Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Ilham

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042989362

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4208/Sistem Pemerintahan Desa

Kode/Nama UPBJJ : 47/Pontianak

Masa Ujian : 2020/21.1(2020.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
No.1 Pembangunan ekonomi yang telah ditempuh di masa lalu telah menghasilkan berbagai
kemajuan yang cukup berarti namun sekaligus juga mewariskan berbagai permasalahan
yang mendesak untuk dipecahkan. Penitikberatan pembangunan masa lalu hanya kepada
tercapainya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah menciptakan peningkatan
pendapatan perkapita, penurunan jumlah kemiskinan dan pengangguran, dan perbaikan
kualitas hidup manusia secara rata-rata.

Meskipun demikian pembangunan ekonomi yang sangat berorientasi kepada


peningkatan produksi nasional, tidak disertai oleh pembangunan dan perkuatan insitusi-
insitusi baik publik maupun insitusi pasar terutama institusi keuangan yang seharusnya
berfungsi melakukan alokasi sumber daya secara efisien dan bijaksana. Bahkan proses
pembangunan ekonomi yang ditopang oleh sistem represi dan ketertutupan telah
melumpuhkan berbagai insitusi strategis seperti sistem hukum dan peradilan untuk
menjamin kepastian hukum dan keadilan, sistem politik untuk terciptanya mekansime
kontrol dan keseimbangan (check and balances), dan sistem sosial yang diperlukan untuk
memelihara kehidupan yang harmonis dan damai. Hasil pembangunan yang dicapai justru
menimbulkan akibat negatif dalam bentuk kesenjangan antar golongan pendapatan, antar
wilayah, dan antar kelompok masyarakat.
Sementara itu erosi dan kelumpuhan berbagai sistem dan lembaga strategis diatas
telah menghasilkan kondisi yang rapuh serta sangat rawan terhadap guncangan baik dari
dalam negeri maupun dari dunia internasional akibat arus globalisasi. Krisis ekonomi
tahun 1997/98 telah memberikan pelajaran yang sangat mahal namun berharga bagi
bangsa Indonesia. Krisis telah memaksa Indonesia melakukan perubahan yang perlu dalam
rangka koreksi kelemahan dan kesalahan masa lalu.
Ekonomi, politik, sosial dan hukum mengalami transformasi dan reformasi menuju
kepada suatu sistem baru yang diharapkan akan lebih berkeadilan, handal, dan
berkelanjutan. Meskipun demikian, transformasi dan reformasi yang telah menghasilkan
berbagai perubahan tersebut masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Bahkan
berbagai langkah transformasi dan reformasi awal telah menghasilkan berbagai implikasi
rumit yang harus dan terus menuntut pemecahan masalah yang lebih sistematis dan
konsisten. Permasalahan

1
No.2 Menimbang :

1. bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-


undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan
Otonomi Daerah;
2. bahwa dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah, dipandang perlu untuk lebih
menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan
keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman Daerah;
3. bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun di luar
negeri, serta tantangan persaingan global, dipandang perlu menyelenggarakan Otonomi
Daerah dengan memberikan wewenang yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada
daerah secara proporsional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan
pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, sesuai
dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta
potensi dan keanekaragaman Daerah, yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
4. bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38; Tambahan Lembaran Negara Nomor
3037) tidak sesuai dengan lagi dengan prinsip penyelenggaraan Otonomi Daerah dan
perkembangan keadaan, sehingga perlu diganti;
5. bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran
Negara Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153) yang
menyeragamkan nama, bentuk, susunan dan kedudukan pemerintahan Desa, tidak sesuai
dengan jiwa Undang-undang Dasar 1945 dan perlunya mengakui serta menghormati hak
asal-usul Daerah yang bersifat istimewa sehingga perlu diganti;
6. bahwa berhubung dengan itu, perlu ditetapkan Undang-undang mengenai
Pemerintahan Daerah untuk mengganti Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa;

Mengingat :

1. Pasal 1 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, dan Pasal 20 ayat (1) Undang-undang
Dasar 1945;

2
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor X/MPR/1998
tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan
Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara;
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme;
4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian dan
Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3811);

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan


amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan
daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat,
serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia; b. bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspekaspek
hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintahan daerah, potensi dan
keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan
kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan
kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara; c. bahwa ... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 2 - c. bahwa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tidak sesuai dengan
perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah
sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, dan
huruf c perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah; Mengingat : 1.
Pasal 1, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22D ,

3
Pasal 23E ayat (2), Pasal 24A ayat (1), Pasal 31 ayat (4), Pasal 33, dan Pasal 34 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310); 5

No.3 UU 6 tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) menyebutkan bahwa Desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

UU 6 tahun 2014 tentang Desa lebih dikenal dengan UU Desa. Dalam UU Desa
disebutkan bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, Penjelasan Pasal 18
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan)
menyebutkan bahwa:

Dalam teritori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen”
dan “Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau,
dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan
Asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara
Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala
peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak asal usul
daerah tersebut.
Desa mengalami banyak perubahan aturan namun belum dapat mewadahi semuanya
sebagaimana banyak perubahan dalam sejarah pengaturan Desa, telah ditetapkan beberapa
pengaturan tentang Desa, yaitu:

4
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah,
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah,
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja Sebagai Bentuk Peralihan
Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh Wilayah Republik
Indonesia,
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah,
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa,
7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir
dengan
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam perjalanannya Desa mendapatkan pengakuan dengan adanya Undang-Undang


Desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disahkan Presiden Dr. H.
Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 15 Januari 2014. UU 6/2014 tentang Desa
diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 dan
Penjelasan Atas UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dalam Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5495 hari itu juga oleh Menkumham Amir Syamsudin
pada tanggal 15 Januari 2014 di Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai