menimbulkan satu perikatan berisi pengakuan dan penaklukan diri kepada Islam sebagai agama. Konsekuensi perjanjian tersebut adalah terwujudnya sebuah masyarakat muslim yang dikendalikan oleh kekuasaan yang dipegang oleh Rasul. Dengan demikian, terbentuklah sebuah sistem politik Islami yang pertama dengan fungsi dan struktur yang sederhana dalam masyarakat dan negara kota Medinah. Sistem politik ini terjadi setelah disetujuinya piagam Madinah, yang oleh Hamidullah disebut sebagai konstitusi tertulis pertama dalam sejarah, pada awal dekade ketiga abad VII M (622) atau tahun I H. Dengan piagam itu tegaklah

sistem politik Islam dalam sebuah negara. Sementara itu perlu dikemukakan walaupun di atas disebutkan sistem politik Islami berawal dari perikatan, namun, itu tidaklah berarti bahwa teori perjanjian masyarakat yang dikenal dalam kepustakaan ilmu politik sama dengan perjanjian keislaman tersebut di atas. Perjanjian keislaman itu merupakan konsep baru, disamping konsep-konsep yang telah dikenal. Lagi pula sifatnya adalah restrukturisasi atau penataan kambali suatu masyarakat menurut hukum Ilahi.

Sistem Politik Dalam Islam Jika mengacu kepada sejarah perpolitikan Islam terutama zaman klasik, bahkan hingga zaman kontemporer ini, sebenarnya tidak ada pembakuan secara umum yang berlaku di negara-negara yang memproklamirkan diri sebagai negara Islam.Sumber asasi di dalam Islam hanya memberi rambu-rambu yang amat global, umpama Allah berfirman:

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya).....(QS. An Nisa : 59). Ayat ini secara implisit menghendaki keberadaan: (1) suatu negara yang ada pemimpinnya, (2) rakyat yang taat kepada pemimpin, (3) Jika ada pertentangan di antara kedua belah pihak hendaklah kembali kepada petunjuk Alquran dan asSunnah, dan (4) tidak boleh ada dominasi dari satu pihak kepada pihak yang lain. Jadi pemimpin mengayomi rakyat dan rakyat taat kepada pemimpin. Lanjutan ayat itu berbunyi

Artinya : ...jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(QS. An Nisa : 59). Empat poin dalam kandungan ayat ini adalah perwujudan iman. Implikasinya lebih jauh adalah: (1) Jika para pemimpin tidak mengayomi rakyat, (2) jika rakyat tidak taat pemimpin atau pemerintah syah, (3) jika ada perpebedaan prinsip antara rakyat dan pemerintah (pemimpin) yang cara pemecahannya tidak dikembalikan menurut petunjuk Alquran maupun as-Sunnah, maka mereka itu tidak termasuk orang beriman.

Kata iman seakar kata dengan amin, artinya aman tidak ada gangguan dan ancaman. Aplikasinya dalam kehidupan kenegaraan baik pemerintah maupun rakyat harus bersama-sama menciptakan suasana aman atau kondusif sehingga kehidupan bersama dalam berbagai bidang seperti: ekonomi, sosial, politik, dan yang lainnya berjalan dengan lancar aman, tanpa rasa khawatir akan berbagai macam gangguan. Kata iman juga seakar kata dengan amanah yang berarti dapat dipercaya. Kaitannya dengan kenegaraan, baik pemerintah maupun rakyat harus saling dapat mempercayai maupun dipercayai.

HUBUNGAN PEMELUK AGAMA DAN POLITIK

Model Kepemimpinan Rasulullah Saw NABI dalam kesadaran umat Islam merupakan teladan dalam segenap hal (uswah hasanah). Dalam kata-kata Iqbal, Cinta kepada Nabi mengalir bak darah di dalam urat-urat umatnya atau dalam lukisan Rumi, Inilah sahabatku, inilah dokterku, inilah guruku, inilah obatku (hadza habibi, hadza thabibi, hadza adibi, hadza dawai). Sejarah mengajarkan bahwa model kepemimpinan Nabi betul-betul telah mampu mengubah raut sejarah dari yang semula primitif (jahiliah) menjadi beradab dalam waktu yang relatif singkat selama 23 tahun. Yahdi minaz zulumati ilan nur. Keberhasilan mengagumkan yang tempo hari membuat seorang orientalis Hart dalam bukunya yang mengangkat seratus tokoh yang telah mengubah dunia dia tidak ragu lagi menempatkan Muhammad dalam urutan pertama. Nabi sebagai seorang pemimpin umat dan masyarakat benar-benar mencitrakan dirinya sebagai sosok yang memiliki akhlak mulia yang layak diteladani dalam segenap hal. Malah moralitas ini pula yang menjadi tema dan daya tarik kampanye dari risalah yang disosialisasikan sepanjang karir kenabiannya sehingga mampu menyedot masyarakat untuk menjadi pengikut setianya tanpa diiming-iming materi, menjadi jemaahnya dengan kerelaan berkorban yang luar biasa. Aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak, jelas Nabi. ENAM HAL penting akhlak yang melekat dalam kepemimpinan Nabi : Pertama, beliau adalah sosok yang mampu meresapkan rasa keadilan yang merata kepada semua pihak tanpa kecuali. Keadilan di tangan Nabi tidak pernah dikorbankan atas nama apa pun seperti terpantul dari ajaran-Nya, Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuat kamu tidak berlaku adil (Q.S. 5:8). Kedua, Nabi benar-benar memimpin dengan sentuhan rasa cinta, empati dan simpatik yang tiada tara yang dipersembahkan kepada seluruh umatny

Ketiga, Nabi adalah pemimpin yang selalu berkata benar (shidiq). Beliau sangat paham bahwa kata-kata itu bukan hanya akan membawa pengaruh bagi lingkungan tapi juga dapat membawa akibat kelak di akhirat. Beliau senantiasa berpedoman kepada prinsip, Apabila tidak bisa berkata benar dan jujur maka lebih baik diam. Keempat, beliau adalah pemimpin yang selalu menjunjung tinggi amanah. Kelima, Nabi adalah pemimpin yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata (fathanah). Kata-kata yang keluar dari mulutnya dan kebajikan yang diambilnya menjadi bukti ihwal kecerdasan Nabi. Keenam, Nabi selalu bersikap transparan (tabligh). Dia sampaikan setiap kebenaran dan diluruskannya segala hal yang dianggap keliru. Di tangannya tidak ada kebenaran yang disembunyikan. Lebih dari itu, dalam menyampaikan kebenarannya pun, Nabi melakukannya dengan cara-cara yang bijaksana (al-hikmah) tutur kata yang santun (al-mauidzhah al-hasanah) diiringi alasan dan logika yang kokoh (al-mujadalah). Itulah beberapa model nilai-nilai kepemimpinan yang dikembangkan Nabi saw. sebagai modal dasar dalam melakukan perubahan sosial ke arah yang lebih baik. TERSIARNYA ISLAM DI INDONESIA 1. Masuknya Islam ke Indonesia: 1.1 Waktu: Pada garis besarnya ada dua pendapat tentang mula pertama Islam masuk ke Indonesia: a. Pendapat lama: Abad kel3 Masehi. Di kemukakan oleh para sarjana lama,antara lain N.H KROM dan VAN DEN BERG. Ternyata pendapat lama tersebut mendapat sanggahan dan bantahan. b. Pendapat baru: Abad ke 7-8 Masehi. Para pendapat baru ini antara lain H. AGUS SALIM, H.ZAINAL ARIFIN ABBAS; SAYEPALWI BIN TAHIR ALHADAD, H.M.ZAINUDDIN, HAMKA,NJUNED PARIDURI, T.W.ARNOLD. 1.2 Tempat asal Penyebaran Islam: Ada tiga pendapat mengenai tempat asal penyebaran Islam ke Indonesia: a. India (pendapat: SNOUCKHURGRONJ,H.KERAEMER& VAN DEN BERG) b. Persia (Pendapat P. A HOES AIN DJAJADININGRAT) c. Arab, Mekah (pendapat Buya HAMKA)

Kontribusi Agama Islam dalam Politik di Negara Republik Indonesia

Para pelaku sejarah perintis kemerdekaan dan pendiri negara Republik ini mayoritas - untuk tidak mengatakan hampir semua - adalah orang Islam. Mereka memasukkan essensi atau simpul Islam ke dalam dasar-dasar negara. Simpulsimpul Islam itu dapat dijalaskan sebagai berikut. Pembukaan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdiri atas empat alinea. Ajaran Islam yang terserap dalam alinea ini adalah rumusan konsep peri keadilan. Adil adalah mempatkan sesuatu pada tempatnya. (wadu syaiin fi mahallih) Dengan demikian peri keadilan baik menurut sumber (Islam) maupun konsep berbangsa dan bernegara melandasi semua kebijakan yang menyangkut seluruh rakyat Indonesia. Dalam alinea kedua terdapat kata daulat adil dan makmur. Kesemuanya berasal dari kata bahasa Arab dan simpul-simpul dalam Islam. Daulat berarti kekuasaan, atau perputaran. Kata daulat termuat dalam Al-Quran satu kali yaitu Surat al-Hasyr/59: 7. kata itu terserap dalam pembukaan UUD45 dalam konteks negara yang merdeka dan memiliki pemerintahan sendiri (tidak terjajah oleh bangsa asing). Sementara itu kata makmur berasal dari kata bahasa Arab mamur. Kata ini terdapat dalam Al-Quran satu kali:

