Anda di halaman 1dari 8

Bersikap Demokrasi

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas PAI

Disusun oleh :

1. Anisa Choerunnisa Ikhsani

2. Clara Martha Azzahra

3. Dava Ananda Putra Aribowo

4. Ilma Nur Safira

5. M Bayu Prayoga

6. Mauliza Aris Revano

XII MIPA 3
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penulisan ini dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut.
1) Apa tujuan dari bersikap demokratis ?
2) Mengapa umat Islam harus memiliki sikap demokratis ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
maksud dari bersikap demokratis

BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Bersikap Demokrasi


Demokratis berarti bersifat atau berciri demokrasi(berasal dari kata demos berarti
rakyat, kratos berarti kekuasaan). Sedangkan secara istilah demokratis adalah sikap mau
menerima pendapat orang lain dan tidak merasa benar sendiri.
Prinsip dan demokrasi yang sejalan dengan Islam adalah keikutsertaan rakyat dalam
mengontrol, mengangkat, dan menurunkan pemerintah, serta dalam menentukan
sejumlah kebijakan lewat wakilnya.
B. Pengertian Syuro'
Syuro' memiliki makna musyawarah untuk menyelesaikan persoalan. Dalam
pemerintahan Islam (Daulah Islamiyah) Syuro' merupakan suatu sistem yang ideal dalam
menjalankan roda pemerintahan Islam yang sesuai dengan hukum dasarnya yaitu Al-
Qur'an dan Al-Hadist.
Jadi, konsep syura menurut Islam adalah sistem pemerintahan dimana Allah Swt yang
berdaulat, sedangkan konsep demokrasi adalah sistem pemerintahan dimana rakyat
yang berdaulat.
C. Titik Temu Demokrasi dan Syuro'
D. Pandangan Ulama terhadap Demokrasi
Ulama’ memiliki pandangan yang berbeda dalam menyikapi konsep demokrasi yaitu ada
yang menerima dan ada juga yang menolak. Menurut Yusuf al-Qardhawi dalam Islam
demokrasi dan musyawarah mempunyai kesamaan antara lain yaitu demokrasi
memberikan bentuk dan beberapa sistem yang praktis untuk meminta pendapat rakyat
dan kebebasan berpendapat yang mana hal tersebut juga termasuk bagian penting
dalam musyawarah.
Jika ditelusuri kata musyawarah dan demokrasi memiliki perbedaan yang mendasar.
Konsep musyawarah telah dikenal dan diterapkan oleh seluruh umat muslim, karena ia
merupakan tuntunan yang telah diajarkan agama islam. Sedangkan konsep demokrasi
yang mencetuskan dan yang mengenalkan adalah orang barat, selain itu demokrasi
tidak diterapkan pada semua negara. Kedua istilah ini memang berbeda, akan tetapi
memiliki kesamaan diantaranya yaitu:
1. Dalam sistem demokrasi dan musyawarah hakikatnya tidak dibatasi peraturan dan
ikatan norma hukum yaitu berupa derajat yang sama, adanya kebebasan dalam berfikir,
kebebasan memeluk agama dan adanya keadilan sosial.
2. Dalam musyawarah dan demokrasi rakyat memiliki hak dan kebebasan dalam
memilih wakilnya untuk menentukan kebijakan bersama dengan pemimpin yang
dipilihnya. Yang mana dalam hal ini demokrasi dan musyawarah memberikan dan
membuka kesempatan kepada rakyat untuk ikut serta membuat keputusan yang akan
disepakati.
Pada dasarnya tetap tidak diperbolehkan melakukan penyimpangan dari kemaslahatan
umat pada konsep demokrasi dan musyawarah,karena hasil dari keputusan yang telah
diputuskan semuanya untuk kepentingan bersama.
Demokrasi ini mempunyai titik kesamaan dengan konsep musyawarah yang dikenal
dalam Islam, yaitu rakyat mempunyai hak ikut serta dalam menentukan kebijkan yang
diambil oleh negara.
Musyawarah sudah ada sejak pra Islam karena sudah menjadi tradisi secara turun-
menurun. Majlis, mala, dan nadi merupakan suatu lembaga, dewan atau badan yang
ada sebelum orang-orang Arab masuk Islam. Dalam lembaga tersebut orang-orang Arab
melakukan musyawarah dan menentukan kepala pemerintahan dengan tujuan
persoalan-persoalan yang ada dapat diselesaikan dengan baik.
Kemudian Islam mempertahankan tradisi ini, karena musyawarah merupakan sebuah
fitrah manusia sebagai makhluk yang sosial-politik. Lembaga musyawarah pra Islam
yang dilandasi dengan suku atau darah diubah oleh Islam menjadi lembaga musyawarah
sebagai institusi komunitas (ummah) yang mengutamakan prinsip hubungan iman.
Ketika nabi Muhammad hijrah ke Yastrib, demokrasi (musyawarah) semakin mendapat
tempat ditengah-tengah masyarakat karena dikota ini kesepakatan ini telah dibuat oleh
nabi Muhammad. Dan perjanjian tersebut bernama mitsaq al Madinah (konstitusi atau
piagam Madinah).
Setelah dua hari nabi wafat, kebiasaan demokrasi (musyawarah) ini tetap berjalan
sampai dengan pengangkatan khalifah Abu Bakar as-Sidiq sampai dengan sahabat-
sahabat setelahnya. Seperti pada masa Khalifah Umar bin Khattab r.a., bahkan
pembagian kekuasaan itu sudah terjadi.
Dalam sejarah bahwa khalifah Umar bin Khattab misalnya menunjuk beberapa orang
sahabat Nabi saw. untuk bertanggung jawab menjadi kadi (qâdhî) di beberapa daerah
seperti Zaid bin Tsabit r.a. dan Abu Darda’ r.a. di Madinah, Abdullah bin Mas’ud r.a. di
Kufah, dan lain-lain. Itu artinya, Umar r.a. sudah memisahkan kekuasaan yudikatif dari
kekuasaan eksekutif dalam batas-batas kondisi zaman itu.

