Anda di halaman 1dari 11

DEMOKRASI DALAM SUDUT

PANDANG ISLAM
Kholillurrohman

Meitha Kurniawati

Muhamad Arif Rahman

Rahardian Rajendra Basuki

ISLAM DAN DEMOKRASI


Kata demokrasi yang dalam bahasa
Inggris democracy berasal dari kata
Yunani yaitu demos = rakyat, dan kratos
= pemerintahan.
Secara etimologi yang berasal dari bahasa
Yunani Demokrasi = Pemerintahan oleh
Rakyat
Menurut Lincoln demokrasi adalah sebuah
pemerintahan yang bersumber dari rakyat,
oleh rakyat, untuk rakyat.

Dalam Islam, tatanan pemerintahan


tidak bersumber dari manusia, akan
tetapi bersumber dari Allah swt yang
tertuang dalam Al-Quran dan AsSunah
Demokrasi dalam Islam terlebih
dahulu muncul jauh sebelum
demokrasi dari Yunani tercetus dan
dikenal dengan istilah syura.

SIKAP ISLAM TERHADAP


DEMOKRASI

1.
2.
3.

Secara spesifik, dalam Islam tidak


menyebutkan adanya demokrasi, tetapi nilai
dan prinsip Islam mendukung gagasan
universal tentang demokrasi. Misalnya dalam
prinsip Islam yaitu:
Adl (Keadilan)
Syura (musyawarah)
Musawwah (kesetaraan)

PERDEBATAN MENGENAI
DEMOKRASI
Menurut Sadek, J. Sulayman, dalam demokrasi terdapat
sejumlah prinsip yang menjadi standar baku. Di antaranya :
a.
Kebebasan berbicara setiap warga negara.
b.
Pelaksanaan pemilu untuk menilai apakah pemerintah
yang berkuasa layak didukung kembali atau harus
diganti.
c.
Kekuasaan dipegang oleh suara mayoritas tanpa
mengabaikan kontrol minoritas
d.
Peranan partai politik yang sangat penting sebagai
wadah aspirasi politik rakyat.
e.
Pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
f.
Supremasi hukum (semua harus tunduk pada hukum).
g.
Semua individu bebas melakukan apa saja tanpa boleh
dibelenggu

Sedangkan pendapat para Tokoh tentang Islam dan


Demokrasi itu ialah sebagai berikut:
Al-Maududi
tokoh ini secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya,
Islam tidak mengenal paham ini yang memberikan
kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala
hal. Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus produk
dari dunia Barat terhadap agama sehingga cenderung
sekuler. Karenanya, al-Maududi menganggap demokrasi
modern (Barat) merupakan sesuatu yang bersifat syirik.
Islam menganut paham teokrasi (berdasarkan hukum
Tuhan). Tentu saja bukan teokrasi yang diterapkan di
Barat pada abad pertengahan yang telah memberikan
kekuasaan tak terbatas pada para pendeta.

MOHAMMAD IQBAL
Intelektual Pakistan ternama Muhammad Iqbal sangat mengkritik
adanya demokrasi. Menurutnya, sejalan dengan kemenangan
sekularisme atas agama, demokrasi modern menjadi kehilangan sisi
spiritualnya sehingga jauh dari etika. Demokrasi yang merupakan
kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat telah
mengabaikan keberadaan agama. Parlemen sebagai salah satu pilar
demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang bertentangan dengan
nilai agama kalau anggotanya menghendaki. Atas dasar itu, Iqbal
menawarkan sebuah konsep demokrasi spiritual yang dilandasi oleh
etik dan moral ketuhanan. Jadi yang ditolak oleh Iqbal bukan
demokrasinya melainkan, prakteknya yang berkembang di Barat. Iqbal
menawarkan sebuah model demokrasi sebagai berikut :
Tauhid sebagai landasan asasi
Kepatuhan pada hukum
Toleransi sesama warga.
Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit.
Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.

MUHAMMAD IMARAH
Menurut beliau Islam tidak menerima demokrasi
secara mutlak dan juga tidak menolaknya secara
mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif
(membuat dan menetapkan hukum) secara mutlak
berada di tangan rakyat. Sementara, dalam sistem
syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan
wewenang Allah yang memegang kekuasaan
hukum tertinggi. Wewenang manusia hanyalah
menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai
dengan prinsip yang digariskan Tuhan serta
berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh
ketentuan Allah. Jadi, Allah berposisi sebagai alSyri (legislator) sementara manusia berposisi
sebagai faqh (yang memahami dan menjabarkan)
hukum-Nya.

SALIM ALI AL-BAHNASAWI


Menurutnya, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan
dengan islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam. Sisi
baik demokrasi adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan
dengan Islam. Sementara, sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif
secara bebas yang bisa mengarah pada sikap menghalalkan yang haram.
Karena itu, ia menawarkan adanya islamisasi demokrasi sebagai berikut:
Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah.
Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugas-tugas
lainnya.
Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak
ditemukan dalam Alquran dan Sunnah (al-Nisa 59) dan (al-Ahzab: 36).
Komitmen terhadap islam terkait dengan persyaratan jabatan sehingga
hanya yang bermoral yang duduk di parlemen.
jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab Mahasin (1993:30), agama dan
demokrasi memang berbeda. Agama berasal dari wahyu sementara
demokrasi berasal dari pergumulan pemikiran manusia. Dengan demikian
agama memiliki dialeketikanya sendiri. Namun begitu menurut Mahasin,
tidak ada halangan bagi agama untuk berdampingan dengan demokrasi.

ELEMEN-ELEMEN DEMOKRASI
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
o
o
o
o
o

Syura (Musyawarah/Pengambilan keputusan)


Al-`adalah (Keadilan)
Al-Musawah (Kesejajaran)
Al-Masuliyyah (Tanggung jawab)
Al-Hurriyyah (Kebebasan)

SISTEM DEMOKRASI YANG SESUAI


DENGAN AJARAN ISLAM
Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung
agama.
Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya
Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan
musyawarah
Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap
menjadi pertimbangan utama dalam musyawarah.
Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan
ijtihadi; bukan pada persoalan yang sudah ditetapkan
secara jelas oleh Alquran dan Sunah.
Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh
keluar dari nilai-nilai agama
Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh
semua warga

Anda mungkin juga menyukai