Artinya : dan demi Baitul Ma' mur ( QS. Ath-Thur : 4 ). Maksud baitul mamur adalah Kabah. Kabah amat mamur karena dikunjungi berjuta-juta manusia setiap tahunnya sejak Islam generasi pertama hingga insya Allah hari akhir kelak. Dalam surat Hud/11: 61, kita diperintah supaya bumi ini dibuat menjadi makmur. Dalam alinea ketiga terdapat kata rahmat, Allah, luhur, dan rakyat. Keempat kata ini berasal dari bahasa Arab dan bersumber dari ajaran Islam. Kata rahmat di dalam pembukaan UUD45 dirangkai dengan Allah menjadi rahmat Allah. Dalam Islam rahmat Allah merupakan salah satu aqidah pokok dalam Islam. Allah berfirman:

Artinya : dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam . ( QS. Al Anbiya : 107 ).

Atas dasar pengakuan para pendiri negara ini, di samping usaha mereka dengan penuh nilai-nilai kepahlawanan juga mengaku sebagai rahmat Allah, yang tidak dapat ditafsirkan kecuali rahmat Allah secara Islam. Sementara itu kata luhur berasal dari bahasa Arab zuhur yang berarti puncak gunung (Al-Munawwir:889). Pemakaian kata luhur dalam pembukaan dirangkai dalam ungkapan keinginan luhur yang berarti keinginan amat tinggi. Dalam alinea keempat juga banyak unsur serapan dari Islam. Karena di dalam alinea ini terdapat rumusan Pancasila, maka penjelasannya dituangkan dalam ruang sendiri yaitu Pancasila.

Pancasila Rumusan sah Pancasila adalah (1) Ketuhanan Ynag Maha Esa, (2) Kemanusiaan ynag adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila pertama sejalan benar dengan prinsip tauhid baik dalam level teks suci maupun pemahaman atas teks. Tidak ada antagonisme sejak bunyi wahyu hingga konsep teologisnya. Allah berfirman:

Artinya : Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa . ( QS. Al Ikhlas : 1 ). artinya secara teologis menegaskan bahwa Allah itu Esa semurni-murninya, dan tidak ada rumusan lain yang bersifat dualitas, trinitas, atau kompleksitas. Rumusan murni itu kemudian masuk dalam rumusan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Inilah sumbangan Islam yang justru merupakan inti ajarannya ke dalan negara Republik Indonesia tercinta ini. Dalam sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab, sumbangna Islam yang langsung dapat dilihat adalah konsep adil dan beradab. Adil adalah ajaran pokok dalam Islam, khususnya dalam kehidupan bersama. Kata adil atau kata yang seakar dengannya disebut dalam Al-Quran sebanyak 28 kali yang jika diringkas hendaklah manusia itu berbuat adil terhadap Allah, dirinya sendiri, sesama manusia, terhadap tetumbuhan, binatang, maupun secara umum kapada alam semesta. Beradab berasal dari kata adab. Kata ini berasal dari bahasa Arab dan juga merupakan ajaran Islam. Adab secara leksikal berarti sopan. Ini berarti hubungan antara yang satu dengan yang lain, termasuk dalam kehidupan berpolitik dan bernegara haruslah - siapapun dalam kapasitas apapun - mengambang sifat sopan dan santun. Pemerintah yang bersifat diktator atau rakyat bersifat

anarkhis tidak mempunyai tempat baik dalam Islam maupun praktik kenegaraan di negara kita ini. Sila ketiga Persatuan Indonesia, seiring benar dengan Al-Quran sebagai berikut:

Artinya : manusia itu adalah umat yang satu.... . ( QS. Al Baqarah : 213 ). Hakikat manusia yang sebenarnya satu itu masih diperintahkan supaya tidak saling bercerai berai. Allah berfirman:

Artinya : dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai .... ( QS. Ali Imran : 103 ). Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, merupakan perasan dari sejumlah ajaran Islam. Kata kerakyatan, hikmat, permusyawaratan, dan perwakilan berasal dari bahasa Arab dan bersumber dari ajaran Islam. Kata rakyat terambil dari kata raiyyyah. Kata ini terambil dari hadis . . (Kamu semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. H.R. Muslim dari Ibnu Umar (Muslim, II:125)). Kata permusyawaratan terambil dari kata bahasa Arab musyawarah. Kata ini terdapat dalam Al-Quran

Artinya ....dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu... ( QS. Ali Imran : 159 ). DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) Lembaga tinggi negara yaitu DPR terdiri dari bahasa Arab semua. Kata dewan berarti mahkamah atau pengadilan. Untuk kata perwakilan dan rakyat telah dijelaskan dalam sub bab sebelum ini. DPR sebagai lembaga dengan

demikian bersumber sepenuhnya dari Islam. Karena itu siapapun yang menjadi anggota DPR, baik berupa personal maupun kelembagaan haruslah bekerja dalam rangka memikul amanah dari Allah. Tidak boleh ada oknum DPR apalagi secara kelembagaan memperlihatkan praktik-praktik yang tidak terpuji dan membebani rakyat. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) Kata majelis berasal dari bahasa Arab majlis dan berarti persidangan. Untuk kata perwakilan dan rakyat telah dijelaskan di muka. MPR sebagai suatu lembaga dalam Islam disebut ahlul hall wal aqd, yaitu kumpulan tokoh dan pemimpin masyarakat, dan secara generik semuanya terambil dari Islam yang kemudian di ketatanegaraan negeri ini menjadi lembaga tertinggi negara. MA (Mahkamah Agung) Mahkamah Agung juga merupakan lembaga tinggi negara. Kata Mahkamah juga terambil dari bahasa Arab mahkamah. Kata ini berasal dari kata hakama dan menunjuk dengan hukum. Berbagai kata turunan dari hakama seperti hakim, mahkamah, hukmun, hukman, yatahakamu dan masih banyak lagi tercatat 192 kali yang semuanya berhubungan dengan hukum. Mahkamah Agung sebagai suatu lembaga tertinggi di bidang hukum ini dengan demikian dimaksudkan supaya hukum Allah menurut Islam ini berjalan dengan baik dalam gelar ketatanegaraan. Mahkamah Agung merupakan benteng terdepan sekaligus terakhhir bagi tegak atau tidaknya hukum di negeri ini. Jika lembaga ini benar-benar mengedepankan supremasi hukum, tentu tidak banyak penyelewengan dalam negara. Karena itu sesuai dengan tujuan dibentuk lembaga tinggi dan terhormat dalam bidang hukum ini hendaklah mengemban amanat Allah, amanat negara, amanat rakyat dengan sebaik-baiknya. Peranan Agama dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Agama memberikan penerangan kepada manusia dalam hidup bersama termasuk dalam bidang politik atau bernegara. Penerangan itu antara lain. Perintah untuk bersatu Islam melalui Al-Quran menganjurkan agar antar kelompok, antar golongan maupun antar partai saling melakukan taaruf (perkenalan). Allah berfirman:

Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal . ( QS. Al Hujurat : 13 ). Ayat ini sekaligus menjelaskan paham persamaan (egalitarianisme) untuk semua manusia atau lintas batas: ras, agama, bahasa, maupun adat istiadat. Allah menegaskan tinggi rendah martabat seseorang hanya ditentukan oleh takwa, itu saja Allah tidak menenttukan di mana batas tertinggi maupun terendah takwa. Hanya Allah saja yang mengetahui karena Dia lah yang menentukan batas-batas itu. Allah justru menjelaskan bahwa kita, manusia adalah suatu organis (umat) tunggal dan Allah lah satu-satunya yang disembah. Allah berfirman:

Artinya : Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah aku . ( QS. Al Anbiya : 92 ).

Artinya : Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku . ( QS. Al Mukminun : 52 ). Pemahaman terhadap Al-Quran surat al-Hujarat ayat 13 menunjukkan bahwa manusia diciptakan bersuku-suku, dan surat al-Mukminun ayat 52 menjelaskan bahwa manusia adalah umat yang satu. Ini berarti berbagai suku, berbagai golongan, berbagai kelompok, termasuk di dalamnya kelompok politik atau yang lainnya supaya tetap bersatu. Pengikat persatuan adalah takwa. Larangan untuk saling curiga Islam melarang kepada semua orang baik dalam kapasitasnya sebagai individu, sebagai kelompok sosial, maupun kelompok-kelompok yang lain termasuk kelompok politik untuk saling curiga, saling melecehkan atau yang semakna dengannya. Allah berfirman:

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah

mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang . ( QS. Al Hujurat : 12 ). Dengan demikian, terhadap orang lain atau kelompok lain haruslah saling mengembangkan husnuzhan (berprasangka baik). Sebagai bangsa akan menjadi lemah jika elemen-elemen di dalamnya saling mencurigai dan bertikai. Itulah sebabnya Allah melarang umat yang saling bercerai berai. Allah berfirman:

Artinya : dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,.... )QS. Ali Imran : 103 ). Mencermati perintah Allah agar kita bersatu dan larangan-Nya untuk bercerai berai itu ternyata akibatnya kembali kepada manusia itu sendiri. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh merupakan kesimpulan padat dari perintah untuk bersatu dan larangan bercerai.

Anda mungkin juga menyukai