Berikut beberapa Pandangan Tokoh Islam Tentang Demokrasi.


1) Abul A’la Al-Maududi
Beliau adalah tokoh ulama yang menolak dengan tegas suatu demokrasi dalam negara.
Islam tidak memberikan kekuasaan penuh pada rakyat untuk memutuskan sesuatu.
Islam menggunakan dalil yang kuat dalam memutuskan suatu masalah, atau perkara
yang muncul dalam suatu pemerintahan. Lain hal nya dengan demokrasi yang
hukumnya dibuat oleh manusia sehingga cenderung bersifat sekuler.
2) Muhammad Imarah
Beliau adalah tokoh yang tidak menerima demokrasi dengan tegas dan juga tidak
menyetuji adanya sistem demokrasi pada suatu negara. Demokrasi adalah sebuah
sistem kekuasaan yang membuat atau menetapkan hukum di tangan manusia (rakyat).
Hal ini sangat bertentangan dalam sistem pemerintahan islam yang sudah dibuat dan di
tetapkan Allah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
3) Salim Ali Al-Bahnasawi
Menurut beliau demokrasi ialah suatu sistem pemerintahan yang memiliki sisi baik yang
tidak bertentangan dengan islam. Sisi baik dalam sistem demokrasi ialah adanya suatu
kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan hukum Islam. Sisi buruk demokrasi
adalah adanya penggunaan hak legislatif yang bebas dan bisa mengarah pada suatu
sikap yang menghalalkan sesuatu yang haram. Beliau juga menawarkan suatu sistem
demokrasi yang islami atau sesuai dengan ajaran islam yang ada.
Seorang wakil rakyat harus memiliki suatu sifat yang sesuai dengan Akhlak Dalam Islam,
baik dalam menjalankan tugas-tugas dan kewajibannya.
Suatu komitmen dalam islam hanya boleh diputuskan orang-orang yang berakhlak dan
bertanggung jawab.
Banyaknya pendukung bukanlah suatu keputusan yang mutlak dalam menentukan
sesuatu, dan hukum tersebut tidak ditemukan dalam Sunnah dan Al-Qur’an dalam surat
Annisa
4) Mohammad Iqbal
Menurut Iqbal, sejalan dengan kemenangan sekularisme atas agama, demokrasi modern
menjadi kehilangan sisi spiritualnya sehingga jauh dari etika. Demokrasi yang
merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat telah mengabaikan
keberadaan agama. Parlemen sebagai salah satu pilar demokrasi dapat saja menetapkan
hukum yang bertentangan dengan nilai agama kalau anggotanya menghendaki.
Karenanya, menurut Iqbal Islam tidak dapat menerima model demokrasi Barat yang
telah kehilangan basis moral dan spiritual.
Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah konsep demokrasi spiritual yang dilandasi oleh
etik dan moral ketuhanan. Jadi yang ditolak oleh Iqbal bukan demokrasi an sich, seperti
yang dipraktekkan di Barat. Lalu, Iqbal menawarkan sebuah model demokrasi sebagai
berikut:
a. Tauhid sebagai landasan asasi.
b. Kepatuhan pada hukum.
c. Toleransi sesama warga.
d. Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit.
e. Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.
5) Yusuf al-Qardhawi.
Menurut Al-Qardhawi, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa hal, misalnya sebagaimana berikut:
a) Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk mengangkat
seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja,
mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga
dengan Islam. Islam menolak seseorang menjadi imam salat yang tidak disukai oleh
ma'mum di belakangnya.
b) Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan dengan Islam.
Bahkan amar ma'ruf dan nahi mungkar serta memberikan nasihat kepada pemimpin
adalah bagian dari ajaran Islam.
c) Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa yang tidak
menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak dipilih menjadi kalah
dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak, berarti ia telah
menyalahi perintah Allah Swt. untuk memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.
d) Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan dengan
prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam syura. Mereka
ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah seorang di antara
mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan suara terbanyak. Sementara, lainnya yang
tidak terpilih harus tunduk dan patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka
harus memilih seseorang yang diunggulkan dari luar mereka, yaitu Abdullah ibnu Umar.
Contoh lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah khilafiyah.
Tentu saja, suara mayoritas yang diambil ini adalah selama tidak bertentangan dengan
nash syariat secara tegas.
e) Kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan
merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan Islam.

E. Tafsir Al-Qur'an mengenai Demokrasi (dengan asbabun Nuzul nya)

F. Contoh Penerapan Bersikap Demokratis


1. Bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah keluarga
2. Menghargai pendapat tiap anggota keluarga
3. Mendahulukan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi
4. Pembagian tugas piket yang adil
5. Menghargai pendapat orang lain
6. Menyuarakan aspirasi demi kemajuan sekolah
7. Mengikuti musyawarah warga
G. Hikmah Menerapkan Sikap Demokratis
1. Terhindarnya sikap kekerasan antar warga bermasyarakt
2. Meningkatkan rasa empati dan kasih sayang antara para warga masyarakat
3. Terbangunnya komunikasi yang baik antar masyarakat
4. Meningkatkan rasa tanggung jawab masyarakat
5. Meningkatkan rasa kerjasama dan juga gotong royong
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai